Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY “M” DENGAN

KASUS RHEUMATOID ARTHRITIS DIDUSUN BATU LAYAR, DESA


BATU LAYAR BARAT, KECAMATAN BATU LAYAR, KABUPATEN
LOMBOK BARAT, PROVINSI NTB

Oleh :

SUHAERA METALIA
102STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY “M” DENGAN KASUS


RHEUMATOID ARTHRITIS DIDUSUN BATU LAYAR, DESA BATU
LAYAR BARAT, KECAMATAN BATU LAYAR, KABUPATEN LOMBOK
BARAT, PROVINSI NTB

ASKEP ini di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS
RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Tinjauan Lanjut Usia


1. Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di
mulai dari satu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menua merupakan proses ilmiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-
gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho,
2008).
Menurut Nugroho (2008) menua dapat disimpulkan bahwa manusia
secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ.
Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa proses menua itu merupakan
kombinasi dan bermacam-macam faktor yang saling berkaitan yang
dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk
kehidupan seksualnya.
Menurut Pudjiastuti & Utomo (2003), bahwa penuaan dapat terjadi
secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang mengalami penuaan
fisiologis (physiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan
sehat (healthy aging).
Bertambah tua atau lansia selalu berhubungan dengan penurunan
tingkat aktivitas fisik. Hal ini disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
a. Perubahan pada struktur dan jaringan penghubung (kolagen dan
elastin) pada sendi
b. Tipe dan kemampuan aktivitas pada lansia berpengaruh sangat
signifikan terhadap struktur dan fungsi jaringan pada sendi
c. Patologi dapat mempengaruhi jaringan penghubung sendi, sehingga
menyebabkan functional limitation atau keterbatasan fungsi dan
disability. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penurunan
tingkat aktivitas fisik lansia adalah genetik, kebiasaan hidup
sebelumnya, trauma atau kecelakaan, dan lain-lain (Gruccione,
2000).
2. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2000) lansia pada umumnya mengalami
beberapa perubahan yaitu perubahan fisik/fisiologis, perubahan
mental/psikologis dan perubahan psikososial. Pada proses menua,
perubahan fisiologis akan terjadi pada sistem muskuloskeletal, saraf,
kardiovaskuler, respirasi, indra, dan integumen. Terkait dengan tingkat
kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
berhubungan dengan sistem muskuloskeletal, maka pada penulisan ini
akan di bahas perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal
(Pudjiastuti & Utomo, 2003).
Perubahan pada sistem muskuloskeletal pada lansia seperti tulang
kehilangan kepadatannya sehingga mudah rapuh, kyphosis (tubuh
membungkuk), persendian besar dan kaku (Nugroho, 2000)
3. Perubahan Fisiologis Penuaan
Menurut Pudjiastuti (2003), perubahan pada sistem
muskuloskeletal antara lain sebagai berikut:
a. Jaringan penghubung (kolagen danelastin)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,
tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur.Bentangan yang
tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linier pada jaringan
kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada
jaringan tubuh.Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya
mekaniknya karena penuaan, daya elastisitas dan kekakuan dari
kolagen menurun karena mengalami perubahan kualitatif dan
kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa
nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata,
kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif.Proteoglikan
yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau
hilang secara bertahap.Setelah matriks mengalami deteriorasi,
jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya, dan akhirnya
kartilago cenderung mengalami fibrilasi.Perubahan tersebut sering
terjadi pada sendi besar penumpu berat.Akibat perubahan itu sendi
mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak,
dan terganggunya aktivitas sehari-hari.
c. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang adalah bagian dari penuaan
fisiologis.Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula
transversal terabsorbsi kembali.Sebagai akibat perubahan itu, jumlah
tulang spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis.
Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen sehinggga
produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan kalsium
di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga tulang keropos.
Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan
menyebabkan kekakuan dan kekuatan tulang menurun.
d. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi.Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif.Dampak dari efek negatif tersebut adalah penurunan
kekuatan, penurunan fleksibilltas, peningkatan waktu reaksi, dan
penurunan kemampuan fungsional otot.
e. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen,
dan fasia mengalami penurunan elastisitas.Ligamen, kartilago, dan
jaringan periartikular mengalami penurunan daya lentur dan
elastisitas.Terjadi degenerasi, erosi, dan kalsifikasi pada kartilago
dan kapsul sendi.Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi
penurunan luas gerak sendi.
Beberapa kelainan akibat perubahan pada sendi yang banyak
terjadi pada lansia antara lain osteoartritis, rheumatoid arthritis,
goutarthritis, dan pseudogout.Kelainan tersebut dapat menimbulkan
gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi, keterbatasan luas
gerak sendi, gangguan jalan, dan aktivitas keseharian lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus kehidupan manusia
di dunia ini dimana pada tahap ini akan terjadi perubahan anatomi
dan penurunan berbagai sistem fisiologis dalam tubuh manusia yang
pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk
menjalankan aktivitas kehidupannya.
Selain secara fisiologis menua juga dapat terjadi secara
patologis yaitu dengan adanya berbagai macam penyakit,
diantaranya yang terkait dengan perubahan muskuloskeletal yaitu
penyakit rheumatoid arthritis.
B. Konsep Penyakit Rheumatoid Arthritis
1. Definisi Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien rheumatoid arthritisterjadi setelah penyakit
ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya.Pada
umumnya selain gejala artikular, rheumatoid arthritisdapat pula
menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah
atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012).
Rheumatoid arthritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas,
pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat arthritis,
timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai rheumatoid arthritisyang
merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012)
2. Etiologi
Penyebab rheumatoid arthritismasih belum diketahui.Faktor
genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini (Nugroho, 2012).
Kecendrungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritisdan
sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan
dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena
pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab
penyakit ini (Nugroho, 2012)
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab
rheumatoid arthritis.Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab rheumatoid
arthritisjuga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok.Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan
kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau
endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya
rheumatoid arthritis. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
rheumatoid arthritisantara lain adalah bakteri, mikroplasma atau virus
(Nugroho, 2012).
3. Patofisiologi
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena
inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rheumatoid arthritis.
Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis.Pada penyakit
rheumatoid arthritis inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan
degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat
pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi
merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012).
Pada penyakit rheumatoid arthritisdegeneratif dapat terjadi proses
inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta
menggambarkan suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan
dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago
artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi
dapat pula terlibat (Nugroho, 2012).
Rheumatoid arthritismerupakan manifestasi dari respon sistem
imun terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi
genetik (Nugroho, 2012).
Suatu antigen penyebab rheumatoid arthritisyang berada pada
membran sinovial akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi
mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan meningkatkan
aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan
aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan
antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang
akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek
imun ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012).
Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain
meningkatkan permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak
polimorfonukler (PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho,
2012).
Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin,
prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang.
Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas
cairan sendi.Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan
proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012).
Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya
degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan
histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam
arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho,
2012).
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat
pengendapan komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang
merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis rheumatoid
arthritis.Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel
radang.Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan
pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai
kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang
lazim ditemukan pada penderita rheumatoid arthritis. Gejala ini tidak
harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit
ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam, terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi artrodial dapat terserang.
c. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam : dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada Osteoartritis, yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1
jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di
tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan
leher angsa adalah beberapra deformitas tangan yang sering dijumpai
pada penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-
sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula rheumatoid arthritisadalah massa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rheumatoid
arthritis. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa
olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari
lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular :rheumatoid arthritisjuga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis),
paru-paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis
rheumatoid arthritis, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan
atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium
terdapat :
a. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien
rheumatoid arthritisterutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai
pada pasien Lepra, Tuberkulosis paru, Sirosis Hepatis, Hepatitis
Infeksiosa, Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan
Sarkoidosis.
b. Protein C-reaktif biasanya positif.
c. LED meningkat.
d. Leukosit normal atau meningkat sedikit.
e. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik.
f. Trombosit meningkat.
g. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik.
h. Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi
sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan
jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi
penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).
6. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering di jumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifying antirheumathoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
rheumatoid arthritis (Nugroho, 2012).
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas,
sehingga sukar di bedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik.Umumnya berhubungan dengan meilopati akibat
ketidakstabilan iskemik akibat vaskulitis (Nugroho, 2012).
7. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis rheumatoid arthritisdapat di tegakkan,
pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha untuk
membina hubungan yang baik antar pasien dengan keluargannya dengan
dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang
baik ini agaknya akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama
(Nugroho, 2012).
a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
b. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi.
c. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proses destruksi akibat rheumatoid arthritis
d. Riwayat penyakit alamiah
Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manifestasi
penyakit yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode
dan selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain
sebagian besar pasien akan menderita penyakit ini sepanjang
hidupnya dengan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang
singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita
rheumatoid arthritisyang progresif yang disertai dengan penurunan
kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
e. Rehabilitasi pasien rheumatoid arthritis
Merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat
kemampuan pasien rheumatoid arthritisdengan cara :
1) Mengurangi rasa nyeri
2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
4) Mencegah terjadinya deformitas
5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6) Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung
kepada orang lain.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperwatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
c. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain).
d. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada meta dan membran mukosa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit, diit dan penanganan.
b. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki
3. Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan dan ktiteria
Intervensi
Tangaal DX hasil
1 Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien
tindakan keperawatan 2. Jelaskan tentang
diharapkan klien Osteoartritis atau
mengetahui tentang rematik
Osteoartritis atau rematik, 3. Jelaskan tentang diit
diit dan penanganannya, Osteoartritis atau
dengan kriteri hasil : rematik
1. Memahami tentang 4. Jelaskan tentang Jenis –
Osteoartritis atau jenis makanan yang di
rematik anjurkan dan tidak boleh
2. Mengetahui Penyebab dikonsumsi oleh
dan gelaja penderita Osteoartritis
3. Mengetahui diit atau rematik
Osteoartritis atau
rematik
4. Melakukan
penanganan
2 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada
tindakan keperawatan keluarga tentang
diharapkan klien dapat penyebab terjadinya
tetap melakukan aktifitas nyeri kaki (Osteoartritis
sehari-hari tanpa kesulitan atau rematik)
dengan criteria hasil : 2. Ajarkan klien cara
1. Melakukan aktifitas kompres hangat untuk
sehari-hari tanpa mengurangi linu –
kesulitan linunya
2. Memanagement 3. Ajarkan klien cara
aktivitasnya ketika senam tangan
kakinya tiba-tiba nyeri 4. Anjurkan klien untuk
Keluarga dapat: jalan atau olah raga pagi
1. Memberikan bantuan setiap hari
mobilisasi efektif jika 5. Mengobservasi
diperlukan kemampuan klien dan
2. Memberikan support anggota keluarga setelah
kepada klien mendapat penjelasan
dari perawat
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.K DENGAN KASUS
RHEUMATOID ARTHRITIS DIDUSUN SANGGAR SUKUN, DESA
ANGGARAKSA, KECAMATAN PRINGGABAYA, KABUPATEN
LOMBOK TIMUR, PROVINSI NTB

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny.M
Alamat : Batu layar RT 4
Telp :-
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Sasak
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan :-
Orang Yang Paling Dekat Dihubungi : Anak
2. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian klien mnegeluh nyeri pada lutut
3. Riwayat keluarga
a. Pasangan
Nama : Tn.A
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Batu layar RT 4
b. Anak
Nama : Ny.M
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Batu layar RT 4
c. Genogram (buatlah 3 generasi)
Pihak ibu pihak bapak
X X X X

Keterangan :
: Perempuan : Meninggal
: Laki-laki
: Pasien

4. Riwayat lingkungan tempat tinggal


a. Tipe tempat tinggal : rumah tembok
b. Jumlah kamar : 2 kamar
c. Kondidi tempat tinggal : kurang bersih
d. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 3 orang, 1 Laki-laki, 2
perempuan
e. Derajat Privasi :-
5. Riwayat rekreasi
a. Hobi /Minat : masak
b. Keanggotaan organisasi : klien tidak mengikuti organisasi apapun di
lingkungannya.
c. Liburan /Perjalanan : ada, ke pantai
d. Kegiatan dirumah : membersihkan halaman rumah
6. Sumber atau system pendukung yang digunakan
a. Dokter :-
b. Jarank dari rumah :-
c. Rumah sakit :-
d. Klinik :-
e. Pelayanan kesehatan di rumah : Puskesmas meninting
f. Perwatan sehari-hari oleh keluarga : tidak pernah
7. Kebiasaan ritual
a. Agama : Islam
b. Istirahat tidur : Cukup
c. Kebiasaan ibadah : Lancar
d. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan kesehatan utama selama 1 tahun :
Klien merasakan linu – linu pada area lutut
b. Gejala yang dirasakan :
Sering linu-linu di kaki
c. Factor pencetus :
Klien merasa linu saat hendak berjalan
d. Timbula keluhan :
Klien merasakan linu bertahap
e. Waktu timbul keluhan
Saat klien berjalan
f. Upaya mengatasi keluhan
Klien sering mengompres kakinya terutama diarea lutut, kalau
nyeri tidak tertahankan klien biasanya panggil mantra supaya dikasih
obat
e. Riwayat kesehatan masa lalu
b. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
c. Riwayat alergi : tidak ada
d. Trauma : tidak ada
e. Riwayat dirawat drumah sakit : tidak pernah
f. Riwayat pemakian obat : obat anti nyeri untuk lutut
f. Aktivitas Hidup Sehari-Hari (Adl)
- Nutrisi : Ny. M makan 3x sehari, minum 7-8
gelas/hari
- Eliminasi : Ny. M BAK 4-5X sehari dengan bau
khas, warna kuning, BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, bau
khas, warna kuning kecoklatan
- Aktivitas : Aktivitas Ny. M tidak dibantu
- Istirahat dan tidur : Bisanya tidur 6-7 jam dalam sehari
- Personal Hygiene : NY.M mandi 2x sehari, mengganti
pakaian 2x sehari, berkeramas 2x seminggu
- Seksual : Tidak Aktif
- Psikologis : Cukup
Persepsi klien : Ny. M mengatakan jika sakit lansung
ke pelayanan kesehatan terdekat
Konsep diri : NY.M mengatakan anak-anaknya
lah yang menjadi tulang punggung nya untuk membantu
prekonomian kluarga nya.
Emosi : Labil
Adaptasi : baik
Mekanisme pertahanan diri :-
g. Tinjauan system
a. Keadaan umum : baik
b. Tingkat kesadaran : CM
c. TTV
1) TD : 160/90 mmHg
2) Nadi : 87 x/menit
3) Suhu : 36,7o C
4) Respirasi : 23 x/m
d. Tinjauan organ dan sistem
No Kepala Ya Tidak Keterangan
1. Sakit kepala √
2. Riwayat trauma √
3. Pusing √
4. Gatal kulit √
No Mata Ya Tidak Keterangan
1. Perubahan penglihatan √
2. Kacamata √
3. Air mata berlebihan √
4. Pruiritus √
5. Bengkak √
6. Diplopia √
7. Pandangan kabur √
8. Fotophobia √
9. Riwayat infeksi √

No Telinga Ya Tidak Keterangan


1. Perubahan pendengaran √
2. Keluaran √
3. Tinitus √
4. Vertigo √
5. Sensitifitas pendengaran √
6. Riwayat infeksi √
7. Alat protesa √

No Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak Keterangan


1. Sakit tenggorokan √
2. Lesi /ulkus √
3. Serak /perubahan suara √
4. Kesulitan menelan √
5. Pendengaran gusi √
6. Caries gigi √

No Leher Ya Tidak Keterangan


1. Kekakuan √
2. Nyeri √
3. Benjolan /massa √
4. Keterbatasann gerak √

No Sistem Syaraf Pusat Ya Tidak Keterangan


1. Sakit kepala √
2. Kejang √
3. Sinkope /serangan jatung √
4. Paralisis √
5. Paresis √
6. Masalah koordinasi √
7. Tremor /spasme √
8. Parestesia √
9. Cedera kepala √
10 Masalah memori √
No Sistem Endokrin Ya Tidak Keterangan
1. Intoleransi panas √
2. Intoleransi dingin √
3. Goiter √
4. Pigmentasi kulit √
5. Perubahan rambut √
6. Poliphagia √
7. Polidipsi √
8. Poliuri √

No System Kardiovaskuler Ya Tidak Keterangan


1. Nyeri dada √
2. Palpitasi √
3. Sesak nafas √
4. Dispnoe d’effort √
5. Dispnoe noktural √
6. Orthopnoe √
7. Murmur √
8. Edema √
9 Varises √
10 Perestesia √
11 Perubahan warna kulit √
12 Perdarahan /memar √
13 Abnormal √
14 Pembengkakan kelenjar √
15 Limfe √
16 Anemia √
17 Riwayat transfusi darah √

No System Gastrointestinal Ya Tidak Keterangan


1. Disphagia √
2. Nyeri ulu hati √
3. Mual /muntah √
4. Hematemesis √
5. Perubahan nafsu makan √
6. Intoleran makanan √
7. Ikterus √
8. Diare √
9 Konsultipasi √
10 Perdarahan rectum √
11 Haemoroid √

No System Integumen Ya Tidak Keterangan


1. Lesi /luka √
2. Pruitus √
3. Perubahan pigmentasi √
4. Perubahan tekstur √
5. Perubahan nevi √
6. Sering memar √
7. Perubahan rambut √
8. Perubahan kuku √
9 Penonjolan tulang kalus √

No System Perkemihan Ya Tidak Keterangan


1. Disuria √
2. Frekwensi √
3. Menetes √
4. Ragu – ragu √
5. Dorongan √
6. Hematoria √
7. Poliuria √
8. Oliguria √
9 Nokturia √
10 Inkotinensia √
11 Batu √
12 Infeksi √

No System Muskuloskletal Ya Tidak Keterangan


1. Nyeri persendian √
2. Kekakuan √
3. Pembengkakan sendi √
4. Deformitas √
5. Spasme √
6. Kelemahan otot √
7. Masalah cara berjalan √
8. Nyeri pinggang √
9 Proteksi √
B. Status Kognitif/Afektif dan Sosial
1. Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ)
Benar Salah Nomo Pertanyaan Jawaban
r
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 25 maret 2022
√ 2 Hari apa sekarang ? Jumat
√ 3 Apa nama tempat ini ? Batu layar
√ 4 Dimana alamat anda ? Batu layar
√ 5 Berapa umur anda ? 68 tahun
√ 6 Kapan anda lahir ? Tidak tau
√ 7 Siapa presiden Indonesia ? Jokowi
√ 8 Siapa presiden Indonesia Tidak tau
sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ? Muinah
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap Salah
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, secara menurun
JUMLAH Benar : 9 Salah : 1

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) di
dapatkan hasil 9 benar dan 1 salah ini menunjukkan bahwah fungsi
intelektual klien masih Utuh.
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2020 (Benar)
Musim : Panas (Benar)
Tanggal : 12 (Benar)
Hari : Senin (Benar)
Bulan : Juli (Benar)
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : NTB (Benar)
Kabupaten/kota : LOBAR (Benar)
Panti :-
Wisma :-
3 Registrasi 3 2 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien, menjawab :
a. Kursi
b. Meja
c. Kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari
dan 100 kemudia kurangi 7 sampai 5
kalkulasi tingkat.
Jawaban :
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai
1)
6 Bahasa 9 7 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
Minta klien untuk mengulangi kata
berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika dan
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. Lipat dua
3. Dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 24
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Dari hasil MMSE (Mini Mental Status Exam) di dapatkan total nilai 24
ini menunjukkan bahwah fungsi MMSE (Mini Mental Status Exam)
adalah tidak ada gangguan kognitif
C. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS : Nyeri akut pada Gangguan
1. Klien mengatakan “saya sering lutut kaki aktivitas fisik
merasa sakit pada kaki (lutut)”
2. Klien mengatakan “kalau ketika
saya berkerja tiba-tiba nyeri lutut,
langsung berhenti dulu duduk
mba sampai sakitnya hilang”
3. Klien mengatakan “ biasanya
saya Cuma minum obat yang di
berikan di puskesmas aja, dan
sedikit di pijat-pijat saya tidak tau
cara lain untuk mengurangi
nyerinya”
DO :
1. Grimace (+), tampak memegang
lututnya yang sakit
2. Skala nyeri 3
DS : Kurang Inefektif
1. Klien mengatakan “tidak tahu pengetahuan menejemen
apa itu Osteoartritis atau rematik, tentang penyakit, terapeutik
sebab dan pengaturannya” diit dan
2. Klien mengatakan “taunya saya penanganan.
Cuma bawaan penyakit sudah
tua”
3. Klien mengataka “saya juga
jarang untuk olah raga apa lagi
jalan pagi”
4. Klien mengatakan “ saya sering
terasa linu-linu kalau habis
memakai air dingin untuk mandi
tau yg lainnya”
DO :
1. Grimace (+), tampak memegang
lututnya yang sakit
2. Skala nyeri 3
3. Terlihat pasien bingung ketika di
tanya tentang Osteoartritis atau
rematik.
D. Prioritas Masalah
1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki
No Prioritas Skor / bobot Pembenaran
1. Sifat Masalah Nyeri yang dirasakan
Skala: Aktual 2/3 x 1 = 2/3 harus diatasi karena
sangat menggangu
aktivitas dari Klien saat
ini
2. Kemungkinan Masalah Karena sudah menjadi
dapat diubah 1/2 x 2 = 1 kebiasaan dari Klien bila
Skala: Sebagian nyerinya timbul, selalu
diabaikan sehingga
kemungkinan masalah
dapat diubah sebagian.
3. Potensial masalah untuk di 2/3 x 1 = 2/3 Jika nyerinya tidak
cegah segera diatasi maka nyeri
Skala: Cukup tersebut akan sangat
menggangu rasa nyaman
dari Klien
4. Menonjolnya Masalah 2/2 x 1 = 1 Penanganan segera akan
Skala: Masalah berat, harus menentukan hasil serta
segera ditangani tindakan keperawatan
selanjutnya.
Jumlah 3 1/3

2. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang penyakit, diit dan penanganan.
No Prioritas Skor / bobot Pembenaran
1. Sifat Masalah Bila informasinya tidak
Skala: Aktual 3/3 x 1 = 1 segera disampaikan maka
akan berpengaruh
terhadap kesehatan
Klien kedepannya.
2. Kemungkinan Masalah Perubahan membutuhkan
dapat diubah 1/2 x 2 = 1 waktu yang tidak singkat
Skala: Sebagian
3. Potensial masalah untuk di Jika tidak segera
cegah 2/3 x 1 = 2/3 diinformasikan kebiasaan
Skala: cukup yang tidak sehat akan
terus berlanjut dan akan
memengaruhi kualitas
hidup dari Klien
4. Menonjolnya Masalah Krena terkait dengan
Skala: Masalah berat, harus 2/2 x 1 = 1 masalah kesehatan Ny.M
segera ditangani maka pemberian
informasi harus segera
disampaikan.
Jumlah 3 2/3

E. Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit, diit dan penanganan.
2. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki
F. Intervensi Keperawatan
Hari/ No
Tujuan dan ktiteria hasil Intervensi
Tangaal DX
25/03/ 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan klien
2022 keperawatan selama 3x24 jam 2. Jelaskan tentang
diharapkan klien mengetahui Osteoartritis atau rematik
tentang Osteoartritis atau 3. Jelaskan tentang diit
rematik, diit dan Osteoartritis atau rematik
penanganannya, dengan kriteri 4. Jelaskan tentang Jenis –
hasil : jenis makanan yang di
1. Memahami tentang anjurkan dan tidak boleh
Osteoartritis atau dikonsumsi oleh penderita
rematik Osteoartritis atau rematik
2. Mengetahui Penyebab
dan gelaja
3. Mengetahui diit
Osteoartritis atau
rematik
4. Melakukan penanganan
25/03/ 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan kepada keluarga
2022 keperawatan selama 3x24 jam tentang penyebab
diharapkan klien dapat tetap terjadinya nyeri kaki
melakukan aktifitas sehari- (Osteoartritis atau
hari tanpa kesulitan dengan rematik)
criteria hasil : 2. Ajarkan klien cara
1. Melakukan aktifitas kompres hangat untuk
sehari-hari tanpa mengurangi linu – linunya
kesulitan 3. Ajarkan klien cara senam
2. Memanagement tangan
aktivitasnya ketika 4. Anjurkan klien untuk
kakinya tiba-tiba nyeri jalan atau olah raga pagi
3. Keluarga dapat: setiap hari
4. Memberikan bantuan 5. Mengobservasi
mobilisasi efektif jika kemampuan klien dan
diperlukan anggota keluarga setelah
5. Memberikan support mendapat penjelasan dari
kepada klien perawat

G. Implementasi Dan Evaluasi


Hari/ No Implementasi Evaluasi
Tanggal DX
25/03/ 1. 1. Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan tidak
2022 klien paham dengan Osteoartritis
2. Menjelaskan tentang atau rematik dan tidak tahu
Osteoartritis atau diit yang harus dikonsumsi
rematik O : Klien tampak bingung
3. Menjelaskan tentang menjawab pertanyaan
diit Osteoartritis atau A : Masalah belum teratasi
rematik P : Intervensi dilanjutkan
4. Menjelaskan tentang
Jenis – jenis makanan
yang di anjurkan dan
tidak boleh dikonsumsi
oleh penderita
Osteoartritis atau
rematik
25/03/ 2. 1. MenJelaskan kepada S : Klien mengatakan kesulitan
2022 keluarga tentang beraktivitas dan tidak paham
penyebab terjadinya akan cara kompres hangat
nyeri kaki (Osteoartritis O : Klien kesulitan dalam
atau rematik) beraktivitas
2. Mengajarkan klien cara A : Masalah belum teratasi
kompres hangat untuk P : Intervensi dilanjutkan
mengurangi linu – Berikan support kepada klien
linunya agar terus melakukan anjuran
3. Mengajarkan cara petugas
senam tangan.
4. Menganjurkan klien
untuk jalan atau olah
raga pagi setiap hari
5. Mengobservasi
kemampuan klien dan
anggota keluarga
setelah mendapat
penjelasan dari perawat
Hari/ No Implementasi Evaluasi
Tanggal DX
25/03/ 1. 5. Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan paham
2022 klien dengan Osteoartritis atau
6. Menjelaskan tentang rematik dan dapat
Osteoartritis atau menyebutkan mulai dr
rematik pengertian sampai diitnya
7. Menjelaskan tentang O : Klien tampak masih bingung
diit Osteoartritis atau menjawab pertanyaan
rematik petugas
8. Menjelaskan tentang A : Masalah teratasi sebagian
Jenis – jenis makanan P : Intervensi dilanjutkan
yang di anjurkan dan
tidak boleh dikonsumsi
oleh penderita
Osteoartritis atau
rematik
25/03/ 2. 6. MenJelaskan kepada S : Klien mengatakan mulai
2022 keluarga tentang bisa beraktivitas tanpa kesulitan
penyebab terjadinya dan paham akan cara kompres
nyeri kaki (Osteoartritis hangat
atau rematik) O : Klien tampak mengerjakan
7. Mengajarkan klien cara aktivitas sehari-hari
kompres hangat untuk A : Masalah teratasi sebagian
mengurangi linu – P : Intervensi dilanjutkan
linunya Berikan support kepada klien
8. Mengajarkan cara agar terus melakukan anjuran
senam tangan. petugas
9. Menganjurkan klien
untuk jalan atau olah
raga pagi setiap hari
10.Mengobservasi
kemampuan klien dan
anggota keluarga
setelah mendapat
penjelasan dari perawat

Hari/ No Implementasi Evaluasi


Tanggal DX
25/03/ 1. 9. Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan paham
2022 klien dengan Osteoartritis atau
10.Menjelaskan tentang rematik dan dapat menyebutkan
Osteoartritis atau mulai dr pengertian sampai
rematik diitnya
11.Menjelaskan tentang O : Klien tampak menjawab
diit Osteoartritis atau pertanyaan petugas dan antusias
rematik dalam pemberian pendidikan
12.Menjelaskan tentang kesehatan.
Jenis – jenis makanan A : Masalah teratasi
yang di anjurkan dan P : Intervensi dihentikan
tidak boleh dikonsumsi
oleh penderita
Osteoartritis atau
rematik
25/03/ 2. 11.MenJelaskan kepada S : Klien mengatakan mulai
2022 keluarga tentang bisa beraktivitas tanpa kesulitan
penyebab terjadinya dan paham akan cara kompres
nyeri kaki (Osteoartritis hangat
atau rematik) O : Klien tampak mengerjakan
12.Mengajarkan klien cara aktivitas sehari-hari
kompres hangat untuk A : Masalah teratasi sebagian
mengurangi linu – P : Intervensi dilanjutkan
linunya Berikan support kepada klien
13.Mengajarkan cara agar terus melakukan anjuran
senam tangan. petugas
14.Menganjurkan klien
untuk jalan atau olah
raga pagi setiap hari
15.Mengobservasi
kemampuan klien dan
anggota keluarga
setelah mendapat
penjelasan dari perawat

DAFTAR PUSTAKA
DepartemenKesehatan. (2007). Pusat Data danInformasiProfilKesehatan
Indonesia 2005.Jakarta :Departemen Kesehatan RI.

Dewi, Dina, dkk. (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Persepsi Nyeri Pada Lansia Dengan Artritis Reumatoid.
Jurnal Keperawatan Soedirman Volume 4, No.2, Juli. 2009. Universitas
Brawijaya : Malang,

EkaEdiawati.(2012). Gambaran Tingkat Kemandiriandalam Activity of Daily


Living danResikoJatuhpadaLansia di PantiSosialTresnaWredha Budi
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur.FakultasIlmuKeperawatanUniversitas
Indonesia.

Gruccione, (2000).Muscle and Its Desease.An Outline Primer of Basic Science


and Clinical Method, Year Book Medical Publisher, Inc.Chicago.

Handayani (2012).Pengaruh Pemberian Masase Kulit Terhadap Penurunan


Sensasi Nyeri Sendi Pada Lansia Di Pstw Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

Hardywinotodan Toni Setiabudhi. (2005). Menjaga Keseimbangan Kualitas


Hidup Para Lanjut Usia, Panduan Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai
Aspek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008).PengantarKebutuhanDasarManusia:


AplikasiKonsepdan Proses KeperawatanBuku 1, Jakarta: Salemba
Medika.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai