Anda di halaman 1dari 4

1.

Sifat Fisik
a. Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna.
b. Benzena berwujud cair pada suhu ruang (270C).
c. Titik didih benzena : 80,10C, Titik leleh benzena : -5,50C
d. Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar
e. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar

Benzena dapat digunakan sebagai pelarut, pensintesis berbagai senyawa karbon, dan bahan
dasar pembuatan senyawa karbon. Benzena tidak begitu reaktif, tapi sangat mudah terbakar,
karena kadar karbon yang terkandung sangat tinggi. Jalur masuk paparan benzene ke dalam
tubuh dapat melalui kontak langsung dengan kulit, saluran pencernaan dan saluran
pernafasan. Walaupun demikian, inhalasi adalah jalur paparan benzene yang paling
dominan.

2. Sifat Kimia
a. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar
b. Benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripadaadisi
c. Halogenasi
d. Bersifat racun
Derajat keasaman merupakan salah satu sifat kimia benzena dan turunannya. Fenol dan
asam benzoat termasuk asam lemah. Asam benzoat lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol
yang memiliki gugus fungsi -OH ternyata bersifat asam lemah, yang berarti memberikan
ion H+, sedangkan anilin yang memiliki gugus –NH2 bersifat basa lemah, yang berarti
menerima ion H+.
Benzena lebih mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksi adisi.
3. Portal Entre
Jalur masuk paparan benzene ke dalam tubuh dapat melalui kontak langsung dengan kulit,
saluran pencernaan dan saluran pernafasan
4. Absorbsi
Benzene yang masuk melalui inhalasi apabila tidak segera dikeluarkan melalui ekspirasi,
maka akan diabsorbsi ke dalam darah. Hal ini disebabkan karena benzene bersifat sangat
mudah larut dalam cairan tubuh bahkan dalam konsentrasi yang kecil dan secara cepat
dapat berakumulasi dalam jaringan lemak. Benzene dapat dengan cepat diabsorbsi melalui
saluran pernafasan dan pencernaan. Absorbsi melalui kontak pada kulit cepat tapi tidak
luas, hal ini disebabkan karena sifat benzene yang dapat menguap dengan cepat pula.
5. Distribusi
Setelah melalui proses absorbsi ke dalam aliran darah, maka selanjutnya benzene akan
didistribusikan ke seluruh tubuh. Sebagian besar benzene akan terdistribusi ke dalam
jaringan lemak, hal ini disebabkan karena benzene bersifat lipofilik. Dibandingkan dengan
konsentrasi benzene yang terdapat di dalam aliran darah, jumlah benzene dalam jaringan
lemak, sumsum tulang dan urin 20 kali lebih banyak. Kemudian dalam jaringan otot dan
organ 1-3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah sendiri (eritrosit)
mengandung benzene dua kali lebih banyak daripada plasma.
6. Storage
metabolisme benzena sebenarnya terjadi di hampir seluruh jaringan. namun tempat
metabolit benzena yang utama adalah hati. metabolit yang dihasilkan di hati selanjutnya
dibawa ke sumsum tulang.
7. Biotransformasi
Di dalam tubuh benzene pertama sekali dimetabolisme di hati. Metabolic pathway dan
interaksi biokimia di dalam tubuh melalui serangkaian reaksi biokimia. Di dalam hati
benzene pertama-tama dioksidasi oleh katalis enzyme cytochrome P-450-monooksigenase
menjadi benzene oksida. Benzene oksida kemudian mencapai keseimbangan dengan
oxepin. Setelah reaksi ini, maka terbentuklah beberapa metabolit sekunder baik secara
enzymatic dan non enzymatic. Metabolit merupakan bahan yang dihasilkan secara
langsung oleh reaksi biotransformasi. Biotransformasi benzene dalam tubuh berupa
metabolit akhir yang utama adalah fenol yang dieksresikan melalui urin dalam bentuk
konjugasi dengan asam sulfat dan glukuronat. Sejumlah kecil dimetabolisme menjadi
kathekol, karbon dioksida dan asam mukonat. Metabolit lain yang juga dihasilkan adalah
cathecol dan quinol, merkapturic acid ,transtrans muconic acid dan produk reaksi benzene
dengan guananine, N-7-phenylguananine. Setelah benzene dimetabolisme di hati dan
menghasilkan metabolit-metabolit sekunder, maka metabolit-metabolit tersebut kemudian
dibawa ke sumsum tulang dimana toksisitas benzene terlihat melalui metabolit reaktif
benzene tersebut. Enzim cytochrome P-450 2E1 (CYP2E1) mengkatalisis reaksi oksidasi
benzene menjadi benzene oksida yang berkeseimbangan dengan benzeneoxepin, yang
kemudian termetabolisme menjadi fenol. Fenol kemudian dioksidasi dengan katalisis
CYP2E1 menjadi katekol atau hidroquinon, yang kemudian dengan enzim
myeloperoxidase (MPO) dioksidasi menjadi metabolit reaktif 1,2-benzokuinon dan 1,4-
benzokuinon dengan katalisis CYP2E1. Reaksi metabolisme benzene yang lain adalah
reaksi dengan glutathione transferase (GST) yang menghasilkan S-Phenylmercapturic
Acid. Kemudian reaksi dengan katalis besi (Fe) yang menghasilkan produk dengan cincin
terbuka, yaitu trans-trans muconic acid (ttMA) dengan senyawa intermediet
trans,transmukonaldehida yang merupakan metabolit benzene yang toksis terhadap sistem
hematopoietic.
8. Ekskresi
Benzene terutama dieksresikan di dalam urine sebagai metabolit khususnya konjugasi
phenol dan glucuronic dan sulphuric acid, dan ekhalasi ke udara dalam bentuk yang tidak
berubah. Diperkirakan sesudah terpajan benzene di tempat kerja pada tingkat 100 cm3/m3,
sejumlah 13,2% fenol, 10,2% quinol, 1,9 % t.t-mucowc acid, 1,6 % kathekol, dan 0,5%
1,2,4,-benzenatriol dari jumlah yang diabsorpsi, diekskresikan lewat urin sesudah jam
kerja. Proporsi benzena yang diabsorpsi kemudian dieksresikan melalui ekshalasi adalah
8-17%. Sejumlah kecil benzena juga terdeteksi dalam urin
Eliminasi benzena di tempat kerja mengikuti kinetika reaksi orde satu, waktu paruh
tergantung pada disposisi benzena pada beberapa bagian tubuh.Waktu paruh yang lebih
pendek dilaporkan kira-kira 10-15 menit, sedang 40-60 menit, dan lama 16-20 jam. Bagian
dari benzena yang diabsorpsi tanpa diubah adalah 12-50% lewat udara ekspirasi dan
kurang dari 1% lewat urin.Jumlah rata-rata fenol yang dieliminasi adalah sekitar 30% dari
dosis yang diabsorpsi. Untuk benzena yang tidak mengalami reaksi metabolisme, proses
berlangsung reversibel, dan benzene diekskresikan melalui paru-paru.
9. Interaksi toksin reseptor
a. Interaksi dengan fungsi umum sel
b. Interaksi dengan enzim
c. Inhibisi pada proses transport oksigen
d. Gangguan sintesa DNA dan RNA
10. Efek
a. Keracunan Akut
Gejala toksik akut dari benzena adalah penekanan terhadap sistem syaraf pusat yang
terpajan dengan kadar 800 – 1600 mg/m3 akan menimbulkan gejala-gejala. Efek
neurologis sebagai gejala utama pada keracunan akut dapat berupa :
 Rasa pusing - Mual Muntah
 Iritasi pada mata, hidung, saluran napas - Jalan sempoyongan
 Nyeri kepala - Kejang
 Kekacauan - Koma
 Mabuk - Berakhir dengan kematian akibat henti nafas
b. Keracunan Kronik
Pajanan benzena kronis yang berulang dan lama, meskipun dalam konsentrasi yang
rendah, dapat menimbulkan bermacam kelainan darah dari anemia hingga leukemia,
penyakit ganas yang ireversibel dan fatal. keracunan kronik ini dapat mengakibatkan
Efek bukan kanker dan efek kanker.
 Efek bukan kanker :
Efek toksik pajanan benzena yang paling berarti adalah kerusakan sumsum tulang
belakang yang terjadi secara diam-diam dan sering irreversibel. Kerentanan
individual dan kelainan hematologis ini sangat bervariasi, yaitu dapat berupa
trombositopenia, leukopenia, anemia atau gabungan ketiganya yang disebut
pansitopenia. Beberapa studi menggambarkan bahwa benzena juga bersifat
reprotoksisitas yaitu dapat memberikan dampak negatif terhadap kesuburan pada
perempuan yang terpajanan dosis tinggi. Gejala klinis pada awal mulai timbul
intoksikasi memberikan gejala seperti sakit kepala, kehilangan selera makan dan
rasa tidak enak pada perut. Gejala intoksikasi lebih lanjut akan menyebabkan
kelemahan tubuh, pandangan kabur, sesak nafas saat beraktifitas, kulit dan
membran mukosa kemerahan dan terjadi tendensi perdarahan seperti ptechiae,
epistaxis, pendarahan gusi, termasuk juga menstruasi berlebihan pada wanita. Pada
tingkatan lebih serius, akan menyebabkan anemia aplastik dan penderita ini akan
meninggal dalam 3 bulan setelah terdiagnosis akibat terjadinya pendarahan dan
infeksi. Hanya sekitar 30 % yang dapat bertahan selama 6 bulan.
 Efek Kanker :
Benzena digolongkan sebagai karsinogen grup A1 yang diketahui menyebabkan
kanker pada manusia. Leukemia (kanker sel darah putih) yang berhubungan dengan
pajanan benzena, umumnya Leukemia tipe non limfoid atau mieloblastic, tapi
kadang ditemukan pula Leukemia aleukemik dan Eritroleukemia. Supresi sumsum
tulang dapat mendahului timbulnya leukemia

Anda mungkin juga menyukai