Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

SEJARAH FLORENCE NIGHTINGALE

Dosen :

Ibu Siti Rukayah, SKP, M.KEP

Disusun oleh :

Chairunnisa Az Zaqina Al Fatihah

STIKES PERSADA HUSADA INDONESIA

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Sejarah tentang Florence Nightingale”

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata "sempurna", oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Kota Bekasi, 11 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 4

B. BIOGRAFI .................................................................................................................. 5

1. Masa kecil .................................................................................................................. 5

2. Perjalanan ke Jerman ................................................................................................ 6

3. Belajar merawat ........................................................................................................ 6

4. Ditentang keluarga .................................................................................................... 6

5. Kembali ke Inggris ..................................................................................................... 7

6. Perang Krimea ........................................................................................................... 8

7. Pulang ke Inggris ...................................................................................................... 12

8. Karir selanjutnya ...................................................................................................... 12

9. Meninggal ................................................................................................................ 15

BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................................... 16

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha
mengumpulkan fakta. Dari fakta ini kemudian disusun dan disimpulkan menjadi
berbagai teori, sesuai fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian
digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan kemasyarakatan yang lain. Sejalan
dengan perkembangan kebudayaan, sosial, politik, ekonomi dan teknologi umat
manusia, teori-teori tersebut semakin berkembang baik kualitas maupun kuantitasnya,
seperti apa yang telah kita rasakan saat ini. Makalah ini membahas tentang teori
Florence Nightingale, yang didalamnya berisi tentang isi dari teori Nightingale,
pembahasan teori, dan contoh peran perawat berdasarkan teori Nightingale. Apa yang
berada di dalam makalah ini sangat berguna bagi kita. Teori Nightingale adalah teori
yang mengemukakan tentang lingkungan. Florence Nightingale sendiri adalah
perawatan yang pertama kali ada di dunia dan beliau dikenal sebagai wanita pantang
menyerah dalam merawat pasien dan memiliki jiwa penolong serta sangat berperan
penting dalam perkembangan ilmu keperawatan. Teori dari Florence Nightingale
sangatlah bermanfaat bagi perawat terutama pada saat kita merawat pasien. Mungkin
pada saat kita merawat pasien kita melupakan faktor lingkungan di sekitar pasien,
pedahal lingkungan sangatlah berpengaruh dalam penyembuhan pasien. Pasien sangat
lah membutuhkan kenyamanan dan ketenangan pada saat dia di rawat.

4
B. Biografi
Florence Nightingale
1. Lahir : 12 Mei 1820 Firenze, Kadipaten Agung Toscana
2. Meninggal : 13 Agustus 1910 Park Lane, London, Britania Raya
3. Dikenal karena : Mempelopori perawatan modern
4. Profesi : Perawat dan Statistikawan
5. Institusi : Selimiye Barracks, Seutari
6. Spesialis : Kebersihan dan sanitasi rumah sakit

7. Tanda tangan :

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 - meninggal di London, Inggris,
13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli
statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu ( The Lady With The Lamp ) atas jasanya
yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di senanjung
Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan
rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan pemerhatian teliti terhadap
keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail menggunakan statistik sebagai
argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan langsung
pemerintah Inggris.

1. Masa Kecil

Masa kecil Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama
depannya Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst , sebuah rumah besar
dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah yang kaya
di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga

5
Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudari
perempuan yang bernama Parthenope.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup
sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat,
kaya, dan berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara
Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

2. Perjalanan ke Jerman

Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh
tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya
dan dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik).Di sana Florence Nightingale terpesona akan
komitmen dan kepedulian yang dipraktikkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta
pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.

3. Belajar Merawat

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri
tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak,
karena Florence merasa terpanggil untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard
Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran ini pun ia
tolak karena pada tahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada
dunia keperawatan.

4. Ditentang Keluarga

Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa
itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok.
Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.

6
Perawat pada masa itu hina karena:

 Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau buntut (keluarga tentara yang
miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi.
 Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak
pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit
dengan tidak senonoh
 Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas.
 Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik
yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka
dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence
membaktikan diri untuk kemanusiaan, tetapi ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di
rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia
menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.

Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan
pelatihan bersama biarawati di sana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di
bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis
yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence
adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah
sakit untuk orang miskin di Prancis.

5. Kembali ke Inggris

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah

7
rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga
bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤ 25,000 atau Rp.
425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti
kariernya. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak
pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila
komite ini mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;

"rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga
Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari
pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam"

Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

6. Perang Krimea

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama


tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam
pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para
prajurit yang sakit dan luka-luka.

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea.
Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka
bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris
tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan
yang mulia ini?". Hati rakyat Inggris pun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa
masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert,
untuk menjadi sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya
wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena
peluru dan bom, tetapi karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak

8
memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence
menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh
Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpangi sebuah kapal.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Saat tiba di sana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat. Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki,
dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh
tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-
jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu
dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor
Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu. Florence
melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di
dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah
sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah
pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

❖ Perban diganti secara berkala.


❖ Obat diberikan pada waktunya.
❖ Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
❖ Meja kursi dibersihkan.
❖ Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.

9
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai
dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah
berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan
prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah
hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari
luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat
ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat
seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.
Ketakutan akan hal ini lah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan
mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di
benua Eropa lainnya di mana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-
biarawati ini berada di bawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan
pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada
jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang
terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin
pertama Florence berada di sana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut.
Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera,
dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit
tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin
bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara
memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang,
komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi
udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis. Namun Florence tetap percaya saat itu

10
bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya
beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan
mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal
Commission on the Health of the Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di
rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.

Hal ini berpengaruh pada kariernya di kemudian hari di mana ia gigih mengkampanyekan
kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya
angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa
pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang
dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak
sekali. Florence menanti rombongan pertama, tetapi ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya
pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan
bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran


untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu
hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut
terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.Berangkatlah
mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya
wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,
termasuk prajurit Rusia.

Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris
dan tiga prajurit Rusia.Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya
Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan
mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa
tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
11
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu". Pada
tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale
berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah
sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

"Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku."

7. Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857,
semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan
pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal
setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon,
Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan
oleh Bruselosis (demam Krimea) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu
dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.

Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria dan meskipun terdapat
keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam
pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi
ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis
laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat
implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan
tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik
angkatan bersenjata.

8. Karier Selanjutnya

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang
membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi
sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke
12
London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama
"Dana Nightingale", di mana Sidney Herbert menjadi Sekretaris Kehormatan dan Adipati
Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali
sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale
berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus
untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang
berpendidikan.Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi
perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-
anak perempuannya untuk bersekolah di sana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi
seseorang yang terdidik. Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas
Hospital, London.

Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut. Saat
dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri,
perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang
perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar
baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit.
Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale
(Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin.
Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di
sekolah tersebut.

Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,


berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit
yang lain banyak meminta bagian.Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada
Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk
13
rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya. Dengan
perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modern pun diterapkan ditempat-tempat
tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat
untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah
serupa di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan
mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan.
Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah
sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone
Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti:
Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool
Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka
mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah
mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on
Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence
dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan
terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang
perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas
Medis Wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika",
berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika
Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda
Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

14
Pada tahun 1883 Florence dianugerahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red
Cross) oleh Ratu Victoria. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di
hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa
The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang
tanda jasa ini.

Pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang anggota Gereja Anglikan Inggris. Pada tanggal 7 Februari 1837 tidak
lama sebelum ulang tahunnya ke-17 sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
"Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."

9. Meninggal Dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910.
Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di
Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

15
BAB II

TINJAUAN TEORI

Konsep Nightingale menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan


perhatian dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan upaya
awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak
memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan
pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,
kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (Nightingale, 1860; Torres, 1986). Melalui
observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien
dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan
sanitasi selama perang Krimea. Torres mencatat (1986) bahwa Nightingale memberikan konsep
dan penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.
Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan dan
kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya (Torres, 1986). Surat Nightingale
dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Prinsipnya mencakup
bidang pelayanan, penelitian, dan pendidikan. Hal paling penting adalah konsep dan prinsip
yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan (marriner-tomey, 1994). Nightingale
berpikir dan menggunakan proses keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian)
bukan demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup
dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.

1. Kelebihan Teori Keperawatan Florence Nightingale :


• Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia keperawatan.
• Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam konteks
keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis,dan sosial.
• Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan mengobatinya saja, tetapi lebih berorientasi pada pemberian
udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan, dan nutrisi adekuat.

16
• Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan demi berbagai
informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan keamanan.
• Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk Tuhan Y.M.E.
• Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata untuk
kesembuhan pasien.

2. Kelemahan Teori Keperawatan Florence Nightingale :


• Teori keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan kemampuannya.
• Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh banyak orang.
• Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan
perkembangannya saat itu.
• Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.

17
BAB III

PEMBAHASAN

Teori atau model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai fokus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit, model dan
konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dengan kedokteran. Orientasi
pemberian asuhan keperawatan atau tindakan keperawatan lebih diorientasikan pada
pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat,
dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata,
upaya teori tersebut dalam rangka perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri
tanpa bergantung pada profesi lain.

Model dan konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan
hanya memberikan kebersihan lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat
mempengaruhi proses perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Teori Nightingale
memandang pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan: lingkungan fisik, psikologis dan
sosial. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk dengan masalah
pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi pada pemberian udara, lampu,
kenyamanan, lingkungan, kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang adekuat (Nightingale, 1860;
Torres,1986). Pemberian nutrisi yang adekuat pada pasien sangatlah penting. Pasien
memerlukan nutrisi untuk mempertahankan fungsi tubuh dan untuk tumbuh.

Pasien harus mendapatkan kalori yang cukup, dalam bentuk karbohidrat, lemak dan
protein untuk menyuplai energi. Tubuh pasien juga memerlukan asam amino yang ditemukan
dalam protein untuk membangun dan mempertahankan struktur sel dan jaringan yang lebih
besar. Dan akhirnya pasien pun memerlukan vitamin dan mineral untuk metabolisme dan untuk
mengatur banyak proses tubuh pasien. Individu yang sakit memerlukan banyak makanan
daripada orang sehat dalam upaya penyembuhan dan pemulihan. Sebagai contoh pasien yang
menjalani pembedahan membutuhkan diet yang mengandung banyak vitamin C dan protein
18
karena ini dapat membantu penyembuhan. Protein juga secara khusus penting untuk melawan
infeksi karena antibodi yang digunakan tubuh untuk melawan infeksi adalah protein. Diet
adekuat juga penting. Namun, banyak penyakit membuat seseorang sulit makan, atau
membuat pasien sulit untuk mencerna makanan.

Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status


kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan
kondisi higiene dan sanitasi selama perang Krimea. Kondisi higiene penting untuk membantu
pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut, kuku, mata, telinga. Di zaman
sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi atau menyikat gigi serta
membersihkan kuku; bernapas atau mengatasi nyeri tamak lebih penting. Oleh karenanya,
perawat perlu melihat apakah pasien dapat membersihkan diri mereka sendiri dan membantu
mereka bila mungkin. Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan
dan bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktik budaya dan agama dapat membedakan
praktik higiene. Higiene adalah sangat pribadi dan masing-masing individu mempunyai ide yang
berbeda tentang apa yang mereka ingin lakukan. Jika memungkinkan, perawat harus
membantu pasien memenuhi kebutuhan pribadinya daripada melakukan standar rutin.

Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit tetapi tidak untuk
menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat orang yang sakit
dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit. Itulah beda perawat dan dokter, perawat juga bukan hanya
memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus
bisa membuat lingkungan fisik, psikologis dan sosial pasien sembuh.

Setelah mereka merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin
mereka tenang dan nyaman. Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut
untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si
pasien dan dalam perawatan tidak dibedakan kaya dan miskin.

19
BAB IV

PENUTUP

Florence Nigtingale merupakan seorang perawat yang perlu ditiru dalam proses
keperawatan dan proses penyembuhan penyakit. Dia merupakan Lady With The Lamp bagi
pasien yang sakit. Maka kita sebagai perawat haruslah sebagai penerang bagi pasien yang kita
rawat. Marilah kita sebagai perawat berusaha untuk meringankan penderitaan pasien yang kita
rawat. Rawatlah pasien seperti kita merawat orang yang paling kita sayang agar pasien merasa
nyaman pada saat sakit bukan menderita lagi. Jangan pantang menyerah dan berputus asa
dalam merawat pasien. Menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah tetapi kalau kita
tidak mencoba kita tidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin kalau kita
mempunyai tekad untuk melakukannya dengan gigih dan rajin.

20

Anda mungkin juga menyukai