Anda di halaman 1dari 9

PEMBENTUKAN DAN PAMEKATAN URINE

DAN KESEIMBANGAN ASAM BASA.

OLEH :

NAMA :LUH MADE WAHYU NIRMALASARI

NIM : 223213474

KLS : A16C

MATKUL : ILMU BIOMEDIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
TAHUN AJARAN 2022/2023
❖ PEMBENTUKAN URINE
3 Proses Pembentukan Urine Beserta Gambar dan Tabel .
Proses pembentukan urine terdiri atas 3 tahap, yaitu; Filtrasi, Reabsorpsi dan Augmentasi.
Ketiga tahap tersebut terjadi di Ginjal. Berikut adalah pembahasan singkatnya.

Ginjal.
Ginjal adalah organ pada sistem ekskresi manusia yang berfungsi untuk menyaring darah.
Zat pada darah yang dibutuhkan tubuh akan diedarkan kembali melalui jantung. Sedangkan
zat yang sudah tidak berguna disaring dan dikeluarkan dalam bentuk urine. Urine dibentuk
di nefron. Nefron adalah unit terkecil dari ginjal yang berfungsi menyaring darah dan
mengambil kembali zat-zat yang bermanfaat ke dalam darah.

Gambar Ginjal dan Keterangan

Nefron terdiri atas 3 bagian, yaitu tubulus kontortus proximal, tubulus kontortus distal dan
duktus koligentes.
Gambar Neofron pada Ginjal
Setelah zat-zat yang bermanfaat diserap maka tersisa zat yang tak berguna. Zat ini
jika dibiarkan akan membahayakan tubuh karena termasuk zat beracun. Oleh karena
itu zat racun ini dikeluarkan dari nefron dalam bentuk larutan yang disebut urine.

❖ 3 Proses Pebentukan Urine


1. Filtrasi (Penyaringan)
1. Filtrasi adalah proses penyaringan darah yang mengandung zat-zat
berbahaya sisa metabolisme. Zat tersebut bersifat racun bagi tubuh.
2. Filtrasi terjadi di badan malpighi yang terdiri atas glomerulus dan kapsula
bowman
3. Glomerulus berfungsi untuk menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan
urea.
4. Hasil filtrasi di glomerulus akan mengalir menuju kapsula bowman
dan menghasilkan urine primer.
5. Urine primer mengandung air, gula, asam amino, garam/ion
anorganik dan urea.

2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)


1. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan menghasilkan urine
sekunder.
2. Urine primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus
kontortus proksimal dan terjadi reabsorpsi.
3. Pada proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih
berguna bagi tubuh oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh darah yang
mengelilingi tubulus.
4. Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino,
dan ion-ion anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43- dan SO43-)
5. Urine sekunder mengandung sisa limbah nitrogen dan urea.
6. Urine sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air
di lengkung henle desenden sehingga volume urine sekunder berkurang dan
menjadi pekat. Ketika urine sekunder mencapai lengkung henle asenden,
garam Na+ dipompa keluar dari tubulus, sehingga urine menjadi lebih pekat
dan volume urine tetap.

3. Augmentasi (Pengendapan/Pemekatan)
1. Dari lengkung henle asenden, urine sekunder akan masuk ke tubulus
distal untuk masuk tahap augmentasi (pengendapan zat-zat yang tidak
dibutuhkan lagi oleh tubuh).
2. Zat sisa yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+),
ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu
menjaga pH yang tetap dalam darah.
3. Selama melewati tubulus distal, urine banyak kehilangan air sehingga
konsentrasi urine makin pekat.
4. Selanjutnya urine memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian
dialirkan ke vesica urinaria, untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran
urine diatur oleh otot-otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu
menampung kurang lebih 300 ml.
5. Hasil akhir dari tahap Augmentasi adalah urine yang sesungguhnya.
6. Urine sesungguhnya mengandung urea, asam urine, amonia, sisa-sisa
pembongkaran protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti
vitamin, obat-obatan, hormon, serta garam mineral.
7. Jika terdapat bahan atau zat lain maka hal tersebut adalah indikasi bahwa
terdapat masalah di ginjal.
Singkatnya, penyaringan darah oleh ginjal atau mekanisme terbentuknya urine terdiri dari tiga
tahap. Yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali) dan augmentasi
(pengendapan).
Gambar proses pembentukan urine

Gambar diatas memperlihatkan proses pembetukan urine yang terjadi di Ginjal. Proses tersebut
terdiri dari fitrasi, reabsorpsi dan augmentasi.

Tabel Proses Pembentukan Urine.

NO TAHAP TEMPAT TERJADI HASIL AKHIR


1. Filtrasi Badan malpighi (Glomerulus dan Urine Primer
kapsula)
2. Reabsorpsi Tubulus kontortus proksimal Urine sekunder
3. Augmentasi Tubulus kontortus distal Urine sesungguhnya

Dari tabel diatas kita bisa melihat tahap pembentukan urine, tempat terjadinya dan hasil akhir yang
berupa urine sesungguhnya.

Keseimbangan Asam Basa

Asam adalah setiap senyawa kimia yang melepas ion hidrogen kesuatu larutan atau
kesenyawa biasa. Contoh asam klorida (HCl), yang berionisasi dalam air membentuk
ion-ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Demikian juga, asam karbonat (H2CO3)
berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).

Basa adalah senyawa kimia yang menerima ion hidrogen. Contoh, ion bikarbonat
HCO3-, adalah suatu basa karena dapat menerima ion H+ untuk membentuk asam
karbonat (H2CO3). Demikian juga fospat (HPO4) suatu basa karena dapat
membentuk asam fospat (H2PO4). Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi
sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan
muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen.

Asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCl. Sedangkan asam
lemah mempunyai lebih sedikit kecendrungan untuk berdisosiasikan ion-ionnya dan
oleh karena itu kurang melepaskan H+. Contohnya adalah H2CO3.

Basa kuat adalah suatu basa yang secara cepat dan kuat dengan H+ dan oleh
karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh ion hidroksil (OH-),
yang bereaksi dengan cepat membentuk air (H2O). Sementara basa lemah adalah
basa yang secara lemah bereaksi dengan ion H+. Contohnya HC03-.

Konsentrasi Ion Hidrogen dan pH

Pengaturan ion hidrogen yang tepat bersifat penting karena hampir semua aktifitas
sistem enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena
itu, perubahan konsentrasi hidrogen sesungguhnya merubah fungsi seluruh sel dan
tubuh.

Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat
yang rendah,dibandingkan dengan ion-ion yang lain, konsentrasi ion hidrogen darah
secara normal dipertahankan dalam batas ketat suatu nilai normal sekitar 0,00004
mEq/liter. Karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah dan karena
jumlahnya yang kecil ini tidak praktis, biasanya konsentrasi ino hidrogen disebut
dalam skala logaritma dengan menggunakan satuan pH.

pH = log 1/H+
pH=-log H+
Normal H+ adalah 0,00000004 Eq/liter.oleh karena itu pH normal adalah:
pH= -log (0,00000004)
pH= 7,4

Dari rumus diatas, bahwa pH berhubungan terbalik dengan konsentrasi ion hidrogen.
Oleh karena itu pH yang rendah berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang
tinggi dan pH yang tinggi berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang
rendah.

Seseorang dikatakan asidosis saat pH turun dari nilai normal dan dikatakan alkolosis
saat pH diatas nilai normal.
Batas rendah nilai pH dimana seseorang dapat hidup beberapa jam adalah sekitar
6,8 dan batas atas adalah sekitar 8,0.

Pengaturan Perubahan Konsentrasi Ion Hidrogen

Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrigen dalam cairan tubuh
untuk mencegah asidosis atau alkalosis:

1.Sistem penyangga asam basa kimiawi cairan tubuh


2.Pusat pernafasan
3.Ginjal.
Saat terjadi perubahan dalam konsentrasi ion hidrogen, sistem penyangga cairan
tubuh bekerja dalam waktu singkat untuk menimbulkan perubahan-perubahan ini.
Sistem penyangga tidak mengeliminasi ion-ion hidrogen dari tubuh atau
menambahnya kedalam tubuh tetapi hanya menjaga agar mereka tetep terikat
sampai keseimbangan tercapai kembali.

Kemudian sistem pernafasan juga bekerja dalam beberapa menit untuk


mengeliminasi CO2 dan oleh karena itu H2CO3 dari tubuh. Kedua pengaturan ini
menjaga konsentrasi ion hidrogen dai perubahan yang terlalu banyak sampai
pengaturan yang ketiga bereaksi lebih lambat.

Ginjal dapat mengeliminasi kelebihan asam dan basa dari tubuh. Walaupun ginjal
relatif lambat memberi respon dibandingkan sistem penyangga dan pernafasan,
ginjal merupakan sistem pengaturan asam-basa yang paling kuat selama beberapa
jam sampai beberapa hari.

Sistem Penyangga Ion Hidrogen Dalam Cairan Tubuh

Penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion
hidrogen,yang segera bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan
konsentrasi ion hidrogen yang berlebihan. Sistem ini bekerja sangat cepet dan
menghasilkan efek dalam hitungan detik. Ada 4 sistem penyangga dalam cairan
tubuh.

1.Pasangan penyangga fosfat


a) Penyangga fosfat terkonsentrasi dalam cairan tubular karena tidak
terabsorpsi. Penyangga fosfat berfungsi untuk mengeluarkan ion hidrogen
dari cairan tubuler dan membawanya ke dalam urine.
b) Mekanisme ini memungkinkan pengeluaran sejumlah besar ion hidrogen
yang disekresi tanpa melalui asidifikas urine yang dapat merusak traktus
urinarius.
2. Pasangan penyangga amonia dan ammonium
a. Sel-sel tubuler mensintesis amonia ( NH3 ) dari asam glutamat. Amonia
berdifusi kedalam lumen tubulus dan bereaksi dengan ion hidrogen untuk
membentuk ion amonium ( NH4-). Ion amonuim diekskresi kedalam urine
bersama dengan klorida
b. Selain itu ion amonium mengganti ion natrium atau beberapa ion dasar
lainnya unuk membentuk garam amonium dan melepas ion natrium untuk
berdifusi balik kedalam sel tubulus dan berikatan dengan bikarbonat.
Pembentukan ion amonium menyebabakan terjadinya penambahan lebih
banyak ion bikarbonat ke dalam darah dan peningkatan pH darah.

Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa

• Asidosis
Asidosis menekan aktivitas mental, jika asidosis berlebihan (dibawah 7,4) akan
menyebabkan disorentasi, koma dan kematian.

• Asidosis respirato rik

Terjadi akibat penurunan ventilasi pulmonar melalui pengeluaran sedikit CO2 oleh
paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2 arteri dan asam karbonat akan
meningkatkan kadar ion hidrogen dalam darah. Asidosis respiratorik dapat bersifat
akut dan kronis

➢ Penyebabnya. Kondisi klinis yang dapat menyebabkan retensi CO2 dalam darah
meliputi pneumonia, emfisema, obstrusi kronis saluran pernapasan, stroke atau
trauma dan obat-obatan yang dapat menekan sistem pernapasan seperti barbiturat,
narkotika dan sedatif.
➢ Faktor kompensator

a) Saat CO2 berakumulasi ,peningkatan frekuensi pernafasan respiratorik


(hiperventilasi) ketika istirahat terjadi untuk mengeluarkan CO2 dari tubuh.
b) Ginjal mengkompensasi peningkatan kadar asam dengan mengekskresi lebih
banyak ion hidrogen untuk mengembalikan pH darah mendekati tingkat yang
normal.
c) Jika penyesuaian respiratorik dan ginjal terhadap pH gagal, akan terjadi gejala-
gejala depresi sistem saraf pusat.

Asidosis metabolik. Terjadi saat asam metabolik yang diproduksi secara normal tidak
dikeluarakan pada kecepatan yang normal atau basa bikarbonat yang hlang dari tubuh.

✓ Penyebab. Paling umum terjadi akibat ketoasidosis karena DM atau kelaparan,


akumulasi peningkatan asam laktat akibat aktivitas otot rangka yang berlebihan
seperti konvolusi,atau penyakit ginjal. Diare berat dan berkepanjangan disertai
hilangnya bikarbonat dapat menyebabakan asidosis
✓ Faktor kompensator. Hiperventilasi sebagai respon terhadap stimulasi saraf adalah
tanda klinis asidosis metabolik. Bersamaan dengan kompensasi ginjal,peningkatan
frekuensi respiratorik dapat mengembalikan pH darah mendekati tingkat normalnya.
Asidosis yang tidak terkompensasi akan menyebabakan depresi sistem saraf pusat
dan mengakibatkan disorentasi,koma dan kematian.

Alkalosis
Alkalosis meningkatkan overeksitabilitas sistem saraf pusat. Jika berat alkalosis dapat
menyebabakan kontraksi otot tetanik,konvulsi dan kematian akibat tetanus otot respiratorik

Alkalosis respiratorik
Terjadi jika CO2 dikeluarkan terlalu cepat dari paru-paru dan ada penurunaan kadarnya
dalam darah.
a) Penyebab. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kecemasan,akibat demam,akibat
pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan, akibat hipoksia karena tekanan
udara yang rendah didataran tinggi atau akibat anemia berat
b) Faktor kompensator, jika hiperventilasi terjadi akibat kecemasan gejalanya dapat
diredakan melalui pengisapan kembali CO2 yang sudah di keluarkan. Ginjal
mengkompensasi cairan alkalin tubular dengan mengekskresi ion bikarbonat dan
menahan ion hidrogen.

Alkalosis metabolik

Suatu kondisi kelebihan bikarbonat, hal ini terjadi jika ada pengeluaran berlebihan ion
hidrogen atau peningkatan berlebihan iio bikarbonat dalam cairan tubuh.
1. Penyebab. Muntah yang berkepanjangan (pengeluaran asam klorida lambung),
disfungsi ginjal, pengobatan dengan diuretik yang mengakibatkan hipokalemia dan
penipisan volume CES atau pemakian antasid yang berlebihan.
2. Faktor kompensator
a. Kompensasi respiratorik adalah penurunan ventilasi pulmonar dan
mengakibatkan peningkatan pCO2 dan asan karbonat.
b. Kompensasi ginjal melibatkan sedikit ekskresi ion amonium, lebih banyak
ekskresi ion natrium dan kalium, berkurangnya cadangan ion bikarbonat dan
lebih banyak ekskresi bikarbonat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.biologi-sel.com/2013/12/proses-pembentukan-urin.html
https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/keseimbangan-
asam-basa/

Anda mungkin juga menyukai