Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah, bimbingan, dan ridho-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Analisis Terhadap Orang Sekitar
Berdasarkan Teori Florence Nightingale". Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
teori dan falsafah keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang selalu memberikan dukungan,
arahan serta masukan sehingga penulisan ini bisa diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini,
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadi perbaikan di masa
yang akan datang

Semarang, 25 November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN..

1.1 Latar Belakang..

1.2 Rumusan Masalah..

1.3 Tujuan..............

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....

2.1 Biografi Singkat

2.2 Konsep Teori…………………………..

2.3 Model Konseptual..

2.4 Tahapan Proses Keperawatan..

2.5 Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teort Lain..

2.0 Aplikasi dan Penerapan.

2.7 Paradigma.....

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.

3.1 Deskripsi Hasil Wawancar..............


3.2 Analisis Kasus..............

3.3 Implementasi Teor...............

3.4 Paradigma Keperawatan.......

3.5 Perencanaan Upaya

BAB IV KESIMPULAN..

4.1 Kesimpulan...

4.2 Saran..

DAFTAR PUSTAKA.

BABI PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era modern keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari keperawatan menuju kepada
keperawatan sebagai profesi. Bermula dari pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale
yang mempunyai visi yang sangat maju tentang keperawatan dalam perkembangan teori
keperawatan. (Kusnanto, 2004).

Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan
bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan, memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan digunakan untuk mengembangkan
model konseptual dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung makna
penerapan struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat menerapkan cara kerjanya
dalam batas kewenangannya sebagai perawat, Konsep keperawatan merupakan gagasan untuk
menyusun kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan
merupakan cara pandang terhadap situasi dan kondisi kerja yang melibatkan perawat di dalamnya.

Model konseptual keperawatan memberikan panduan bagi organisasi dimana perawat mendapatkan
informasi sehingga mereka peka terhadap apa yang terjadi pada satu waktu dan mengetahui apa
yang harus dilakukan perawat lakukan. Pandangan model dan teori konsep ini merupakan
gambaran bentuk pelayanan keperawatan yang akan diberikan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia berdasarkan tindakan dan ruang lingkup pekerjaan dengan arah yang jelas dalam
pelayanan keperawatan. Dalam keperawatan terdapat beberapa model konsep keperawatan
berdasarkan pandangan para ahli di bidang keperawatan, yang memiliki keyakinan, dan nilai-nilai
yang mendasarinya, tujuan yang ingin dicapai serta pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
disana dan salah satunya adalah "Concept Model and Nursing Theory of Florence Nightingale".

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan klien
berdasarkan teori Florence Nightingale?

2. Bagaimana cara mengaplikasikan teori yang efektif berdasarkan teori Florence Nightingale?

3. Bagaimana cara mengaplikasikan asuhan keperawatan berdasarkan teori Florence Nightingale


4. Bagaimana implementasi konsep teori Florence Nightingale?

5. Bagaimana hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma keperawatan menurut teori
Florence Nightingale?

1.3 Tujuan

1. Mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi klien berdasarkan


teori Florence Nightingale.

2. Memberikan gambaran keefektifan pengaplikasian teori untuk klien berdasarkan teori Florence
Nightingale

3. Memberikan gambaran pengaplikasian asuhan keperawatan dengan penerapan teori Florence


Nightingale.

4. Implementasi konsep teori Florence Nightingale

5. Menggambarkan hubungan perawat dan klien berdasarkan paradigma keperawatan menurut teori
Florence Nightingale

BAB II

2.1 Biograpi Singkat

PEMBAHASAN

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan panjang
keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa
Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan
bernama Parthenope. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan
bercita-cita tinggi yang bernama William Edward Nightingale,

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William
Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris.
Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang.
Ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. la senang
memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin
yang sakit serta rajin beribadah

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras Kakaknya,
Parthenope, hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah karena pada masa
itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan
malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang
membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat iamen dengar suara
Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas,

Pada saatitu Florence berusia tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis
di buku hariannya tentang pengalamannya itu dengan judul "Tuhan berbicara kepadaku dan
memanggilku untuk melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?"

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena status
sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga
miskin yang hidup di gubuk-gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi
pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit. Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan
mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan
kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang

hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang
dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat. Karena pada masa itu, pekerjaan
sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina. Adapun alasannya adalah sebagai
berikut:

a. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang
mengikuti ke mana tentara pergi

b. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga
profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak
pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di ramah sakit dengan tidak
sopan (tidak senonoh).

e. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki dari pada perempuan karena alasan-
alasan di atas

d. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak dibandingkan menjalankan
tugasnya sebagai seorang perawat.

Meskipun mengahadapi hambatan dari keluarga dan alasan-alasan Florence tetap memiliki
keinginan yang kuat untuk menjadi seorang perawat. Ketika berumur 20 tahun Florence meminta
izin kepada orang tuanya untuk bekerja dirumah sakit dan belajar tentang keperawatan. Akan tetapi
orang tuanya tetap tidak mengizinkannya karena keadaan rumah sakit pada saat itu sangat
memprihatinkan. Walaupun mendapat larangan dari kedua orang tuanya semangat Florence untuk
menjadi perawat tidak hilang

Pada suatu hari nenek Florence sakit dan saat itu Florence mendapat kesempatan untuk merawat
neneknya sampai pada akhirnya beliau meninggal. Dengan pengalaman merawat neneknya
tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat
bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik karena
menolong sesama manusia sama halnya dengan mengabdikan diri kepada Tuhan. Florence
bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi
seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dr. Samuel Howe
menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang
tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu
pekerjaan yang membawa kebaikan bagi

orang

lain". Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic

Sisters of Charity yang memberikan jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan
melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan
oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat
tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit
jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat
disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa. Florence sangat tertarik dan
bersemangat menanggapi cerita Dr. Howe dan mengatakan bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.
Pada bulan Juli 1850 saat ia telah berusia 30 tahun, Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman.
Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap
baru, sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.
Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai
pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia
memasukkan pemikiran- pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang
revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien,
dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga
menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut menerima semua pasien
dari semua denominasi dan agama. Disini Florence beragumentasi sengit dengan komite rumah
sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan
mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis
berbunyi: "Rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi
dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta
mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam"

2.2 Konsep Teori

1. Definisi Teori

Teori merupakan kumpalan konsep, definisi, dan usulan yang memproyeksikan

sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan merancang hubungan khusus

antar-konsep guna menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan/atau mengendalikan

fenomena yang ada. (Asmadi, 2008)

Untuk memudahkan alur berpikir mengenai hubungan dan pengaruh logisantar- konsep serta untuk
merealisasikan teori keperawatan ke dalam praktik, diperlukan suatu model keperawatan.
Keperawatan sebagai ilmu dan profesi harus didukung oleh teori dan model konseptual agar
pelayanan keperawatan yang diberikan semakin professional. (Asmadi, 2008)

Florence Nightingale adalah salah satu perawat pertama untuk mendokumentasikan dampak
lingkungan yang dibangun terhadap pasien. Selain menulis tentang sanitasi, tingkat infeksi, dan
ventilasi, Nightingale memahami bahwa aspek lingkungan seperti warna, suara, dan cahaya,
bersama dengan kehadiran perawat, memberikan kontribusi untuk mendapatkan kesehatan
Florence Nightingale, yang kita kenal sebagai perawat yang membangun landasan teori bagi profesi
keperawatan, mengembangkan dan menerbitkan suatu filosofi dan suatu teori tentang hubungan
antara kesehatan dan keperawatan Titik berat teori ini adalah pada aspek lingkungan. Nightingale
meyakini bahwa kondisi lingkungan yang sehat penting untuk penanganan perawatan yang layak.
(Soemowinoto, 2008)

2. Konsep Mayor Teori Florence Nightingale

Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus asuhan

keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam
upaya memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan
keperawatan tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan
lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (jumlah vitamin atau mineral yang
cukup), dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa
tergantung dengan profesi lain. Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik
keperawatan, sehingga akhimya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan
keperawatan hanya memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi
lingkungan dapat mempengarui proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti
konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara keseluruhan,
terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan Fisik (Physical environment)


Merupakan lingkungan dasar alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut
mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien
dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur
pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-banan.
Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun
dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan
bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

b. Lingkungan Psikologi (Psychology environment) Florence Nightingale melihat bahwa kondisi


lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stres fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan
sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk
dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks
lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-
putus, Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari
pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang
berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan
dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat
memberikan rasa

nyaman.

e. Lingkungan Sosial (Social environment)

Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan spesifik

(khusus), kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan

penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap

perawat harus menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam

hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada
umumnya. Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu
dibicarakan dalam hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak
hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

2.3 Model Konseptional

a. Keperawatan adalah profesi dengan tujuan menemukan dan menggunakan hukum alam dalam
pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Ningtingale menegaskan bahwa keperawatan
adalah ilmu dan kiat yang memerlukan pendidikan formal untuk merawat orang yang sakit.

b. Tujuan tindakan keperawatan adalah memelihara, mencegah infeksi, dan cedera, memulihkan
dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan.

c. Alasan tindakan keperawatan yakni menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara
alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.

d. Konsep individu adalah kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang lengkap
dan berpotensi

e. Konsep sehat adalah keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya secara
penuh.

f. Konsep lingkungan adalah bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan.

2.4 Tahapan Proses Keperawatan

Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah

yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang. Dalam proses

keperawatan, ada lima tahap dimana tahap-tahap tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling

berhubungan. Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan

tindakan yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien.

a. Pengkajian pengumpulan data

Data pengkajian Florence N. lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis
dan sosial).

b. Analisa data

Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan kondisi
klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.

c. Masalah

Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya

Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan

• Ventilasi

• Pembuangan sampah

⚫ Pencemaran lingkungan

Komunikasi sosial, dil

d Diagnosa keperawatan
Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain:

•Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.

• Penyesuaian terhadap lingkungan.

⚫ Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.

e. Implementasi

Upaya dasar mengubah mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi


lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan individu

f. Evaluasi

g Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.

2.5 Hubungan Teori Florence Nightingale dengan Teori Lain

Dibawah ini adalah Teori yang dicetuskan oleh beberapa Ahli yang dihubungkan dengan Teori
Environment:

a. Teori Adaptasi (Roy,1968)

Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh.
Dalam memenuhi kebutuhannya manusia selalu dihadapkan

berbagai persoalan yang kompleks sehingga dituntut adanya melakukan adaptasi

Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang
dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya respon
adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya berperan
penting pada setiap individu dalam merespon adaptif atad mal adaptif.

b. Teori Kebutuhan (Hierarki Maslow)

Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence Nightingale, sebagai
contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan
lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih. Teori kebutuhan
menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia
dalam mempertahankan

c. Teori Stress (Sarafino, 1994)

Sarafino mendefinisikan Stress sebagai suatu kondisi yang muncul ketika individu berhubungan
dengan lingkungannya, individu merasakan ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan situasional
dengan sumber daya biologis, psikologi, sosial dan spiritual yang dimilikinya. Sarafino juga
mengungkapkan bahwa stres dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni stress sebagai stimulus,
stress sebagai respon dan terakhir stres sebagai interaksi anatara individu dan lingkungannya.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak dapat
mengatasi, Florence Nightingale menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum
sehingga akan menimbulkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien
dengan tiba-tiba semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya
stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping individu

2.0 Aplikasi dan Penerapan

Aplikasi Teori Florence Nightingale

a Individu/manusia

Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.

b. Keperawatan

Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan
melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.

e. Sehat/sakit

Fokus pada perbaikan untuk sehat.

d. Masyarakat lingkungan

Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus
pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya

Penerapan Teori Florence Nightingale

a. Memberikan ruang yang nyaman untuk pasien dengan ventilasi yang baik.

b. Tersedianya air bersih untuk kebutuhan pasien.

e. Menempatkan pasien pada situasi yang tenang dan kondusif.

2.7 Paradigma

Paradigma Keperawatan Florence Nightingale berorientasi pada lingkungan. Dia percaya bahwa
lingkungan pasien harus diubah untuk memungkinkan alam untuk bertindak atas pasien. Menurut
Florence Nightingale ada empat komponen paradigma keperawatan sebagai berikut:

a. Manusia

Meskipun sebagian besar tulisan Florence Nightingale merujuk kepada orang sebagai orang yang
menerima perawatan, dia percaya bahwa orang tersebut adalah makhluk yang dinamis dan
kompleks. Florence Nightingale membayangkan orang karena membandingkan fisik. Untuk
sebagian besar, Florence Nightingale juga menggambarkan seorang pasien pasif dalam hubungan
ini. Namun, ada referensi khusus untuk pasien melakukan perawatan diri bila mungkin dan
khususnya, menjadi terlibat dalam waktu dan substansi makanan, dengan demikian, pasien bukan
individu yang benar-benar pasif.

b. Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat dimanipulasi untuk menempatkan
pasien dalam kondisi terbaik bagi alam untuk bertindak. Teori ini memiliki komponen baik fisik
maupun psikologis Komponen fisik dari lingkungan mengacu pada ventilasi, hangat, ringan, nutrisi,
obat-obatan, stimulasi, ruang, suhu, dan aktivitas Komponen psikologis meliputi menghindari
memberikan harapan yang terlalu menasehati yang berlebihan tentang penyakitnya. Terdapat pula
komponen sosial diantaranya hubungan intrapersonal, interpersonal dan juga ekstrapersonal

Keperawatan

Florence Nightingale percaya keperawatan sebagai panggilan jiwa. Perawat adalah untuk

membantu alam yang menyembuhkan pasien. Perawat yang menggunakan akal sehat,
pengamatan, dan kecerdasan memungkinkan alam untuk efektif memperbaiki pasien,

d. Kesehatan

Florence Nightingale berpendapat bahwa harus dilakukan pencegahan dan promosi

kesehatan di samping merawat pasien dari sakit hingga sehat kembali.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Hasil Wawancara

Kasus

Pada hari Kamis, 24 November 2022 pukul 21.58, saya mewawancarai narasumber berinisial

AA berumur 17 tahun berjenis kelamin perempuan. Nona AA bertempat tinggal di provinsi

Jakarta. Keseharian Nona AA adalah membantu kedua orang tuanya dan bersekolah di salah

satu SMA di daerah Jakarta dengan minat IPS. Dalam wawancara tersebut, klien

menceritakan bahwa Nona AA mengalami sedikit gangguan pikiran (over thinking) karena

banyak suara dari teman-temannya yang membuat Nona AA tidak nyaman. Selain itu Nona

AA juga bercerita bahwa beliau memiliki kelainan usus buntu yang sudah akut dan asam

lambung ditambah lagi dengan imun tubuh yang semakin berkurang seperti yang sudah

dialami yaitu lemas, sering gemetar dan panas dingin. Membuat keluarga semakin khawatir

dan lebih memperhatikan kesehatan Nona AA seperti tidak boleh tidur sendirian, bergadang.

dan lebih memperhatikan lingkungan sebagai dukungan dari luar. Dikarenakan faktor

lingkungan dan makanan yang tidak terjaga dan makan yang tidak terkontrol/ tidak sehat

Nona AA tetap memakan makanan yang sudah dilarang oleh dokter, yang dimana

menyebabkan tubuh menjadi tambah tidak sehat ditambah lagi kurangnya asupan air putih ke
dalam tubuh, merasa depresi, kesel, suka kagetan, tekanan batin, dan fikiran ngawur

(karasakan). Dilingkungan sekitar Nona AA juga sudah terpenuhi dari segi cahaya, ventilasi,

suhu dan tidka ada bau. Harapan dari Nona AA yaitu ingin kesembuhan, bisa berfikir positif

dan lingkungan yang mendukung.

3.2 Analisis Kasus

Kasus
Berdasarkan wawancara bersama bersama Nona AA diperoleh informasi bahwa Nona AA memiliki
riwayat penyakit usus buntu akut. Dilihat dari riwayat keluarga Nona AA tidak ada salah satu
keluarga yang mengalami riwayat ini. Faktor utama yang dialami Nona AA disebabkan oleh
kebiasaan makan makanan cepat saji (junk food) sehingga dari kebiasaan tersebut mengakibatkan
usus buntu ditambah lagi Nona AA sering telat makan dan makan makanan yang pedas membuat
Nona AA mengalami asam lambung seperti mengonsumsi mie setiap hari. Dalam wawancara
tersebut, klien bercerita bahwa Nona AA mengalami sedikit gangguan pikiran (over thinking) karena
banyak suara dari teman-temannya yang membuat Nena AA tidak nyaman. Kondisi usus buntu
yang sudah akut ini dialami Nona AA menimbulkan efek seperti banyaknya fikiran negatif tentang
apa yang diderita Nona AA yang membuat Nona AA depresi, kesal, suka kaget, tekanan batin, imun
tubuh berkurang ditandai dengan lemas gemetar dan panas dingin. Selain itu Nona AA merasa
bahwa kurangnya asupan air putih (depresi) membuat imun tubuh Nona AA semakin tidak baik. A

3.3 Implementasi Teori

Kasus

a. Lingkungan Fisik

Dalam teori Florence Nightingale, lingkungan fisik menjadi salah satu aspek penting untuk
mendukung proses kesembuhan klien. Diketahui Nona AA memiliki keluhan usus buntu, asam
lambung, panas dingin dan over thinking secara berlebihan tiba-tiba secara tinggi yang salah
satunya disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak terutama junk food atau
makanan cepat saji. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari faktor lingkungan
khususnya mengenai nutrisi makanan. Nona AA dengan keluhan usus buntu dan asam lambung
terutama sangat disarankan untuk menghindari makanan yang pedas, makanan yang mengandung
garam tinggi, makanan yang tidak hancur dikunyah dan makanan yang tidak diolah dengan baik.
Makanan yang mengandung penyedap rasa serta bumbu instan lainnya, seperti mie instan yang
dapat memicu usus buntu. Hal ini karena makanan bergaram tinggi bisa menyebabkan iritasi pada
usus. Misalnya, makanan cepat saji yang tinggi karbohidrat namun rendah serat. Terlalu banyak
konsumsi makanan cepat saji bisa meningkatkan risiko radang usus buntu. Selain itu, mengonsumsi
gula dan makanan manis

dalam jumlah banyak juga bisa menyebabkan sembelit dan meningkatkan risiko infeksi,
termasuk infeksi yang menyebabkan usus buntu. Makanan pedas bisa menjadi pemicu usus buntu.
Hal ini dikarenakan biji cabai yang tidak hancur bisa menyumbat usus dalam jangka waktu panjang
dan menyebabkan radang usus buntu. Namun, yang perlu dipahami adalah, makanan pedas bukan
penyebab utama usus buntu. Beberapa makanan pedas seperti cabui, paprika pedas, atau saus
sambal bisa memicu kondisi lain yang menyebabkan pencernaan mengalami gangguan, misalnya
rasa sakit parah di daerah antara tulang dada dan pusar disertai dengan mual dan menjadi gejala
awal penyakit usus buntu. Dalam kondisi seperti ini. Nona AA dapat mengatur pola makan-makanan
yang sehat dan lebih bergizi, selain itu juga diperhatikan untuk memperhatikan cairan tubuh seperti
meminum air putih dua liter sehari. Pastikan tempat tidur nyaman dan pencahayaan dapat
diredupkan untuk membuat suasana yang mendukung. Nona AA juga dapat memilih tempat yang
jauh dari kebisingan dan dapat menyalakan lilin aroma terapi untuk membantu membuat suasana
lebih tentram. Selain itu jendela yang dibuka dapat membuat sirkusi udara lebih baik sehingga Nona
AA tidak merasa pengap akibat kekurangan oksigen.

b. Lingkungan Psikologi

Kondisi psikologi juga aspek yang penting untuk mengendalikan perasaan. Dengan berpikiran positif
Nona AA dapat meminimalisir stres sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan
maksimal. Nona AA dengan kondisi usas buntu dan asam lambung tidak disarankan untuk
berpikiran terlalu berat ataupun stres karena hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan. Selain
itu menghindari makanan yang mengandung cabai dan lada akan membuat asam lambung naik,
sehingga perut bagian atas menjadi tidak nyaman. Nona MA juga dapat mendengarkan lantunan
ayat suci Al-quran sebagai cara untuk membuat hati lebih tentram dan damai.

c. Lingkungan Sosial

Nona AA dengan keluhan darah rendah dapat dimungkinkan akan timbul perubahan emosi. Peran
keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan. Keluarga dapat mengingatkan Nona AA untuk
menerapkan pola hidup yang sehat dan menghindari mengonsumsi makanan yang berpotensi
menurunkan darah rendah. Dukungan dan komunikasi yang terbangun dengan baik akan
menciptakan lingkungan yang nyaman dan mempercepat proses penyembuhan

3.4 Paradigma Keperawatan

Kasus

• Manusia : Narasumber mengatasi keluhan yang dirasakan dengan memperhatikan kondisi


lingkungan sekitarnya.

• Lingkungan: Dengan menjaga pola makan, mengurangi makanan cepat saji, dan menjaga pola
makan tepat waktu agar tubuh tidak terlalu terforsir maka jam makan pada narasumber akan lebih
baik sehingga dapat meminimalisir adanya asam lambung.

• Kesehatan : Keadaan tubuh yang fit, makanan yang sehat, dan lingkungan yang nyaman akan
mengurangi timbulnya asam lambung dan usus buntu.

Keperawatan: Memberikan dukungan dan semangat kepada narasumber dan mengingatkan untuk
memperhatikan aspek lingkungan seperti pola makan, kebutuhan tubuh, istirahat, pikiran yang
positif akan membuat narasumber nyaman dan mengurangi keluhan yang ada.

3.5 Perencanaan Upaya

Kasus

• Memberikan dukungan ke narasumber.

⚫ Menyarankan untuk tidak terlalu memaksakan diri agar tubuh tidak terlalu merasa Jelah.

• Memberikan informasi mengenai makanan yang kurang baik untuk dikonsumsi untuk asam
lambung
• Berolahraga dan lebih menerapkan gaya hidup sehat.

Memperhatikan sirkulasi udara agar tidak merasa pengap,

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Model Florence Nightingale menekankan perawatan yang menghubungkan kesehatan dengan 3


faktor lingkungan yakni lingkungan fisik, lingkungan psikologi dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
dapat berupa lingkungan yang ada di sekitar kita seperti ventilasi udara, cahaya, kenyamanan
tempat tinggal, suhu, kebersihan, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan psikologi berfokus pada
kondisi psikologi dan cara berpikir dari klien. Untuk lingkungan sosial berkaitan tentang kehidupan
sosial di sekitar kita. Penerapan teori Florence Nightingale berperan dalam asuhan keperawatan
terhadap klien. Klien dapat menganalisis lingkungan di sekitarnya sebagai penunjang untuk
meningkatkan tingkat kesehatannya Dengan lingkungan yang nyaman akan meminimalisir masalah
kesehatan yang sedang dihadapi klien.

Dari dua narasumber dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan yang menjadi titik fokus pada
teori Florence Nightingale memiliki korelasi yang baik untuk proses penyembuhan narasumber.
Pemenuhan lingkungan fisik seperti pencahayaan, jauh dari kebisingan, tempat yang nyaman,
lingkungan psikologi seperti pengelolaan tingkat stres, dan lingkungan sosial seperti dukungan yang
baik dari keluarga dapat dijadikan solusi sebagai penanganan pertama dan untuk meminimalisir hal-
hal buruk sebelum dibawa ke fasilitas

kesehatan.

4.2 Saran
Narasumber diharapkan dapat memahami kondisi lingkungan dengan baik sebagai langkah awal
untuk melindungi diri. Selain itu, narasumber dapat memeriksakan diri ke dokter apabila keluhan
yang dialami belum mereda sehingga dapat segera ditindaklanjuti oleh dokter dan mendapatkan
penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Konsep Dasar keperawatan, Jakarta: EGC

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan Jakarta Selatan Hidayat
(2005). Pengantar ilmu keperawatan anak huku 1. Jakarta: Salemba Medika. Kusnanto, (2004).
Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Lestari. L... & Ramadhaniyati, 2018. Falsafah Dan Teori Keperawatan. 128. Dari

pustakapelajar.co.id

Resti, K. 2019. Aplikasi Model Teori Nightingale Dalam Asuhan Keperawatan. Diakses pada 14
November 2021. Dari https://www.scribd.com/document/434418882/Aplikasi-Model-Teori-
Nightingale- Dalam-Asuhan-Keperawatan

Soemowinoto Sarmoko. (2008). Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan suatu epistomologi


UNMU

Sarafino, (1994). Health Psychology Biopsychosocial Interaction. USA: John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai