PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Asidosis metabolik (kekurangan HCO3-) adalah gangguan sistemik yang
ditandai dengan penurunan primer kadar bikorbonat plasma, sehingga penyebabkan
terjadinya penurunan pH (peningkatan(H+)
a. Penatalaksanaan
Tujuan penangani asidosis metabolik adalah untuk meningkatkan pH
sistemik sampai ke batas aman, dan mengobati penyebab asidosis yang
mendasari. Untuk dapat kembali ke batas aman pada Ph 7,20 atau 7,25 hanya
di butuhkan sedikit peningkatan Ph.
Gangguan proses psiologis yang baru timbul jika HCO < 15 mEq/L
dan Ph 7,20. Asidosis metabolik harus dikoreksi secara perlahan untuk
menghindari timbulnya kompikasi akibat pemberian NaHCO IV berikut ini:
1. Peningkatan Ph cairan serebrosvinal (CSF) dan penekaan pacu
pernafasan, sehingga menyebabkan berkurangnya kompesasi
pernafasan.
2. Alkalosis respiratorik, karena pasien cenderung hiperpentilasi selama
beberapa jam setelah aksidosis ECF terkoreksi.
3. Pergeseran kurva di sosiasi oksi hemoklobin. Kekiri pada komplikasi
alkalosis respiratorik,yang meningkatkan aktifitas oksigen terhadap
hemoglobin. Dan mungkin mengurangi antara oksigen kejaringan.
4. Alkalosis metabolik(karena tidak terjadi kehilangan bikarbonat
potensial, dan asam-asam keto dapat di metabolisme menjadi laktat).
Pada penderita ketoasidosis(DKA).
5. Alkalosis metabolik berat di sebabkan oleh koreksi aksidosis laktat
yang berlebihan akibat henti jantung. Beberapa penyelidik menemukan
bahwa Ph serum dapat mencapai 7,9 dan bikarbonat serum 60-70
mEq/L. Pada infus NaHCO. Yang sembarangan selama resusitasi
Kardiopulmonar(CPR).
2
6. Hipokalsemia fungsional akibat pemberian NaHCO IV pada pasien
gagal ginjal dengan asidosis metabolik berat(asidosis dapat menutupi
hipokalsemia yang terjadi karena(Ca**) lebih mudah larut dalam
medium asam; Ca** kurang larut dalam media masa), sehingga terjadi
tetani, kejang dan kematian.
7. Kelebihan beban sirkulasi yang serius( hipervolemia) pada pasien yang
telah mengalami kelebihan volume ECF, seperti pada gagal jantung
kongestif atau gagal ginjal.
3
hipokalemia dikorelasi, karena tersediaanya lebih banyak K+ untuk ditukarkan
misdengan NA+. Larutan HCI IV (100 hingga 200 mEg/ L dapat diberikan pada
alkolosis yang berat dan mengancam jiwa (PH > 7,55) dan memerlukan koreksi
segera. Agen-angen pengasa lain yang kadang-kadang diberikan pada alkalosis
berat adalah almonium klorida (NH4CI) IV atau arginin HCI.
Alkalosis metabolik resisten-klorida yang disebabkan oleh steroit
adrenal berlebihan pada hikperaldosteronisme atau sindrom Cushing, dikoreksi
dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya.
Asetazolamid, inhibitor karbonik anhidrase yang meningkatkan exkresi
HCO3-, dapat diberikan pada pasien yang mengalami kelebihan volume
cairan(misalnya: pasien gagal jantung kongestif yang mendapat pengobatan di
uretik). KCI juga bermanfaat untuk mengobati dan mencegah terjadinya if
sealkalosis dan hipokalemik.
2.3 ASIDOSIS RESPIRATORIK
Asidosis respiratorik(kelebihan H2CO3) di tandai dengan oeningkatan primer
PaCO2(hiperkapnia), sehingga menyebabkan terjadinya penurunan Ph : PaCO2 lebih
besar dari 45mmHg dan Ph kurang dari 7,35.
a. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan aksidosis respiratorik akut adalah emulihkan pentilasi
efektif secepatnya dengan terapi O2 dan mngatasi penyebab yang mendasari.
PaO2 harus di naikan sampai mencapai batas minimum 60 mmHg. Dan Ph di atas
7,2 untuk menghindari terjadinya disridmia jantung. Kadar O2 yang tinggi(>50%)
aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari bila tidak ada riwayat hiperkaknia
kronik pada pasien hiperkoknia kronik yang mengalami peningkatan PaCO2
secara akut,harus di cari faktor penyebab seperti peneumonia atau emboli paru
yang dapat memperberat penyakit yang mendasari dan dapat mempercepat
terjadinya krisis. Pentilasi mekanis mungkin perlu di berikan jika terjadi krisi.
Perhatian yang besar harus di tujukan dalam pemberian O2. Pada pasien
hiperkakmia kronik. Pada pasien-pasien ini hipoksia mengambil alih hiperkakmia
sebagai pendorong utama pernafasannya dnegan demikian, jika pemberian O2
meningkatkan PaO2 di atas kadar normal pasien tersebut,maka rangsangan
hipoksia terhadap pernafasan akan hilang. Oleh karena itu,cara penanganan yang
benar untuk pasien seperti ini adalah dengan memberikan O2 dalam kadar
serendah mungkin(24-28) untuk menaikkan kadar PaO2 sampai 60-70 mmHg. Gas
4
darah arteri harus dipantau ketat selama perawatan untuk mendeteksi adanya
tanda-tanda peningkatan PaCO2 dan memburuknya pentilasi alfiolar. Tujuan
penanganan adalah menurunkan PaCO2, tapi tidak untuk mencapai nilai normal
2.4 ALKALOSIS RESPIRATORIK
Alkalosis respiratorik(kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer
PaCO2<35mmHg. dan pH>7,45.
a. Penatalaksanaan
Satu-satunya penanganan yang dapat berhasil mengatasi alkalosis
respiratorik adalah dengan menyingkirkan penyebab yang mendasari.
Hiperpentilasi degan pentilator mekanis dapat dikoreksi dengan menurunkan
pentilasi jika berlebihan, atau menambah ruang hampa udara(dead space).
Apabila hal ini tidak daoat di capai dengan penyesuaian oksigenasi seusai
oksigenasi,dapat di gunakakn campuran gas yang mengandung 3% CO2.
Untuk semnetara waktu(Schrier 1997).
Apabila kecemasan yang berat menyebabkan timbulnya sindrom
hiperpentilasi,maka menyuruh pasien bernafas dalam kantong kertas yang
disungkupkan rapat di sekitar hidung dan mulut umumnya berhasil menghentikan
serangan akut. Pasien-pasien seperti ini memerlukan konseling penanggulangan
stres.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asidosis metabolik (kekurangan HCO3-) adalah gangguan sistemik yang
ditandai dengan penurunan primer kadar bikorbonat plasma, sehingga penyebabkan
terjadinya penurunan pH (peningkatan(H+)
Tujuan penangani asidosis metabolik adalah untuk meningkatkan pH sistemik
sampai ke batas aman, dan mengobati penyebab asidosis yang mendasari. Untuk
dapat kembali ke batas aman pada Ph 7,20 atau 7,25 hanya di butuhkan sedikit
peningkatan Ph.
3.2 Saran
6
DAFTAR PUSTAKA