Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia
yang menunjang kehidupan sehari-hari. Tubuh selalu berusaha agar seluruh nilai berada dalam
batas normal atau dengan kata lain, set-point di dalam tubuh berada dalam suatu rentang yang
konstan menuju homeostasis. Pada keadaan ini, seluruh sistem metabolisme bekerja sama secara
harmonis satu dengan lainnya dalam menjalankan fungsinya.
Salah satu syarat agar seluruh sistem metabolisme tubuh dapat bekerja secara optimal
ialah konsentrasi ion hidrogen atau pH berada dalam rentang normal. Sebagian besar enzim yang
terlibat dalam proses metabolisme bekerja optimal bila pH tubuh berkisar antara 7,!-7,"!.
Perubahan pH akan menyebabkan perubahan struktur dan fungsi enzim serta berbagai proses
metabolisme tubuh. #etika pengeluaran ion hidrogen melebihi pembentukan atau pemasukan,
maka konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan tubuh akan turun. Hal ini menyebabkan pH naik
di atas normal. #ondisis ini disebut alkalosis $pH bersifat basa%. Sebaliknya, pembentukan atau
asupan inon hidrogen yang melebihi pengeluaran akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion
hidrogen di dalam cairan tubuh, hal ini akan menyebabkan penurunan pH. #ondisi ini disebut
asidosis $pH bersifat asam%.
&da tiga sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan tubuh
untuk mencegah alkalosis atau asidosis, yaitu'
Sistem penyangga asam-basa kimia(i dalam cairan tubuh yang segera bergabung
dengan zat asam atau basa untuk mencegah konsentrasi ion hidrogen. Sistem ini
bekerja dalam hitungan detik.
Sistem repirasi yang mengatur pembuangan asam karbonat melalui )*+ yang bekerja
dalam hitungan menit.
2
Sistem ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga
menyesuaikan kembali kondisi ion hidrogen di dalam cairan tubuh menuju normal
ketika terjadi kondisi alkalosis atau asidosis.
,injal relatif lambat dalam memberikan respon. &kan tetapi, bila dibandingkan dengan
sistem yang lain ginjal merupakan sistem pengaturan yang kuat selama beberapa jam atau
beberapa hari. *leh karena itu, pada makalah ini penulis ingin membahas bagaimana mekanisme
fungsi ginjal dalam pengaturan keseimbangan ion-ion hidrogen sehingga dapat mencapai
keseimbangan pH tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
&dapun rumusan masalah pada karya tulis ini adalah sebagai berikut'
1. &pakah yang dimaksud dengan pH-
2. .agaimanakah mekanisme fungsi ginjal dalam menjaga keseimbangan pH tubuh-
3. .agaimanakah bentuk koreksi ginjal terhadap keadaan asidosis dan alkalosis-
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut'
1. /engetahui definisi pH.
2. /engetahui mekanisme fungsi ginjal dalam menjaga pH tubuh.
3. /engetahui bentuk dan mekanisme koreksi ginjal terhadap keadaan asidosis
maupun alkalosis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 De!n!s! "H
3
Sorensen $0121% dalam 3tama $+224'5!% mendefinisikan pH sebagai logaritma negatif
konsentrasi ion hidrogen. #onsentrasi ion hidrogen disebut dalam skala logaritma dengan satuan
pH karena konsentrasi normalnya yang rendah serta jumlah yang kecil dan tidak praktis.
6on hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. /olekul
yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat dilepaskan dalam larutan dikenal sebagai
asam. Salah satu contohnya adalah asam hdroklorida $H)l%, yang berionisasi dalam air
membentuk ion-ion hidrogen $H7% dan ion klorida $)l-%. Sedangkan ion atau molekul yang dapat
menerima ion hidrogen disebut dengan basa. Sebagai contoh, ion bikarbonat $H)*
-
%, adalah
suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H+)*.
pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen sesuai dengan rumus berikut'
+
p
H+

H=log
1

8 -log 9H7:
#onsentrasi ion hidrogen dinyatakan dalam eki;alen per liter. Sebagai contoh, normal
9H7: adalah "2 m<=> liter. *leh karena itu pH normal adalah'
pH8 -log 9H7: 8 - log 9 2,2222222": 8 7,"
?ari rumus ini kita bisa melihat bah(a pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi ion
hidrogen. *leh karena itu, pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang
tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang rendah $,uyton,
0117' "4+%.
@ilai pH normal darah arteri adalah 7,", seseorang diperkirakan mengalami asidosis saat
pH turun di ba(ah nilai ini dan dikatakan mengalami alakalosis saat pH naik di atas 7,". .atas
rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 5,4 dan batas
atas adalah 4,2. pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH plasma karena
metabolismeee sel menghasilkan asam, terutama H+)*. .ergantung pada jenis sel, pH cairan
intraselular diperkirakan berkisar antara 5,2 dan 7,". Hipoksia jaringan dan aliran darah yang
buruk ke jaringan dapat menyebebkan pengumpulan asam, dan oleh sebab itu, dapat menurunkan
pH.
4
pH urin dapat berkisar dari ",! sampai 4, bergantung pada status asam-basa cairan
ekstraselular. Seperti yang akan dibahas kemudian, ginjal memainkan peranan penting dalam
mengoreksi abnormalitas konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular dengan mengekskresikan
asam atau basa pada kecepatan yang ber;ariasi.
2.2 Mekan!sme #ungs! $!njal Dalam mengatur "H Tu%uh
,injal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan mengeluarkan urin yang asam atau
basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstraselular,
sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstraselular $Scanlon,
+227'!2%.
#eseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal dia(ali dengan
penyaringan ion bikarbonat. Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus-menerus ke
dalam tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan
basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah ion hidrogen juga disekskresikan ke dalam lumen tubulus
oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. .ila lebih banyak ion hidrogen
yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari
cairan ekstraselular. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring daripada hidrogen
yang disekresikan, akan terdapat kehilangan basa $,uyton, 0117' "12%.
,injal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular melalui tiga mekanisme
dasar, yaitu'
Sekresi ion-ion hidrogen
Aeabsorpsi ion-ion bikarbonat yang disaring
Produksi ion-ion bikarbonat baru
Semua proses tersebut dicapai melalui mekanisme dasar yang sama seperti yang akan
didiskusikan dalam beberapa bagian berikut.
2.2.1 Sekres! I&n H!'r&gen '! Tu%ulus $!njal
5
Sekresi ion hidrogen sebenarnya terjadi di seluruh bagian tubulus, kecuali cabang tipis
desenden dan asenden ansa henle. Sekresi ini terjadi melalui mekanisme transport imbangan
natrium-hidrogen. Sekresi aktif sekunder dari ion hidrogen ini berpasangan dengan transport
natrium ke dalam sel pada membrane luminal, dan energy untuk sekresi ion hidrogen mela(an
gradient konsentrasi berasal dari gradient natrium yang membantu pergerakan natrium ke dalam
sel. ,radien ini dihasilkan dari pompa natrium-kalium adenosine trifosfat $&TPase% di membrane
basolateral $Sloane, +22' 4%.
Proses sekresi dimulai ketika )*+ berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk melalui
metabolismeee di sel epitel tubulus. )*+ , di ba(ah pengaruh enzim karbonik anhydrase,
bergabung dengan H+* untuk membentuk H+)*, yang akan berdisosiasi menjadi H)*
-
dan
H
7
. 6on-ion hidrogen disekresikan dari sel masuk ke dalam lumen tubulus melalui transport
imbangan natrium-hidrogen. &rtinya, ketika natrium bergerak dari lumen tubulus ke bagian
dalam sel, natrium mula-mula bergabung dengan protein pemba(a di batas luminal membrane
selB pada (aktu yang bersamaan, ion hidrogen di bagian dalam sel bergabung dengan protein
pemba(a. @atrium bergerak ke dalam sel melalui gradient konsentrasi yang telah dicapai oleh
pompa natrium-kalium &TPase di membrane basolateral. ,radien untuk pergerakan natrium ke
dalam sel kemudian menyediakan energy untuk menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang
berla(anan dari dalam sel ke dalam lumen tubulus.
6on bikarbonat yang dihasilkan di dalam sel kemudian bergerak turun melintasi membrane
basolateral ke dalam cairan interstisial ginjal dan kapiler peritubular. Hasil akhirnya adalah
bah(a untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat
masuk ke dalam darah $,uyton, 0117' "10%.
2.2.2 Rea%s&r"s! !&n B!kar%&nat (ang D!sar!ng
6on-ion bikarbinat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel tubulus ginjalB oleh
#arena itu, ion-ion bikarbonat yang disaring oleh glomerulus tidak dapat direabsorpsi secara
langsung. Sebaliknya, bikarbonat direabsorpsi melalui proses khusus di mana bikarbonat pertama
kali bergabung dengan ion hidorge untuk membentuk H+)*, yang akhirnya menjadi )*+ dan
H+* $,uyton, 0117'"1+%.
,ambar +-0. Aeabsorpsi ion bikarbonat di berbagai segmen tubulus ginjal.
6
Sumber' ,uyton, &rthur )., Cohn <. Hall. 0115. TeDtbook of /edical Physiology. Philadelphia' E...
Saunders.
Aeabsorpsi ion-ion bikarbonat ini dia(ali oleh reaksi di dalam tubulus antara ion-ion
bikarbonat yang disaring pada glomerulus dan ion-ion hidrogen yang disekresi oleh sel-sel
tubulus. H+)* yang terbentuk kemudian berdisosiasi menjadi H+* dan )*+. )*+ dapat
bergerak dengan mudah mele(ati membrane tubulusB oleh karena itu, )*+ segera berdifusi
masuk ke dalam sel tubulus, tempa )*+ bergabung kembali dengan H+*, di ba(ah pengaruh
karbonik anhydrase, untuk menghasilkan molekul H+)* yang baru. H+)* ini kemudian
berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogenB ion bikarbonat kemudian berdifusi
melalu membrane basolateral ke dalam cairan interstisial dan diba(a naik ke darah kapiler
peritubular. <fek bersih dari reaksi ini adalah reabsorpsi ion-ion bikarbonat dari tubulus,
(alaupun ion-ion bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan
yang disaring ke dalam tubulus.
2.2.3 Pr&'uks! I&n B!kar%&nat Baru
.ila ion-ion hidrogen disekresikan dalam kelebihan bikarbonat yang difiltrasi ke dalam
cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari dari kelebihan ion hidrogen ini yang dapat
diekskresikan dalam bentuk ion dalam urin. &lasan untuk hal ini adalah bah(a pH minimal urin
adalah sekitar ",!, berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen 02-",! m<=>liter, atau 2,2
m<=>liter.
Cadi, dalam setiap liter urin yang dibentuk, maksimum ion hidrogen bebas yang dapat
diekskresikan hanya sekitar 2,2 miliekui;alen. 3ntuk mengekskresikan 42 m<= asam yang tidak
menguap yang dibentuk oleh metabolismeee setiap harinya, sekitar +557 liter urin akan
diekskresikan $,uyton, 0117' "10%.
,ambar +-+. Penyanggaan ion hydrogen yang disekresi oleh fosfat yang disaring $@aHP*"
-
%.
Sumber' ,uyton, &rthur )., Cohn <. Hall. 0115. TeDtbook of /edical Physiology. Philadelphia'
E... Saunders.
7
<kskresi sejumlah besar ion hidrogen dalam urin tersebut dicapai dengan
menggabungkannya dengan penyangga dalam cairan tubulus. Penyangga yang paling penting
adalah penyangga fosfat dan penyangga ammonia.
A. Pembentukan .ikarbonat .aru oleh Sistem Penyangga Fosfat
Sistem penyangga fosfat terdiri dari HP*"
+-
dan H+P*
"-
. #eduanya menjadi pekat
di dalam cairan tubulus akibat reabsorpsinya yang relatif buruk dan akibat reabsorpsi air
dari cairan tubulus. *leh karena itu, (alaupun fosfat bukan merupakan penyangga cairan
ekstraselular yang penting, fosfat jauh lebih efektif sebagai penyangga dalam cairan
tubulus $Sloane,+22'4%.
Faktor lain yang membuat fosfat menjadi penting adalah kenyataan bah(a p#
sistem ini sebesar 5,4. Pada kondisi normal, urin sedikit asam dan pH urin mendekati p#
sistem penyangga fosfat. *leh karena itu, di dalam tubulus, sistem penyangga fosfat
secara normal berfungsi mendekati kisaran pH-nya yang paling efektif.
Selama terdapat kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus, kebanyakn ion
hidrogen yang diekskresikan bergabung dengan ion bikarobonat tersebut. &kan tetapi,
ketika ion bikarbonat telah direabsorpsi dan tidak ada lagi yang tersedia untuk berikatan
dengan ion hidrogen, setiap kelebihan ion hidrogen tersebut dapat bergabung dengan
H+P*
"-
dan penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hidrogen bergabung dengan HP*"
+-
untuk membentuk H+P*
"-
, ion hidrogen dapat diekskresikan sebagai garam natrium
$@&H+P*"%, dengan memba(a serta kelebihan hidrogen.
Pada keadaan ini, ion bikarbonat yang dihasilkan dalam sel tubulus dan yang
memasuki darah peritubular lebih menghasilkan peningkatan bikarbonat darah, daripada
hanya penggantian bikarbonat yang disaring. *leh karena itu, kapanpun ion hidrogen
yang disekresikan ke dalam lumen tubulus bergabung dengan suatu penyangga selain
bikarbonat, hasil akhirnya adalah penambahan ion bikarbonat baru ke dalam darah. Hal
ini menunjukkan salah satu mekanisme di mana ginjal mampu melengkapi penyimpanan
bikarbonat cairan ekstraselular.
Pada kondisi normal, kebanyakan fosfat yang disaring akan direabsorpsi dan
hanya sekitar 2-"2 m<=>hari untuk menyangga ion hidrogen. *leh karena itu, sebagian
besar penyanggaan untuk kelebihan ion hidrogen dalam cairan tubulus pada keadaan
asidosis terjadi melalui sistem penyangga ammonia.
8
B. Pembentukan .ikarbonat .aru oleh Sistem Penyangga &monia
Sistem penyangga ini lebih penting secara kuantitatif dibandingkan sistem
penyangga fosfat yang terdiri atas ammonia $@H% dan ammonium $@H"%. 6on ammonium
disintesis dari glutamin, yang secara aktif ditranspor ke dalam sel epitel tubulus
proksimal, cabang tebal asenden ansa Henle, dan tubulus distal.
#etika berada di dalam sel, setiap molekul glutamin dimetabolismeeee untuk
membentuk dua ion @H"
7
dan dua ion H)*
-.
@H"
7
diekskresikan ke dalam lumen tubulus
melalui mekanisme transport imbangan sebagai pertukaran dengan ion natrium yang
direabsorpsi. H)*
-
bergerak mele(ati membrane basolateral bersama dengan ion natrium
yang direabsorpsi ke dalam cairan interstisial dan diambil oleh kapiler peritubular. Cadi,
untuk setiap molekul glutamin yang dimetabolismeeee di dalam tubulus proksimal dua
ion @H"7 disekresikan ke dalam urin dan dua ion H)*
-
direabsorpsi ke dalam darah.
H)*
-
yang dihasilkan oleh proses ini membentuk bikarbonat baru.
,ambar +-. Penyanggan ion hydrogen oleh ammonia $@H% dalam tubulus koligentes.
Sumber' ,uyton, &rthur )., Cohn <. Hall. 0115. TeDtbook of /edical Physiology. Philadelphia' E...
Saunders.
?alam tubulus koligentes, penambahan ion @H"
7
ke cairan tubulus terjadi melalui
mekanisme yang berbeda. ?i sini, ion hidrogen diskresikan oleh membrane tubulus ke
dalam lumen, tempat ion-ion ini akan bergabung dengan ammonia $@H% untuk
membentuk @H"
7
yang kemudian akan diekskresikan. ?uktus koligentes bersifat
permeable untuk @H, akan tetapi membrane luminalnya kurang permeaabel terhadap
@H"
7
. *leh karena itu, ketika ion hidrogen sudah bereaksi dengan @H membentuk @H"
7
,
maka @H"
7
akan terperangkap di dalam lumen tubulus dan dikeluarkan dalam urin.
3ntuk setiap @H"
7
yang diekskresikan, dihasilkan H)*
-
yang baru dan ditambahkan ke
darah $,uyton, 0117' "1+%.
2.3 )&reks! As!'&s!s 'an Alkal&s!s &leh $!njal
2.3.1 )&reks! As!'&s!s &leh $!njal
9
&sidosis terjadi ketika rasio H)*
-
dan )*+ dalam cairan ekstraseluler menurun,
sehingga menyebabkan penurunan pH. .ila rasio ini menurun akibat penurunan H)*
-
, asidosis
disebut asidosis metabolik. .ila pH turun karena peningkatan p)*+ , asidosis ini disebut asidosis
respiratorik $Sloane, +22' 1%.
Tanpa menghiraukan apakah asidosis adalah respiratorik atau metabolik, kedua kondisi ini
menyebabkan penurunan rasio ion bikarbonat terhadap ion hidrogen di dalam cairan tubulus
ginjal. &kibatnya, terdapat kelebihan ion hidrogen di dalam tubulus ginjal. Hal ini menyebabkan
reabsorpsi ion bikarbonat yang menyeluruh dan masih menyisakan ion-ion hidrogen tambahan
yang tersedia untuk bergabung dengan penyangga urin, @H"
7
dan HP*"
+-
. Cadi pada asidosis,
ginjal mereabsorpsi semua bikarbonat yang disaring dan menyumbangkan bikarbonat baru
melalui pembentukan @H"
7
dan asam tertitrasi. &sam tertitrasi adalah sisa penyangga non
bikarbonat, non @H"
7
yang diskresikan ke dalam urin.
Pada asidosis respiratorik, terdapat penurunan pH, peningkatan konsentrasi ion hidrogen
ekstraseluler, dan peningkatan tekanan )*+ , yang merupakan penyebab a(al asidosis. Aespon
kompensasi adalah peningkatan H)*- plasma, yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat
baru ke dalam cairan ekatraselular oleh ginjal. Peningkatan H)*
-
membantu mengimbangi
peningkatan tekanan )*+ , sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Pada asidosis metabolik juga terdapat penurunan pH dan peningkatan konsentrasi ion
hidrogen cairan ekstraselular. &kan tetapi, pada keadaan ini, gangguan utama adlah penurunan
H)*
-
plasma. #ompensasi primer adalah dengan meningkatkan kecepatan ;entilasi yang akan
mengurangi tekanan )*+ . Sedangkan kompensasi dari sistem ginjal adalah dengan menambah
bikarbonat baru ke cairan ekstraselular, sehingga membantu meminimalkan penurunan a(al
konsentrasi H)*
-
ekstraselular .
2.3.2 )&reks! Alkal&s!s *leh $!njal
,uyton $0117'"1!% menyebutkan bah(a respon kompensasi terhadap alkalosis pada
dasarnya berla(anan dengan reson kompensasi yang terjadi pada kondisi asidosis. Pada alkalosis,
rasio H)*
-
terhadap )*+ di dalam cairan ekstraseluler menigkat, menyebabkan peningkatan
pH. <fek akhir dari mekanisme kompensasi ini adalah kelebihan ion bikarbonat yang tidak dapat
direabsorpsi dari tubulus yang kemudian akan diekskresikan ke dalam urin. Cadi, pada alkalosis,
bikarbonat dikeluarkan dari cairan ekstraselular melalui ekskresi ginjal, yang mempunyai efek
10
yang sama seperti dengan penambahan ion hidrogen terhadap cairan ekstraselular. 6ni membantu
mengembalikan konsentrasi ion hidrogen dan pH kembali normal.
Pada alkalosis repiratorik, terdapat peningkatan pada pH cairan ekstraselular dan
penurunan pada konsentrasi ion hidrogen. Penyebab dari alkalosis adalah penurunan tekanan
)*+ plasma yang disebabkan oleh hiper;entilasi. Pengurangan tekanan )*+ kemudian
menimbulkan kecepatan sekresi ion hidrogen oleh tubulus ginjal sehingga jumlah ion hidrogen di
dalam cairan tubulus ginjal juga berkurang. &kibatnya, tidak tersedia ion yang cukup untuk
bereaksi dengan semua H)*
-
yang disaring. *leh karena itu, H)*
-
yang tidak dapat bereaksi
dengan ion hidrogen tersebut tidak direabsorpsi dan diekskresikan dalam urin. Hal ini
menghasilkan penurunan konsentrasi ion H)*
-
plasma dan koreksi alkalosis. *leh karena itu,
respon kompensasi terhadap pengurangan tekanan )*+ primer pada alkalosis respiratorik adalah
pengurangan konsentrasi bikarbonat plasma, yang disebabkan oleh peningkatan ekskresi
bikarbonat oleh ginjal.
Pada alkalosis metabolik, juga terdapat peningkatan pH plasma dan penurunan
konsentrasi ion hidrogen. &kan tetapi, penyebab alkalosis metabolik adalah peningkatan
konsentrasi ion bikarbonat cairan ekstraselular. #eadaan ini dikompensasi sebagian oleh
pengurangan kecepatan pernapasan yang meningkatkan tekanan )*+ dan membantu
mengembalikan pH cairan ekstraselular menuju normal. Selain itu, peningkatan konsentrasi
bikarbonat dalam cairan ekstraselular menimbulkan peningkatan muatan yang difiltrasi, yang
kemudian menyebabkan kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan dalam
cairan tubulus ginjal. #elebihan ion bikarbonat di dalam cairan tubulus gagal untuk direabsorpsi
karena mereka tidak memiliki ion hidrogen untuk bereaksi dengannya, dan oleh karena itu
mereka diekskresikan dalam urin. Pada alkalosis metabolik, kompensasi utama adalah penurunan
;entilasi sehingga akan meningkatkan tekanan )*+ . Selain itu, juga terjadi peningkatan ekskresi
bikarbonat di ginjal yang membantu mengkompensasi peningkatan a(al konsentrasi ion
bikarbonat ekstraselular.
11
BAB III
PENUTUP
+.1 )es!m"ulan
1) pH menggambarkan secara tepat konsentrasi ion hidrogen. *leh karena itu, dalam
membahas keseimbangan pH tubuh, berarti kita membahas keseimbangan konsentrasi ion
hydrogen di dalam tubuh.
2) ,injal mengatur konsentrasi ion hydrogen di dalam tubuh untuk mencegah terjadinya
asidosis maupun alkalosis dengan mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga
menyesuaikan kembali kondisi ion hidrogen di dalam cairan tubuh menuju normal ketika
terjadi kondisi alkalosis atau asidosis.
3) ,injal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular melalui tiga mekanisme
dasar, yaitu' sekresi ion-ion hydrogen, reabsorpsi ion-ion bikarbonat yang disaring, dan
dengan memproduksi ion-ion bikarbonat baru.
4) &sidosis terjadi ketika rasio H)*
-
dan )*+ dalam cairan ekstraseluler menurun,
sehingga menyebabkan penurunan pH.
5) Pada asidosis, ginjal mereabsorpsi semua ion bikarbonat yang disaring dan
menyumbangkan dan menyumbangkan bikarbonat baru melalui pembentukan @H"
7
dan
asam tertitrasi. /ekanisme ini akan meningkatkan pH tubuh menuju nilai normalnya.
6) Pada alkalosis, rasio H)*
-
terhadap )*+ di dalam cairan ekstraseluler meningkat,
sehingga menyebabkan peningkatan pH.
12
7) Pada alkalosis, bikarbonat dikeluarkan dari cairan ekstraselular melalui ekskresi ginjal,
sehingga dapat menurunkan pH.
#<P3ST&#&&@
,anong, F. Eilliam. 011!. Fisiologi Kedokteran. Cakarta' <,)
,uyton, &rthur ), Cohn <. Hall. 0117.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Cakarta' <,)
/urray, Aobert #., et al. +222. Biokimia Harper. Cakarta' <,)
Scanlon, ). Galerie, Tina Sanders. +227. Essential of Anatomy and Physiology. Philadelphia' F.&.
?a;is
Sloane, <thel. +22. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Cakarta' <,).

Anda mungkin juga menyukai