DOSEN PENGAMPUN
NS, Jufrika Gusni, M.Kep, Sp.Kep.M.B
DISUSUN OLEH :
Frihartini Triozza
23366027
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Biografi dan Model Konsep Florence
Nightingale”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Bapak NS, Jufrika Gusni, M.Kep, Sp.Kep.M.B pada mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan , Jurusan Keperawatan, Universitas Negeri Padang.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak NS, Jufrika Gusni, M.Kep, Sp.Kep.M.B
selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan. Saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Frihartini Triozza
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE
B.MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE
C.KOMPONEN LINGKUNGAN MENURUT FLORENCE NIGHTINGALE
D. PARADIGMA KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE
E.PROSES KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE
F.HUBUNGAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE DENGAN TEORI LAIN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Florence Nightingale adalah seorang tokoh terkemuka di bidang keperawatan, yang dikenal
karena kontribusinya terhadap keperawatan modern. Ia dilahirkan pada 12 Mei 1820 di Florence,
Italia, dan dibesarkan di Inggris. Terlepas dari kenyataan bahwa keperawatan dianggap sebagai
profesi yang tidak cocok untuk wanita dari kelas sosialnya, Nightingale mengejar karir di bidang
keperawatan. Melalui keberaniannya, Nightingale mengubah persepsi masyarakat mengenai
keperawatan dan membantu menetapkan standar profesional untuk praktik keperawatan.
Karirnya mencapai puncaknya ketika ia memimpin tim perawat selama Perang Krimea, di mana
ia mengubah kondisi kritis di rumah sakit militer dan meringankan penderitaan tentara.
II. Lingkungan: Ia meyakini bahwa faktor-faktor lingkungan seperti ventilasi, cahaya, diet,
kebersihan, dan ketenangan memiliki dampak besar pada kesehatan.
III. Kesehatan: Florence Nightingale memahami bahwa kesehatan bukan hanya tentang
penyembuhan penyakit, tetapi juga menjaga keseimbangan dan kesejahteraan.
IV. Keperawatan: Ia memandang perawatan sebagai panggilan suci dan tugas utama perawat
untuk memberikan asuhan yang berorientasi pada kemanusiaan, etika, dan kebutuhan klien.
Teori keperawatan Nightingale masih relevan hingga saat ini dan telah mempengaruhi
perkembangan praktik keperawatan modern. Kontribusi Nightingale dalam bidang keperawatan
telah diakui di seluruh dunia, dan dia dianggap sebagai "Ibu dari keperawatan modern".
Warisannya sangat berharga bagi profesi keperawatan, meletakkan dasar bagi teori keperawatan
melalui filosofi keperawatannya, yang mengidentifikasi peran perawat dalam mengidentifikasi
kebutuhan dasar klien dan pentingnya lingkungan dalam merawat orang sakit. Selain itu,
Florence Nightingale menciptakan standar untuk asuhan keperawatan yang efisien.
Kontribusinya telah diakui di seluruh dunia, dan filosofi serta prinsipnya tetap relevan dengan
pendidikan dan praktik keperawatan saat ini. Apa yang tertulis dalam makalah ini sangat
bermanfaat dan berguna terutama bagi seorang perawat.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Florence Nightingale
Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris,
13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli
statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The
Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang
Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Masa kecil
Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan
dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama
depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasa Inggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya,
William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London,
Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah
keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan
bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa
itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja
dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar
yang membutuhkan.
Perjalanan ke Jerman
Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang
rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya
dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).
Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan
membawa angan-angan tersebut.
Belajar merawat
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri
tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia
tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan
dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes
seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena
ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia
keperawatan.
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa
itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang
jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
1. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
2. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh
3. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati
Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung
melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia
tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan
anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi
berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth,
Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul
dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik
sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence
Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.
Kembali ke Inggris
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen,
sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia
tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan
₤ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan
nyaman dan meniti karirnya.
Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak
pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali
bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari
pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
Perang Krimea
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea.
Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang
luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah
Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan
pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah
tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk
menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya
wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan
karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria
jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis
sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh
Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah
kapal.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di
Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang
mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena
cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit- prajurit yang terluka, dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan,
kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-
potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk
membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah
menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.
Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah
sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
penduduk setempat.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka
dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di
tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah
kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan
serangan seksual.
Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan
mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan
dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh
biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan
pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia
ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada
jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi
yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim
dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit
tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes,
tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang.
Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih
banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan
limbah dan ventilasi udara memburuk.
Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang,
komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan
sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi
yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini
baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan
Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of
the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal
akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.
Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan
kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari
turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan
menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara
sebuah rumah sakit.
Bidadari berlampu
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan
banyak sekali.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada
Mayor Prince.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit
Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling
dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal
sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang
seharusnya sudah meninggal.
Pulang ke Inggris
Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857,
semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di
medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang
paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya
di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia
terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang
menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya
dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat
keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam
pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert
menjadi ketua.
Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia
menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia
merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat
adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan
Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.
Karir selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang
yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert
menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya
Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan
sebuah badan bernama "Dana Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris
Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil
mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih
orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa
dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk
wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat- perawat pria pun jarang ada yang
berpendidikan.
Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan
menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik- baik akan mengijinkan anak-anak
perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai
seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St.
Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah
perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan
gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat
tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru
dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat
dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and
Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin.
Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran
di sekolah tersebut.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit
Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis- gadis berbakat
untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan
sekolah serupa di negerinya masing- masing.
1. Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal- awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah
sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St
Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan
diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary;
Cumberland I nfirmary; Liverpool Royal I nfirmary dan juga di Sydney Hospital, di New
South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini,
disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian
dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi
sangat bermanfaat dalam hal ini.
2. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah
Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan
orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
3. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi.
4. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis
Wanita.
6. Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal
Red Cross) oleh Ratu Victoria.
7. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-
ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order
Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda
jasa ini.
8. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
9. Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak
lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia
menulis, "Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."
Meninggal dunia
Pada bulan Agustus 1910, Florence Nightingale jatuh sakit tetapi tampaknya pulih dan
dilaporkan dalam keadaan bersemangat. Seminggu kemudian, pada Jumat malam, 12
Agustus 1910, dia mengalami serangkaian gejala yang mengganggu. Dia meninggal
secara tidak terduga pada jam 2 siang keesokan harinya, Sabtu, 13 Agustus 1910, di
rumahnya di London.
Secara khas, dia menyatakan keinginannya agar pemakamannya berlangsung tenang dan
sederhana, meskipun masyarakat ingin menghormati Nightingale—yang tanpa kenal
lelah mengabdikan hidupnya untuk mencegah penyakit dan memastikan perawatan yang
aman dan penuh kasih bagi masyarakat miskin dan penderitaan. Menghormati keinginan
terakhirnya, kerabatnya menolak pemakaman nasional. “Lady with the Lamp”
dimakamkan di Hampshire, Inggris.
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu,
asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak
lembab, bebas dari bau-bauan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur
harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh
dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk,
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan
kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan
dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Seperti juga hubungan komoniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan
dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan
komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
Maksudnya adalah suatu keadaan dimana suhu berada dalam keadaan normal
d. Pengendalian kebisingan
Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan
(keributan).
Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga seseorang merasa nyaman.
3. Cahaya
4. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau ruangan. Hal tersebut
perlu dihindarkan karena dapat mengganggu pasien.
5. Variasi/keanekaragaman
6. Tempat tidur
Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang dan juga
pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan gangguan pada kesehatan.
Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan. Oleh karena itu,
pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan halaman.
8. Kebersihan pribadi
Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal menjaga keseimbangan tubuh. Adanya
nutrisi dan pola makan yang baik sangat berpengaruh bagi kesehatan.
Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut kesehatan mental seseorang dalam
menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat perlu dilakukan antara perawat,
pasien dan keluarga. Mental yang yang terganggu akan mempengaruhi
kesehatan pasien.
Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat, dimana seorang perawat
harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.
Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil suatu keputusan tetapi dari
berbagai sisi.
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif),
dan bertingkah laku (konatif) , Vardiansyah (2010)
Dalam Kamus Filsafat memaparkan beberapa pengertian tentang paradigma secara lebih
sistematis. Paradigma dalam beberapa pengertian adalah sebagai berikut: 1) Cara
memandang sesuatu, 2) Dalam ilmu pengetahuan artinya menjadi model, pola, ideal. Dari
model-model ini fenomenon yang dipandang dijelaskan, 3) Totalitas premis-premis
teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah
konkret. Dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu, 4) Dasar untuk
menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Lorens Bagus (2005: 779)
a) Manusia
Meskipun sebagian besar tulisan Nightingale merujuk kepada orang sebagai orang yang
menerima perawatan, dia percaya bahwa orang tersebut adalah makhluk yang dinamis
dan kompleks. Reed dan Zurakowski (1996) menyatakan, "Nightingale membayangkan
orang karena membandingkan fisik". Untuk sebagian besar, Nightingale juga
menggambarkan seorang pasien pasif dalam hubungan ini. Namun, ada referensi khusus
untuk pasien melakukan perawatan diri bila mungkin dan khususnya, menjadi terlibat
dalam waktu dan substansi makanan, dengan demikian, pasien bukan individu yang
benar-benar pasif.
b) Lingkungan
c) Keperawatan
d) Kesehatan
Nightingale (1954) menulis, “kesehatan bukan hanya menjadi baik tetapi untuk dapat
menggunakan dengan baik setiap kekuatan yang kita miliki ". Dari pernyataan ini, kita
dapat menyimpulkan bahwa ia percaya dalam pencegahan dan promosi kesehatan di
samping merawat pasien dari sakit hingga menjadi sehat.
b. Analisa data
Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan
dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
c. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
• Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan
• Ventilasi
• Pembuangan sampah
• Pencemaran lingkungan
• Komunikasi sosial, dll
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
f. Evaluasi
Melibatkan pengamatan dampak perubahan lingkungan pada kesehatan individu.
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
• Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.
• Penyesuaian terhadap lingkungan.
• Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.
a. Teori adaptasi
b. Teori kebutuhan
Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence Nightingale,
sebagai conoth kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan
kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang
bersih. Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan
dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
c. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus
ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat
mendorong individu untuk mengambil tindakan positif dalam mencapai keinginan atau
kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga
individu tidak dapat mengatasi. Florence Nightingale menekankan penempatan pasien
dalam lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya
tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu dipandang
sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh
kuat pada kemampuan koping individu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Florence Nightingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan Lady With The Lamb bagi
pasien yang sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebagai penerang bagi pasien yang kita
rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita
rawat. Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang.
Agar pasien merasa nyaman pada saat dia sakit, jangan pantang menyerah dan berputus
asa dalam merawat pasien. Menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita
tidak mencoba kita tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita
mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan rajin.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6283099/Makalah_Florence
https://www-history-com.translate.goog/topics/womens-history/florence-nightingale-
1?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
https://www.academia.edu/11126269/Florence_Nightingale
https://www.scribd.com/doc/120266748/Model-Dan-Konsep-Keperawatan-Florence-
Nigtinghale
https://www.academia.edu/34347633/MAKALAH_KONSEP_DASAR_KEPERAWATAN_Te
ntang_Konsep_Metode_Teori_Keperawatan_FLORENCE_NIGHTINGALE
https://www.academia.edu/7963359/Pengaruh_konsep_florence