Anda di halaman 1dari 24

TEORI KEPERAWATAN FLORENCE NIGHTINGALE

Dosen Pengampu:
Maria Silvana Dhawo, MHPEd

Oleh:

1. Charitya Thisonda 113063C218008


2. Dian Pasponuwu 113063C218052
3. Muhammad Amrullah 113063C218031
4. Yantri Herlina 113063C218048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


BANJARMASIN

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................
1.2.Tujuan ..............................................................................................................

BAB 2 TEORI
2.1. Biografi ............................................................................................................
2.2. Konsep teori ....................................................................................................
2.3. Metaparadigma keperawatan ......................................................................
2.4. Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan ............

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan .....................................................................................................
3.2. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan atau asuhan keperawatan profesional yang
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan obyektif klien,
mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntunan utama. Teori keperawatan berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan
keperawatan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan.
Teori Evironmental Nightingale dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu
dari keperawatan modern” meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral
untuk dipenuhi oleh seorang wanita. Konsep utama bagi kesehatan adalah
ventilasi, kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan ketenangan. Hampir semua
model keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan profesional
menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yang disebut dengan paradigma
keperawatan, yakni :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan
3. Kesehatan
4. Keperawatan
Teori Keperawatan Nightingale sangat bermanfaat bagi dunia
keperawatan, yang meletakan dasar teori keperawatan melalui filosofi
keperawatan yakni dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang sakit yang dikenal dengan teori lingkungannya. Selain itu
Florence juga membuat standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien.
Florance nightingale Dalam tulisannya notes on nursing: what it is and
what it is not, Florence nightingale mendirikan filosofi keperawatan pertama
berdasarkan perawatan dan perbaikan kesehatan (nightingale, 1860). Pandangan
beliau mengenai keperawatan timbul dari filosofi spiritual yang tumbuh pada
masa remaja dan dewasanya (macrae, 1995) dan menggambarkan perubahan
dalam kebutuhan masyarakat. Beliau memandang peran keperawatan sebagai
“tugas menjaga kesehatan seseorang” berdasarkan pengetahuan “bagaimana
membuat tubuh berada dalam keadaan yang bebas penyakit atau untuk sembuh
dari penyakit”. Pada tahun yang sama, beliau mendirikan program pertama yang
terorganisasi untuk melatih perawat yaitu Nightingale Ttraining School for Nurses
di rumah sakit ST. Thomas di kota London.
Nightingale merupakan perawat ahli epidemologi pertama yang melakukan
praktik. Analisis statistiknya menunjukan hubungan antara sanitasi yang buruk
dengan kolera dan disentri. Beliau memandang keperawatan sebagai pencarian
kebenaran dalam menemukan jawaban dari persoalan pertanyaan kesehatan
dengan menggunakan hokum kesehatan milik tuhan dalam praktik keperawatan.
Pada tahun 1853, nightingale menuju paris untuk belajar bersama dengan
sister of charity dan selanjutnya ditunjuk sebagai pengawas rumah sakit umum
Inggris di Turki. Pada periode ini, Nightingale membuat perubahan dalam praktik
hygiene, sanitasi dan praktik keperawatan. Beliau menjadi relawan saat perang
Crimean tahun 1853 dan mengunjungi rumah sakit dimedan perang pada malam
hari dengan membawa lampu ia kemudian dikenal sebagai “lady with the
lamp”. Fasilitas dasar, sanitasi dan nutrisi pada rumah sakit dimedan perang
sangat buruk. Akhirnya beliau ditugaskan untuk mengatur dan memperbaiki
kualitas dari fasilitas sanitasi. Sebagai hasilnya, angka kematian pada rumah sakit
barracks di scutari turki menurun dari 42,7% menjadi 2,2% dalam 6 bulan.
Usaha Florance Nightingale merupakan model awal keperawatan. Meleis
(2006) menyebutkan bahwa konsep Florance Nightingale tentang lingkungan
berfokus pada pelayanan keperawatan dan sarannya bahwa perawat tidak perlu
mengetahui semua tentang proses penyakit yang merupakan awal usaha untuk
membedakan antara keperawatan dan kedokteran.
Florance Nightingale tidak melihat keperawatan sebagai batasan administrasi
medikasi dan pengobatan, tetapi lebih sebagai penyedia udara segar, pencahayaan,
kehangatan, sanitasi, ketenangan, dan nutrisi yang adekuat. Melalui observasi dan
kumpulan data, Nightingale menghubungkan status kesehatan klien dengan factor
lingkungan, diawali dengan perbaikan hygiene dan sanitasi selama perang
Crimean.
Teori diskriptif Nightingale memberikan perawat cara berpikir tentang klien
dan lingkungannya. Catatan dan tulisan Nightingale membantu perawat melayani
klien. Prinsipnya termasuk area praktik, penelitian dan edukasi. Yang terpenting,
konsep dan prinsipnya membentuk dan menjelaskan praktik keperawatan.
Nightingale mengajarkan dan menggunakan proses keperawatan, menyatakan
bahwa “observasi pentingbukan untuk membantu mengumpulkan berbagai
informasi atau fakta, tetapi untuk membantu keamanan hidup dan meningkatkan
kesehatan dan kenyamanan”.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
membaca dan mempelajari tentang teori keperawatan menurut
Florence Nightingale.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui biografi Florence Nightingale
2. Untuk mengetahui konsep teori keperawatan menurut Florence
Nightingale
3. Untuk mengetahui metaparadigma keperawatan dan teori tersebut
4. Untuk mengetahui aplikasi teori tersebut dalam proses asuhan
keperawatan
BAB 2
TEORI KEPERAWATAN MENURUT FLORENCE NIGHTINGALE

2.1. Biografi

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal


di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat
modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu
(bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut
mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung
Krimea, Rusia.

Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan


kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada
pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail
menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik
pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia
dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze
dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan
keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki
seorang saudara perempuan bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat
perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya
sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,
sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan.

Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal


lebih jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta
Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di
sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian yang
dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta pada pekerjaan
sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.

Florence Nightingale sewaktu masih muda.

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai
seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah.
Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus
hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak
usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan
seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena pada tahun
itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia
keperawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah
rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk
datang ke rumah dan dirawat di rumah.

Perawat pada masa itu hina karena:

 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara
yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan
terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik
dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di
rumah sakit dengan tidak senonoh
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan
karena alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik


tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga
biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga
secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari
pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk
kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit.
Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia
menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk
menenangkan pikiran. Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi
ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati di sana.
Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari
keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang
menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga
Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga
pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Prancis.
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan
mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the
Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper
Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya
memberinya 500 per tahun (setara dengan 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa
sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti kariernya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena


mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini mengubah peraturan tersebut dan
memberinya izin tertulis bahwa; rumah sakit akan menerima tidak saja pasien
yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka,
termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam. Komite Rumah Sakit pun mengubah
peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea.


Tentara Inggris bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia.
Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan
lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi
ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama
sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau
mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya
telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney
Herbert, untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney
Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan
diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom,
namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan
Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih
oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki
menumpang sebuah kapal.

Gedung Barak Rumah Sakit di Scutari sekarang

Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit


pinggir pantai di Scutari. Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih
mengerikan dari apa yang mereka bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan
terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua
ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus
prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada
yang merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka
memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup
pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela
dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan
dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau
tak sedap. Florence diajak mengelilingi tempat tersebut oleh Mayor
Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat
tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita
yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang
berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian
tenda.
Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

 Perban diganti secara berkala.


 Obat diberikan pada waktunya.
 Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
 Meja kursi dibersihkan.
 Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk
setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun


selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan
rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang
seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang.
Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah
pengawasan Florence Nightingale. Ia juga menangani perawat-perawat lain
dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini
dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi
menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat
seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan
seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang
anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit
di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya di mana profesi
keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada di bawah
pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence
menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-
obatan yang ia ketahui. Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit
tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka
kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit
lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada di
sana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali
lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera,
dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi
di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih
banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem
pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence
Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem
pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun
drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan
oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan
tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan
mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan
Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia
diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi
rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada kariernya
di kemudian hari di mana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan
sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka
kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan
betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah
rumah sakit.

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu,
seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak
korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama,
namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang
terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban
selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence
memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena
bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati
kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan
melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas
medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan
membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence
berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan
mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita.
Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari


Berlampu". Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis
puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan
bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari,
sendirian, dengan membawa lampu.

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7


Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia
lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia
merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri.
Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire,
ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan
oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang menyerangnya selama perang
Krimea.[5] Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan
jarang meninggalkannya. Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu
Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya -
Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk
Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita,
Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan
1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan
alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya
pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata
dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu


untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya
pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk
pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati
Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh
tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama "Dana
Nightingale", di mana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati
Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang
besar sekali sejumlah 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-
orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa
dari kematian. Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah
perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria
pun jarang ada yang berpendidikan. Florence berargumen bahwa dengan adanya
sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari
keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah
di sana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas
Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan
sekolah perawat tersebut. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh
gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di
Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan
perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar
baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan
orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan
Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery)
dan merupakan bagian dari Akademi King College London. Sebagai pimpinan
sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya
mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di
sekolah tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence
menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah
sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah
Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana
untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal
keluarganya. Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara
modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.

Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-


gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka
diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah
tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan
profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior
(matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's
Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the
Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria
Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool
Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan
serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat
bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang


Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku
acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya.
Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan
eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit
dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas
Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih
pertama Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan
membuat Linda kembali ke Amerika Serikatdengan pelatihan dan pengetahuan
memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 1883 Florence
dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu
Victoria.

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan
beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang
jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang
menerima bintang tanda jasa ini. Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary
Freedom of the City dari kota London. Nightingale adalah seorang anggota Gereja
Anglikan Inggris. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang
tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
"Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13


Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster
Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East
Wellow, Hampshire, Inggris.

2.2. Konsep Teori

Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah


sebagai fokus asuhan keperawatan,dan perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada pemberianudara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang Adekuate (jumlah vitamin
atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan
dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat
mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan
profesilain. Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan,sehingga akhirnya dikembangkan secara luas,, paradigma perawat
dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah
kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada
pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien
dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan
fisik, lingkungan psiklologis dan lingkungan sosial.
1. Lingkungan Fisik ( Physical environment )
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara.Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus
bebas dari debu, asap,bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus
mendapatkan 4 penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah.
Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.
2. Lingkungan psikologi (Psychology environment )
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh
karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang
semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang dalam suatu kontek slingkungan secara menyeluruh, komunikasi
jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan di lingkungan
pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasienatau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk
menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu,
membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal
yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa
nyaman
3. Lingkungan Sosial (Social environment)
Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama
hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-data yangspesifik dihubungkan
dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan
demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi (pengamatan)
dalam hubungan dengan kasus- kasus secara spesifik lebih sekadar data- data yang
ditunjukan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komoniti dengan
lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungan individu pasien
yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan
rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

2.3. Metaparadigma keperawatan

Konsep Utama Paradigma Keperawatan Teori F.Nightingale

2.3.1 Manusia

Manusia mencerminkan tiga komponen, yaitu body, mind, and spirit.


Ketiga komponen tersebut saling berpengaruh dan menjadi satu kesatuan.
Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kebutuhan-
kebutuhan tersebut melipupi kebutuhan bio-psiko,sosio,spiritual, kultural
(Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Ners, 2012). Manusia mencari dan
menggunakan sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasarnya.

Keperawatan melihat manusia sebagai seorang klien yang menjadi sasaran


utama dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
pandangan Nightingale mengenai manusia. Nightingale melihat manusia sama
seperti seorang klien. Konsep manusia menurut Nightingale, yaitu hubungan
timbal balik manusia dengan lingkungannya (Yetti, 2014).

Nightingale dikenal dengan teori keperawatannya yang berlandaskan pada


lingkungan sekitar pasien. Lingkungan yang dimaksud oleh Florence, yaitu
lingkungan fisik yang meliputi kebutuhan dasar manusia. Hal ini dikarenakan
situasi Nightingale yang berada pada situasi perang. Konsep manusia dalam
keperawatan menjadikan manusia sebagai pusat dalam pemberian asuhan
keperawatan dan landasan dalam praktik/asuhan keperawatan. Manusia selalu
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan hal ini dapat mempengaruhi status
kesehatannya.

Nightingale telah menginspirasi dunia keperawatan melalui pemikiran-


pemikiran hebatnya. Nightingale beranggapan bahwa setiap manusia merupakan
individu yang berbeda. Nightingale berfokus pada tujuan dalam meningkatkan
kesembuhan klien, yaitu lebih bertindak produktif dan memberikan asuhan
keperawatan yang lebih efisien. Hal ini yang menganjurkan perawat untuk
bertanya pendapat klien mengenai asuhan/pelayanan keperawatan yang
diberikan sudah sesuai dengan kondisi klien atau belum. Nightingale menekankan
bahwa perawat mengontrol dan bertanggung jawab terhadap lingkungan internal
dan eksternal klien. Hal ini secara langsung mengharuskan perawat untuk mampu
mengendalikan keinginan pribadi dan perilaku masing-masing
individu. Nightingalemenekankan untuk dapat menghargai setiap orang dari
berbagai latar belakang dan tidak menghakimi orang lain.

2.3.2 Sehat-Sakit

Kesehatan adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, dipelajari,


dilindungi, dan ditingkatkan. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus inverstasi
serta modal utama untuk berkarya dan beraktifitas serta produktif merupakan
tujuan hidup manusia. Sehat adalah keadaan seseorang yang dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya sebagai umat manusia sesuai dengan tingkat dan derajat
masing-masing. Sehat yaitu individu yang mampu memanipulasi pengaruh
lingkungan tanpa menimbulkan ketegangan serta tidak menimbulkan ketidak
seimbangan pada dirinya. Sehat adalah adanya keseimbangan komponen-
komponen biologis, psikologis, sosial budaya dan spritual individu.

Nightingale mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan baik dan


menggunakan semua kekuatan atau sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Alligood dan Tomey, 2010). Nightingale juga mendefinisikan kesehatan sebagai
kondisi sejahtera dan mampu memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga
batas maksimal, sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan
tubuh untuk membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu
dapat kembali sehat (Asmadi, 2008). Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh
berbagai macam dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh,
baik fungsi jaringan itu sendiri maupun fungsi tubuh.

Nightingale melihat penyakit sebagai proses pergantian atau perbaikan


(reparative process) (Kusnanto, 2004). Konsep sehat-sakit Nightingale berfokus
pada perbaikan untuk sehat. Asumsi sehat-sakit Nightingale ialah perawatan
sebagai wujud tanggung jawab seseorang terhadap kesehatan. Manfaat teori ini
ialah menjadi suatu pijakan bagi pengembangan teori keperawatan sesudahnya,
dapat diterapkan dengan modifikasi dalam banyak tatanan keperawatan,
mendorong pemikiran produktif bagi perawat dan profesi keperawatan (Asmadi,
2008).

2.3.3 Lingkungan

Lingkungan adalah semua kondisi yang mungkin mempengaruhi klien dan


tempatnya berada, dimana terdapat kebutuhan pelayanan kesehatan.Terdapat
hubungan berkelanjutan antara klien dan lingkungan. Hubungan tersebut dapat
berupa pengaruh positif dan negative pada tingkat kesehatan manusia dan
kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain itu, semua faktor-faktor di rumah, tempat
kerja, atau komunitas juga mempengaruhi tingkat kesehatan klien dan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
Dengan meyakini pentingnya faktor kondisi lingkungan yang sehat
berhubungan dengan status kesehatan klien. Didalamnya terdapat banyak
komponen lingkungan yang penting yang berpengaruh pada kesehatan, seperti
udara segar, air bersih, saluran pembuangan yang efisien, kebersihan, cahaya, dll.
Dengan aspek komponen lingkungan yang paling diutamakan
oleh Nightingale ketika melakukan perawatan terhadap klien yaitu ventilasi yang
cukup bagi klien.
Pada Meleis (2006) menyebutkan bahwa konsep Nightingale tentang
lingkungan berfokus pada pelayanan keperawatan dan sarannya, bahwa perawata
tidak perlu mengatahui semua tentnag proses penyakit yang merupakan awal
usaha untuk membedakan antara keperawatan dengan kedokteran, seperti
penyediaan udara segar, pencahayaan, kehangatan, sanitasi, ketenangan, dan
nutrisi yang kuat (Nightingale, 1860)
2.3.4 Keperawatan

Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi pada manusia dan


kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat diatas
kepentingan sendiri, menggunakan pendekatan holistic, bentuk pelayanannya
bersifat humanistik, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berpegang pada standar asuhan keperawatan serta menggunakan kode etik
keperawatan sebagai tuntutan utama melaksanakan asuhan keperawatan. Teori
Nightingale dan kaitannya dengan keperawatan, Nightingale merupakan pelopor
model awal keperawatan

2.4. Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan

2.4.1. Pengkajian

Data pengkajian florence nightingale lebih menitikberatkan pada kondisi


lingkungan (lingkungan fisik, psikis, dan sosial)

2.4.2. Diagnosa Keperawatan

Berbagai masalah klien berhubungan dengan lingkungan antara laib:

1. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhdapa efektifitas asuhan


2. Penyesuaian terhadap lingkungan
3. Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektifitas asuhan

2.4.3. Perencanaan

Upaya dasar dalam mempengaruhi pertumbuhan klien dalam konteks lingkungan


yang sehat dan nyaman

2.4.4. Implementasi
Mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan
yang baik untuk mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan
individu

2.4.5. Evaluasi

Mengobservasi dampak lingkungan terhadap kesehatan individu

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teori model konsep Florence nightingale memposisikan lingkungan
sebagai focus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu lagi memahami
seluruh proses penyakit, dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan
dengan kedokteran. Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam
perkembangan praktek keperawatan, sehingga dikembangkan secara luas dengan
tindakan yang hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan
tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses perawatan pada pasien sehingga
perlu diperhatikan. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang
hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih
berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuat (Nightingale, 1860; Torres 1986).
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit tetapi
tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah
merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting dan
sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit. Perawat juga bukan
hanya memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit tetapi mereka juga harus
bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, social pasien sembuh.
3.2. Saran
Floren Nightingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam
proses keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Marilah kita sebagai
perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita rawat.
Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayangi. Menjadi
perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau kita tidak menacoba kita
tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita
mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan penuh kasih sayang.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale
https://www.academia.edu/6283099/Makalah_Florence

https://id.scribd.com/doc/213917603/teori-keperawatan-Florence-Nightingale

https://www.scribd.com/document/360789437/makalah-teori-n-FLORENCE-docx

Anda mungkin juga menyukai