Anda di halaman 1dari 9

TOKOH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA

5 Tokoh Perawat di Dunia

1. Rufaidah Al-Asalmiya

Siti Rufaidah adalah perawat profesional Islam pertama dalam sejarah Islam. Rufaidah binti
Sa’ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di
Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali
menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan
saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan
diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat
damai.

Biografi Siti Rufaidah Perawat Islam Pertama

Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International
Nursing Conference “Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century”
yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah
adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi
Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan
sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin,
organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula
memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan
bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata,
namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan
social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

Saat perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat
korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal
saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat
olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa’ad bin Ma’adh yang
terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat leh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)
(Omar Hassan, 1998).

Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang
Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang
pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini
digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di
bidang keperawatan dan medis.

Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga
terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim,
miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan
bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati
sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik
pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5).
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di
dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan
penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya
penyuluhan kesehatan (health education).

Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu
Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita
muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku’ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari,
Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka’ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain
menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW
saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa’ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al
Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka’ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum
Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata)

Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka’ab bin Maziniyat, dia adalah ibu
dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya
dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian
Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah
bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal denan
luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan mensuplai air dan
juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi.

2. Florence Nightingale
Kehidupan awal

Florence Nightingale dilahirkan pada 12 Mei 1820 di Florence, Italia. Florence Nightingale
seorang Perawat pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Sudah sejak kecil,
Nightingale cukup pandai. Ayahnya menaruh minat khusus pada pendidikannya. Ia dibimbing
melalui sejarah, filsafat dan sastra. Ia bahkan unggul dalam matematika dan bahasa. Ia sudah
mampu membaca dan menulis bahasa Prancis, Jerman, Italia, Yunani, dan Latin. Lebih suka
membaca para filsuf besar dan untuk terlibat dalam wacana politik dan sosial.

Menjadi Perawat

Sejak usia muda, Nightingale sudah aktif dalam filantropi, melayani orang sakit dan miskin di
desa dekat dengan lahan milik ayahnya. Ia memandang panggilan khususnya sebagai
mengurangi penderitaan manusia. Perawatan tampaknya merupakan rute yang cocok untuk
melayani Tuhan dan umat manusia. Keluarga merasa keberatan dan tidak senang saat
Nightingale ingin menjadi perawat. Bahkan keluarganya melarang untuk mengikuti pelatihan
perawat. Karena menurut keluarga, kegiatan itu tidak pantas untk seorang yang bertubuh
tinggi. Meski ada keberatan dari keluarga, pada 1850 Nightingale mendaftarkan di Institution
of Protestant Deaconesses di Kaiserswerth Jerman. Selama dua minggu pelatihan pada Juli
1850 dan sekali lagi selama tiga bulan pada Juli 1851. Di sana, ia belajar keterampilan
keperawatan dasar, pentingnya pengamatan pasien, dan nilai organisasi rumah sakit yang baik.
Lewat koneksi sosial, Nightingale menjadi pengawas Institution for Sick Gentlewomen
(governesses) di Distressed Situance, di London. Di sana berhasil menunjukkan keahliannya
sebagai administrator dengan meningkatkan perawatan, kondisi kerja, dan efisiensi rumah
sakit. Pada 1850 juga, Nightingale menjadi sukarelawan di rumah sakit Middlesex. Di mana
bergulat dengan wabah kolera dan kondisi tidak sehat yang kondusif untuk penyebaran
penyakit yang cepat. Nightingale menjadikannya misinya tersebut untuk meningkatkan praktik
kebersihan, secara signifikan menurunkan tingkat kematian di rumah sakit dalam prosesnya.
Merawat korban Perang Krimea

Pada Oktober 1853, terjadi perang Krimea di Semenanjung Krimea Rusia. Di mana Inggris
dan Prancis berperang melawan Kekaisaran Rusia untuk menguasai wilayah Ustmani. Dikutip
situs Biographi, pada saat itu, tidak ada perawat wanita yang ditempatkan di rumah sakit di
Krimea. Pada 1854, Ia mengajukan diri untuk untuk mengorganisir sejumlah perawat untuk
merawat prajurit yang sakit dan jatuh di Krimea Nightingale memimpin sebuah rombongan
yang terdiri dari 38 wanita. Berangkat 21 Oktober 1854, dan tiba di Scutari di Rumah Sakit
Barrack pada tanggal 5 November. Korban perang dirawat di rumah sakit tersebut, namun di
sana tentara dirawat oleh lembaga medis yang tidak kompeten dan tidak efektif. Bahkan
persediaan peralatan paling dasar tidak tersedia untuk perawatan. Banyak tentara yang
meninggal bukan karena peluru atau bom, tapi tidak adanya perawatan yang layak. Saat
Nightingale datang pun merasa terkejut dengan fasilitas rumah sakit. Ia menemukan kondisi
kotor, persediaan tidak memadai, staf tidak kooperatif, dan kepadatan parah. Beberapa perawat
memiliki akses ke bangsal kolera. Nightingale ingin mendapatkan kepercayaan dari ahli bedah
tentara dengan menunggu perintah militer resmi untuk bantuan, menjaga partainya dari
bangsal. Ia kemudian memperlakukan standar perawatan yang ketat dan bangsal harus bersih.
Selain itu memastikan kebutuhan dasar, persediaan makanan dan obat-obatan mencukupi,
seperti peralatan mandi, pakaian bersih dan perban. Perhatian diberikan pada kebutuhan
psikologis juga. Nightingale sendiri berkeliaran di bangsal pada malam hari. Di mana untuk
memberikan dukungan kepada pasien korban perang. Ia menghabiskan berjam-jam di bangsal.
Itu yang membuatnya mendapat julukan “The Lady with the Lamp“. Ia pun mendapatkan rasa
hormat dari para prajurit dan lembaga medis. Berkat perawatan yang dilakukannnya mampu
mengurangi angka kematian menjadi sekitar 2 persen.

Mendirikan Rumah Sakit

Pada 1860, Nightingale mendirikan Rumah Sakit St. Thomas di London. Di dalamnya terdapat
sekolah perawatan dengan menetapkan dasar keperawatan profesional. Sekolah tersebut
menjadi yang pertama di dunia dan sekarang menjadi bagian dari King’s College London.
Nightingale juga dikenal sebagai ahli statistik, membuat grafik pie coxcomb tentang kematian
pasien di Scutari yang akan mempengaruhi arah epidemiologi medis. Pada 1910, Nightingale
jatuh sakit dan sempat pulih dan dilaporkan bersemangat. Namun pada 12 Agustus 1910,
Nightingale mengalami serangkaian gejala yang mengganggu. Dia meninggal secara tak
terduga sekitar pukul 14.00 keesokan harinya, Sabtu, 13 Agustus, di rumahnya di London.
3. Mary Sewall Gardner

Gardner Sewall atau Gardner Sewall Maria lahir pada 5 februari tahun 1871 di Newton, Massachusetts.
Ia tinggal di Massachusetts lalu pinda ke providence,disana ia bekerja sepanjang hidupnya.
Pada tahun 1890 ia telah lulus daridari Miss Porter's School di Farmington, Connecticut, lalu ia
memasuki newport Rumah Sakit Pelatihan Sekolah Perawat.

Setelah lulus, pada tahun 1912 ia bersama dengan Lilian D. Wald dan beberapa rekannya mendirikan
suatu badan standar dunia keperawatan yaitu Organisasi Nasional Perawatan Kesehatan Masyarakat
(NOPHN).

Demi menunjang organisasi yang ia dirikan, Gardner menulis buku berjudul Perawatan Kesehatan
Masyarakat pada tahun 1916 yang kemudian dijadikan sebagai buku pedoman dalam melakukan
standarisasi keperawatan bagi orang awam.

Buku tulisannya tersebut telah direvisi pada tahun 1924 dan 1936 untuk kemudian dicetak dan
diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Prancis, Spanyol, Cina dan Jepang.

Gardner meninggal pada 20 Februari 1961 dan mewariskan berbagai terobosan dan inovasi dalam buku
yang sangat luar biasa tersebut.
4. Betty Neuman

Lahir pada tahun 1924 di Lowell, Ohio dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya bekerja sebagai
petani dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

Dari kehidupan yang sederhana tersebut, Betty Neuman mempunyai mimpi yang luar biasa. Menambil
pendidikan People Hospital School of Nursing pada tahun 1947 mengantarkannya menjadi staff
keperawatan rumah sakit di California.

Pada tahun 1957 Betty melanjutkan pendidikan Psikologi di Universitas of California di Los Angles
dan pada tahun 1966 ia juga menyelesaikan pendidikan gelar master untuk jurusan Kesehatan Mental.

Tak puas dengan pendidikan yang telah ia dapatkan, Betty kembali melanjutkan studinya dengan
mengambil Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio University.

Dari serangkaian pendidikan dan pengalamannya tersebut, ia didapuk sebagai wakil tingkat
internasional untuk sekolah keperawatan dan dikenal sebagai pelopor perawatan kesehatan mental di
zaman modern.
5. Virgnia Henderson

Lahir pada tahun 1897 di Kansas City, Missouri. 1921 Virgnia Henderson mengambil
studi mengenai dunia keperawatan di The Army Shcool of Nursing, Washington, D.C.

Menurutnya, tujuan keperawatan adalah bekerja sepnuh hati untuk membantu setiap
pasien mendapatkan kemandiriannya dalam kurun waktu yang cepat.

Ia juga mendeskripsikan bahwa kemandirian pasien terdiri atas 14 kebutuhan dasar


yang wajib dipenuhi. Ia juga mendefiniskan keperawatan sebagai penolong individu saat
sakit atau sehat yang berjutuan untuk kesehatan, pemulihan dan kematian bagi setiap
individu.

Dari berbagai pemikirannya tersebut, Virginia Henderson dikenal juga sebagai tokoh
perawat unik berkat teori-teori yang ia cetuskan. Salah satu teori yang paling terkenal
dari Henderson adalah model keperaatan The Actifities of Living.
Tokoh Perawat di Indonesia

1. Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc, Beliau adalah salah satu pendiri organisasi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sekaligus sebagai Ketua PPNI untuk kali
pertama. Beliau aktif di Ikatan Perawat Indonesia-Jakarta (IPI-Jakarta) sebelum akhirnya
bergabung dan memimpin PPNI. Beliau terpilih 3 periode berturut-turut terpilih dalam
kepengurusan PPNI
2. H. B. Barnas berasal dari IPI-Jakarta, beliau adalah salah satu pendiri PPNI yang kemudian
juga menjabat sebagai pengurus PPNI.
3. Maskoep Soerjo Soemantri juga dari IPI-Jakarta, beliau juga adalah pendiri sekaligus
sekretaris pertama dari kepengurusan PPNI. Beliau dua periode terpilih sebagai sekretaris
PPNI mendampingi Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc.
4. J. Soewardi dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, salah satu pendiri dari PPNI.
5. Sjuamsunir Adam dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, beliau juga dikenal sebagai
salah satu pendiri dari PPNI.
6. L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, juga pendiri dari PPNI.
7. Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung, dikenal juga sebagai
pendiri dari PPNI.
8. Drs. Husein, SKM, beliau adalah sesepuh perawat dari Bogor. Semasa aktif sebagai
sekretaris PPNI beliau juga menjabat sebagai Direktur Akper Depkes RI Bogor. Beliau juga
pernah terpilih sebagai ketua PPNI pada tahun 1995 saat Musyawarah Nasional ke-5 di Wisma
Haji Pondok Gede.
9. Setien Wuntu, MPH adalah pengganti Oyoh Radiat, M.Sc aka Odjo Radiat, M.Sc dalam
memimpin PPNI.
10. Drs. Zaidin Ali, adalah pengganti Maskoep Soerjo Soemantri sebagai sekretaris PPNI.
Beliau dua periode secara berturut-turut terpilih sebagai sekretaris PPNI.
11. Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc, beliau adalah ketua pengurus pusat PPNI yang
terpilih dalam Musyawarah Nasional Keenam (VI) diselenggarakan di Bandung pada tanggal
16-18 April 2000. Beliau kembali terpilih sebagai ketua umum dalam Musyawarah Nasional
ketujuh (VII) yang dilaksanakan di Manado.
12. Dra. Herawani Aziz, M. Kes., M. Kep, terpilih sebagai sekretaris PPNI
mendampingi Prof. Achir Yani S. Hamid, DN.Sc.
13. Dra. Christine S. Ibrahim, MN, Phd, beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesiapada tahun 1985 lalu.
14. Tien Gartinah, MN, beliau adalah tokoh dibalik berdirinya Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesiapada tahun 1985 lalu.
15. Dewi Irawaty, MA, beliau saat ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia sekaligus sebagai ketua umum PPNI saat ini.
16. Harif Fadhilah, S.Kp, SH, beliau adalah sekretaris jenderal PPNI yang terpilih pada
Musyawarah ketujuh (VII) PPNI di Menado pada tahun 2005 dan masih menjabat posisi
tersebut sehingga hari ini.
Selain dari kalangan perawat, ada juga guru besar kedokteran yang berperan serta aktif dalam
pengembangan profesi keperawatan ini, diantaranya adalah Prof. Dr. Asri Rasyad, Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Ada juga Prof. Dr. Marifin
Husein, seorang guru besar kedokteran yang juga merangkap sebagai Ketua Konsorsium Ilmu
Kesehatan. Terakhir masih ada Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH beliau juga adalah guru besar
kedokteran yang telah diamanahi sebagai dekan pertama dari Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai