Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sains Dalam Keperawatan dalam program studi Magister Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Sejak adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia
telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta ini kemudian disusun dan disimpulkan
menjadi berbagai teori, sesuai fakta yang di kumpulkan tersebut. Teori – teori tersebut
kemudian digunakan untuk memahami gejala – gejala alam dan kemasyarakatan yang lain.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan, sosial, politik, ekonomi dan teknologi umat
manusia, teori – teori tersebut makin berkembang baik kualitas maupun maupun
kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan sekarang ini. Makalah ini membahas
tentang Teori Florence Nigthingale, Jean Watson, dan Patricia Benner yang didalamnya
berisi tentang isi dari teori, pembahasan teori, dan contoh peran perawat berdasarkan teori.
Apa yang berada dalam makalah ini sangat bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang
perawat. Teori tersebut sangatlah bermanfaat bagi para perawat terutama pada saat kita
merawat pasien.

1.2 MANFAAT
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Menambah pengetahuan kita sebagai Mahasiswa/I perawat tentang berbagai
macam teori.
2. Menjadi penyemangat dan menambah kinerja kita sebagai perawat agar tidak
pantang menyerah dalam merawat pasien dan memperjuangkan nasib perawat.
3. Dapat menjadi inspirasi kita dalam praktik keperawatan.
4. Menjadi dasar bagi Mahasiswa/I perawat.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana Sejarah Perjalanan Hidup Teori Florence Nigthingale, Jean Watson,
dan Patricia Benner ?
2. Bagaiman Teori Konsep Florence Nigthingale, Jean Watson, dan Patricia Benner?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keperawatan Teori Florence Nigthingale,
Jean Watson, dan Patricia Benner ?
1
4. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keperawatan Teori Florence Nigthingale,
Jean Watson, dan Patricia Benner ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI FLORENCE NIGHTINGALE


2.1.1 Sejarah Kehidupan Florence Nightingele
2.1.1.1 Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.[2]
Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia
atau Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik
ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire,
London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup
sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat,
kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan.

2.1.1.2 Perjalanan ke Jerman


Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh
tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan
istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence Nightingale
terpesona akan komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada
pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan
membawa angan-angan tersebut.

2.1.1.3 Belajar merawat


Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang
putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia
tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan.
3
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak
karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia
keperawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan
pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah
tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di
rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh.
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki dari pada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati
Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung
melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya
setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila
Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di
tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri
untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk
mendapatkan pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar di
Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial
yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang
Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence
Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

4
2.1.1.4 Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat
pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick
Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London,
posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun
(setara dengan ₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat
hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak
pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa; rumah sakit
akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama
lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka,
termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan
tersebut sesuai permintaan Florence.

2.1.1.5 Perang Krimea


Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris
bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur
dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan
untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke
Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit
yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya,
"Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan
pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah
tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk
menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-
satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati
bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria
jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan
dan Florence menyanggupi.

5
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh
Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith,[3] berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal. Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai
di Scutari. Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang
mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan
beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada
yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki,
dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh
tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya
jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung
menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut
oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur
para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang
bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar
paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.
Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
 Perban diganti secara berkala.
 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun
selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah
sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit
dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja
tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale. Ia juga
menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar
pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat
ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat
seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
6
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak
perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan
dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati
dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan
yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh
banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat
menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa
musim dingin pertama Florence berada di sana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah
sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti;
tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat
perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien
melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem
pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale
datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan
sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap
percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai
makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence
kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan
Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan
bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor
dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih
mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil
dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan
menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara
sebuah rumah sakit.

2.1.1.6 Bidadari berlampu


Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan
banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia
7
bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut
mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah
terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila
mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat
bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor
Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya
Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa
tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit
Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam
harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih
hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita.
Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu".[4]
Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence
Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-
prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu. “Pada
jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku.”

2.1.1.7 Pulang ke Inggris


Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus
1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia
berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh
yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah
keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly.
Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang
menyerangnya selama perang Krimea.[5] Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya
dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat
keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam
pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert
8
menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan,
tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail,
dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat
adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata
dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

2.1.1.8. Karier selanjutnya


Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang
membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi
sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke
London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan
bernama "Dana Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan
Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang
besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena
Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus
untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang
berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi
perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan
anak-anak perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat akan lain sikapnya
menghadapi seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah
sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan
sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan
gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut
telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia
perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan
Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan
merupakan bagian dari Akademi King College London. Sebagai pimpinan sekolah
Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia
keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut. Saat tiba
waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh
9
tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain
banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya. Dengan perawat-perawat
terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut. Dunia
menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk
dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah
serupa di negerinya masing-masing.
Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah
sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris,
seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland
Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales,
Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan
serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat
dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah
Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan
orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan
lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Pada tahun 1869,
Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika",
berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke
Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah
perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang. Pada
tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross)
oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di
hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang
10
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima
bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari
kota London. Nightingale adalah seorang universalis Kristen.[6] Pada tanggal 7 Februari
1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah
hidupnya: ia menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."[7]

2.1.1.9. Meninggal Dunia


Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus
1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia
dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

2.1.2 Teori Konsep Florence Nightingale


Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai focus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit, model
dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dangan kedokteran.
Orientasi pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adequate,
dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan
mandiri tanpa bergantung pada profesi lain. Model dan konsep ini memberikan inspisi
dalam perkembangan praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas,
paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien,
sehingga perlu diperhatikan.
Teori Nightingale memandang Pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan :
a. Lingkunganfisik
b. Psikologis
c. Sosial
Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara,
lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (
Nightingale, 1860; Torres, 1986). Pemberian nutrisi yang adekuat pada pasien sangatlah
penting. Pasien memerlukan nutsrisi untuk mempertahankan fungsi tubuh dan untuk
tumbuh. Pasien harus mendapatkan kalori yang cukup, dalam bentuk karbohidrat, lemak,
11
dan protein untuk menyuplai energi. Tubuh pasien juga memerlukan asam amino yang
ditemukan dalam protein untuk membangun dan mempertahankan struktur sel dan jaringan
yang lebih besar. Dan akhirnya pasien pun memerlukan vitamin dan mineral untuk
metabilisme dan untuk mengatur banyak proses tubuh pasien. Individu yang sakit
memerlukan banyak makanan daripada orang sehat dalam upaya penyembuhan dan
pemulihan. Sebagai contoh pasien yang menjalani pembedahan membutuhkan diet yang
mengandung banyak vitamin C dan protein karena ini dapat membantu penyemabuhan.
Protein juga secara khusus penting untuk melawan infeksi karena antibodi yang digunakan
tubuh untuk melawan infeksi adalah protein. Diet adekuat juga penting. Namun, banayak
penyakit membuat seseorang sulit makan, atau memebuata pasien sulit untuk mencerna
makanan.
Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status
kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan, sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan
kondisi higiene dan sanitasi selama perang Crimean. Kondisi higene penting untuk
membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut, mata, telinga, kuku.
Di jaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi atau
menyikat gigi atau membersihkan kuku; bernapas atau mengatasi nyeri tampak lebih
penting. Oleh karenanya, perawat perlu melihat apakah pasien dapat mebersihkan diri
mereka sendiri dan membantu mereka bila mungkin. Penting untuk menanyakan pasien apa
yang biasanya mereka lakukan dan bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktik
budaya dan agama dapat membedakan praktik higiene. Higiene adalah sangat pribadi dan
masing - masing individu mempunyai ide yang berbeda tentang apa yang mereka ingin
lakukan. Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memeniuhi kebutuhan
pribadinya daripada melakukan standar rutin.
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit tetapi tidak
untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat orang
yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat membantu dalam
proses penyembuhan penyakit. Itulah beda perwat dan dokter.perawta juga bukan hanya
memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus
bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa
sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin mereka tenang dan nyaman. Pada
saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan kenyamanan
bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam
perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan miskin.
12
Kelebihan Teori Keperawatan Florence Nightingale :
1. Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia keperawatan.
2. Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam kontek
keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
3. Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara,
lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi adekuat.
4. Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi berbagai
informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyalamatan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan keamanan.
5. Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E.
6. Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata untuk
kesembuhan pasien.
Kelemahan Teori Keperawatan Florence Nightingale :
1. Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.
2. Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh banyak orang.
3. Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan perkembangannya
saat itu.
4. Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.

2.2 TEORI JEAN WATSON


2.2.1 Latar Belakang Jean Watson
Dr. Watson adalah seorang sarjana keperawatan Amerika yang lahir di West Virginia
dan sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak tahun 1962. Dari University of
Colorado, ia meraih gelar sarjana di keperawatan dan psikologi, gelar master di
keperawatan kesehatan mental-kejiwaan, dan terus mendapatkan gelar Ph.D dalam
psikologi pendidikan dan konseling.
Sekarang ini Dr. Jean Watson adalah seorang Profesor yang membedakan keperawatan
dan sebagai ketua Caring Science di University of Colorado, Sekolah Keperawatan
dan merupakan pendiri Center for Human Caring di Colorado. Dia merupakan anggota
dari Amecican Academy of Nursing yang telah menerima penghargaan nasional dan
internasional. Dia telah menerbitkan berbagai karya yang menjelaskan filsafat dan
teori kepedulian manusia, yang dipelajari oleh perawat di berbagai belahan
dunia. Dasar dari teori keperawatan Jean Watson di terbitkan pada tahun 1979 di
13
keperawatan yaitu ”The Philosphy and Science of Caring”. Pada tahun 1988, teorinya
diumumkan dalam “nursing: Human Science and Human Care”. Postmodern Nursing
and Beyond (1999). Assessing and Measuring Caring in Nursing and Health Sciences
(2002). Watson berpendapat bahwa fokus utama dalam keperawatan ada di faktor
carative. Dia percaya bahwa bagi perawat untuk mengembangkan filsafat humanistik
dan sistem nilai, seorang liberal dengan latar belakang seni yang kuat diperlukan.
Sistem filsafat dan nilai memberikan fondasi yang kokoh bagi science of caring.

2.2.2 Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur
teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia
memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya
kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan
dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal
(kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan
seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Skema Kebutuhan Dasar menurut Jean Watson :

14
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia adalah
mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan, sehingga dalam
upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental
dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa
sehingga untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meninggalkan
status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan
penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Tolok ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori
Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar manusia
yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain.
Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki
berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seha-rusnya
dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan
dipraktekkan hanya secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang hasilnya dapat
memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang ke arah
perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di rawat saja,
tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga bisa menawarkan
kepada pasien untuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik
untuk dirinya saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek asuhan
keperawatan terintegrasi antara pengetahuan
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

15
2.2.3 Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
2.2.3.1 Kemanusiaan (Human Beeing)
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh,
mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi umum,
manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain
itu manusia juga dinilai sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi
yang sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus selalu beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi
ko nflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis
disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapat
ditanggulangi.
2.2.3.2 Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan untuk
dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
a. Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
b. Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkungannya.
c. Tidak adanya penyakit.
Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan lingkungan :
a. Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b. Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang dirasakan
dengan apa yang dialami.

2.2.3.3 Lingkungan sosial


Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya
berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai -nilai tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya
mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa
merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan
16
sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap
merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari
kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.

2.3.3.4 Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit.
Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah
penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial,
moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan
manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian
asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
a. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic.
b. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
c. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
d. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
e. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif, maupun
negative.
f. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk mengambil
keputusan.
g. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
h. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi
mental,
fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
i. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
j. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

2.3.3.5 Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan


Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih
dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb
17
utuhan manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda
pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses
keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson
kemudian mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan yang dicetak miring
mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam proses
keperawatan).
1. Pengkajian
a. Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi
literature.
b. Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai hubu
ngan dan factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d. Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi
dari variable-variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2. Perencanaan
a. Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b. Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu
pada rencana asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
c. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah
dikumpulkan & sesuai.
3. Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
4. Evaluasi
a. Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
b. Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan
generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian
yang mungkin akan terjadi untuk mendorong teori keperawatan secara
umum didasarkan pada studi pemecahan masalah.

18
2.2.3.6 Hubungan dengan Ciri Teori
Menurut Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari
ide-ide, dan pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena-
fenomena. Dia menolak konsep tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus
dikorbankan saat mendapatkan pengetahuan baru dari tingkah laku manusia. Dia
melihat bahwa keperawatan dapat dikembangkan dengan melibatkan prosedur-
prosedur, dan manipulasi variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan
penelitian untuk melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat,
maupun sakit, serta mendorong peningkatan kesehatan. Karya Watson telah
dikembangkan dalam konteks tradisional:
1. Teori-teori tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi
berbeda dalam melihat fenomena tertentu.
2. Teori harus logis secara alami.
3. Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
4. Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
5. Teori berkontribusi dan membantu dalam pengembangan pengetahuan secara
umum sesuai disiplin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yag
valid.
6. Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk menjadi pedoman
dan meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
yang diberikan.
7. Teori tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan
prinsip-prinsip lainnya; tetapi masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak bisa dijawab, kemudian diinvestigasi.

2.3. Teori Patrcia Banner


2.3.1. Latar belakang Patrcia Banner
Patrcia Banner Lahir Di Hampton, Virgia, Dan Menghabiskan Masa Kecil Di
California, Dimana Ia Menerima Pendidikan Awal Dan Profesinya, Mengambil
Jurusan Keperawatan, Memperolah Gelar Sarjana Seni Dari Pasadena College Tahun
1964. Pada Tahun 1970 Ia Meraih Gelar Master Dalam Keperawatan Dengan
Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Dari University Of California, San Frasisco
(UCSF) School Of Nursing. PhD-Nya Tentang Stress Koping Dan Kesehatan

19
Diberikan Pada Tahun 1982 Di University Of California, Berkeley,Dan Sisertasinya
Diterbitkan Tahun 1984 (Benner,1984b).
Benner Memulai Karirnya Pada Tahun 1970 Sebagai Perawat Pasca Sarjana
Peneliti Di School Of Nursing Di UCSF. Pada Saat Menyelesaikan Gelar Doktornya
Pada Tahun 1982 Benner Meraih Posisi Associate Profesor Di Departement Of
Physiological Nursing Di UCSF Dan Pengajar Tetap Professor Pada Tahun 1989.
Selama Studinya Dengan Gelar Doktor Di Berkeley,Benner Bekerja Sebagai Asisten
Penelitian Untuk Richard S. Lazarus, Dikenal Karena Teorinya Tentang Stres Dan
Coping (Lazarus 1984b). Teori Stress Dan Koping Lazarus Dideskripsikan Sebagai
Fenomenologi Yaitu Seseorang Memahami Untuk Membentuk Dan Dibentuk
Makna. Pada Tahun 2002 Pindah Ke Departemen Ilmu Perilaku Dan Sosial Di
UCSF Di Mana Ia Sebagai Orang Pertama Yang Menempati Posisi Di Thelma Shobe
Cook Endowed Chair In Ethics And Spirituality. Ia Mengajar Pada Tingkat Doktor
Dan Master Dan Bertugas Pada Tiga Sampai Empat Komite Disertasi Tiap
Tahunnya, Banner Pensiun Dari Mengajar Purna Waktu Tahun 2008 Sebagai
Professor Emeritus Di UCSF, Namun Terus Berlibat Dalam Berbagai Proyek
Penelitian Saat Ini Ia Menjadi Proffesor Tamu Terkemuka Di Seattle University
School Of Nursing, Membantu Mereka Dalam Transformasi Kurikulum Sarjana Dan
Pascasarjana.

2.3.2. Definisi Dan Konsep Utama


Benner mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From Novice To
Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi. Konsep teori
“From Novice To Expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner diambil dari
“Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus.
Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan
perkembangan profesi meliputi: (1) novice, (2) advance beginner, (3) competent,
(4) proficient, dan (5) expert. Pendekatan pada pengembangan pengetahuan
yang dimulai dengan from novice to expert (1984) mengawali suatu
perkembangan, tradisi kehidupan untuk pembelajaran praktik keperawatan klinis
melalui koleksi dan interpretasi contoh (benner,1994: benner & sbenner ,
1999:benner, tanner & chesla, 1996; benner, hooper-kyriakidis, & stannard,
1999). Benner dan benner (1999) mengatakan sebagai berikut: “pemberian
asuhan keperawatan yang efektif terhadap pasien/keluarga membutuhkan
20
perhatian kolektif dan saling mendukung untuk praktik yang baik yang melekat
sebagai bagian moral dari komunitas praktis untuk terus menciptakan dan
mempertahankan praktik yang baik...visi dari praktik ini diambil dari tradisi
aristotelian dalam etika (aristotle, 1985) dan ucapakan terkini dari tradisi ini oleh
alasdair macIntyre (1981), dimana praktik didefinisikan sebagai upaya kolektif
semacam itu haruslah terdiri dari individu-individu praktisi yang memiliki
keterampilan “tahu bagaimana”,kiat, ilmu pengetahuan, dan imaginasi moral,
yang terus menerus menciptakan dan mencontohkan praktik yang baik (hal.23-
24).

A. Novice
Tingkat Novice pada akuisisi peran pada Dreyfus Model, adalah
seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah
yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk memandu
penampilannya. Di sini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan
irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk mahasiswa
keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level
yang lebih tinggi ke novice jika ditempatkan pada area atau situasi yang
tidak familiar dengannya.

B. Advanced beginner
Advance Beginner dalam Model Dreyfus adalah ketika seseorang
menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada
situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup
untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri-ciri, aspek tidak
dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang
didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu
pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas.
Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner
sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi
pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner
mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan

21
manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih
banyak pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada
tahap ini.
C. Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan
mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent.
Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan
mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk
suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah
penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat
menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik
dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran
klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau
situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan. Competent
harus mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan dan prosedur
pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi proficient, competent harus
diizinkan untuk memandu respon terhadap situasi. Point pembelajaran
yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan competent adalah
untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke proficient.
D. Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat
perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan
mengimplementasikan respon keterampilan dari situasi yang
dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya
diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka
banyak terlibat dengan keluarga dan pasien.
E. Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai
pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu
mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu
untuk membuat diagnosa alternatif dan penyelesaian.

22
2.3.3. Asumsi mayor
Asumsi teori benner mengadopsi dari disertasi Brykczynski’s (1985). Berikut
penelitian yang mendukung teori Benner :
A. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala asumsi
dari pengetahuan alami bahwa semua tergantung pada bentuk atau konsep-
konsep abstrak yang diintepretasikan (Taylor, 1982).
B. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik, perhatian,
perkiraan dan hasil tindakan. Pemahaman-pemahaman tersebut akan dapat
berjalan dengan pengetahuan yang sering didapatkan.
C. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain
berdasarkan kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian dan
intepretasi yang benar. Heidegger 1962 mengatakan bahwa yang dapat
memberikan pengertian dan pemahamana yang benar adalah
pengorganisasian kebudayaan dan pengertian/pemahaman terdahulu serta
pengembangan pemahaman individu.
D. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari tindakan
tidak dapat dibentuk secara lengkap, namun bagaimanapun juga
kemampuan tersebut dapat diintepretasikan oleh orang yang memberikan
perawatan kepada orang yang meiliki bahasa, latar belakang budaya yang
sama. Manusia merupakan inteperatsi bagi dirinya sendiri (Heidegger,
1962). Hermeneutik merupakan intepretasi dari conteks budaya dan arti
dari aksi manusia itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya membuat tema besar
yaitu perawat, individu, situasi dan kesehatan.
A. Perawat
Perawat didefinisikan sebagai hubungan perawatan (caring) “memungkinkan
terjadinya konndisi yang penuh koneksi dan fokus. Caring merupakan hal
mendasar karena caring menyusun kemungkinan-kemungkinan dalam
pemberian dan penerimaan suatu bantuan. Perawat sebagai pemberi caring
berdasarkan etika, moral dan tanggungjawab. Benner dan Wrubel (1989)
memahami seorang perawat sebagai pemberi perawatan dan belajar secara
langsung melalui pengalaman sehat, sakit dan penyakit serta hubungan tiga
elemen tersebut.

23
B. Individu
Benner dan Wrubel mendiskripsikan mengnai ndividu berdasarkan teori
penomenologi Heidegger. Benner dan Wrubel mendefinisikan individu adalah
menjadi intepretasi bagi dirinya sendiriri, ini menunjukkan bahwa indivudu
hadir di dunia untuk mendapatkan pengalaman dari hidup selama ini. Benner
dan Wrubel membuat 4 aspek individu untuk memudahkan memahami
pengertian individu. Aspek tersebut adalah: (a) Aspek situasi (b) aspek tubuh
(body) (c) aspek fokus personal dan (d) apsek duniawi. Benner dan Wrubel
mencoba mengerucutkan definisi dari tubuh (body) menjadi lima komponen
yaitu : (1) tidak dilahirkan secara kompleks, tidak berbudaya, dan seorang bayi
baru lahir (2) Skills yang komplit dengan postur, gaya/sikap, kebiasaan
budaya/sosial dan keterampilan yang jelas (3) Proyeksi dari citra tubuh/body (4)
kinestetik sensasi (5) proyeksi dari situasi sekitar seperti menggunakan
komputer.
C. Kesehatan
Kesehatan diartikan sebagai keadaan dimana saat dikaji dalam keadaaan sehat
secara keseluruhan. Keadaan sehat dan sakit merupakan hal yang jelas terjadi
dalam kehidupan. Sehat tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau sakit tetapi
juga (dalam perspektif Kleinman, Eisenberg Good) seseorang mungkin memiliki
penyakit dan pengalaman sakit karena sakit merupakan pengelaman seseorang
yang mengakami kehilangan atau disfungsi mengingat penyakit mempengaruhi
tingkat kesehatan fisik.
D. Situasi
Benner dan Wrubel menggunakan kata situasi daripada lingkungan karena
situasi lebih mengarah pada lingkungan sosial dengan definisi sosial. Mereka
menggunakan pendekatan fenomenologi “menjadi situasi” dan “arti situasi”
diamana kalimat itu didefinisikan berdasarkan interaksi intepretasi dan
memahami situasi seseorang. Ini berarti bahwa masa lalu, sekarang dan masa
datang seseorang tergabung dalam pemahaman (pemaknaan) pribadi, kebiasaan,
perspektif dan perkembangan situasi yang terjadi.
2.3.4 Penegasan Teoritis
Benner (1984) menyatakan bahwa selalu ada yang lebih dari setiap
situasi dibandingkan prediksi tentang suatu teori. Praktik keperawatan yang
terampil melampaui batasan teori formal. Pengalaman nyata memudahkan
24
pembelajaran mengenai pengecualian dan corak makna dalam setiap situasi.
Pengetahuan yang terwujud dalam praktik dapat membawa kepada suatu
penemuan dan interpretasi teori, teori awal dan perluasan teori, serta sintesis dan
adaptasi teori dalam praktik asuhan keperawatan. Benner telah menggunakan
pendekatan hermeneutika untuk mengungkapkan pengetahuan yang ada dalam
praktik keperawatan klinis. Dunlop (1986) mengatakan “saat ia melakukan hal
ini, ia mengungkapkan asuhan keperawatan yang terjalin erat terhadap dirinya”
(hal.668).
Oleh karena itu, kompetensi didalam setiap ranah sama sekali tidak
dimaksudakan sebagai daftar panjang. Melainkan, pendekatan interpretatif
berbasis situasi untuk menguraikan praktik keperawatan yang berusaha
mengatasi beberapa permasalahan dari redoksionisne dan permasalahan global
dan deskripsi yang terlalu umum berdasarkan kategori proses keperawatan
(benner,1984). Pada penjelasan lebih lanjut tentang pendekatan ini, bennner
(1992) meneliti peran laporan naratif untuk memahami gagasan yang baik atau
asuhan etis dalam praktik keperawatan pakar klinis. “memori naratif dari
kejadian nyata diambil dari kompartemen dan perwujudan tahu-bagaimana,
lengkap dengan respon emosional terhadap situasi. Memori naratif dapat
membangkitkan persepsi atau memori sensori yang meningkatkan pengenalan
hubungan yang ada didalam karya banner sebagai berikut:
A. “penemuan asumsi, dan ekspektasi, dapat mengungkapkan area
pengetahuan praktis yang belum terkaji yang kemudian dapat secara
sistematis diteliti dan diperluas bahkan disangkal” (benner, 1984a,hal.8).
B. Pengetahuan klinis terwujud didalam persepsi bukan pedoman/ajaran.
C. “kesadaran persepsi merupakan inti dari penilaian keperawatan yang
baik...(untuk pakar) dimuali dengan dugaan yang samar dan penilaian
global yang awalnya mendahului analisis kritis, kejelasan konseptual lebih
sering mengikuti dari pada mengawali” (benner,1984a,hal.xviii)
D. Peraturan formal sifatnya terbatas dan penilaian diskresi dibutuhkan dalam
situasi klinis sesungguhnya.
E. Pengetahuan klinis berkembang seiring waktu, dan setiap klinisi
mengembangkan khasanah personal mengenai pengetahuan praktik yang
dapat dibagikan dalam dialog dengan klinisi yang lain.

25
F. ”keahlian berkembang ketika klinisi menguji dan memperbaiki proposisi,
hipotesis, dan prinsip berbasis ekspektasi dalam situasi praktik nyata”
(benner,1984a,hal.3).
2.3.5. Paradigma Keperawatan
Benner mempelajari praktik keperawatan melalui percobaan untuk
menemukan dan menjelaskan pengetahuan didalam praktik keperawatan. Dia
mempertahankan pengetahuan yang terjadi sepanjang waktu dalam praktik
dan mengembangkannya berdasakan interaksi situasional. Paradigma
pertama Benner adalah membuat perbedaan yang jelas antara praktik dan
teori. Benner memulai dengan mendefinisikan praktik yaitu “Terdiri dari
menebarluaskan pengetahuan tahu bagaimana (Know-How) investigasi
berdasarkan teori dasar dan menghubungkannya dengan pemetaan Know-
How pada pengalaman praktik”. Benner percaya bahwa perawat memeilki
kelalaian dalam melakukan pencatatan keperawatan selama pembelajaran
praktik dan ini merupakan keburukan dalam pemetaan praktik kita dan
menghilangkan teori keperawatan.
Citing Khun, 1970 dan Polanyi, 1958 cit. Benner, 2009 menekankan
perbedaan antara Knowing how “Pengetahuan praktik yang mungkin dapat
menghindarkan kita dari pengetahuan abstrak” dengan tahu bahwa (Knowing
that) “yang diawali dengan penjelasan teori”. Knowing That adalah cara
seseorang untuk mengetahui melalui menentukan hubungan antara penyebab
dengan kejadian. Knowing how adalah kemahiran keterampilan/praktik yang
mungkin akan bertentangan dengan teori yang ada.ini menunjukkan bahwa
seseorang mengetahui sesuatu bekerja sebelum teori berkembang. Situasi-
situasi klinik selalu bervariasi dan kompleks dibandingkan dengan teori oleh
karena itu, praktik klinik menjadi ladang penelitian dan pengembangan
pengetahuan. Melalui prakatik klinik, perawat dapat menerima pengetahuan
baru. Perawat harus mengembangan pengetahuan berdasarkan praktik
(Know-How) dan melanjutkan dengan investigasi dan pengamatan secara
menyeluruh. Semua ini dimulai dari pencatatan dan pengembangan Know-
how tentang keahlian keterampilan.
Benner mengadopsi teori Dreyfus untuk praktik klinik keperawatan.
Dreyfus bersaudara mengembangakan model kemahiran keterampilan
dengen mempelajari kemampuan perawat gawat darurat. Meodel
26
inimencakup (1) Novice (2) Adnvanced Beginner (3) Competent (4)
Proficient (5) Expert. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan 4
komponen yaitu (1) perubahan dari kepercayaan mengenai prinsip abstrak
dan aturan masa lalu menuju pengalaman yang konkrit (2) perubahan dari
kepercayaan dalam analisis dan berpikir (3) Perubahan persepsi pembelajar
(Lerner’s) dalam membaca situasi (4) perubahan penerimaan dari pengamat,
keluar dari situasi yang terjadi menuju siatuasi yang tidak terlibat, fully
engaged in the situastion.
Teori ini berdasarkan situasi dan bukan dari karakter, aplikasi ini
bukan berdasarkan karakteristik individual melainkan dari fungsi umum
perawat dengan kombinasi situasi khusus dengan latar belakang pendidikan.
Pengaplikasian teori ini, Benner mencatat “Pengalaman berdasarkan
kemahiran keterampilan lebih aman dan cepat bila disertai dengan
pendidikan. Benner mendefinisikan keterampilan dan keterampilan klinik
yang dimaksudkan dalam implementasi asuhan keperawatan dan
justifikasinya dalam situasi klinik yang aktual. Kondisi tanpa ada kondisi
aktual tidak akan terjadi peningkatan keterampilan klinik perawat.
Benner berusaha untuk menyoroti dari pengembangan ilmu
pengetahuan klinis daripada untuk menggambarkan keseharian dari perawat.
Penjelasan Benner praktik keperawatan melampaui penerapan aturan yang
kaku dan teori dan didasarkan pada "perilaku yang wajar yang merespon
tuntutan situasi tertentu". Keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman
keperawatan dan kesadaran persepsi bahwa perawat ahli berkembang sebagai
pengambil keputusan dari "gestalt situasi" memimpin perawat untuk
mengikuti firasat saat perawat mencari bukti untuk mengkonfirmasi
perubahan halus yang perawat amati pada pasien.
Konsep bahwa pengalaman didefinisikan sebagai hasilnya ketika
negara-negara yang terbentuk sebelumnya ditantang, disempurnakan, atau
ditolak dalam situasi yang sebenarnya didasarkan pada karya-karya
Heidegger (1962) dan Gadamer (1970). Keuntungan perawat pengalaman,
pengetahuan klinis menjadi perpaduan pengetahuan praktis dan teoritis.
Keahlian berkembang sebagai tes klinis dan memodifikasi harapan berbasis
prinsip dalam situasi yang sebenarnya. Pengaruh Heidegger bukti dalam hal

27
ini dan dalam tulisan-tulisan berikutnya Benner pada keunggulan dari
perawat. Benner membantah deskripsi dualistic dari Cartesian mind-body-
person dan phenomeno-logis Heidegger mengemban deskripsi manusia
sebagai makhluk diri ditafsirkan sebagai kekhawatiran, praktik, dan
pengalaman hidup. Orang selalu berada dalam sebuah situasi, yaitu, mereka
terlibat bermakna dalam konteks di mana mereka berada. Orang datang pada
suatu tempat dengan kesalahpemahaman diri di dunia. Heidegger (1962)
menyebut pengetahuan praktis sebagai jenis tahu yang terjadi ketika
seseorang terlibat dalam situasi tersebut.
Benner dan Wrubel (1989) menyatakan, "Kegiatan yang terampil,
yang dimungkinkan dengan kecerdasan kita diwujudkan, telah lama dianggap
sebagai hal yang lebih 'rendah' daripada intelektual, aktivitas reflektif" tapi
menyatakan bahwa intelektual, kapasitas reflektif tergantung pada pewujudan
dari apa yang diketahuinya. Pendekatan Benner untuk perkembangan ilmu
pengetahuan yang dimulai dengan Novice to Expert merupakan awal dari
tumbuhnya hidup/tradisi untuk belajar dari praktik keperawatan klinis
melalui pengumpulan dan interpretasi eksemplar. Benner dan Benner
memulai konsep tersebut dengan ilustrasi sebagai berikut :
Pengiriman efektif pasien/keluarga pasien perawatan membutuhkan
perhatian bersama dan saling mendukung praktek yang baik tertanam di
komunitas moral praktisi berusaha untuk menciptakan dan
mempertahankan praktik yang baik. Visi praktek diambil dari tradisi
Aristotelian dalam etika (Aristoteles, 1985) dan artikulasi lebih baru dari
tradisi ini Alasdair MacIntyre Teluk (1981), di mana praktek didefinisikan
sebagai usaha kolektif yang memiliki pengelompokan baik internal untuk
praktek. Namun, upaya kolektif tersebut harus terdiri dari individu praktisi
yang terampil tahu bagaimana, kerajinan, ilmu pengetahuan, dan imajinasi
moral, yang terus membuat dan instantiate praktik yang baik.
Benner mengungkapkan keperawatan yang merupakan paradoks
budaya dalam masyarakat yang sangat teknis yang lambat untuk di nilai dan
mengartikulasikan praktek peduli. Dia merasa bahwa nilai individualisme
ekstrim membuatnya sulit untuk merasakan kecemerlangan peduli dalam

28
praktek keperawatan ahli. Benner (2003) menyampaikan untuk etika
relasional yang didasarkan pada praktek untuk menyeimbangkan fokus
dominan pada hak-hak dan keadilan.

2.3.6. Penerimaan komunitas Keperawatan


2.3.6.1 Praktik
Pendekatan Pemikiran-tindakan (Benner, Hooper-Kyriakidis, &
Stannard, 2000), ditemukan bahwa pekerjaan keselamatan pasien adalah
fokus utama pekerjaan perawat di ICU (dan kami menduga bahwa ini mirip
di semua pengaturan perawatan kesehatan). Keselamatan kerja terpusat
bersarang di tradisi praktik keperawatan dengan kebiasaan dari " enam hak "
checklist untuk administrasi obat yang aman ( pasien, tepat obat yang tepat,
tepat dosis, tepat rute, untuk alasan yang tepat, dan pada waktu yang tepat ),
pencegahan bahaya imobilitas, pencegahan infeksi, pencegahan jatuh pasien,
penggunaan penghakiman keperawatan klinis dalam mengevaluasi resep
penyedia perawatan kesehatan untuk obat dan intervensi, penilaian
keperawatan tentang titrasi obat-obatan dan terapi berdasarkan respon pasien,
penilaian tentang pasien pemantauan, terjemahan dan evaluasi yang cermat
penyedia layanan kesehatan ' instruksi tertulis dan lisan, penggunaan
memeriksa silang identifikasi obat dan identitas pasien dengan produk darah
dan terapi pasien berisiko tinggi lainnya, dan banyak lagi. Hal ini bertujuan
untuk mendokumentasikan tradisi panjang keselamatan pasien dalam praktek
keperawatan.
Sangatlah penting untuk tidak mengesampingkan praktek-praktek
mapan sementara pelaksanaan sangat bermanfaat untuk perubahan seluruh
sistem untuk meningkatkan keselamatan pasien. Sebagai salah satu laporan
Institute of Medicine (IOM) (Kohn, Corrigan, & Donaldson 1999)
menyatakan, perawat menjadi ujung tombak perawatan pasien, sering
menjadi kemungkinan baris terakhir pertahanan dalam mencegah kesalahan
perawatan pasien. Dalam studi baru keselamatan pasien oleh Dewan
Nasional Dewan Negara Keperawatan, ( Malloch, Benner, & Weeks )
mendefinisikan : breakdown Praktek, gangguan atau tidak adanya salah satu
aspek praktek yang baik terjadi ketika individu, tim kesehatan atau sistem

29
perawatan kesehatan tidak hadir untuk satu atau lebih dari unsur-unsur
berikut :
A. Administrasi pengobatan yang aman.
Perawat mengelola dosis yang tepat dari obat yang tepat melalui rute
yang tepat kepada pasien yang tepat pada waktu yang tepat untuk alasan
yang tepat
B. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan memberikan informasi yang relevan
tentang pasien dan tindakan yang dilakukan dalam menanggapi
kebutuhan mereka.
C. Perhatian / Surveillance.
Perawat memantau apa yang terjadi dengan pasien dan staf. Perawat
mengamati kondisi klinis pasien, jika perawat tidak mengamati pasien,
maka dia tidak bisa mengidentifikasi perubahan jika mereka terjadi dan
atau membuat discernments berpengetahuan dan keputusan tentang
pasien.
D. Penalaran klinis.
Perawat menafsirkan tanda-tanda, gejala, dan respon pasien terhadap
terapi. Perawat mengevaluasi relevansi perubahan tanda pasien dan
gejala dan memastikan bahwa penyedia perawatan pasien akan diberitahu
dan perawatan pasien disesuaikan dengan tepat.
E. Pencegahan
Perawat memiliki langkah-langkah untuk mencegah risiko, bahaya,
atau komplikasi karena sakit atau rawat inap. Ini termasuk tindakan
pencegahan jatuh, mencegah bahaya imobilitas, kontraktur, atau stasis
pneumonia.
F. Intervensi.
Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan benar. Interpretasi
dengan tepat. Perawat menafsirkan perintah dengan tepat.
G. Profesional jawab / advokasi Pasien.
Perawat menunjukkan tanggung jawab profesional dan memahami
sifat dari hubungan perawat -pasien. Advokasi mengacu pada ekspektasi
bahwa perawat bertindak secara bertanggung jawab dalam melindungi
pasien dan kerentanan keluarga dan menganjurkan untuk melihat bahwa
30
kebutuhan pasien atau masalah ditangani ( Benner Sheets, Uris, Malloch,
Schwed, & Jamison 2006).

2.3.6.2 Pendidikan
Benner menyarankan dua cara dimana perawat pendidik dapat
menjadi aspek yang signifikan dalam proses pendidikan keperawatan dasar.
Pertama, skema tugas (penugasan) yang bisa membantu mahasiswa
mempelajari keterampilan tentang memperoleh dan menginterpretasikan
etnografi klinis atau kasus penyakit yang dapat menambah kekuatan
mahasiswa untuk mengerti dunia orang lain (pasien). Kedua, praktik
sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa dan dosen, bercerita tentang situasi
klinis tertentu sepanjang waktu, mengkaji apa yang sudah dilihat (diketahui)
dan apa yang terlupa, mendalami bagaimana pemahaman klinis dirubah ke
situasi praktis, dan bagaimana respon perawat dibentuk melalui perubahan
pemahaman ini, serta menyediakan kesempatan untuk mengartikulasi
pembelajaran pengalaman dan pengembangan pengetahuan klinis
mengajarkan mahasiswa untuk merefleksikan pengalaman praktik mereka
dengan tujuan meningkatkan kemampuannya.

2.3.6.3 Penelitian
Lima aspek umum yang dieksplorasi dalam penelitian Benner adalah:
A. Situasi
Ini meliputi pemahaman tentang bagaimana seseorang dikondisikan,
baik secara historis maupun saat ini. Pertanyaan yang diberikan terkait
dengan apakah situasi itu dimengerti sebagai salah satu dari fungsi sosial
yang mulus atau apakah situasi tersebut adalah kehancuran, hal yang baru,
atau kebingungan.
B. Perwujudan
Ini meliputi perwujudan pengetahuan yang menekankan komponen
keterampilan dan respon persptual dan emosional. Perwujudan pemahaman
tentang situasi dieksplorasi seperti pada perawat dengan kompetensi yang
tinggi, respon demi yang terbaik atau respon tubuh seperti pengenalan dini
dari krisis pasien yang tertunda sebagai akibat dari ketajaman perseptual dan

31
rekognisi pola atau pengalaman mual yang diantisipasi pada pasien yang akan
menerima kemoterapi.
C. Keduniawian
Pengalaman waktu hidup adalah cara seseorang memproyeksikan
dirinya ke masa depan dan mengerti seseorang di masa lalu. Keduniawian
lebih dari momen kesuksesan linier, namun meliputi kualitas waktu hidup
atau keabadian.

D. Perhatian
Perhatian adalah cara seseorang mengorientasikan diri secara
bermakan pada situasi tertentu. Perhatian akan mendiktekan apa yang akan
muncul sebagai hal penting dan dengan demikian apa yang akan diketahui
pada situasi tersebut. Perhatian akan menentukan apa saja hal yang dianggap
penting bagi seseorang.
E. Makna umum
Ini adalah makna linguistik apa adanya dan makna kultural yang
membentuk apa yang diketahui, apa masalah yang mungkin terjadi, dan apa
yang mungkin disetujui atau tidak disetujui diantara masyarakat. Sebagai
contoh, situasi di dalam kelas didasarkan pada makna tentang apa maksudnya
menjadi seorang dosen maupun menjadi mahasiswa. Walaupun
ketidaksetujuan tentang pemaknaan tersebut tergantung dari pemahaman
yang lebih baik yang membiarkan perbedaan dan ketidaksetujuan yang berarti
untuk dapat terjadi. Pengkajian dari seluruh aspek di atas sangat penting
untuk memahami pengalaman orang lain dan belajar dari sebuah pengalaman
klinik.

2.3.7. Kelemahan Teori


Teori “From Novice to Expert” Patricia Benner secara umum belum
dapat diaplikasikan di Indonesia karena teori tersebut belum sesuai dengan
kondisi di Indonesia. Artinya, bahwa kewenangan dan kompetensi perawat
yang jelas sehingga pembagian tugasnya terlihat. Pada dasarnya perawat
yang masa kerja lama memiliki ketrampilan yang lebih dibandingkan perawat
yang baru bekerja, meskipun jenjang pendidikannya dibawah perawat yang
baru. Perawat yang memiliki kepandaian lebih, tetapi baru memulai karir
32
sebagai perawat juga akan disebut sebagai perawat “novice”. Perawat
“expert” pun apabila dihadapakan pada situasi klinis yang baru juga akan
kembali menjadi “Novice”. Butuh waktu yang lama untuk menjadi seorang
perawat “expert”. Di Indonesia pembagian kewenangan antara perawat lama
dan baru belum terlihat jelas. Kritik terhadap teori Benner dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu:

2.3.7.1. Kesederhanaan
Benner telah mengembangkan laporan deskriptif interpretif tentang
praktik keperawatan klinis. Konsepnya adalah tingkatan ketrampilan praktik
dari model Dreyfus, meliputi novice, advance beginner, competent,
proficient, dan expert. Benner menggunakan lima konsep ini untuk
menjelaskan praktik keperawatan berdasarkan wawancara, observasi, dan
analisis tentang catatan keperawatan. Dari penjelasan tersebut, kompetensi
perawat dapat diidentifikasi dan dapat dikelompokkan secara induktif dalam
tujuh domain praktik keperawatan sesuai dasar tujuan umum dan maksudnya
(Benner, 1984a). Benner, dkk (1996) dalam studi keperawatan kritis
mengeksplor perbedaan level praktik pada kedalaman dan diusulkan, seperti
dituliskan di awal, bahwa perawat pada level yang berbeda hidup pada dunia
yang berbeda dalam pengertian Heideggerian. Proyek penelitian Benner yang
terus menerus telah menghasilkan sembilan domain dalam praktik
keperawatan kritis (Benner et.al, 1999). Model yang dipakai relatif sederhana
dengan melihat pada lima tingkatan ketrampilan, dan ini menyediakan
perbandingan panduan untuk mengidentifikasilevel praktik keperawatan dari
deskripsi perawat secara individu dan observasi praktik keperawatan yang
sesungguhnya. Interpretasi ini divalidasi dengan persetujuan umum
(mufakat).
Derajat kerumitan dijumpai dalam sub konsep untuk pembedaan
diantara level kompetensi dan kebutuhan untuk mengidentifikasi maksud dan
tujuan. Pendekatan interpretif ini didesain untuk mengatasi ketidakleluasaan
pendekatan rasional-tehnis pada studi dan penjelasan praktik. Walaupun
penjelasan yang berkaitan dengan konsep pelaksanaan level novice
memungkinkan, sepertinya penjelasan pelaksaan expert akan sulit, jika tidak
memungkinkan, dan kegunaan yang terbatas karena terbatasnya sikap
33
obyektif. Dengan kata lain, masalah filosofi tentang kemunduran yang tidak
terbatas akan dijumpai dalam usaha untuk menspesifikkan semua aspek
tentang praktik ahli (expert). Malahan, pemahaman holistik tentang situasi
khusus diperlukan untuk menjadi expert.

2.3.7.2. Pernyataan umum


Model kemahiran ketrampilan “from novice to expert” mempunyai
karakteristik yang universal yang tidak dapat dibatasi dengan umur, penyakit,
kesehatan, atau lokasi praktik keperawatan. Bagaimanapun, karakteristik teori
yang universal menyatakan secara tidak langsung properti operasionalisasi
untuk prediksi adalah bukan bagian dari perspektif ini. Tentu saja, fenomena
perspektif ini mengkritisi keterbatasan keuniversalan dalam mempelajari
praktik terhadap manusia. Model interpretif dalam praktik keperawatan
mempunyai kekuatan untuk mengaplikasikan secara universal sebagai suatu
kerangka kerja, tetapi penjelasannya dibatasi oleh ketergantungan situasi
klinik keperawatan sebenarnya yang diperoleh. Ini digunakan tergantung
pada pemahaman lima level kompetensi dan kemampuan mengidentifikasi
karakteristik maksud dan tujuan yang melekat pada tiap level praktik.
Walaupun pengetahuan klinik berhubungan dan melibatkan isu yang
lokal, spesifik, dan historikal, ini dapat digeneralisasikan dalam istilah
penerjemahan maksud pada situasi yang sama (Guba&Lincoln, 1982). Untuk
menangkap aspek praktis yang berhubunagn, Benner menggunakan laporan
narasi situasi klinik yang sebenarnya dan menjaga pendekatan ini
memudahkan pembaca mengenal maksud dan tujuan yang sama, walaupun
keadaan sekitar relatif berbeda, sebagai contoh penggeneralisasian atau
penggantian digunakan dalam hal berikut: saat membaca atau mendengar
sebuah narasi tentang seorang perawat berhubungan dengan keluarga pasie
yang anaknya meninggal, perawat yang lain dapat menceritakan bahwa
mereka mungkin telah menemukan keluarga lain dengan pasien yang berbeda
umur yang meninggal.

2.3.7.3. Ketepatan empiris


Model teori Benner telah diuji dengan metode kualitatif: 31
kompetensi, 7 domain praktik keperawatan, dan 9 domain praktik
34
keperawatan kritis diderivasi secara induktif. Penelitian-penelitian berikutnya
mengindikasikan bahwa model Benner dapat diaplikasikan dan berguna untuk
pengembangan berkelanjutan pemahaman ilmu pengetahuan dalam praktik
keperawatan. Pendekatan ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan
menekankan pentingnya kepedulian dan etika inti keperawatan serta tanggung
jawab yang melekat pada para ahli praktik keperawatan, yang tidak tampak
bila kita hanya menggunakan strategi ilmiah, teknis, dan kelembagaan untuk
melegitimasi ahli-ahli praktik keperawatan.
Penggunaan proses kualitatif alternatif untuk menemukan
pengetahuan keperawatan menyulitkan rujukan teori Benner ke model
rasional-empirikal. Dimana biasanya peneliti positivistik menggunakan
metode kuantitatif untuk mencari teori yang bisa diaplikasikan dalam praktik,
sedangkan pendekatan interpretif kualitatif menjelaskan para ahli dalam
keperawatan dengan contoh-contoh. Teori Benner lebih tampak sebagai
pembangunan hipotesis daripada pengujian hipotesis. Benner tidak
menjelaskan tentang “bagaimana cara” untuk praktik keperawatan, melainkan
menyediakan metode untuk mengupas dan memasuki situasi yang bermakna
bagi para ahli keperawatan. Altmann (2007) menyatakan bahwa kebanyakan
kritik terhadap teori Benner terjadi akibat kesalahan interpretasi filosofinya
sebagai teori dan evaluasi penelitian kualitatifnya dengan parameter
kuantitatif.

2.3.7.4. Konsekuensi yang bisa diderivasi


Walaupun banyak perawat klinik di seluruh dunia secara antusias
menerima teori “From Novice to Expert”, beberapa akademisi dan
administrator awalnya menginterpretasikan teori ini sebagai pengembangan
tradisionalisme serta mengurangi makna pendidikan dan teori-teori praktik
keperawatan. Pendekatan interpretif kualitatif Benner untuk menginterpretasi
makna dan tingkatan praktik keperawatan menciptakan keraguan pada para
peneliti objektif yang mencari kontrol dan ketepatan. Debat berkelanjutan
berkembang dalam koridor interpretasi kognitif dari konsep Benner tentang
keahlian dan intuisi. Hingga saat ini tidak pernah tersirat kalau konsep
fenomenologikal ini diobjektifkan dan dioperasionalisasikan.

35
Perspektif Benner adalah fenomenologikal, bukan kognitif. Dia
menyatakan “Keputusan klinis dan praktik caring memerlukan interaksi
dengan klien sepanjang waktu, yang menuju pada kondisi perubahan dan hal-
hal baru yang dipelajari. Dalam pandangan keputusan klinis ini, keterampilan
tahu-bagaimana dan tindakan saling brhubungan”. Kekuatan teori Benner
adalah penelitian berbasis data-data berkontribusi pada keperawatan sebagai
disiplin praktik. Signifikansi temuan penelitian Benner terletak pada
kesimpulannya bahwa “pengetahuan klinis seorang perawat relevan dengan
seberapa jauh manifestasi keterampilan perawat dapat memberi perubahan
dan dampak dalam perawatan pasien. Generalisasi didekati melalui
pemahaman makna yang biasa, keterampilan, praktik, dan kapasitas yang
melekat daripada melalui hukum abstrak umum yang memprediksi dan
menjelaskan. Makna, keterampilan, dan praktik yang biasa seperti itu melekat
secara sosial dalam pendidkan tinggi keperawatan dan dalam praktik serta
tradisi keperawatan. Pngetahuan yang melekat pada praktik keperawatan
klinis seharusnya diperkenalkan kepada masyarakat sebagai pengetahuan
publik agar memunculakn pemahaman yng lebih baik tentang praktik
keperawatan. Benner yakin bahwa cakupan dan kompleksitas praktik
keperawatan terlalu luas bagi perawat untuk dapat bergantung pada idealisme,
pandangan dekontekstual dari eksperimen maupun praktik.

36
BAB IV
PENUTUP

Florence nigtingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses keperawatan
dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan lady with the lamp bagi pasien yang sakit. Maka
kita sebagai perawat hasuslah sebagi penerang bagi pasien yang kita rawat. Marilah kita sebagai
perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat. Rawatlah pasien seperti
kita merawat orang yang paling kita sayang. Agar pasien merasa nyaman pada saat di sakit bukan
menderita lagi. jangan pantang menyerah dan berputus asa dalam merawat pasien. Menjadi perawat
bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak mencoba kita tidak akan pernah bisa. Di
dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mempunyai tekad untuk melakukannya dengan
gigih dan rajin.
Dr. Watson adalah seorang sarjana keperawatan Amerika yang lahir di West Virginia dan
sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak tahun 1962, gelar master di keperawatan kesehatan
mental-kejiwaan, dan terus mendapatkan gelar Ph.D dalam psikologi pendidikan dan konseling.Jean
Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu: Kemanusiaan (Human
Beeing), Kesehatan, Lingkungan social, Keperawatan. Dasar dari teori keperawatan Jean Watson di
terbitkan pada tahun 1979 di keperawatan yaitu ”The Philosphy and Science of Caring”. Pada tahun
1988, Watson berpendapat bahwa fokus utama dalam keperawatan ada di faktor carative. Dia
percaya bahwa bagi perawat untuk mengembangkan filsafat humanistik dan sistem nilai, seorang
liberal dengan latar belakang seni yang kuat diperlukan. Sistem filsafat dan nilai memberikan
fondasi yang kokoh bagi science of caring. Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan
terkenal dengan teori pengetahuan manusia dan merawat manusia.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang
kebutuhan manusia yang saling berhubungan di antaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan
untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan
istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Patrcia Banner Lahir Di Hampton,virgia. Ia Memperolah Gelar Sarjana Seni Dari Pasadena
College Tahun 1964. Pada Tahun 1970 Ia Meraih Gelar Master Dalam Keperawatan Dengan
Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Dari University Of California, San Frasisco (UCSF) School
Of Nursing. PhD-Nya Tentang Stress Koping Dan Kesehatan Diberikan Pada Tahun 1982 Dikenal
Karena Teorinya Tentang Stres Dan Coping (Lazarus 1984b). Benner mengeluarkan sebuah teori
yang disebut Teori “From Novice To Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah
profesi. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan perkembangan
profesi meliputi: (1) novice, (2) advance beginner, (3) competent, (4) proficient, dan (5) expert.

37
Asumsi teori benner mengadopsi dari disertasi Brykczynski’s (1985). Berikut penelitian yang
mendukung teori Benner :
A. Tidak ada data yang dapat diintepretasikan. Ini terbebas dari segala asumsi dari pengetahuan
alami bahwa semua tergantung pada bentuk atau konsep-konsep abstrak yang diintepretasikan
(Taylor, 1982).
B. Pengertian-pengertian menanamkan skills, praktik-praktik, perhatian, perkiraan dan hasil
tindakan. Pemahaman-pemahaman tersebut akan dapat berjalan dengan pengetahuan yang
sering didapatkan.
C. Seseorang yang umumnya memberikan perawatan kepada orang lain berdasarkan
kebudayaan, bahasa akan dapat memberikan pengertian dan intepretasi yang benar. Heidegger
1962 mengatakan bahwa yang dapat memberikan pengertian dan pemahamana yang benar
adalah pengorganisasian kebudayaan dan pengertian/pemahaman terdahulu serta
pengembangan pemahaman individu.
D. Peningkatan skills, praktik, perhatian, perkiraan, dan hasil dari tindakan tidak dapat dibentuk
secara lengkap, namun bagaimanapun juga kemampuan tersebut dapat diintepretasikan oleh
orang yang memberikan perawatan kepada orang yang meiliki bahasa, latar belakang budaya
yang sama. Manusia merupakan inteperatsi bagi dirinya sendiri (Heidegger, 1962).
Hermeneutik merupakan intepretasi dari conteks budaya dan arti dari aksi manusia itu sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Benner dan koleganya membuat tema besar yaitu
perawat, individu, situasi dan kesehatan.

38
DAFTAR PUSTAKA

Baly, Monica E. and H. C. G. Matthew, "Nightingale, Florence (1820–1910)"; Oxford


Dictionary of National Biography, Oxford University Press (2004); online edn, May 2005 accessed
28 Oct 2006
Pugh, Martin; The march of the women: A revisionist analysis of the campaign for women's
suffrage 1866-1914, Oxford (2000), at 55.
Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri "Kisah
orang-orang yang telah berjasa". Cetakan pertama 1974. ISBN 979-428-073-9.
Sokoloff, Nancy Boyd.; Three Victorian women who changed their world, Macmillan,
London (1982)
Webb, Val; The Making of a Radical Theologician, Chalice Press (2002)
Woodham Smith, Cecil; Florence Nightingale, Penguin (1951), rev. 1955
Alligood,Martha R.2017.pakar teori keperawatan dan karya mereka.edisi indonesia ke-8
volume 2.indonesia.

39
MAKALAH
TENTANG
PHILOSOPHIES (FLORENCE NIGHTINGALE : MODERN NURSING, JEAN
WATSON : CARING DAN PATRICIA BENNER : EXCELLENCE AND POWER
IN CLINICAL NURSING PRACTICE)

DISUSUN : KELOMPOK 3

1. ELIDIA DEWI 7. SENI MAULIDA FITALOKA


2. ERNA ARYANTI 8. SITI RAHAYU
3. HENI PURWANTI 9. WASIS
4. JUNI 10. WIDA YUSTIRA
5. RIZKY 11. ZADA MARITA
6. SELAMAT PARMIN 12. FAUZIAH H. TAMBUALA
7. Sri

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


JL. CEMPAKA PUTIH TENGAH, CEMPAKA PUTIH KOTA JAKARTA PUSAT

40
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... ..................................1
1.2 Manfaat ................................................................................................ ..................................2
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Florence Nightingale...................................................................................................3
2.1.1 Sejarah Kehidupan Florence Nightingale...........................................................................3
2.1.1.1 Masa Kecil..............................................................................................................3
2.1.1.2 Perjalana Merawat..................................................................................................3
2.1.1.3 Belajar Merawat.....................................................................................................3
2.1.1.4 Kembali Ke Inggris................................................................................................5
2.1.1.5 Perang Krimea........................................................................................................5
2.1.1.6 Bidadari Berlampu................................................................................................7
2.1.1.7 Pulang Ke Inggris.................................................................................................8
2.1.1.8. Karier Selanjutnya...............................................................................................9
2.1.1.9. Meninggal Dunia.................................................................................................11
2.1.2 Teori Konsep Florence Nightingale...................................................................................11
2.2 Teori Jean Watson.............................................................................................................13
2.2.1 Latar Belakang Jean Watson..............................................................................................13
2.2.2 Konsep Utama Teori Dan Model Keperawatan Jean Watson...........................................14
2.2.3 Hubungan Teori Jean Watson Dengan Konsep Utama Keperawatan................................14
2.2.3.1 Kemanusiaan (Human Beeing)..............................................................................16
2.2.3.2 Kesehatan...............................................................................................................16
2.2.3.3 Lingkungan Sosial.................................................................................................16
2.3.3.4 Keperawatan.........................................................................................................17
2.2.3.5 Hubungan Teori Jean Watson Dengan Proses Keperawatan..............................17

41
2.2.3.6 Hubungan Dengan Ciri Teori.....................................................................................19
2.3. Teori Patrcia Banner..........................................................................................................19
2.3.1. Latar Belakang Patrcia Banner..........................................................................................19
2.3.2. Definisi Dan Konsep Utama............................................................................................20
2.3.3. Asumsi Mayor....................................................................................................................23
2.3.4 Penegasan Teoritis.............................................................................................................24
2.3.5. Paradigma Keperawatan....................................................................................................26
2.3.6. Penerimaan Komunitas Keperawatan................................................................................29
2.3.6.1 Praktik...................................................................................................................31
2.3.6.2 Pendidikan............................................................................................................31
2.3.6.3 Penelitian................................................................................................................31
2.3.7. Kelemahan Teori................................................................................................................32
2.3.7.1. Kesederhanaan................................................................................................33
2.3.7.2. Pernyataan Umum..........................................................................................34
2.3.7.3. Ketepatan Empiris..........................................................................................34
2.3.7.4. Konsekuensi Yang Bisa Diderivasi................................................................35
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

42
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber informasi yang kami dapatkan sehingga
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang “philosophies dari Florence Nightingale: Modern Nursing, Jean Watson: Caring, Patricia
Benner: Excellence And Power In Clinical Nursing” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.

Jakarta, 15 september 2019

Penyusun

43
44

Anda mungkin juga menyukai