Sekretaris : Viera Dzakiyyah Muthohharoh (1102016220)
Anggota : 1. Meylita Diaz Stovana (1102016119)
2. Monika Wulandari (1102015141)
3. Muhammad Andian Ikbar (1102016131)
4. Muhammad Salman Nasution (1102016139)
5. Nurcahya Tria Agusti (1102016158)
6. Shiva Fairuz (1102016207)
KONTROL PERNAPASAN PCO2
Ventilasi alveolar biasanya menghilangkan sekitar 15 mol CO2
per hari
Kenaikan (atau penurunan) CO2 dalam produksi CO2,
peningkatan ventilasi alveolar (atau menurun) untuk mempertahankan PCO2 dan menjaga pH konstan
Ventilasi alveolar dikendalikan oleh sel-sel kemoreseptor yang
terletak di medulla oblongata (dan pada tingkat yang lebih rendah yang dibadan karotid) yang sensitif terhadap pH dan CO2 Kemoreseptor menanggapi penurunan pH interstitial otak dengan meningkatkan ventilasi dan menurunkan PCO2 contohnya yaitu pada saat asidosis metabolik
Respon terhadap perubahan HCO3- lebih lambat karena
kemoreseptor sentral relative terisolasi oleh pengahalang darah otak
Perubahan akut HCO3- memiliki efek lambat, sekitar 12-24
jam respon ventilasi
PENGENDALIAN GINJAL DARI PLASMA BIKARBONAT
Ginjal memiliki peran dominan mengatur konsentrasi HCO 3-
sistemik. Ginjal memiliki peranan yaitu, reabsorpsi hampir semua HCO3- disaring dan produksi HCO3- baru.Tujuh puluh sampai delapan puluh persen dari HCO3- yang disaring akan diserap kembali di tubulus proksimal, sisanya diserap di sepanjang segmen yang lebih distal dari nefron. Hampir tidak ada HCO 3- tetap dalam urin akhir. Selain dari dua proses tersebut, terjadi proses yang dinamakan ekskresi asam dalam urin. Ekresi asam bersih dengan ginjal terjadi oleh dua proses yaitu, ekskresi asam dititrasi dan ekskresi amonium.
REABSORPSI BIKARBONAT OLEH TUBULUS PROKSIMAL
Sekitar 70-80% persen reabsorpsi bikarbonat berlangsung di
dalam tubulus proksimal. Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel-sel tubulus ginjal, oleh karena itu, ion-ionbikarbonat yang disaring oleh glomerulus tidak dapat diabsorpsi langsung. Ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion hidrogen yang disekresikan oleh sel-sel tubulus membentuk H2CO3 oleh kerja enzim karbonik anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat melewati membrane tubulus, tempat CO2 bergabung kembali dengan H2O, dibawah pengaruh enzim karbonik anhydrase, untuk menghasilkan molekul H 2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hydrogen. Ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane basolateral ke dalam cairan interstitial dan dibawa naik ke kapiler peritubular. REABSORPSI BIKARBONAT DI TUBULUS PROKSIMAL
Proses regulasi berfungsi dengan baik untuk menjaga asam-
basa. Namun, proses-proses lain bisa tumpang tindih dan menyebabkan difungsional untuk pH. Misalnya, muntah jadi alkalosis tapi ada hormone buat memulihkannya dan disisi lain ada juga proses yang menekan. Untuk menjaga asam-basa tubulus proksimal meningkatkan reabsorpsi HCO 3-. Penurunan pH meningkatkan ketersediaan prototon. Alosterik meningkatkan Na+/H+ penukar. Asidosis menyebabkan protein transportasi tambahan, transport dan meningkatkan depresi kalium, meningkatkan sekresi H+. status volume CES penting juga untuk reabsorpsi. HCO3- peningkatan volume menghambat reabsorpsi. Ekspansi volume dapat dikaitkan dengan penurunan HCO 3- dan asidosis metabolik. Beberapa hormone berpengaruh pada proksimal HCO3-. Agonis adregernik dan angiotensin II merangsang reabsorpsi HCO3-. Paratiroid menghambat cAMP tetapi merangsang HCO3-. Intrarenal endothelin bertindak sebagai reseptor endothelin B sebagai upregulation Na+/H+. Glukokortikoid sebagai pengembangan transportasi proksimal HCO3-. Semua regulasi dapat berinteraksi dalam waktu bersamaan tetapi semua hal diatas tidak langsung tercermin dalam perubahan ekskresi, karena tidak dapat menyeimbangi. PENGASAMAN TUBULUS DISTAL
Ada beberapa segmen setelah tubulus proksimal yang
berperan banyak dalam homeostatis asam-basa yaitu, penebalan ekstremitas yang menyerap kembali HCO 3-. Transportasi asam basa diatur oleh berbagai faktor(diet garam, aldosterone, dll.) tubulus distal dibanding tubulus proksimal memiliki kapasitas yang terbatas untuk mengeluarkan H + dan menyerap kembali HCO3-. Tubulus distal diluar penebalan ekstremitas terdiri dari beberapa morfologis yang berbeda. Tubulus distal menghubungkan beberapa segmen dengan saluran yang berbeda. Beberapa jenis sel ini dapat mengeluarkan H+, IC. Ada 3 jenis IC yaitu, tipe A (mengeluarkan H+), tipe B (mengeluarkan HCO 3-), dan non A non B (masih diselidiki). Sekresi H+ dalam IC tipe A akan menghasilkan reabsorpsi HCO3- yang terdapat di luminal HCO3- tapi akan mengasamkan urin dan menghasilkan HCO3- baru yang ada di HCO3-. Mekanisme sekresi H+ ini melibatkan sebuah apical H+-ATPase. HCO3- reabsorpsi seperti pada tubulus proksimal terbagi dalam 2 prose yaitu, sekresi H+ kedalam lumen dan HCO3- keluar dari sel melalui membran basolatera;. Oleh karena itu, HCO3- yang diproduksi dalam sel dari CO, H dan O keluar melintasi membran basolateral. Keluar kedalam darah melalui penukar klorida bikarbonat. Di saluran pengumpul kortikal selain HCO 3-, reabsorpsi tipe IC A, simultan HCO3-, sekresi terjadi di sel terpisah, IC tipe B. TRANSPORTER ASAM-BASA DI TUBULUS DISTAL
Tubulus distal merespon asidosis sistemik sesuai dengan
peningkatan sekresi H+ dan generasi baru HCO3- . pH intraseluler dan Pco2 plasma mempengaruhi sekresi proton. Asidosis kronis menyebabkan berbagai perubahan dalam mRNA dan protein. Deplesi kalium meningkatkan sekresi H + di tubulus distal. Sifat elektrogenik sensitif terhadap tengangan transepitelial. Peningkatan tegangan lumen negatif meningkatkan sekresi H+. Pengasaman tubulus distal dipengaruhi oleh gradien konsentrasi klorida antara tubular lumen dan darah peritubular. Aldosterone, angiotensin II dan reseptor kalsium-sensing dapat merangsang pengasaman distal. BEBAN ASAM DAN ALKALI
Asam dibagi menjadi 2 yaitu, volatile dan non-volatile.
Asisosis respiratorik adalah peningkatan P co2 pada arteri karena tersumbatnya ventilasi dimana CO 2 termasuk asam volatile. Asam non-volatile dapat dihasilkan dari metabolisme nutrisi makanan, protein, dan fosfolipid. Asidosis metabolik adalah dimana kapasitas melebihi ekskretaris ginjal. Hilang alkali(hilangnya HCO 3- dalam urin) dan penambahan asam merupakan bagian dari asidosis metabolik. Alkalosis respiratorik adalah meningkatnya ventilasi sehingga menurunnya P co2. Alkalosis metabolik adalah meningkatnya ekskresi asam urea. Peningkatan HCO 3- akan meningkatkan muatan basa. EKSKRESI AMONIA
Ginjal dapat mengekskresikan asam. Asam net diekskresikan
sekitar setengah sampai dua pertiga. NH 3/NH4+ bukan merupakan buffer fisiologis yang efektif karena pKa yang terlalu tinggi. Glutamin adalah perkusor dominan NH3 di ginjal. Metabolisme rangka karbon glutamin dapat mengakibatkan pembentukan satu HCO 3- yang dibentuk untuk setiap NH4+ diekskresikan. Jalur utama pembentukan NH3 adalah mitokondria glutaminase fosfat yang menghasilkan satu NH4+ dan glutamat. Asidosis metabolic kronis dapat meningkatkan produksi NH3. Sedangkan, hiperkalemia menekan pembentukan NH 3 tetapi hypokalemia meningkatkan produksi NH 3. NH4+ yang dihasilkan dari glutamin diekskresikan ke lumen. Di lengkung henle, NH 4+ diserap kedalam interstitium. Sebagian kecil dari interstitial NH 4+ didorong ke sirkulasi sistemik untuk detoksifikasi oleh hati. KOMPENSASI UNTUK GANGGUAN ASAM-BASA
Beban asam metabolik atau hasil asidosis metabolik meningkatkan
reabsorbsi HCO3- dan peningkatan sekresi H+ yang mengakibatkan pH urine rendah dan juga peningkatan sekresi NH4
Kompensasi ginjal maksimum untuk memuat asam butuh 3-5 hari
Beban alkali metabolik biasanya cepat dihilangkan melalui urine,
karena laju filtrasi dari HCO3- yang tinggi dan pengurangan kecil reabsorbsi HCO3- ditubulus proksimal dapar mengakibatkan tumpahan HCO3- dalam urine
Alkalosis metabolik juga menghasilkan beberapa hipoventilasi dan
peningkatan PCO2 untuk mengimbangi alkalemia tersebut.