PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan
gejala klinis.1,2
Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak mengiritasi, serta mudah terbakar dan sangat beracun. Gas ini
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan yang mengandung
karbon.1,2
I.2 TUJUAN
1) Untuk mengetahui angka kejadian keracunan karbon monoksida di dunia
dan di Indonesia.
2) Untuk mengetahui gejala dan tanda keracunan karbon monoksida.
3) Untuk mengetahui kadar fatal karbon monoksida pada tubuh manusia.
4) Untuk mengetahui proses terjadinya kematian akibat keracunan karbon
monoksida.
5) Untuk mengetahui temuan otopsi pada kasus keracunan karbon
monoksida
1.3 MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 PENGERTIAN
A.
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif
kecil yang dapat mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun merupakan zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan
kematian. Racun dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau
melalui rute lainnya. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau
secara kumulatif.
Beberapa toksin dapat menjadi obat yang bermanfaat bila diambil
dalam dosis yang tepat, tetapi beracun bila digunakan dalam jumlah berlebih.
Kebanyakan toksin yang menyebabkan masalah pada manusia dikeluarkan oleh
bakteri.
Definisi keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran,
kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan respon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam
tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Intoksikasi atau keracunan
adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya
B.
1)
Struktur
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak merangsang selaput lendir, sedikit lebih ringan dari udara sehingga mudah
menyebar. Meskipun CO tidak berbau, CO sering bercampur dengan gas-gas
berbau lainnya, sehingga CO dapat terhirup bersama dengan gas-gas tersebut
tanpa disadari bahwa CO terkandung di dalamnya.2,4,6
CO hanya diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin
secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri
dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan
merupakan racun yang kumulatif. Ikatan CO dengan Hb tidak tetap (reversibel)
dan setelah CO dilepaskan oleh Hb, sel darah merah tidak mengalami kerusakan.
Bahaya utama terhadap kesehatan adalah mengakibatkan gangguan pada darah.
Batas
pemaparan
karbon
monoksida
yang
diperbolehkan
oleh
OSHA
2)
banyak
mempengaruhi
monoksida,
penyakit,
katabolisme
faktor
tingkat
termasuk
dan
Hb
fisiologis
produksi
siklus
protein
penyakit
endogen
menstruasi,
rangsangan
atau
dan
yang
heme
karbon
kehamilan,
meningkatkan
lain,
termasuk
dengan
diikuti
paparan
karbon
monoksida
eksogen.
b. Karbon monoksida eksogen
Karbon monoksida yang di dapat di luar tubuh baik
secara alami maupun buatan, antara lain:
1) Karbon monoksida dilepaskan dari
pembakaran
peralatan
gas
atau
dengan
kompor
kayu
3.
kegunaan dalam produksi bahan kimia pukal (bulk chemical). Sejumlah aldehida
dengan hasil volume yang tinggi dapat diproduksi dengan reaksi hidroformilasi
dari alkena, Karbon Monoksida, dan H2. Metanol di produksi dari hidrogenasi
Intoksikasi Karbon Monoksida | 9
TOKSIKOKINETIK1,5,6
1) Ambilan dari Paru-paru
Walaupun CO bukanlah salah satu gas yang berfungsi dalam sistem
pernapasan, namun CO dan O2 memiliki kemiripan secara fisik-kimiawi
dalam proses transportnya. Kecepatan dalam pembentukan dan eliminasi
COHb, konsentrasinya dalam darah, dan katabolismenya dikontrol oleh
banyak faktor fisik dan mekanisme fisiologi. Semua ambilan CO di paruparu terjadi pada bronkiolus dan alveolus. Kecepatan ambilan CO
tergantung pada kecepatan pembentukan COHb.
2) Transfer masal karbon monoksida
Transport masal CO antara saluran nafas dan hemoglobin sel darah
merah di kontrol oleh proses fisik. Transfer CO ke tempat pengikatan Hb
dicapai melalui 2 langkah: (1) transfer CO dalam fase gas, antara saluran
nafas dan alveoli, dan (2) transfer dalam fase liquid. Dalam fase gas,
kunci mekanisme transportnya adalah aliran konveksi. Difusi molekular CO
melewati membran kapiler alveoli sepanjang gradien tekanan CO, plasma,
dan sel darah merah adalah mekanisme dari fase liquid.
3) Difusi karbon monoksida di paru
Langkah berikut dari transfer gas melalui alveolus dicapai dengan
difusi, yang merupakan proses pasif. Untuk mencapai lokasi berikatan, CO
dan molekul gas lain harus berdifusi melewati membran kapiler alveoli,
melalui plasma, melewati membran sel darah membran dan akhirnya masuk
ke stroma sel darah merah sebelum reaksi antara CO dan Hb terjadi.
Pertukaran gas antar dua kompartemen (udara dan darah) sangatlah cepat.
Tenaga penggerak yang dominan adalah perbedaan tekanan CO yang
melewati membran; sebagai contoh, inhalasi udara yang mengandung kadar
CO diatas batas meningkatkan kadar COHb darah. Kecepatan pengikatan
CO dengan Hb membuat tekanan CO dalam sel darah merah rendah, hingga
memelihara perbedaan tekanan yang tinggi antara udara dan darah dan
berdifusinya CO ke darah. Inhalasi udara yang bebas CO kemudian akan
membalik gradien, dan CO dilepaskan ke udara alveolar. Gradien udaradarah untuk CO biasanya lebih tinggi daripada gradien darah-udara; oleh
karena itu, ambilan CO akan lebih cepat daripada proses eliminasi CO.
4) Ambilan jaringan
Paru-paru
data
yang
tersedia
mengenai
ambilan
CO
dan
COHb yang sedikit lebih tinggi. Waktu paruh eliminasi pada orang yang
tidak merokok cenderung lebih lama pada laki-laki (4,5 jam) dan perempuan
(3,2 jam). selama tidur, kecepatan eliminasi menurun pada kedua jenis
kelamin, namun pada laki-laki hampir 2 kali lipat lebih lambat (8 jam).
Peningkatan inhalasi O2 mempercepat eliminasi CO; bernafas dengan
100% O2, waktu paruh berkurang hingga 75%. Rata-rata waktu paruh pada
orang yang bernafas dengan tekanan O2 tinggi, 26 menit waktu paruh
dibandingkan dengan orang yang bernafas pada tekanan O2 normal, waktu
paruh 71 menit.
6) Metabolisme karbon monoksida
Pada proses degradasi sel darah merah menjadi pigmen bilirubin,
sebuah atom karbon dipisahkan dari nukleus porfirin dan selanjutnya
dikatabolisme oleh heme oksigenase menjadi CO. Tempat pengolahan
heme, sekaligus produksi CO endogen terbesar adalah hati. Limpa dan
sistem eritropoietik adalah penghasil CO penting lainnya.
Gangguan yang menyebabkan hancurnya sel darah merah dan
percepatan penghancuran hemoprotein lainnya akan meningkatkan produksi
CO. Hematom, hemolisis sel darah merah intravaskular, transfusi darah dan
eritropoiesis yang tidak efektif akan meningkatkan konsentrasi COHb di
darah. pada perempuan kadar COHB berfluktuasi dengan siklus menstruasi,
nilai rata-rata produksi CO pada masa premenstruasi hampir dua kali lipat.
Degradasi sel darah merah dibawah kondisi patologis seperti anemia,
talasemia dan penyakit lain yang berhubungan dengan sel darah merah juga
akan meningkatkan produksi CO. Pada pasien dengan anemia hemolitik,
produksi CO 2-8 kali lebih tinggi, dan konsentrasi COHb darah 2-3 kali
lebih tinggi daripada individu normal.
pemaparan
karbon
monoksida
yang
diperbolehkan
oleh
OSHA
Vital Sign
Takikardia
Hipertensi/hipotensi
Hipotermi,
tetapi
pada
keadaan
terminal
mungkin
hipertermi
Takipneu, mungkin terjadi pernafasan Cheyne Stoke (pada
Kulit
Umumnya pucat
Mata
Pupil melebar dan reaksi cahaya menghilang (pada
keadaan koma)
Pendarahan retina
Vena
yang sensitif)
Papil edema
Homonim hemianopsia
Paru-paru
Darah
Pada korban yang masih hidup, darah adalah bahan yang
terpenting, darah di ambil dari vena secepat mungkin karena ikatan CO-Hb
cepat terurai kembali menjadi CO dan keluar tubuh
Pada
pemeriksaan
laboratorium
mungkin
dijumpai
Urin
2)
Foto Thoraks
Diperlukan pada keracunan yang signifikan, gejala pulmonal, atau bila akan
diterapi dengan oksigen hiperbarik. Pada umumnya gambaran foto thoraks
tidak didapatkan kelainan. Gambaran ground glass, kesuraman perihilus dan
edema intra alveolar menunjukan prognosa yang buruk.
3)
CT-Scan
Diperlukan pada keadaan intoksikasi berat atau perubahan status mental
yang tidak segera hilang. Tampak adanya edema serebri dan lesi fokal,
kebanyakan berupa daerah yang lebih gelap di basal ganglia. Hasil CT-Scan
positif secara umum dapat memperkirakan timbulnya komplikasi neurologis.
CT-Scan serial diperlukan bila terjadi perubahan status mental.
4)
MRI
MRI lebih akurat dibanding dengan CT-Scan dalam menentukan lesi fokal
dan demielinisasi substansia alba. MRI juga sering digunakan untuk memantau
kemajuan pasien.
5)
EKG
Sinus takikardi adalah kelainan yang paling sering tejadi. Aritmia mungkin
terjadi akibat hipoksia, iskemia atau infark. Mungkin juga ditemukan
Pengujian Neuropsychologic
Pengujian yang dilakukan diantaranya pengujian konsentrasi, fungsi
motorik halus, dan pemecahan masalah secara konsisten.
Pemeriksaan Jenazah7,8,12
1.
Pemeriksaan luar
Warna khas lebam mayat pada keracunan CO ialah merah terang
(cherry red) baik permukaan tubuh, membran mukosa, kuku jari, namun
warna ini tidak sama di seluruh tubuh misal tubuh bagian depan, leher dan
paha berwarna lebih terang dibanding dengan yang lain. Corak kulit yang
berwarna
pink
disebabkan
oleh
pewarnaan
jaringan
oleh
yang diambil dari pembuluh darah juga akan memiliki ciri khas warna ini.
Bagaimanapun, hal ini tidak akan berubah.
Akan tetapi, harus disadari bahwa warna ini dapat juga ditimbulkan
oleh paparan tubuh dalam jangka lama dengan lingkungan dingin (ataupun di
tempat kematian atau dalam rumah kematian dengan pendingin) atau
keracunan sianida. Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada
mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida dan pada orang yang
mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga
dalam darahnya terbentuk nitroksi-hemoglobin (nitric-oxide Hb). Meskipun
demikian, masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat
yang didinginkan dan pada keracunan sianida, penampang ototnya berwarna
biasa, tidak merah terang. Juga pada mayat yang didinginkan warna merah
terang lebam mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yang
keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, viscera, dan
darah juga berwarna merah terang. Pada orang kulit hitam, warna tersebut
terutama tampak di konjungtiva, kuku, dan mukosa bibir. Pada kasus yang
meragukan, jenasah korban diperiksa dengan pencahayaan yang baik, sehingga
tingkat ketelitian dalam menentukan apakah ada atau tidaknya warna cherry
red pada permukaan tubuh dapat lebih baik.
Pada analisa toksikologi darah akan ditemukan adanya COHb. Pada
korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam, maka
seluruh CO telah diekskresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga
ditemukan lebam mayat.
Intoksikasi Karbon Monoksida | 27
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 9. Pugilist attitude. Api akan membuat sendi kontraktur atau kaku. Gambaran
pugilist (boxer) ini akan menimbulkan dugaan bahwa ia berjuang pada
saat sebelum kematiannya.
(Sumber: Dharma, Mohan S. Et.all. Investigasi kematian dengan toksikologi
forensik. Faculty Medicine University of RIAU. Pekan Baru, RIAU, 2008.)
2.
Otak.
Jika kematian tidak terjadi dengan segera, kerusakan pada daerah ini bisa
bertambah dalam beberapa jam dan hari. Karbon monoksida menghasilkan
kerusakan selektif pada subtansia abu-abu otak. Nekrosis bilateral pada globus
pallidus merupakan lesi paling khas, meskipun area lain dapat terkena, termasuk
korteks otak, hipokampus, otak kecil, dan subtansia nigra. Akan tetapi, lesi pada
globus pallidus tidak spesifik dan dapat juga dijumpai pada kasus overdosis obatobatan. Pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus dapat
ditemukan ptekiae. Kelainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena
setiap keadaan hipoksia otak yang cukup lama dapat menimbulkan ptekiae.
Ensefalomalasia simetris dapat ditemukan pada globus palidus yang juga tidak
patognomonik, karena dapat juga ditemukan pada keracunan barbiturate akut dan
arteriosklerotik pembuluh darah korpus striatum.
Pemeriksaan mikroskopik pada otak memberi gambaran :
mengandung trombi.
Ball hemorrhage yang terjadi karena dinding arteriol menjadi nekrotik
akibat hipoksia dan memecah.
Ginjal
Warna cherry red seluruh organ dalam, otot, terkadang pulpa gigi dan
sumsum tulang
Bintik bintik perdarahan (tanda asphyxia) pada otot jantung, jaringan otak,
conjunctiva, endocard.
Intoksikasi Karbon Monoksida | 31
Nekrosis otot
Karbon monoksida dapat lolos dari ibu ke dalam darah janin. Konsentrasi
karboksihemoglobin
(COHB) janin
tergantung
pada
persentase
saturasi
2. Pemeriksaan spectroscopy
Penentuan dengan melihat spectrum dari COHb
-
Analisa kuantitatif:
1. Gettler Freimuth
Sebenarnya merupakan penentuan dengan cara semikuantitatif.
Prinsip kerja:
-
2. Spectrophotometry
3. Chromatography
termasuk
radioimmunassay
(RIA),
thin-layer
Pada korban hidup sample darah diambil dari vena secepat mungkin karena
ikatan CO-Hb cepat terurai kembali menjadi CO dan keluar tubuh.
Pada korban yang meninggal, dapat diambil setiap saat sebelum menjadi
proses pembusukan sebab:
Leukositosis ringan.
masukan darah korban 2-3 tetes dalam tabung reaksi I, encerkan dengan
aquadest sampai volume 15ml. Tabung reaksi II sebagai kontrol teteskan 2-3
tetes darah orang sehat dewasa, encerkan seperti pada tabung reaksi I.
Penilaian:
-
Darah normal (tabung reaksi II) kontrol segera berubah warna dari merah muda
menjadi coklat kehijauan dalam waktu kurang dari 30 menit, karena
terbentuknya alkali hematin.
Tes positif apabila perubahan warna tadi terjadi lebih dari 30 menit syarat
darah kontrol:
e. Gula darah
Hiperglikemia.
h. Urinalisis
i. Methemoglobin
j.Etanol
k.Kadar sianida
l. Histopatologis
yang memiliki sarana terapi hiperbarik baik sipil maupun militer. Dengan terapi
oksigen hiperbarik, waktu paruh eliminasi CO berkurang menjadi 23 menit.9
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak mengiritasi, serta mudah terbakar dan sangat
beracun. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan
yang mengandung karbon. Berbagai sumber karbon monoksida ternyata
dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti asap sisa pembakaran,
kendaraan bermotor, asap rokok serta cairan penghapus cat.
Keracunan CO dapat terjadi pada kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan
ataupun
karena
kecelakaan.
Keracunan
CO
dapat
berat gejala yang timbuk pingsan, pusing-pusing dan badan lemah. Gejala
lain yang dapat timbul seperti nadi kuat dan Tekanan darah meningkat,
pupil melebar, kulit kebiru-biruan, serta kekakuan Otot. Dapat pula terjadi
sesak napas, dan gagal napas yang bisa berakibat kematian pada kasus
berat.
III.2 SARAN
1. Bagi Masyarakat
Hendaknya masyarakat lebih mengenal sumber karbon monoksida,
bahaya dan gejala keracunan karbon monoksida, sehingga
diharapakan dengan peran serta masyarakat dapat menurunkan
angka kejadian keracunan CO.
2. Bagi Pemerintah
a. Diharapkan pemerintah dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat mengenai bahaya dan tanda-tanda dari gejala
keracunan CO.
b. Pemerintah juga hendaknya
mengawasi
keselamatan
kerja
DAFTAR PUSTAKA
1. Guzman J A. Section of Critical Care: Carbon Monoxide Poisoning. 2012.