ABSTRAK
Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 memiliki gejala klinis seperti polidipsia, polyuria,
dan nyeri yang juga terjadi pada malam hari dan dapat menyebabkan gangguan tidur.
Bertambahnya frekuensi terbangun, susah untuk tertidur kembali, dan ketidakpuasan
tidur yang menyebabkan kualitas tidur menurun adalah serangkaian akibat yang
disebabkan oleh gangguan tidur. Sleep hygiene merupakan salah satu metode untuk
meningkatkan kualitas tidur berupa sekumpulan daftar kegiatan yang dapat dilakukan
untuk memfasilitasi mulainya tidur dan mempertahankannya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh sleep hygiene terhadap kualitas tidur penderita DM tipe 2
di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
rancangan penelitian praeksperimen dan Desain One Group Pretest Posttest. Sejumlah
29 responden dipilih untuk menjadi sampel berdasarkan kriteria inklusi. Alat ukur
menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas
tidur. Data kemudian dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan setelah intervensi sleep
hygiene (p-value =0.000) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh sleep
hygiene terhadap kualitas tidur penderita DM Tipe 2. Berdasarkn hasil tersebut, perawat
komunitas di Puskesmas Indralaya diharapkan dapat memasukkan sleep hygiene dalam
pendidikan kesehatan yang wajib diberikan pada penderita DM tipe 2 dan keluarganya.
ABSTRACT
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus (DM) have clinical symptoms such as polydipsia,
polyuria, and pain which also occur at night and can cause sleep disturbances. This sleep
disturbance will increase the frequency of awakening, difficulty falling asleep again, and
sleep dissatisfaction which causes the quality of sleep to decrease. Sleep hygiene is a
method to improve sleep quality in the form of a list of things that can facilitate sleep
initiation and maintain it. This study aims to determine the effect of sleep hygiene on
the sleep quality of people with type 2 diabetes in the working area of Indralaya Public
Health Center. This research is a quantitative study with a pre-experimental research
design and a one-group pretest-posttest design. The sample in this study amounted to
29 respondents and was selected based on inclusion criteria. The measuring instrument
used the Pittsburgh sleep quality index (PSQI) questionnaire to measure sleep quality.
In addition, the data analyzed using the Wilcoxon test. The analysis results showed a
significant difference between before and after sleep hygiene intervention (p-value =
0.000), so it can conclude that there is an effect of sleep hygiene on the sleep quality
of people with Type 2 diabetes. Based on these results, community nurses at Indralaya
17
18 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Public Health Center expected to include sleep hygiene in health education given to people
with type 2 diabetes and their families.
menggunakan teknik purposive sampling dengan akhir intervensi, peneliti kemudian datang
kriteria inklusi. Setelah responden didapatkan, kembali ke rumah responden dan memberikan
peneliti mendatangi rumah responden dan kembali kuesioner PSQI pada responden.
memberikan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
Index (PSQI) yang terdiri dari 9 pertanyaan
perbedaan kualitas tidur penderita DM Tipe 2
kepada responden. Setelah itu peneliti melakukan
sebelum dan sesudah diberikan intervensi sleep
intervensi berupa Pendidikan Kesehatan tentang
hygiene. Sebelum dilakukan uji statistik bivariat,
daftar sleep hygiene yang berisi 12 kegiatan yang
telah dilakukan uji normalitas terlebih dahulu
perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
menggunakan uji saphiro wilk karena jumlah
tidur. Kemudian selama tiga hari berturut-turut
sampel adalah 29 (≤50). Hasil uji normalitas
peneliti dibantu dengan 4 orang asisten peneliti
data kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan
melakukan pemantauan kepada responden sesaat
intervensi sleep hygiene sebesar 0,023 dan 0,003
sebelum jadwal tidur responden pada malam hari
(<0,05) yang dapat disimpulkan bahwa data tidak
dengan menggunakan telepon dan video call
berdistribusi normal, maka uji statistik yang
untuk memastikan bahwa responden melakukan
digunakan adalah uji wilcoxon dan didapatkan
sleep hygiene sesuai yang telah diajarkan. Pada
hasil p-value = 0,000.
HASIL
Tabel 1. Frekuensi Statistik Kualitas Tidur Penderita DM Tipe 2 Sebelum dan Setelah Intervensi Sleep
hygiene
Tabel 2. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum dan Setelah Dilakukan Sleep Hygiene pada Penderita DM
Tipe 2
oleh ginjal untuk mengencerkan sejumlah depresi bisa diakibatkan oleh rasa cemas akibat
besar glukosa yang hilang apabila kandungan keadaan penyakit, biaya pengobatan, dan
glukosa darah lebih tinggi lagi, akibatnya urine prosedur tindakan medis (Craven & Hirnle, 2000
menjadi berlebihan sehingga penderita kerap dalam Bukit, 2005). Menurut Miller (1995) dan
kencing dalam jumlah yang banyak. Peningkatan Fordham (1991) dalam Bukit (2005), ansietas
jumlah dan frekuensi berkemih mengakibatkan dan depresi bisa membuat pasien terbangun dari
penderita banyak minum karena mengalami haus tidurnya, susah tertidur kembali dan bangun
yang berlebihan. Dengan keadaan yang semacam lebih awal.
ini penderita sering terbangun untuk minum. Aspek lingkungan juga merupakan
Penderita juga mengalami penyusutan berat badan penyebab gangguan tidur yaitu: ventilasi yang
sebagai akibat turut hilangnya sejumlah besar tidak baik, suara/kebisingan, cahaya/lampu yang
kalori ke dalam urine. Untuk mengompensasi hal sangat terang, ruang dan tempat tidur yang kurang
tersebut, penderita seringkali merasa sangat lapar nyaman, dan bau yang tidak nyaman serta suhu
sehingga banyak makan apalagi pada malam hari. yang terlalu panas/terlalu dingin. Hal ini sejalan
Gatal-gatal pada kulit dan nyeri pada ekstremitas dengan penelitian yang didapatkan oleh Bukit
merupakan gejala klinis lain dari penyakit DM. (2005) bahwa suara bising, temperatur ruangan
Hal ini membuat penderita tidak nyaman untuk panas, dan sorot lampu yang sangat terang
tidur dan bisa menyebabkan terbangun dari tidur merupakan penyebab umum gangguan tidur.
(Miller & Cappuccio, 2007 dalam Gustimigo, Ventilasi yang baik merupakan aspek
2015) esensial untuk tidur yang tenang. Supaya paru-
Dari tabel 2 diketahui hasil uji wilcoxon paru tidak kering, kelembaban ruangan harus
kualitas tidur penderita DM Tipe 2 sebelum dan diperhatikan sebab jika kelembaban ruangan
setelah intervensi sleep hygiene menunjukkan tidak diatur maka seseorang tidak akan bisa
nilai p value 0,000 (<0,05), artinya ada tidur, meskipun bisa tidur maka seseorang akan
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan terbangun dengan kerongkongan kering.
setelah intervensi sleep hygiene, sehingga dapat Tingkat suara yang dapat membangunkan
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang tidur seseorang tergantung pada fase tidur.
signifikan sleep hygiene terhadap kualitas tidur Suara yang rendah lebih sering membangunkan
penderita DM Tipe 2. seseorang dari tidur fase 1, sementara suara
Seperti yang telah dijelaskan pada yang keras membangunkan orang pada fase
pembahasan sebelumnya, faktor fisik adalah tidur 3 dan 4. Level suara yang dibutuhkan agar
penyebab utama terjadinya gangguan tidur pada seseorang dapat tidur dengan tenang adalah di
penderita DM tipe 2. Namun, selain faktor fisik, bawah 40 dB. Intensitas suara yang meningkat
ada 2 faktor lainnya yang menjadi penyebab juga bisa mengakibatkan seseorang terbangun
gangguan tidur yaitu faktor psikologis dan dari tidurnya (Gustimigo, 2015).
lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Bukit Hal lain yang juga bisa memengaruhi
(2005) di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam kemampuan untuk tidur adalah cahaya. Tingkat
Rumah Sakit Medan menunjukkan bahwa dari cahaya yang wajar ialah cahaya di siang hari
22 responden yang ansietas, 91% di antaranya lebih terang dibanding malam hari. Seseorang
mengalami kualitas tidur buruk, kemudian dari yang terbiasa tidur dengan suasana gelap
37 responden yang depresi, 86% di antaranya akan mengalami kesulitan tidur apabila sorot
mengalami kualitas tidur buruk. Ansietas dan lampu terlalu terang di ruang tidur. Ruang
tidur adalah tempat seseorang membebaskan yang dihirup, tahan sejenak lalu keluarkan napas
pikiran-pikiran yang penat atau letih sesudah perlahan-lahan lewat mulut. Teknik ini dapat
seharian melaksanakan kegiatan. Jika ruang dilakukan sebanyak lima kali. Hal ini dibuktikan
tidur kotor ataupun bau maka dapat dikatakan oleh penelitian yang dilakukan Cahyaningsih,
bahwa itulah penyabab dari sulitnya tidur. Selain 2016) bahwa terdapat pengaruh terapi relaksasi
itu, ruangan yang sangat panas/sangat dingin nafas dalam terhadap kualitas tidur lansia.
kerapkali mengakibatkan seseorang gelisah. Strategi selanjutnya adalah klien
Kondisi ini akan mengganggu tidur seseorang. disarankan untuk tidak tidur siang lebih dari 30
Fase tidur Rapid Eye Movement (REM) menurun menit supaya dapat menambah kualitas tidur
jika temperatur sangat panas/sangat dingin pada malam hari. Pada saat klien mengantuk di
(Gustimigo, 2015). siang hari, hendaknya lakukan aktivitas untuk
Sleep hygiene adalah istilah yang mengusir rasa kantuk seperti olahraga atau
digunakan untuk menggambarkan kebiasaan berjalan-jalan. Strategi berikutnya adalah klien
tidur yang baik yaitu dengan mengurangi disarankan untuk tidak tidur dengan cahaya yang
faktor penyebab gangguan tidur di atas. terang karena bisa membuat pikiran klien tetap
Banyak penelitian yang telah mengembangkan terjaga, jika klien tidak terbiasa dengan kondisi
seperangkat pedoman yang dirancang untuk gelap maka atur cahaya menjadi remang-remang.
meningkatkan kualitas tidur, dan ada banyak Strategi selanjutnya adalah atur suhu kamar tidur
bukti yang menunjukkan bahwa strategi ini yang nyaman. Klien dapat memakai selimut
dapat memberikan solusi jangka panjang untuk tebal ketika sedang cuaca dingin, atau memakai
gangguan tidur. Pada penelitian ini, peneliti pakaian tipis saat cuaca panas.
membuat media berupa leaflet tentang daftar Strategi berikutnya adalah menjauhi
sleep hygiene yang berisi 12 strategi yang perlu suara berisik. Sebelum tidur, klien harus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur. mematikan televisi, jika tidak dapat tidur dalam
Daftar ini kemudian diberikan kepada responden kondisi hening maka klien dapat mendengarkan
sekaligus dilakukan pengajaran secara detail musik yang lembut dengan volume yang kecil
tentang strategi sleep hygiene dan memastikan sehingga membuat klien rileks. Kemudian
responden mampu untuk melaksanakannya. mandi sore dengan air hangat juga merupakan
Strategi yang dimaksud adalah rangkaian strategi untuk meningkatkan kualitas
mempunyai agenda bangun dan tidur yang tidur. Mandi air hangat 1-2 jam sebelum tidur
teratur setiap hari. Catat agenda tidur klien, sangat bermanfaat karena bisa meningkatkan
dan upayakan klien untuk mulai tidur pada jam temperatur badan dan bisa membuat klien
tersebut. Kemudian biasakan berada di tempat mengantuk. Selanjutnya, pastikan kamar klien
tidur hanya saat tidur dan mengantuk. Upayakan tidak berdebu dan menyingkirkan barang-barang
klien untuk tidak melakukan kegiatan lain di yang berhamburan di sekeliling tempat tidur
tempat tidur selain untuk tidur, seperti menonton klien. Akan lebih baik jika memasang pengharum
atau bermain ponsel. Selain itu, buat pikiran dan ruangan yang dapat membuat badan rileks.
badan menjadi tenang serta rileks. Klien bisa Berikutnya adalah menganjurkan klien
melakukan metode relaksasi napas dalam; tarik untuk mengkonsumsi makanan sehat dan
napas melalui hidung dengan tenang perlahan- seimbang secara teratur. Memilih makanan yang
lahan sambil merasakan aliran udara melewati banyak memiliki kandungan serat pada buah-
hidung kemudian apabila dirasakan cukup udara buahan dan sayuran, dan membatasi konsumsi
lemak. Dianjurkan juga klien untuk tidak tidur hiperglikemia maka penting bagi penderita
terlalu kenyang ataupun dalam keadaan lapar, DM Tipe 2 untuk tetap mempertahankan kadar
karena jika terlalu kenyang, tubuh membutuhkan glukosa darah dalam batas normal. Dalam upaya
waktu sekitar 2-3 jam untuk bisa tertidur dengan mengontrol kadar gula darah pada penderita DM
nyaman. Klien dianjurkan untuk tidak meminum Tipe 2, selain empat pilar penatalaksanaan DM
kopi atau teh karena dapat menyebabkan tubuh (edukasi, diet, aktifitas fisik, dan farmakologi),
dan otak tetap terjaga sehingga menghambat peningkatan kualitas tidur juga merupakan hal
proses mengantuk dan semakin susah untuk yang penting untuk dilakukan oleh penderita
tidur. Sebaliknya, terdapat beberapa makanan DM tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
yang dianjurkan agar tidur lebih nyenyak, seperti dilakukan oleh Kalsum (2015) bahwa terdapat
susu dan madu. Susu memiliki kandungan hubungan yang signifikan antara kualitas tidur
tryptophan yaitu sejenis asam amino yang dengan kandungan glukosa darah pada pasien
berguna meningkatkan serotonin pada otak, DM Tipe 2 di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih
sehingga dapat membuat tidur lebih nyenyak Jakarta. Fungsi sistem endokrin akan terganggu
(Handayani, 2020). terutama terkait dengan toleransi glukosa,
Klien juga disarankan untuk berhenti resistensi insulin, dan berkurangnya respons
merokok karena dengan tidak merokok dapat insulin apabila kurang tidur (Spiegel, 2008 dalam
membantu memperbaiki kinerja jantung dan Kalsum, 2015).
paru-paru. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Demikian juga penelitian yang dilakukan
yang dilakukan oleh Supit et al., (2018) bahwa oleh Kurnia et al (2017) mendapatkan hasil
terdapat hubungan antara merokok dengan bahwa terdapat hubungan kualitas tidur dengan
kualitas tidur yang buruk. Strategi terakhir kandungan glukosa darah puasa pada pasien DM
yaitu membuat jadwal olahraga seperti jalan Tipe 2 di RS Pancaran Kasih GMIM Manado.
kaki selama 20-30 menit setiap pagi hari. Studi Tidur yang kurang bisa memengaruhi hormon
yang dilaporkan pada situs Psychology Today pengatur nafsu makan. Apabila terjadi kekurangan
pada tahun 2013 membuktikan bahwa olahraga tidur, kadar leptin merupakan faktor yang
yang teratur dapat meningkatkan kualitas tidur. membuat seseorang menjadi kenyang menurun
Namun, menurut peneliti pengaruh ini baru akan dan kadar ghrelin yang merupakan perangsang
dirasakan secara signifikan dalam jangka waktu nafsu makan menjadi meningkat. Waktu tidur
yang lama yaitu setelah beberapa minggu atau yang kurang juga menyababkan kesempatan
bulan (Anggraini, 2018). seseorang untuk makan menjadi meningkat
Pada penelitian ini, strategi sleep hygiene sehingga kehilangan tidur akan menambah nafsu
diajarkan dan kemudian dilakukan pada setiap makan dan meningkatkan asupan makan yang
responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan bisa menyebabkan berat badan bertambah dan
penelitian yang dilakukan oleh Duman & Taşhan meningkatnya kadar glukosa darah (Knutson &
(2018) bahwa latihan relaksasi otot progresif Cauter, 2008 dalam Kurnia et al., 2017).
dan sleep hygiene mampu menurunkan gejala
SIMPULAN DAN SARAN
insomnia pada wanita postmenopause.
Kualitas tidur berhubungan dengan Terdapat pengaruh sleep hygiene terhadap
kandungan glukosa dalam darah, seperti kualitas tidur penderita DM Tipe 2 di wilayah
yang diketahui, pada penderita DM Tipe 2 kerja Puskesmas Indralaya (p-value = 0,000).
terjadi peningkatan kadar glukosa darah atau Saran kepada perawat komunitas di Puskesmas