Anda di halaman 1dari 8

Jika jumlah suatu bahan di dalam tubuh harus tetap, pemasukannya melalui ingesti atau produksi

metabolik harus seimbang dengan pengeluarannya melalui ekskresi atau konsumsi metabolik.
Hubungan ini, yang dikenal sebagai konsep keseimbangan, sangat penting dalam mempertahankan
homeostasis.

Terdapat dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan di tubuh: volume CES dan
osmolaritas CES. Meskipun regulasi kedua faktor ini berkaitan erat, keduanya bergantung pada jumlah
relatif NaC1 dan H2O di tubuh, penyebab mengapa keduanya dikontrol dan mekanis-menya sangatlah
berbeda:

1. Volume CES harus diatur secara ketat untuk membantu mempertahankan tekanan darah.
Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam regulasi jangka-panjang volume CES.
2. Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk mencegah membengkaknya atau menciutnya
sel. Pemeliharaan keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur osmolaritas CES.

Ginjal dengan demikian menyesuaikan jumlah garam yang diekskresikan dengan mengontrol dua proses:
(1) laju filtrasi glomerulus (LFG) dan (2) yang lebih penting, reabsorpsi Na+ di tubulus.

Zat terlarut dalam tubuh:

 Elektrolit: na+, k+, cl-, semua jenis asam (as.fosfat, as.laktat) & basa (bikarbonat), beberapa
proteinmemiliki kekuatan osmotic yang lebih besar, memiliki kekuatan untuk menarik cairan
 Non elektrolit (tidak bermuatan): lipid, glukosa, kreatinin, urea

KESEIMBANGAN CAIRAN

hanya dua yang dapat diatur untuk mempertahankan keseimbangan H2O. Di sisi pemasukan, rasa haus
memengaruhi jumlah cairan yang masuk; dan di sisi pengeluaran, ginjal dapat menyesuaikan jumlah
urine yang dibentuk. Pengendalian pengeluaran H2O di urine adalah mekanisme terpenting dalam
mengontrol keseimbangan H2O.
KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

Keseimbangan elektrolit akan mempengaruhi keseimbangan cairan. Oleh karena itu keseimbangan
elektrolit harus dijaga

3 hormon yang meregulasi elektrolit:

 Angiotensin II dan aldosterone: meningkatkan absorpsi Na+ dan Cl- saat tubuh mengalami
dehidrasi
 ANP: mendorong pengeluaran Na+ dan Cl- sehingga akan terjadi ekskresi air dan menurunkan
volume darah.

Peningkatan kadar NaCl dalam plasma darah akan meningkatkan osmosis air (sehingga air berpindah
dari CISCES) ke interstisial (ingat bahwa elektrolit akan menarik air)meningkatkan volume darah

 meningkatkan peregangan pada atrial jantung & meningkatkan hrmon ANPmenurunkan reabsorpsi
NaClmengeluarkan NaCl melalui urinmenurunkan Volemu darah

menurunkan pelepasan hormon renin oleh sel jukstaglomerularmenurunkan produksi angiotensin


IImenghambat kerja aldosterone dan meningkatkan laju filtrasi glomerulusmenurunkan reabsorpsi
NaCl

KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Sistem Dapar Kimiawi

 Pasangan dapar H2CO3:HCO3- a


Ini adalah sistem penyangga CES yang efektif karena dua sebab. Pertama, H2CO3 dan
HCO3 - banyak ditemukan di CES sehingga sistem ini cepat menahan perubahan pH. Kedua, dan
yang lebih penting, setiap komponen dari pasangan dapar ini diatur secara ketat. Ginjal
mengatur HCO3 - , dan sistem pernapasan mengatur CO2, yang menghasilkan H2CO3. Dengan
demikian, di tubuh sistem dapar H2CO3:HCO3 - mencakup keterlibatan CO2.
Ketika H+ baru ditambahkan ke plasma dari sumber atau pun di luar CO2 (misalnya,
melalui pembebasan asam laktat ke dalam CES dari otot yang berolahraga), reaksi di atas
terdorong ke sisi kiri persamaan. Karena berikatan dengan HCO3 - , H+ ekstra tersebut tidak lagi
berkontribusi pada keasaman cairan tubuh sehingga tidak terjadi peningkatan [H+ ].
ketika [H+ ] plasma kadang turun di bawah normal oleh sebab di luar perubahan CO2
(misalnya hilangnya HCl yang berasal dari plasma di getah lambung sewaktu muntah), reaksi
terdorong ke sisi kanan persamaan. CO2 yang larut dan H2O di plasma membentuk H2CO3, yang
menghasilkan H+ untuk menarnbah kekurangan H+
 Sistem dapar protein terutama penting di dalam sel.
Penyangga yang paling banyak terdapat di cairan tubuh adalah protein, termasuk
protein intrasel dan protein plasma. Protein adalah penyangga yang sangat baik karena
mengandung gugus asam dan basa yang dapat menyerahkan atau menyerap H+ . Secara
kuantitatif, sistem protein sangat penting dalam menyangga perubahan [H+ ] di CIS karena
besarnya jumlah protein intrasel
 Sistem dapar hemoglobin menyangga yang dihasilkan dari CO2
CO2 secara terus menerus berdifusi ke dalam darah dari sel-sel jaringan tempat gas ini
dihasilkan. Sebagian besar CO2 ini, bersama dengan H2O, membentuk H+ dan HCO3 - di bawah
pengaruh karbonat anhidrase di dalam sel darah merah. Sebagian besar H+ yang dihasilkan dari
CO2 di tingkat jaringan akan terikat ke Hb tereduksi dan tidak lagi berkontribusi untuk keasaman
cairan tubuh. Dengan kemampuan sistem Hb yang sangat besar untuk mendapar, darah vena
hanya sedikit lebih asam daripada darah arteri meskipun terdapat CO2 penghasil H+ dalam
jumlah besar di darah vena
 Sistem dapar fosfat penting sebagai penyangga di urine.
Sistem dapar fosfat terdiri dari garam fosfat (NaH2PO4) yang asam yang dapat
mendonasikan H+ bebas ketika [H+ ] turun dan garam fosfat basa (Na2HPO4) yang dapat
menerima H+ bebas ketika [H+ ] meningkat. Pada dasarnya pasangan dapar ini dapat mengganti
H+ untuk Na+ sesuai yang diperlukan oleh [H+ ]. Meskipun pasangan fosfat adalah dapar yang
baik, konsentrasinya di CES agak rendah sehingga kurang penting sebagai penyangga CES.
Karena fosfat paling banyak di dalam sel, sistem ini berperan secara signifikan dalam
pendaparan intrasel.
Hal yang lebih penting, sistem fosfat berfungsi sebagai penyangga urine yang sangat
baik. Manusia normalnya me-ngonsumsi lebih banyak fosfat daripada yang dibutuhkan.
Kelebihan fosfat yang difiltrasi melalui ginjal tidak direabsorpsi tetapi tetap berada di cairan
tubulus untuk diekskresikan (karena ambang ginjal untuk fosfat terlampaui; lihat h. 557). Fosfat
yang diekskresikan ini mendapar urine selagi terbentuk dengan mengeluarkan H+ yang
disekresikan ke dalam cairan tubulus. Tidak ada sistem penyangga cairan tubuh lainnya yang ada
di cairan tubulus untuk melakukan pendaparan urine selama pembentukannya.

Sistem pernapasan mengatur [H+ ] dengan mengontrol laju pengeluaran CO2.

Sistem pernapasan berperan penting dalam keseimbangan asam-basa melalui kemampuannya


mengubah ventilasi paru dan karenanya mengubah ekskresi CO2 penghasil asam. Tingkat aktivitas
pernapasan sebagian diatur oleh [H+ ] arteri, sebagai berikut (Tabel 15-7).

 Peningkatan [H+ ] arteri akibat kausa non-respiratorik (metabolik) merangsang pusat


pernapasan di batang otak untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan pertukaran gas antara
paru dan atmosfer; lihat h. 528). Seiring dengan peningkatan kecepatan dan kedalaman napas,
lebih banyak CO2 dihembuskan keluar. Karena hidrasi CO2 membentuk H+ , pengeluaran CO2
pada hakikatnya menghilangkan asam dari sumber ini di tubuh, menghilangkan kelebihan asam
yang berasal dari sumber non-pernapasan.
 Sebaliknya, ketika [H+ ] arteri turun, ventilasi paru berkurang. kibat Ā pernapasan yang lebih
dangkal dan lambat, CO2 yang diproduksi oleh metabolisme berdifusi dari sel ke darah lebih
cepat daripada pengeluarannya dari darah oleh paru sehingga teradi Āakumulasi CO2 penghasil
asam di darah, memulihkan [H+ ] menuju normal.

Ginjal menyesuaikan laju ekskresi H+ dengan mengubah tingkat sekresi H+

Asam secara terus menerus ditambahkan ke dalam cairan tubuh akibat aktivitas metabolik,
tetapi H+ yang dibentuk ini tidak boleh dibiarkan menumpuk. Meskipun sistem dapar tubuh dapat
menahan perubahan pH dengan mengeluarkan H+ dari larutan, produksi menetap produk-produk
metabolik yang bersifat asam akhirnya akan melampaui kemampuan sistem dapar. Karena itu, H+ yang
terus-menerus dibentuk akhirnya harus dikeluarkan dari tubuh. Paru hanya dapat mengeluarkan H+
yang dihasilkan oleh CO2 dengan mengeliminasi CO2. Tugas mengeliminasi H+ yang berasal dari asam
sulfur, fosfat, laktat, dan yang lain berada di ginjal. Selain itu, ginjal juga dapat membuang H+ tambahan
yang berasal dari CO2

Semua H+ yang difiltrasi diekskresikan, tetapi sebagian besar H+ yang diekskresikan memasuki
urine melalui sekresi. sebagian besar H+ yang diekskresikan masuk ke cairan tubulus melalui sekresi aktif
oleh sel tubulus dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Tubulus proksimal, distal, dan
koligentes menyekresikan H+ . Karena ginjal normalnya mengekskresikan H+ , urine biasanya asam,
dengan pH rerata 6,0.

Proses sekresi H+ dimulai di sel tubulus dengan CO2 dari tiga sumber: CO2 berdifusi ke dalam sel
tubulus dari (1) plasma atau (2) cairan tubulus atau (3) CO2 yang diproduksi secara metabolik di dalam
sel tubulus. CO2 dan H2O, dikatalisis oleh karbonat anhidrase di dalam sel tubulus, membentuk H+ dan
HCO3-. Untuk menyekresikan H+ , suatu pengangkut dependen energi di membran luminal kemudian
membawa H+ keluar sel menuju lumen tubulus. Pengangkut membran luminal berbeda di berbagai
bagian nefron
MEKANISME SEKRESI H+ GINJAL Di TUBULUS PROKSIMAL

Di tubulus proksimal, H+ disekresi oleh transpor aktif primer melalui pompa H+ ATPase (h. 78) dan juga
melalui transpor aktif sekunder melalui antiporter Na+ -H+. Antiporter memindahkan Na+ yang berasal
dari filtrat glomerolus dalam arah yang berlawanan dengan sekresi H+, jadi sekresi H+ dan reabsorpsi
Na+ terkait secara parsial di tubulus proksimal.

MEKANISME SEKRESI H+ GINJAL PADA TUBULUS DISTAL DAN KOLIGENTES

dua sel berlokasi di tubulus distal dan koligentes, yaitu sel prinsipal dan sel interkalasi. . Sel-sel
ini berperan penting dalam keseimbangan Na+ (dan karenanya Cl- , yaitu garam) dan K+ di bawah
pengaruh aldosteron. Mereka juga merupakan sel yang berperan dalam mempertahankan
keseimbangan H2O di bawah pengaruh vasopressin.

Sel interkalasi, yang tersebar di antara sel prinsipal, berperan dalam pengaturan halus
keseimbangan asam basa. Terdapat dua jenis sel interkalasi, Tipe A (yang lebih banyak) dan Tipe B

 Sel interkalasi tipe A merupakan sel penyekresi H+ , pereabsorpsi HCO3-, dan pereabsorpsi K+ .
Mereka menyekresi H+ secara aktif ke dalam lumen tubulus melalui dua jenis mekanisme transpor
aktif primer: Pompa H+ ATPase dan pompa K+ -H+ ATPase. Pompa K+ -H+ ATPase menyekresi H+
sebagai pertukaran terhadap penyerapan K+. Kedua jenis pengangkut ini berlokasi di membran
luminal sel tipe A (Gambar 15-9). HCO3- dihasilkan dalam proses pembentukan H+ dari CO2 di
bawah pengaruh karbonat anhidrase yang memasuki darah (direabsorpsi) sebagai pertukaran
terhadap Cl- pada membran basolateral melalui antiporter CI- -HCO3-.
 Sel interkalasi tipe B merupakan sel penyekresi K+ , penyekresi HCO3-, dan pereabsorpsi H+ ,
aksinya berlawanan dengan sel Tipe A. Berkebalikan dengan sel A, pompa H+ ATPase dan
pompa K+ -H + ATPase aktif berlokasi di membran basolateral dan antiporter CI- -HCO3-
terletak pada membran luminal. Dalam hal ini, ketika H+ dan HCO3- dihasilkan dari hidrasi CO2
di bawah pengaruh karbonat anhidrase, HCO3- bergerak ke dalam lumen tubulus (disekresi)
sebagai pertukaran terhadap Cl-, dan H+ direabsorpsi menuju plasma sebagai pertukaran
terhadap menembus membran basolateral (Gambar 15-10). Walaupun K+ secara aktif disekresi
oleh sel interkalasi Tipe B, secara kuantitatif lebih banyak K+ yang disekresi secara aktf oleh sel
prinsipal di bawah pengaturan aldosteron.

Sel interkalasi Tipe A lebih aktif dibandingkan sel inter-kalasi Tipe B dalam situasi normal, dan
aktivitasnya bahkan meningkat selama asidosis. Sel interkalasi Tipe B menjadi lebih aktif selama
alkalosis.

Ginjal menahan atau mengekskresikan HCO3- bergantung pada [H+ ] plasma.

Sebelum dieliminasi oleh ginjal, sebagian besar yang berasal dari asam non-karbonat didapar
oleh HCO3- plasma. Karena itu, penanganan keseimbangan asam-basa oleh ginjal juga melibatkan
penyesuaian ekskresi HCO3-, bergantung pada jumlah H+ dalam plasma

Ginjal mengatur [HCO3- Āplasma melalui tiga mekanisme yang saling berkaitan: (1) reabsorpsi
bervariasi HCO3- yang terfiltrasi kembali ke plasma dalam hubungannya dengan sekresi H+ , (2)
penambahan bervariasi HCO3- baru ke plasma dalam hubungannya dengan sekresi H+ , dan (3) Sekresi
ber-variasi HCO3 dalam kaitannya dengan reabsorpsi H+ . Dua mekanisme pertama penanganan HCO3-
oleh ginjal tidak mungkin tidak berkaitan dengan sekresi H+ , terutama oleh sel tubulus proksimal dan,
dengan tingkat yang lebih rendah, oleh sel interkalasi ipe Ā. ĀSetiap kali satu H+ disekresikan ke dalam
airan Ātubulus, satu HCO3- seara Ā bersamaan dipin-dahkan ke dalam plasma kapiler peritubulus.

PENGGABUNGAN REABSORPSI HCO3- DENGAN SEKRESI H+


Bikarbonat difiltrasi seara Ābebas, tetapi karena membran luminal sel tubulus impermeabel
terhadap HCO3- yang difiltrasi tersebut, bahan ini tidak dapat berdifusi ke dalam sel. arena itu,
reabsorpsi HCO3- harus berlangsung seara taklangsung. ita akan menggunakan sel interkalasi tipe A
sebagai ontoh (lihat Gambar 15-9). Sebuah ion hidrogen yang disekresikan ke dalam airan Ā tubulus
berikatan dengan HCO3- yang difiltrasi untuk membentuk H2CO3. Di baah pengaruh suatu bentuk
karbonat anhidrase yang terdapat di permukaan membran luminal, , H2CO3 terurai menjadi CO2 dan
H2O di dalam filtrat. idak seperti HCO3-, CO2 dapat dengan mudah menembus membran sel tubulus. Di
dalam sel, CO2 dan H2O, di bawah pengaruh karbonat anhidrase intrasel, membentuk dan HCO3-.
Karena dapat menembus membran basolateral sel tubulus dengan memakai antiporter CI- -HCO3-,
HCO3- berdifusi keluar sel menuju plasma kapiler peritubulus. Sementara itu, H+ yang terbentuk
disekresikan seara Āaktif. arena HCO3- yang lenyap dari airan Ātubulus disertai oleh kemunulan HCO3-
baru di plasma, pada hakikatnya HCO3- telah "direabsorpsi". Meskipun HCO3- yang masuk ke plasma
tidak sama dengan HCO3- yang terfiltrasi, hasil akhir sama seperti jika HCO3- direabsorpsi secara
langsung.

Langkah yang sama juga terlibat dalam reabsorpsi HCO3- di sel tubulus proksimal, kecuali selain
memiliki antiporter CI- -HCO3- basolateral, sel-sel ini juga memiliki banyak simporter Na+ -HCO3-
basolateral yang secara bersamaan mereabsorpsi Na+ dan HCO3-.

Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus sedikit lebih
banyak daripada ion bikar-bonat yang difiltrasi. Karena itu, semua HCO3- yang difiltrasi biasanya
direabsorpsi karena di cairan tubulus tersedia H+ yang disekresikan untuk berikatan dengannya untuk
membentuk CO2 yang sangat mudah diserap. Sebagian besar H+ yang disekresikan berikatan dengan
HCO3- dan tidak diekskresikan karena "digunakan" dalam reabsorpsi HCO3-. Namun, kelebihan sedikit
H+ yang tidak berikatan dengan HCO3- akan diekskresikan di urin.

Sekresi H+ yang diekskresikan digabungkan dengan penambahan HCO3- baru ke plasma,


berbeda dari sekresi H+ yang digabungkan dengan reabsorpsi HCO3- dan tidak diekskresi-kan, melainkan
menyatu dengan molekul H2O yang dapat direabsorpsi. Jika semua HCO3- yang difiltrasi telah
direabsorpsi dan terdapat tambahan sekresi H+ yang dihasilkan dari penguraian H2CO3, HCO3- yang
diproduksi melalui reaksi ini berdifusi ke dalam plasma sebagai HCO3- "baru", Disebut "baru" karena
kemunculannya dalam plasma tidak berkaitan dengan reabsorpsi HCO3- yang difiltrasi (Gambar 1 -1 .
Sementara itu, H+ yang dise-kresikan berikatan dengan dapar urine, khusus-nya fosfat basa (HPO4 2- )
dan kemudian diekskresikan.

Anda mungkin juga menyukai