Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN SELF-CARE DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN DIABETES MELITUS (DM) DI PERSATUAN
DIABETES INDONESIA (PERSADIA) CABANG CIMAHI
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CARE AND PATIENT’S DIABETES MELITUS (DM)
IN PERSATUAN DIABETES INDONESIA (PERSADIA) IN CIMAHI

Jeanny Rantung1*, Krisna Yetti2, Tuti Herawati3


1Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia;0Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Advent Indonesia
2,3Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*Email: jeanny.rantung@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Kemampuan self-care merupakan hal penting dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien DM. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan self-care
dengan kualitas hidup pasien DM. Metode: Rancangan penelitian cross sectional,
melibatkan 125 anggota PERSADIA cabang Cimahi. Alat ukur self-care adalah
Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL)
dan Beck Depression Inventory II. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan hubungan self-
care dengan kualitas hidup menjadi tidak bermakna (p value 0.164) setelah
dipengaruhi oleh jenis kelamin (p value 0.006) dan depresi (p value 0.001). Diskusi:
Peningkatan satu satuan self-care, akan meningkatkan kualitas hidup sebesar 6.1%
setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi. Peningkatan self-care dapat
dilakukan melalui pengembangan program edukasi yang terstruktur, meningkatkan
kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM terkait
aktivitas self-care, dan melakukan screening depresi terhadap pasien DM.

Kata kunci: Self-care, kualitas hidup, DM

ABSTRACT
Introduction: The relation between self care and patient’s diabetes mellitus quality of
life in Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) in Cimahi. Self care ability is
important in improving patient’s quality of life (QOL). Method: Using cross sectional
method, this research is designed to identify the relationship between self care and
patient’s QOL in PERSADIA Cimahi, West Java. A hundred twenty five PERSADIA
members were recruited and examined using Summary of Diabetes Self-Care
Activities (SDSCA),Diabetes Quality Of Life (DQOL) and Beck Depression Inventory
II. Result: The results showed no significant correlation between self care activity and
QOL (p=0,164) as influenced by gender (p=0,006), depression (p=0,001).
Discussion: Increase of one unit self-care was likely to increase 6,1% QOL after
controlled by gender and depression. Self care improvement can be performed
through developing structured education, improving nurse’s competency in diabetes
care and conducting diabetes screening program for DM patients.

Key words: Self-care, Quality of Life, Diabetes Mellitus (DM) JURNAL

SKOLASTIK
KEPERAWATAN
Vol. 1, No.1
Januari – Juni 2015

ISSN: 2443 – 0935


E-ISSN: 2443 - 1699

38
Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

PENDAHULUAN memulai dan melakukan tindakan secara


mandiri melalui aktivitas self-care
Diabetes Mellitus (DM) merupakan (Asselstine, R.T.M, 2011).
masalah kesehatan yang serius di seluruh
dunia dan prevalensinya cenderung Kemampuan pasien DM dalam
meningkat dengan cepat, diperkirakan dari menjalankan kebiasaan self-care yang
2.8% tahun 2000 akan menjadi 4.4% di tepat dan sukses berhubungan erat
tahun 2030. Jumlah penderita DM di dunia dengan angka morbiditas dan mortalitas
pada tahun 2000 berjumlah 171 juta jiwa, dan secara signifikan mempengaruhi
diperkirakan akan meningkat menjadi 366 produktivitas dan kualitas hidup (Ayele, et
juta pada tahun 2030 (Wild, S., Roglic, G., al., 2012).
Green, A., Sicree, R., King, H, 2004)..
Pasien DM membutuhkan waktu untuk
Menurut World Health Organization (WHO) beradaptasi dengan baik terhadap
pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan perubahan gaya hidup. Pencegahan dan
akan berjumlah 21.3 juta orang dan strategi penatalaksanaan menjadi sangat
menempati urutan keempat dalam jumlah penting dalam pemantauan DM.
penderita diabetes terbanyak setelah Pemantauan dan penatalakasanaan DM
Amerika, Cina dan India (PERKENI, 2011). yang maksimal akan memberikan
pengaruh positif terhadap kesehatan,
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terutama terhadap kualitas hidup dan umur
jumlah penderita DM tahun 2003 sebanyak harapan hidup (Sikdar, K. C., Wang, P. P.,
13.7 juta. Berdasarkan pola pertambahan MacDonald, D., & Gadag, V. G, 2010)..
penduduk diperkirakan pada tahun 2030
akan menjadi 20.1 juta jiwa dengan tingkat Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
prevalensi 14.7% untuk daerah urban dan mengetahui hubungan self-care dengan
7.2% untuk daerah rural (Dinas Kesehatan kualitas hidup pasien DM.Tujuan khusus
Provinsi Jawa Barat, 2007). Berdasarkan penelitian ini adalah: Mengidentifikasi
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat karakteristik demografi responden meliputi:
jumlah penderita DM berusia 45 – 64 tahun usia, jenis kelamin, pendidikan,
yang melakukan rawat jalan sebanyak penghasilan, kompliksi DM, lama
4.91% atau 21.168 kunjungan dari seluruh menderita DM dan depresi.
kasus dan menempati urutan keempat Mengidentifikasi self-care dan kualitas
dalam jumlah kunjungan terbanyak (Dinas hidup pasien DM. Mengidentifikasi
Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2007). hubungan self-care, faktor konfonding
dengan kualitas hidup pasien DM dan
Tujuan utama pengobatan DM adalah kontribusi faktor konfonding terhadap self-
mencegah dan meminimalisasi komplikasi care dan kualitas hidup pasien DM.
akut maupun kronik (Ayele, K., Tesfa, B.,
Abebe, L., Tilahun, T., Girma, E, 2012).
Komplikasi DM dapat dikendalikan, BAHAN DAN METODE
dicegah dan dihambat dengan
mengendalikan kadar gula dalam darah Rancangan penelitian yang digunakan
melalui kegiatan penatalaksanaan diabetes adalah cross-sectional. Pengambilan
yang terdiri dari nonfarmakologis dan sampel penelitian menggunakan metode
farmakologis (Waspadji, S, 2009). Tujuan non probability sampling dengan
pengobatan DM akan berhasil bila pendekatan purposive sampling, jumlah
penatalaksanaan diabetes dilakukan sampel 125 responden.
berdasarkan kemampuan pasien untuk

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  39


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

Alat ukur yang digunakan adalah Summary (r=0.361), sehingga kuesioner kualitas
of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) hidup dinyatakan reliabel.
yang dikembangkan oleh Toobert,
Hampson dan Glasgow (2000).Untuk Selanjutnya, hasil uji validitas kuesioner
mengukur kualitas hidup pasien DM adalah depresi ditemukan satu butir pernyataan
kuesioner Diabetes Quality of Life (DQOL) yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 6
yang dikembangkan oleh DCCT Research (r=0.286) sehingga pernyataan ini
Group (1988). Mengukur tingkat depresi dikeluarkan dari kuesioner, hasil uji
menggunakan skala Beck Depression validitas pada 20 pernyataan dengan nilai r
Inventory II (BDI II), yang dikembangkan alpha berada pada rentang nilai 0.439-
oleh Beck, Brown & Steer (1996). Ketiga 0.856. Hasil uji reliabilitas kuesioner ini
kuesioner dilakukan uji validitas dan adalah r alpha cronbach’s 0.953 lebih
reliabilitas pada 30 responden yang besar dibandingkan dengan nilai r tabel
berbeda dari sampel yang akan diteliti. (r=0.361), sehingga kuesioner depresi
dinyatakan reliabel
Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
self-care dengan degree of freedom 30- Analisis yang digunakan pada penelitian
2=28 (r tabel=0.361) ditemukan lima adalah analisis univariat dengan analisis
pernyataan yang tidak valid, yaitu mean, median, standar deviasi, minimum-
pernyataan nomor 2 (r=0.098), 3 (r=0.343), maksimum untuk data numerik (usia,
9 (r=0.075), 13 (r=0.218), 17 (r=0.331), penghasilan, lama menderita DM, depresi,
tetapi karena pernyataan nomor 3 dan 17 self-care dan kualitas hidup) dan analisis
merupakan substansi yang penting maka kategorik (jenis kelamin, tingkat pendidikan
pernyataan diperbaiki struktur kalimatnya dan komplikasi DM) dijelaskan dengan nilai
sehingga pernyataan nomor 2, 9 dan 13 frekwensi dan persentase. Analisis bivariat
yang dikeluarkan dari kuesioner. Hasil uji menggunakan uji korelasi Spearman dan
validitas pada 15 pernyataan dengan nilai r uji Man-Whitney Analasis multivariat
alpha berada pada rentang nilai 0.340- menggunakan uji regresi linier ganda.
0.612. Hasil uji reliabilitas kuesioner ini
adalah r alpha cronbach’s 0.849 lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
besar dibandingkan dengan nilai r tabel
(r=0.361), sehingga kuesioner self-care Hasil penelitian menunjukkan rerata usia
dinyatakan reliabel. responden 62.7 tahun. Usia diatas 45
tahun merupakan faktor resiko terhadap
Hasil uji validitas kuesioner kualitas hidup peningkatan jumlah pasien DM, selain
pasien DM ditemukan tiga pernyataan yang faktor riwayat keluarga dan obesitas.
tidak valid, yaitu pernyataan nomor 12 Proses penuaan yang disebabkan oleh
(r=0.299), 24 (r=-0.208), dan 30 (r=0.052), perubahan anatomis, fisiologis dan
tetapi karena pernyataan nomor 12 dan 30 biokimia menyebabkan penurunan
merupakan substansi yang penting maka sensitivitas insulin dan terjadinya
pernyataan diperbaiki struktur kalimatnya gangguan sel beta yang menyebabkan
sehingga hanya pernyataan nomor 24 yang produksi insulin berkurang biasanya terjadi
dikeluarkan dari kuesioner. Hasil uji pada usia lanjut. Proses bertambah usia
validitas pada 36 pernyataan dengan nilai r dapat mempengaruhi homeostasis tubuh,
alpha berada pada rentang nilai 0.044- termasuk perubahan fungsi sel beta
0.857. Hasil uji reliabilitas kuesioner ini pankreas yang menghasilkan insulin akan
adalah r alpha cronbach’s 0.969 lebih menyebabkan gangguan sekresi hormon
besar dibandingkan dengan nilai r tabel atau penggunaan glukosa yang tidak

40 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

adekuat pada tingkat sel yang berdampak Tingginya angka kejadian DM pada
terhadap peningkatan kadar glukosa perempuan dipengaruhi oleh salah satu
darah. Pada usia 50 tahun keatas akan faktor resiko, yaitu kegemukan.
terjadi peningkatan 5-10 mg/dL setiap Perempuan memproduksi hormon
tahun (Black, et al., 2009; Rochmah, 2006). estrogen yang menyebabkan
pengendapan lemak meningkat pada
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada jaringan sub kutis. Pada laki-laki jumlah
hubungan yang bermakna antara usia lemak tubuh lebih dari 25%, dan pada
dengan kualitas hidup. Hal ini sejalan perempuan jumlah lemak tubuh lebih dari
dengan penelitian.yang menyatakan 35%. Keadaan ini menyebabkan kejadian
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan DM lebih banyak terjadi pada perempuan
antara usia dengan kualitas hidup (Al- dibandingkan pada laki-laki (Soegondo,
Shehri, et al., 2008). Begitu pula dengan 2006).
penelitian lain, menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia Tabel 1. Analisis Hubungan Jenis Kelamin,
dengan kualitas hidup, hal ini menunjukkan Tingkat Pendidikan dan Komplikasi DM
usia tidak berkontribusi terhadap kualitas Dengan Kualitas Hidup Responden
hidup (Saatci, et al., (2010). Menurut Variabel n Persentase p value
asumsi peneliti, responden berusia muda Jenis
Kelamin 36 28.8 0.001*
atau tua tetapi memiliki pemahaman yang Laki-laki 89 71.2
cukup baik terhadap penyakit DM, akan
Perempuan
memiliki kemampuan untuk melakukan Tingkat
Pendidikan
penatalaksanaan DM secara mandiri. Dasar 59 47.2
Penatalaksanaan DM yang tepat akan 0.225
Menengah
meningkatkan kesehatan, mencegah dan Tinggi 66 52.8
komplikasi dan memulihkan kesehatan,
Komplikasi
sehingga akan mempengaruhi kualitas DM Tidak 22 17.6
hidup. Kemampuan pasien dalam ada 0.026*
komplikasi
melakukan penatalaksanaan DM dapat
0 103 82.4
dijalankan bila pasien aktif mengikuti .Ada
kegiatan-kegiatan yang dapat komplikasi
meningkatkan pengetahuan dan motivasi *p value< 0.05

pasien, seperti kegiatan yang dilakukan Hasil analisis menunjukkan terdapat


oleh PERSADIA. hubungan yang bermakna antara jenis
Hasil penelitian menunjukkan sebagian kelamin dengan kualitas hidup. Hal ini
besar responden adalah perempuan sejalan dengan penelitian yang
71.2%, sisanya adalah laki-laki. Hal ini menyimpulkan jenis kelamin secara
sejalan dengan penelitian yang sebagian signifikan memiliki hubungan dengan
besar responden pasien DM perempuan kualitas hidup (Hussein, et al., 2010;
(65%) dan sisanya 35% adalah laki-laki. Imayama, et al., 2010). Hal berbeda
Penelitian lain menyatakan tentang kualitas ditemukan dalam penelitan ini, yaitu
hidup berhubungan dengan kesehatan, kualitas hidup responden perempuan lebih
menemukan pasien DM tipe 2 sebanyak tinggi dibandingkan responden laki-laki.Hal
50.9% adalah wanita dan 49.1% adalah ini disebabkan sebagian besar responden
laki-laki (Al-Shehri, et al., 2008; Yildrim, et penelitian ini adalah perempuan dimana
al., 2007). perempuan lebih tertarik pada status
kesehatan dirinya, sehingga memberi

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  41


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

pengaruh dalam pelaksanaan aktivitas self- memahami penyakit, melakukan


care yang baik. penatalaksanaan DM termasuk rangkaian
kegiatan self-care.Tetapi, selain
Rerata tingkat pendidikan responden pendidikan yang dibutuhkan pasien DM
adalah pendidikan dasar yaitu 59 orang adalah: motivasi, dukungan keluarga dan
(47.2%), dan sisanya tingkat pendidikan sosial juga merupakan faktor yang tidak
menengah dan tinggi. Sejalan dengan dapat diabaikan. Motivasi, dukungan dari
penelitian yang dilakukan pada pasien DM, keluarga atau sosial akan meningkatkan
ditemukan responden dengan tingkat kepatuhan pasien DM dalam menjalankan
pendidikan rendah sebanyak 104 orang, aktivitas self-care (Nouwen, et al., 2011;
pendidikan menengah 25 orang dan Ouyang, 2007; Mayberry, et al., 2012; Tan,
pendidikan tinggi 21 orang (Hussein, et al., et al., 2005). Bila pasien patuh
2010). menjalankan aktivitas self-care, maka
Pendidikan merupakan faktor penting yang pengendalian kadar glukosa darah yang
perlu dimiliki pasien DM, karena menjadi tujuan utama penatalaksanaan
pendidikan merupakan indikator terhadap DM akan berada dalam batas normal,
pengertian pasien tentang perawatan, komplikasi tidak terjadi dan keadaan ini
penatalaksanaan diri, dan pengontrolan akan meningkatkan kualitas hidup. Hal ini
kadar glukosa (Hussein, et al., 2010). menunjukkan bahwa kualitas hidup tidak
berhubungan dengan pendidikan tetapi
Pendidikan yang baik akan menghasilkan
perilaku positif sehingga lebih terbuka dan dapat dipengaruhi oleh adanya faktor lain.
obyektif dalam menerima informasi, Penghasilan responden rata-rata per bulan
khususnya informasi tentang Rp. 1.953.600. Rata-rata penghasilan
penatalaksanaan DM. Keterbukaan pasien responden antara Rp. 1.751.900 sampai
DM terhadap informasi kesehatan akan Rp. 2.155.200. Berdasarkan Upah
menuntun pasien untuk aktif menjalankan Minimum Kota (UMK) yang berlaku di
aktivitas self-care, sehingga kadar glukosa Cimahi yaitu sebesar Rp. 1.368.309 (Ardia,
darah dapat terkendali dan status 2012), dapat disimpulkan penghasilan
kesehatan pasien tetap stabil (Javanbakht, responden rata-rata di atas nilai UMK.
et al., 2012).

Biaya pengobatan DM dapat


Hasil analisis penelitian menunjukkan tidak mempengaruhi pasien dalam melakukan
ada hubungan antara pendidikan dengan self-care, masalah keuangan secara
kualitas hidup. Hasil penelitian ini berbeda signifikan menunjukkan kemungkinan kecil
dengan penelitian yang menyatakan untuk dapat melakukan pemantauan
bahwa tingkat pendidikan secara glukosa darah setidaknya dua kali
bermakna berhubungan dengan kualitas seminggu (Zgibor, et al.,2002).
hidup, sehingga tingkat pendidikan
merupakan faktor penting dalam Analisis hubungan antara penghasilan
mengindikasi pengertian pasien terhadap dengan kualitas hidup responden
self-care, penatalaksanaan diabetes, menunjukkan tidak ada hubungan yang
pemantauan glikemik dan persepsi harga bermakna antara penghasilan dengan
diri15. kualitas hidup. Berbeda dengan hasil
penelitian yang mengatakan bahwa
Pendidikan merupakan faktor penting bagi penghasilan rendah menunjukkan kualitas
pasien DM dalam kemampuan untuk hidup yang rendah, dan penghasilan yang

42 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

tinggi akan meningkatkan kualitas hidup terhadap kualitas hidup pasien, lamanya
(Issa, B.A., & Baiyewu, O., 2006). menderita DM menunjukkan kualitas hidup
Selanjutnya penelitian lain menyatakan pasien yang rendah. Lamanya menderita
bahwa penghasilan berpengaruh terhadap DM berhubungan dengan komplikasi DM
status sosial ekonomi, bila penghasilan yang dialami oleh pasien. Komplikasi
besar maka status sosial ekonomi dengan menyebabkan efikasi diri pasien rendah
sendirinya akan meningkat, dan hal ini dan mengacu pada penurunan kualitas
berhubungan dengan kemampuan pasien hidup (Hussein, et al., 2010).
DM dalam melakukan pemantauan
metabolik yang lebih baik (Saatci, et al., Tabel 2. Analisis Hubungan Usia,
2010). Penghasilan, Lama Menderita DM, Depresi
dan Self-care Dengan Kualitas Hidup
Berdasarkan hasil penelitian, responden Variabel r p value
rata-rata memiliki penghasilan per bulan Usia -0.054 0.549
diatas UMK, hal ini menunjukkan Penghasilan -0.163 0.069
responden tidak mengalami masalah Lama menderita -0.024 0.787
dalam menjalankan aktivitas self-care. DM

Kemampuan pasien DM dalam Depresi -0.351 0.001*

menjalankan penatalaksanaan DM dalam Self-care Diabetes 0.152 0.023*


upaya meningkatkan pemantauan *p value< 0.05
metabolik dipengaruhi oleh penghasilan.
Bagi responden yang memiliki penghasilan Terjadinya peningkatan kadar glukosa
rendah, dapat menjalankan yang kronik akan menyebabkan kelelahan,
penatalaksanaan DM dengan melakukan dan menyebabkan suasana depresi yang
pemantauan kadar glukosa darah lebih buruk. Keadaan hipoglikemia dapat
menggunakan fasilitas pelayanan menyebabkan pasien DM menjadi lemah,
kesehatan yang telah disediakan tenaga berkurang, menjadi pesimis dan
pemerintah (jaminan kesehatan). berkecil hati, keadaan ini berpotensi
Sedangkan responden yang mampu, tentu menyebabkan pasien DM mengalami
saja tidak menjadi masalah dalam ketakutan. Komplikasi kronik, baik
melakukan pemantauan kadar glukosa komplikasi mikrovaskular maupun
darah secara mandiri di rumah atau ke makrovaskular dapat memberi pengaruh
pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan negatif terhadap kualitas hidup. Hal ini
bahwa kualitas hidup tidak berhubungan disebabkan oleh terjadinya perubahan
dengan penghasilan, tetapi dapat dalam tubuh, disertai gangguan mobilitas
dipengaruhi oleh adanya faktor lain. fisik dan nyeri fisik. Keadaan ini akan
berpengaruh dan menjadi beban bagi
Rerata lama menderita DM adalah 6.4 pasien DM dalam menjalankan aktivitas
tahun. Sejalan dengan penelitian lain yang sehari-hari, sehingga aktivitas self-care
menemukan lama menderita DM lebih dari tidak dapat dilaksanakan dengan
6 tahun (72.6%) dan lebih dari 10 tahun maksimal, keadaan ini mengarah pada
(33.5%) (Eljedy, et al., 2006). gangguan terhadap kualitas hidup.
Penelitian ini menunjukkan bahwa, kualitas
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hidup tidak dipengaruhi oleh lama
hubungan yang bermakna antara lama
menderita DM, tapi dapat dipengaruhi oleh
menderita DM dengan kualitas hidup.
adanya faktor lain.
Berbeda dengan penelitian yang
menyatakan lamanya menderita DM Rerata responden yang mengalami
memberikan pengaruh yang negatif komplikasi sebanyak 103 orang (82.4%)

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  43


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

dan yang tidak mengalami komplikasi sehingga mengalami keterbatasan dalam


sisanya. Sejalan dengan penelitian yang menjalankan fungsi sehari-hari bahkan
menemukan sebanyak 23% responden tidak dapat menikmati kegiatan yang
yang mengalami komplikasi mikrovaskular menyenangkan. Perubahan gaya hidup,
dan 30% mengalami komplikasi akan membatasi kegiatan sehari-hari
kardiovaskular (Huang, et al., 2007). terutama dalam menjalankan
Penelitan lain menemukan responden yang penatalaksanaan DM. Gangguan fungsi
mengalami komplikasi mikrovaskular atau fisik, psikologis maupun sosial akan
sebanyak 99% (Kamarul, et al., 2010). menyebabkan perubahan besar dalam
kehidupan pasien DM dan keadaan ini
Terjadinya komplikasi mikrovaskular dan akan berdampak terhadap kualitas hidup.
makrovaskular pada pasien DM
menunjukkan kualitas hidup yang rendah Hasil penelitian ini menemukan responden
(Al-Shehri, et al., 2008). Pasien DM dengan tidak mengalami depresi atau masih dalam
komplikasi tahap akhir secara signifikan batas normal. Sebuah penelitian yang
memiliki pegaruh negatif terhadap kualitas dilakukan di daerah pedesaan Bangladesh,
hidup (Huang, et al., 2007). Komplikasi DM, menemukan gejala depresi dialami oleh
seperti: hipertensi, gangrene, katarak, 29% pasien DM pria dan 30.5% pasien DM
obesitas dan gangguan fungsi seksual wanita pada saat di diagnosa DM pertama
secara signifikan berhubungan dengan kali (Egede, et al., 2010). Penemuan ini
kualitas hidup (Issa, et al., (2006). menguatkan pernyataan bahwa depresi
memberikan pengaruh yang besar
Hasil analisis menunjukkan ada hubungan terhadap kualitas hidup pasien DM.
yang bermakna antara kualitas hidup
dengan responden yang memiliki Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
komplikasi DM. Sejalan dengan penelitian hubungan yang bermakna antara depresi
yang menyatakan bahwa komplikasi DM dengan kualitas hidup responden. Sejalan
mempengaruhi secara signifikan terhadap dengan penelitian yang menjelaskan
kualitas hidup (Gautam, et al., 2009). munculnya depresi menyebabkan kualitas
hidup secara signifikan memburuk pada
Kualitas hidup pasien DM berhubungan penderita DM. Ditemukan kualitas hidup
dengan komplikasi yang disertai nyeri dan berhubungan dengan kesehatan yang
terganggunya aktivitas fisik sehari-hari, rendah pada pasien DM dan yang memiliki
keadaan ini dapat dikaitkan dengan resiko terkena DM (Egede, et al., 2010).
neuropati dan komplikasi aterosklerosis. Temuan ini menunjukkan DM dan depresi
Penyebab lain mungkin disebabkan oleh memiliki efek yang sinergi terhadap
keadaan kesehatan yang buruk, atau ketidakmampuan, berkurangnya
adanya beberapa penyakit lain yang tidak produktivitas kerja dan kualitas hidup.
terkait dengan penyakit DM (Sarac, et al.,
2007). Penatalaksanaan DM maupun komplikasi
yang dialami pasien DM merupakan
Akibat dari komplikasi jangka pendek dapat stressor yang akan diterima sinyalnya oleh
menimbulkan kekhawatiran dan depresi, hipotalamus. Hipotalamus akan
karena gangguan kadar glukosa darah menstimulus medulla adrenal untuk
yang kronik dapat meningkatkan kelelahan, melepaskan epineprin dan norepineprin ke
gangguan tidur, tubuh rentan terhadap dalam aliran darah, yang dikeluarkan
infeksi. Begitu pula dengan komplikasi sebagai respon terhadap stress. Epineprin
jangka panjang, akan menyebabkan juga merangsang hati dalam pemecahan
perubahan besar dalam diri pasien DM glikogen menjadi glukosa, sehingga

44 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

meningkatkan kadar glukosa darah. Lemak Rerata responden melakukan self-care


yang berada dalam sel dirangsang untuk selama 2.9 hari dalam seminggu, dapat
memecah molekul lemak dan melepaskan disimpulkan aktivitas self-care masih belum
asam lemak ke dalam darah untuk maksimal dilaksanakan setiap minggunya.
digunakan sebagai bahan bakar, terutama Sebuah studi yang meneliti tentang
oleh sel otot. Peningkatan dalam perilaku self-care pada pasien DM di
penggunaan kalori sebagai bahan bakar, Uganda, menemukan 39.2% atau 87
dan menyebabkan tubuh untuk waspada responden yang mempraktekkan self-care
dan berjaga (Rushton, 2004). Hipotalamus dalam tiga hari terakhir sebelum
juga akan mensekresikan corticotropin- wawancara dilakukan. Hal ini disebabkan
releasing factor (CRF) untuk menstimulasi oleh faktor tingkat pendidikan dan
pituitari mensekresikan penghasilan (Ayele, et al., 2012).
adrenocortocotropin hormone (ACTH)
yang berkontribusi terhadap depresi. ACTH Analisis hubungan self-care dengan
melalui aliran darah menuju korteks kualitas hidup menunjukkan semakin
adrenal dan mensekresikan glukokortikoid, meningkat self-care maka akan
termasuk kortisol yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup. Hasil uji
mengatur kadar gula darah dan menekan statistik lebih lanjut menunjukkan bahwa
sistem imun tubuh. Penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara
membuktikan bahwa neuron CRF di self-care dengan kualitas hidup responden
seluruh susunanan saraf pusat berfungsi (p value = 0.023).
mengkoordinasi endokrin, perilaku, otonom
dan respon kekebalan tubuh terhadap
stress. Peningkatan sekresi CRF dapat Kegiatan self-care sangat penting untuk
menyebabkan hipercorticolism, yang dipahami dan dilaksanakan oleh pasien
berhubungan dengan depresi (Kaye, et al., DM, karena merupakan cara yang efektif
2000). untuk memantau kadar glukosa darah.
Pasien DM diharapkan mampu melakukan
Penatalaksanaan DM yang tepat aktivitas self-care diabetes dengan
diharapkan pasien dapat terhindar dari konsisten setiap hari sehingga dapat
komplikasi dan dapat menjalankan aktivitas tercapai kadar glukosa dalam batas normal
sehari-hari sesuai dengan kondisi dan meminimalisasi terjadinya komplikasi.
kesehatan pasien. Penatalaksanaan self- Perilaku self-care dapat terlaksana dengan
care dapat menjadi beban bagi pasien,
baik bila pasien memiliki kesadaran dan
karena perubahan gaya hidup dan kemauan untuk menjalankan aktivitas self-
penyesuaian terhadap perubahan dalam care. Kegiatan self-care dapat
kegiatan sehari-hari akan menghasilkan dilaksanakan oleh pasien apabila memiliki
respon emosi yang negatif, termasuk pengertian dan pemahaman yang
perasaan marah, frustrasi, sedih atau diperoleh melalui edukasi penatalaksanaan
kesepian. Dalam hubungan sosial, DM yang diberikan oleh: dokter, ahli gizi,
perubahan dalam kebiasaan sehari-hari petugas laboratorium dan perawat yang
akan menyebabkan pasien merasa sendiri, memiliki keterampilan dalam memberikan
berkecil hati, khawatir untuk terlibat dalam
edukasi diabetes. Aktivitas self-care yang
hubungan sosial dengan lingkungan baik akan mencapai pemantauan kadar
sekitar, apalagi aktif dalam kegiatan- glukosa yang akurat sehingga resiko terjadi
kegiatan sosial. komplikasi dapat diminamilasisi, keadaan
ini akan mempengaruhi kualitas hidup.

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  45


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

Untuk mengetahui faktor mana yang paling perubahan nilai coefficient B tidak lebih dari
dominan berkontribusi terhadap kualitas 10%, maka variabel tersebut dikeluarkan
hidup dilakukan seleksi bivariat. Seleksi dari pemodelan multivariat.
dilakukan pada variabel bebas (self-care)
dan variabel konfonding (usia, jenis Hasil akhir yang masuk dalam pemodelan
kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, multivariat terdapat tiga variabel, yaitu: self-
komplikasi DM lama menderita DM dan care sebagai variabel independen, jenis
depresi) yang diduga berhubungan dengan kelamin, dan depresi sebagai variabel
kualitas hidup. Variabel yang dapat konfonding (Tabel 4)
menjadi model multivariat adalah variabel
yang pada analisis bivariat mempunyai p Tabel 4. Hasil Pemodelan Multivariat
value < 0.25. Variabel yang p value > 0.25
Variabel Independen, Variabel Konfonding
dan secara substansi sangat penting Dengan Kualitas Hidup Responden
berhubungan dengan variabel dependen, Varia- Coeff. Beta p R2 Konst-
maka variabel tersebut dapat dimasukkan bel B value anta
Self- 0.061 0.106 0.164
dalam model multivariat. care
0.249 - 0.459 0.006 0.3 3.341
Jenis 09
kelamin -0.519 0.213 0.001
Tabel 3. Hasil Seleksi Bivariat Uji Regresi Depresi

Linier Variabel Bebas dan Variabel


Konfonding Dengan Kualitas Hidup Hasil uji multivariat penelitian ini
Responden di PERSADIA Cabang Cimahi
menunjukkan ada hubungan antara self-
Bulan Desember 2012 (n=125)
care dengan kualitas hidup responden
No Variabel p value
setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin
1 Self-care Diabetes 0.023 *
dan depresi. Setiap peningkatan satu
2 Usia 0.549
3 Jenis kelamin 0.001 * satuan self-care dapat meningkatkan
4 Tingkat pendidikan 0.225 * kualitas hidup sebesar 6.1% setelah
5 Penghasilan 0.069 * dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi.
6 Komplikasi DM 0.026 * Nilai R2 menunjukkan nilai 0.309, berarti
7 Lama menderita DM 0.787
self-care, jenis kelamin dan depresi
8 Depresi 0.001 *
*p value < 0.25
berperan terhadap kualitas hidup sebesar
30.9%, sisanya dijelaskan oleh faktor lain
Dari tabel 3 menunjukkan ada enam yang tidak diteliti.
kandidat variabel yang memiliki p value <
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan
0.25, yaitu: self-care, jenis kelamin, tingkat
bahwa self-care tidak berpengaruh
pendidikan, penghasilan, komplikasi DM
terhadap kualitas hidup, setelah di kontrol
dan depresi. Sehingga keenam variabel
oleh jenis kelamin dan depresi.
tersebut memenuhi syarat masuk dalam
Penatalaksanaan DM yang efektif
pemodelan multivariate.
membutuhkan perubahan perilaku self-
Pemodelan multivariat dengan cara care termasuk perubahan gaya hidup yang
memilih variabel yang memiliki p value < meliputi: pemantauan diet, olahraga secara
0.05, bila p value > 0.05 maka variabel teratur, juga penggunaan medikasi,
tersebut harus dikeluarkan dari model. Jika pemeriksaan kadar glukosa darah dan
variabel dikeluarkan dan terjadi perubahan perawatan kaki. Beberapa studi
nilai coefficient B lebih dari 10%, maka menyatakan self-care akan memberi
variabel tersebut tetap dipertahankan pengaruh terhadap peningkatan kualitas
dalam pemodelan multivariat. Jika terjadi hidup pasien DM.

46 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

Hasil penelitian menunjukkan responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang


laki-laki melakukan self-care 2.5 hari dalam dilaksanakan oleh PERSADIA sehingga
satu minggu terakhir, sedangkan mendapat banyak pengetahuan yang
responden perempuan melakukan self- berhubungan dengan penatalaksanaan
care 3 hari dalam satu minggu terakhir. Hal DM, baik melalui program edukasi maupun
ini menunjukkan responden perempuan bertukar pengalaman dengan sesama
lebih sering dalam melakukan perawatan anggota PERSADIA. Hal ini akan
self-care.Hal ini sejalan dengan penelitian mempengaruhi kualitas hidup.
yang menemukan bahwa perempuan
memiliki kemampuan melakukan aktivits Dari analisis mulitivariat, dapat disimpulkan
self-care lebih baik dibandingkan laki-laki. bahwa aktivitas self-care yang meliputi:
Hal ini disebabkan perempuan lebih tertarik pengaturan diet, melakukan olahraga,
pada status kesehatan diri dibandingkan pemeriksaan kadar glukosa darah,
laki-laki (Chaveepojnkamjorn, et al., 2008). penggunaan medikasi dan perawatan kaki
adalah salah satu prediktor terhadap
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor kualitas hidup pasien DM. Namun perlu
yang berperan dalam hubungan self-care diperhatikan bahwa hubungan self-care
dengan kualitas hidup. Beberapa studi dengan kualitas hidup tidak memiliki
menyatakan bahwa pasien DM perempuan hubungan yang kuat setelah dipengaruhi
memiliki kualitas hidup rendah oleh adanya faktor lain. Hubungan aktivitas
dibandingkan laki-laki. Berbeda dengan self-care dengan kualitas hidup menjadi
hasil penelitian ini, menunjukkan lemah karena faktor jenis kelamin, dan
responden perempuan memiliki kualitas depresi mempengaruhi hubungan tersebut.
hidup lebih tinggi dibandingkan responden
laki-laki. Responden perempuan merasa
puas terhadap kualitas hidup dibandingkan KESIMPULAN
responden laki-laki yang merasa cukup
puas terhadap kualitas hidup. Hal ini Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia
disebabkan sebagian besar responden responden 62.7 tahun, sebagian besar
penelitian ini adalah perempuan dimana responden berjenis kelamin perempuan,
perempuan lebih tertarik pada status dengan tingkat pendidikan responden
kesehatan, sehingga memberi pengaruh sebagian besar adalah pendidikan dasar
terhadap pelaksanaan aktivitas self-care (SD, SMP), dan penghasilan per bulan
yang baik. diatas UMK. Lama responden menderita
DM rata-rata adalah 8.2 tahun, sebagian
Hasil penelitian menujukkan baik laki-laki besar mengalami komplikasi dan tidak
maupun perempuan, menunjukkan tidak mengalami depresi.
mengalami depresi atau normal. Hal ini
berhubungan dengan penatalaksanaan Sebagian besar responden tidak
DM yang dilakukan oleh responden melalui melakukan aktivitas self-care dengan
aktivitas self-care sudah dilakukan dengan maksimal, rata-rata responden merasa
baik. Faktor lain yang yang berhubungan puas dengan kualitas hidupnya. Ada
adalah, baik responden laki-laki maupun hubungan bermakna antara aktivitas self-
perempuan memiliki kemampuan care, jenis kelamin, dan depresi dengan
beradaptasi terhadap perubahan gaya kualitas hidup responden. Selanjutnya,
hidup, sehingga dapat menjalankan ditemukan tidak ada hubungan antara usia,
aktivitas self-care secara efektif. Hal lain tingkat pendidikan, penghasilan, lama
yang berhubungan adalah, responden aktif menderita DM dengan kualitas hidup.

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  47


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia


Penelitian ini menunjukkan tidak ada (PERKENI). (2011). Konsesus
hubungan yang bermakna antara self-care Pengelolaan dan Pencegahan DM
dengan kualitas hidup responden setelah tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
dikontrol oleh variabel jenis kelamin dan
depresi. Setiap peningkatan satu satuan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
self-care dapat meningkatkan kualitas (2007). Profil kesehatan provinsi
hidup sebesar 6.1% setelah dikontrol oleh Jawa Barat tahun 2007.
jenis kelamin dan depresi. Selanjutnya http://www.depkes.go.id/downloads/p
ketiga variabel tersebut berperan rofil/prov%20jabar%202007.pdf
menjelaskan kualitas hidup sebesar 30.9%,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
dan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.
(2007). Profil kesehatan provinsi
Saran yang dapat diberikan bagi Jawa Barat tahun 2007.
PERSADIA Cabang Cimahi adalah http://www.depkes.go.id/downloads/p
menyempurnakan kembali program rofil/prov%20jabar%202007.pdf
edukasi yang sudah ada dengan lebih
Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T.,
terstruktur dan dilaksanakan dua kali
Girma, E. (2012). Self care behavior
sebulan, edukasi yang diberikan
among patients with diabetes in
menitikberatkan pada pokok bahasan
Harari, Eastern Ethiopia: the health
tentang self-care diabetes yang meliputi :
belief model perspective. Plos One. 7
pengaturan diet, melakukan olahraga,
(4), 1-6, April, 2012.
pemeriksaan kadar glukosa darah,
www.plosone.org/.../info%3Adoi%2F
menggunakan medikasi dan perawatan
10.1371
kaki. Bagi perawat diharapkan untuk
meningkatkan kompetensi perawat dalam Waspadji, S. (2009). Diabetes Mellitus,
memberikan asuhan keperawatan pada Penyulit Kronik dan Pencegahannya,
pasien DM terkait aktivitas self-care. Hal dalam Suyono et al.,
tersebut dapat dilakukan melalui program Penatalaksanaan diabetes mellitus
pelatihan yang meliputi asuhan terpadu (hal 180). Jakarta : Balai
keperawatan pasien DM, edukasi Penerbitan FKUI.
penatalaksanaan DM khususnya aktivitas
self-care untuk meningkatkan pengetahuan Asselstine, R.T.M. (2011). Desertasi :Self
dan keterampilan perawat dalam care, Social Support, and Quality of
memberikan asuhan keperawatan yang Life in Asians and Pasific Islanders
komprehensif pada pasien DM. With Tipe 2 Diabetes. Copyright 2012
by ProQuest LLC.

Sikdar, K. C., Wang, P. P., MacDonald, D.,


DAFTAR PUSTAKA & Gadag, V. G. (2010). Diabetes and
its impact on health-related quality of
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R.,
life : a life table analysis. Qual Life
King, H. (2004). Global prevalence of
Res. 19, 781-787. Proquest Nursing
Diabetes : Estimates for the year
& Allied Health Source.
2000 and projections for 2030.
Diabetes Care, 27 (5) : 1047-1053. Black, J.M., & Hawks, J.H. (2009). Medical
http://www.who.int/diabetes/facts/en/ surgical nursing clinical management
diabcare0504.pdf

48 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

for positive outcomes. (8th Ed). St. Imayama, I., Plotnikoff, R. C., Courneys, K.
Louis: Saunders Elsevier. S., Johnson, J. A. (2010).
Determinants of quality of life in type
Rochmah, W. (2006). Diabetes mellitus 2 diabetes population : the inclusion
pada usia lanjut, dalam Sudoyo, A. of personality. Qual Life Res. 20, 551
W., Setiyohadi, B., Alwi I., – 558, October, 27, 2010. Copyright
Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku 2012 by ProQuest LLC.
ajar ilmu penyakit dalam (cetakan ke-
3) (hal. 1937-1940). Jakarta: Pusat Javanbakht, M., Abolhasani, F.,
Penerbit Penyakit Dalam FKUI Mashayekhi, A., Baradaran, H. R.,
Jahangirinoudeh. (2012). Health
Al-Shehri, A.H., Taha, A.Z., Bahnassy, related quality of life in patients with
A.A., Salah. M. (2008) Health-related type 2 diabetes mellitus in Iran: a
quality of life in type 2 diabetic national survey. Plos One Journal, 7
patients. Ann Saudi Med. 28 (5), 352- (8), 1-9.
360. http://www.kfshrc.edu.sa/annals http://www.plosone.org/article/info%3
Saatci, E., Tahmiscioglu, G., Bozdemir, N., Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0
Akpinar, E., Ozcan, S., Kurdak, H. 044526
(2010). The well-being and treatment Nouwen, A, Balan, A. T., Ruggiero, L.,
satisfaction of diabetic patients in Ford, T., Twisk, J., White, D. (2011).
primary care. Health and Quality of Longitudinal motivational predictors
Life Outcomes. 8 (67), 1-8. Proquest of dietary self-care and diabetes
Nursing & Allied Health Source control in adults with newly diagnosed
Yildrim, A., Akinci, F., Qozu, H., Sargin, type 2 diabetes mellitus. Health
H., Orbay, E., sargin, M. (2007). Psychology. 30 (6). 771-778.
Translation, cultural adaptation, Proquest Nursing & Allied Health
cross validation of the Turkish Source.
diabetes quality of life (DQOL)
measure. Qual Life Res. 16, 873- Ouyang, C. M. (2007). Tesis : Factors
879. Proquest Nursing & Allied affecting Diabetes self-care among
Health Source. patients with type 2 Diabetes in
Soegondo, S. (2006). Farmakologi pada Taiwan. Copyright 2008 by ProQuest
pengendalian glikemia diabetes LLC.
mellitus tipe 2, dalam Sudoyo, A. W., Mayberry, A.S., Osborn, C.Y. (2012).
Setiyohadi, B., Alwi I., Simadibrata, Family support, medication
M., & Setiati, S. Buku ajar ilmu adherence, and glycemic control
penyakit dalam (cetakan ke-3) (hal. among adults with type 2 diabetes.
1882-1885). Jakarta: Pusat Penerbit Diabetes Care. 35 (6), 1239-1245.
Penyakit Dalam FKUI. www.diabetesjournals.org
Hussein, R. N., Khther, S. A., Al - Hadithi, Tan, S.M.K., Shafiee, Z., Rizal, A.M., Rey,
T. S. (2010). Impact of diabetes on J.M. (2005). Factors associated with
physical and psychological aspects of control of type 1 diabetes in
quality of life of diabetics in Erbil city, malaysian adolescents and young
Iraq. Duhok Med J. 4 (2), 45-59, adults. Int’l J Psychiatry In Medicine,
November, 2, 2010. 35 (2), 123-136. Proquest Nursing &
http://www.uod.ac/articles_files/no6.9 Allied Health Source.
.pdf

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  49


Jeanny Rantung, Krisna Yetti, Tuti Herawati

Ardia, H. (2012). Upah minimum 2013: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/


UMK Cimahi ditetapkan. 20358156
http://www.bisnis.com/articles/upah-
minimum-2013-umk-cimahi- Gautam, Y., Sharma, A. K., Agarwal, A. K.,
ditetapkan-rp1-dot-368-dot-309 Bhatnagar, M. K., Trehan, R. R.
(2009). A cross sectional study of
Zgibor, J.C., & Simmons, D. (2002). QOL of diabetic patients at tertiary
Barriers to blood glucose monitoring care hospital in Delhi. Indian Journal
in a multiethnic community. Diabetes Community Medicine. 34 (4), 346-350
Care, 25 (10), 1772-1777. http://www.ijcm.org.in/article.asp?iss
http://care.diabetesjournals.org/conte n=0970-
nt/25/10/1772.full.pdf+html 0218;year=2009;volume=34;issue=4;
spage
Issa, B.A., & Baiyewu, O. (2006). Quality of
life of patients with diabetes mellitus Sarac, Z.F., Tutuncuoglu, P., Parildar, S.,
in a Nigerian teaching hospital. Hong Saygili, F., Yilmaz, C., Tuzun, M.
Kong J Psychiatry, 16 (1), 27-33. (2007). Quality of life in Turkish
http://unilorin.edu.ng/publications/iss diabetic patients. Turk Jem. 11, 48-
aba/Quality%20of%20life%20of%20 53.
patients%20with%20diabetes%20me http://www.turkjem.org/sayilar/48/48-
llitus%20in%20a%20Nigerian%20tea 53.pdf
ching%20Hospital_Dr.%20Issa%20B
.A..pdf Egede, L.E., Ellis, C. (2010). Diabetes and
depression: Global perspectives.
Eljedy, A., Mikolajczyk, R. T., Kraemer, A., Diabetes Research And Clinical
Laaser, U. (2006). Health-related Practice, 87, 302-312
quality of life in diabetic patients and
controls without diabetes in refugee Rushton, L. (2004). Your body how it works:
camps in the Gaza strip: a cross the endocrine system. New York :
sectional study. BMC Public Health. 6 Infobase Publishing.
(268), 1-7. Kaye, J., Morton, J., Bowcutt, M., Maupin,
http://www.biomedcentral.com/conte D. (2000). Stress, depression and
nt/pdf/1471-2458-6-268.pdf \psychoneuroimmunology. Journal of
Huang, E.S., Brown, S.E.S, Ewigman., Neuroscience Nursing, 32 (2),
Foley, E.C., Meltzer, D.O. (2007). http://www.biomedsearch.com/article
Patient perceptions of quality life with /Stress-Depression-
diabetes-related complications and Psychoneuroimmunology/62495395.
treatment. Diabetes Care. 30 (10), html.
2478-2483, Oktober, 2007. Chaveepojnkamjorn, W., Pichainarong, N.,
http://care.diabetesjournals.org/conte Schelp, F. P., Mahaweerawat, U.
nt/30/10/2478.full.pdf (2008). Quality of life andcompliance
Kamarul, I.M., Ismail, A.A.A., Naing, L., among type 2 diabetic patients.
Wan, M.W.B. (2010). Type 2 diabetes Southest Asian J Trop Med Public
mellitus patients with poor glicemic Health. 39 (2), 328-334.
control have lower quality of life http://imsear.hellis.org/bitstream/123
scores as measured by the short- 456789/33190/2/teajtmph
form-36. Singapore Med J, 51 (2),
157-162.

50 | Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015


Hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus (dm) di persatuan diabetes indonesia (persadia) cabang cimahi

Baquedano, I. R., Antonio dos Santos, M.,


Martins, T. A., Zanetti, M. L. (2010).
Self-care of patients with diabetes
mellitus cared for at an

Jurnal Skolastik Keperawatan  Vol.1, No. 1  Jan – Jun 2015  51

Anda mungkin juga menyukai