Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi

modern. Perkembangan teknologi modern yang semakin maju dan cepat juga

dapat menimbulkan permasalahan diantaranya masalah kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Berdasarkan data International Labour Organization

(ILO) tahun 2013, 160 pekerja mengalami kecelakaan kerja. Tahun

sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan

pekerja mengalami penyakit akibat bahaya di tempat kerja sebanyak dua juta

kasus setiap tahun (Depkes, 2014).

Pekerjaan yang menggunakan mesin merupakan pekerjaan yang

melibatkan berbagai unsur keilmuan diantaranya, sumber daya manusia

(tenaga kerja), teknologi yang mencakup peralatan, bahan dan tenaga kerja,

dan disimplin ilmu sosial serta sistem pengelolaan yang mendukung

terlaksananya pekerjaan produksi. Upaya pengendalian kecelakaan kerja harus

memperhatikan semua unsur yang ada diatas. Walaupun keselamatan dan

kesehatan kerja ditempat kerja telah didukung, oleh peraturan dan perundang-

undangan, standar nasional dan internasional lainnya, namun kecelakaan di

suatu perusahaan masih cukup tinggi (ILO, 2005).


Pada tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena

kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun

sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sedangkan

jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada

2013 yaitu 35,917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9,891, Tahun 2012 =

21,735, Tahun 2014 = 24,910). (Kemenkes RI, 2015).

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan merupakan

hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman serta

dapat menekan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu

upaya untuk menentukan prosedur kerja yang tepat adalah dengan melakukan

Job Safety Analysis (JSA) yang terdapat di setiap tahapan pekerjaan. Hasil dari

JSA dapat digunakan untuk mengendalikan dan menghilangkan bahaya di

tempat kerja, membuat langkah-langkah kerja yang aman, sehingga jumlah

cidera dan penyakit akibat kerja menjadi berkurang, berkurangnya absen

pekerja, biaya kompensasi bagi pekerja menjadi lebih rendah, bahkan dapat

meingkatkan produktivitas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Anugerah (2017),

hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 31 potensi bahaya yang dapat

menimbulkan risiko. Penilaian risiko yang dilakukan terdapat 16.1% risiko

priority 1, 32.2% risiko substantial dan 51.6% risiko priority 3. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar risiko pada kegiatan finishing bersifat

priority 3. Oleh karena itu, pekerja perlu diperhatikan dan diawasi secara
berkesinambungan serta dianjurkan untuk menggunakan APD secara lengkap

sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja.

PT Bintang Asahi Tekstil Industri merupakan suatu perusahaan yang

bekerja pada bidak tekstil, dimana semua proses produksi menggunakan

mesin-mesin. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh bahwa pada tahun

2017 pekerja mengalami kecelakaan kerja sebanyak 86 pekerja, dan 120

mengalami penyakit akibat kerja. Sedangkan pada bagian Weaving Shuttel

sendiri pada tahun tersebut sebanyak 23 pekerja yang mengalami kecelakaan

dan 29 yang mengalami penyakit akibat kerja.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bagian

Weaving Shuttel PT Bintang Asahi Tekstil Industri tingginya angka kecelakaan

dan penyakit akibat kerja tersebut dikarenakan pelanggaran disiplin berupa

tidak memakai APD saat bekerja dan kurangnya pengetahuan pekerja akan

pentingnya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja serta lingkungan kerja

yang memiliki potensi bahaya tinggi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap

pekerja bahwa kecelakaan yang pernah terjadi seperti tangan tergiling kedalam

mesin sehingga menyebabkan amputasi bagian tangan, serta penyakit akibat

kerja yang pernah terjadi berupa gangguan pendengaran dan ISPA.

PT Bintang Asahi Tekstil Industri belum pernah menerapkan metode

JSA, sehingga tidak dapat menetukan tingkat risiko Extreme Risk dan High

Risk yang memiliki peluang dapat terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja secara terus menerus. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,

maka penulis ingin melakukan identifikasi, penilaian dan pengendalian dengan


Job Safety Analysis (JSA) pada bagian Weaving Shuttel di PT. Bintang Asahi

Tekstil Industi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah

“Apakah penerapan JSA dapat mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja

pada pekerjaan risiko tinggi di PT Bintang Asahi Tekstil Industri ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja

pada pekerjaan risiko tinggi dengan penerapan JSA di PT Bintang Asahi

Tekstil Industri

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis jenis pekerjaan yang memiliki risiko bahaya tinggi

di PT Bintang Asahi Tekstil Industri.

b. Untuk menguraikan jenis pekerjaan yang memiliki risiko bahaya tinggi

di PT Bintang Asahi Tekstil Industri.

c. Untuk melakukan upaya pencegahan dan pengendalian terhadap

pekerjaan yang memiliki risiko bahaya tinggi di PT Bintang Asahi

Tekstil Industri.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PT Bintang Asahi Tekstil Industri

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan

terhadap pencegahan dan pengendalian terhadap pekerjaan yang memiliki

risiko bahaya tinggi di PT Bintang Asahi Tekstil Industri.

2. Bagi Tenaga Kerja

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pekerja

dalam berpartisipasi terhadap pencegahan dan pengendalian risiko bahaya

tinggi dengan penggunaan alat pelindung diri selama bekerja di PT Bintang

Asahi Tekstil Industri.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan untuk

peneliti selanjutnya mengenai upaya pencegahan dan pengendalian risiko

bahaya tinggi dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tempat kerja

Tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan, terbuka atau

tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-

sumber bahaya. Tempat kerja termasuk ialah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja tersebut. (Undang-undang No. 1 Tahun

1970, tentang keselamatan kerja pasal 1 ayat 1).

B. Sumber bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau

gangguan lainnya karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya

pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan

(Septia, 2011).

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari bahan/material,

alat/mesin, proses produksi, lingkungan kerja, metode kerja, cara kerja dan

produk. (Syukri dalam Anugerah, 2017) :


1. Peralatan atau Mesin

Bahaya dari bangunan, peralatan dan mesin perlu mendapat

perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain

ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan

kerja. Penerangan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat,

marka dan rambu yang jelas serta tersedia jalan penyelamatan diri. Mesin

harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun

konstruksi. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang

mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan

pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik,

ledakan, luka-luka atau cedera.

2. Bahan

Bahaya dari bahan meliputi risiko dengan sifat bahan antara lain

mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan

kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker,

menyebabkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radioaktif.

3. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang

digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi

ada proses yang rumit industri kimia biasanya menggunakan proses yang

berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan

bahan kimia yang berbahaya yang memperbesar bahayanya. Dari proses


ini terkadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti

terjepit, terpotong atau terimpa.

4. Metode Kerja.

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri

dan orang lain di sekitarnya. Contoh cara kerja yang demikian antara lain

cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,

percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

5. Lingkungan Kerja.

Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai jenis

bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan keselamatan dan

kesehatan kerja serta menyebabkan penurunan produktivitas dan efisiensi

kerja.

Menurut Ramli (2010) dalam Anugerah (2017), jenis-jenis bahaya

yaitu :

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda

bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual

dengan penggerak. Misalnya : gerinda, bubut, potong, press, tempa

pengaduk. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti

gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan. Gerakan

mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,

terjepit, terpotong, dan terkupas.


2. Bahaya Listrik

Bahaya listrik bersumber dari energi listrik yang dapat

mengkibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang

menggunakan listrik.

3. Bahaya Kimiawi

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara

lain : Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic), iritasi oleh

bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan

kebakaran serta peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat

mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon

seperti minyak tanah, premium, LPG.

4. Bahaya Fisik

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain, bising yang

dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran,

tekanan, getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan dan

radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet dan sinar infra merah.

5. Bahaya Biologis

Lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau

berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri
makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas

bumi.

6. Bahaya Ergonomi

Bahaya yang disebabkan karena desain kerja, penataan tempat

kerja yang tidak nyaman bagi pekerja sehingga dapat menimbulkan

kelelahan pada pekerja.

7. Bahaya Psikologis

Bahaya yang disebabkan karena jam kerja yang panjang, shift

kerja yang tidak menentu, hubungan antara pekerja yang kurang baik.

Adapun Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan

kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko

tidak dapat ditentukan, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian

risiko tidak dapat dijalankan.

C. Identifikasi Bahaya

Identifikasi potensi bahaya merupakan tahapan yang dapat memberikan

informasi secara menyeleruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan

dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang

paling berat. Pada tahap tersebut harus dapat mengidentifikasi potensi bahaya

yang dapat diramalkan yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi

membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap :

1. Karyawan

2. Orang lain yang berada ditempat kerja


3. Tamu dan bahkan masyarakat

Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :

1. Kerugian harta benda (property loss)

2. Kerugian masyarakat

3. Kerugian lingkungan

Apabila faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja terjadi, maka akan

menyebabkan adanya kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan

mempengaruhi produktivitas dan kualitas kerja. Dengan kata lain, kecelakaan

akan mengakibatkan cidera dan atau mati, kerugian harta benda bahkan sangat

mempengaruhi moral pekerja termasuk keluarganya. Biaya yang timbul

sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan seperti gunung es yang

kemudian sering disebut teori gunung es yang artinya biaya langsung sebagai

bongkahan gunung es yang terlihat pada permukaan laut, sedangkan biaya yang

tidak langsung yaitu bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan

laut yang jauh lebih besar.

Dari kecelakaan yang ditimbulkaan dapat diketahui kerugian yang

dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugin ekonomi dapat berupa

biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1. Biaya langsung meliputi :

a. Biaya perawatan dokter

b. Biaya kompensasi
2. Biaya tidak langsung meliputi :

a. Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :

1) Biaya kerusakan bangunan

2) Biaya kerusakan perkakas

3) Biaya kerusakan hasil produksi dan material

4) Gangguan dan keterlambatan produksi

5) Biaya untuk pemenuhan aturan

6) Biaya untuk peralatan gawat darurat

7) Biaya sewa peralatan

8) Waktu untuk penyelidikan

b. Biaya lain terdiri dari :

1) Gaji selama tidak bekerja

2) Biaya pergantian serta pelatihan

3) Lembur

4) Ekstra waktu untuk supervisor

5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu mulai kerja

(Ramli, 2010).

D. Kecelakaan kerja

1. Pengrtian kecelakaan kerja

Menurut suma’mur (2009), kecelakaan kerja adalah kejadian yang

tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena dibelakang

peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk


perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar

ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh

peristiwa kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan

sampai pada yang paling berat.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat

kerja. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak

diinginkan. Baik kecelakaan akibat langsung pekerja maupun kecelakann

yang terjadi pada saat pekerja sedang dilakukan (Buntarto 2015)

2. Faktor penyebab kecelakaan

Menurut Tarwaka (2014), penyebab kecelakaan terbagi menjadi dua, yaitu

unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).

a. Unsafe action

1) Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja

2) Kurang pendidikan

3) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

4) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian

5) Kurangnya kesadaran menggunakan APD

6) Mengangkut beban yang berlebihan

7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

b. Unsafe condition

1) Peralatan yang tidak layak dipakai


2) Terdapat api ditempat bahaya

3) Pengamanan gedung yang kurang standar

4) Terpapar bising

5) Terpapar radiasi

6) Pencahayaan yang kurang

7) Kondisi suha yang membahayakan

8) Sistem peringatan yang berlebihan

9) Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.

E. Job Safety Analysis (JSA)

1. Pengertian JSA

JSA adalah prosedur yang dihunakan untuk keperluan meninjau

ulang metode dan mengidentifikasi suatu kegiatan pekerjaan yang tidak

selamat yang selanjutnya dapat dilakukan tindakan korektif atau

pencegahan sebelum kecelakaan benar-benar terjadi. Secara lebih tereinci

JSA merupakan suatu metode untuk meninjau ulang suatu pekerjaan

melalui identifikasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya

kecelakaan yang terkait dengan masing-masing tahapan pekerjaan, dan

pengembangan langkah-langkah yang selamat untuk meniadakan,

mengendalikan atau mencegah potensi bahaya terjadinya kecelakaan.

(Tarwaka, 2014).
2. Pekerjaan yang memerlukan JSA

a. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau pekerjaan yang

memiliki angka kecelakaan tinggi

b. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal, misalnya

membersihkan kaca menggunakan gondola

c. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara

persis bahaya yang ada.

d. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat

berakibat kecelakaan atau cidera. ( Ramli, 2010 dalam Anugerah,

2017).

3. Teknik pembuatan JSA

a. Menentukan pekerjaan yang akan dianalisis langkah pertama dalam

pembuataan JSA yaitu mengidentifikasi pekerjaan yang dianggap

sangat berbahaya. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam

memilih pekerjaan :

1) Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka

2) Potensi kepahaman dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali

dan diberikan prioritas tertinggi jika terdapat potensi untuk

terjadinyaluka-luka yang lebih parah

3) Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pekerja dihadapkan

kepada bahaya apa saja

4) Hasil dari masukan-masukan pekerja dimana pekerjaan yang

menurut mereka memiliki potensi bahaya


5) Pekerjaan yang baru atau pekeraan yang tidak rutin dilakukan

b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar dari setiap

pekerjaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau tahapan yang

beruntun yang pada akhirnya dapat digunakan menjadi suatu prosedur

kerja. Untuk mengetahui tahapan pekerjaan perlu dilakukan observasi

secara langsung pada tempat kerja.

c. Mengidentifikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan dari proses

pembuatan tahapan pekerjaan, secara langsung akan dapat menganalisa

atau mengindentifikasi bahaya apa saja yang disebabkan dari setiap

langkah kerja tersebut.

d. Langkah terakhir dalam pembuatan JSA adalah mengembangkan suatu

prosedut kerja yang aman yang dapat dianjurkan untuk mencegah

terjadinya suatu kecelakaan. Solusi yang dapat dilakukan antara lain:

1) Mencari cara baru untuk melakukan pekrjaan tersebut untuk

menemukan cara baru dalam melaksanakan pekerjaan, tentukan

tujuan kerjanya dan selanjutnya buat analisa berbagai macam cara

untuk mencapai tujuan ini dengan melihat cara mana yang paling

aman. Pertimbangkan penghematan pekerjaan yang menggunakan

alat atau perkakas.

2) Merubah kondisi fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan (seperti

perubahan peralatan, material, perkakas, desain mesin, latak atau

lokasi)
3) Menghilangkan bahaya yang masih ada dengan mengganti atau

mengubah posisi kerja.

4) Mengurangi frekuensi dari tindakan perbaikan atau pekerjaan

service dalam industri seringkali kondisi membutuhkan tindakan

koreksi secara berulang – ulang.

5) Meninjau kembali rancangan pekerjaan yang ada suatu pekerjaan

dalam industri akan mempengaruhi pekerjaan lainnya yang

merupakan keseluruhan proses kerja.

F. Pengendalian Bahaya

Menurut Tarwaka (2014) pengendalian bahaya dapat dilakukan

sesuai dengan hirarki pengendalian risiko :

1) Eliminasi

Eliminasi merupakan suatu proses pengendalian yang harus diprioritaskan

paling utama. Eliminasi dapat dilakukan secara memindahkan objek kerja

yang berhubungan dengan tempat kerja, dimana kehadirannya melebihi

nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Eliminasi merupakan suatu proses

paling baik karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat potensi

bahaya ditiadakan.

2) Substitusi

Substitusi merupakan suatu proses yang dilakukan dengan menggantikan

bahan atau alat-alat yang berbahaya dengan bahan atau alat yang lebih

aman.
3) Rekayasi teknik

Rekayasa teknik dilakukan dengan merubah struktur objek agar supaya

mencegah seseorang terpapar potensi bahaya.

4) Isolasi

Isolasi merupakan suatu proses pengendalian dengan cara memisahkan

seseorang dari objek kerja.

5) Pengendalian administratif

Pengendalian administratif dilakukan dengan menyediakan suatu sistem

kerja yng dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi

bahaya.

6) Alat pelindung diri

APD merupakan suatu pengendalian terakhir yang dapat dilakukan untuk

melindungi seseorang terpapar langsung oleh potensi bahaya.

G. Hipotesis

Penerapan JSA dapat mencegah dan mengendalikan kecelakaan

kerja pada pekerjaan risiko tinggi di PT Bintang Asahi Tekstil Industri.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif

observasional dan hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan

perbaikan program serta memberikan gambaran yang jelas untuk

mengambarkan hasil penelitian tentang JSA pada pekerja produksi PT

Bintang Asahi Tekstil Industri.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bagian produksi di PT Bintang Asahi

Tekstil Industri.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pekerja yang ada pada

bagian produksi di PT Bintang Asahi Tekstil Industri.

2. Sampel

a. Sampel minimal

Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel

minimal yaitu orang yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan

menggunakan rumus. Adapun rumus yang digunakan menurut

Notoadmodjo (2010), adalah :

𝜆²𝑁.𝑃.𝑞
s = 𝑑2 .(𝑁−1)+𝑍𝛼²𝑃.𝑞

Keterangan :

s = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

λ² = dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%

P=q = 0,5

d = 0,05

Dengan rumus diatas , maka dibawah ini merupakan perhitungan

jumlah sampel minimal :

1²156.0,5.0,5
s = 0,052 .(156−1)+1²0,5.0,5

39
s = 0,3875+0,25

39
s = 0,6375
s = 62 responden

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Exhausting Sampling. Yaitu teknik memilih sampel dengan

melakukan survei kepada seluruh populasi yang ada.

D. Definisi Operasional Konsep

1. Tempat kerja

Tempat kerja merupakan ruangan dimana tenaga kerja bekerja dan

sering dimasuki oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat

sumber-sumber bahaya didalamnya dibagian produksti di PT Bintang

Asahi Tekstil Industri. Untuk mengetahui sumber bahaya ditempat kerja

menggunakan form checklist yang telah disiapkan oleh peneliti.

2. Proses produksi

Proses produksi merupakan suatu proses terpenting pada PT Bintang

Asahi Tekstil Industri dimana proses yang dilakukan adalah membuat

benang menjadi sebuah produk seperti kain, yang didalamnya memiliki

potensi bahaya tinggi yang dihasilkan dari mesin-mesin produksi. Untuk

mengetahui proses produksi pada PT Bintang Asahi Tekstil Industri makan

dilakukan observasi secara langsung, observasi dilakukan dengan melihat

secara langsung kondisi bahaya yang ada pada bagian produksi.


3. Sumber bahaya

Sumber bahaya merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan

terjadinya cedera atau kecelakaan kerja yang terjadi dibagian produksi PT

Bintang Asahi Tekstil Industri. Untuk mengetahui sumber bahaya yang ada

pada bagian produksi menggunakan formulir JSA.

4. Risiko pekerjaan tinggi

Risiko pekerjaan tinggi merupakan suatu kemungkinan terjadinya

suatu kecelakaan. Untuk mengetahui risiko pekerjaan tinggi menggunakan

checklist, hasil yang didapatkan berupa tingkat 1 sering, tingkat 2 agak

sering, tingkat 3 jarang, tingkat 4 jarang sekali.

5. Identifikasi bahaya

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses untuk menentukan

potensi bahaya apa saja yang terdapat pada bagian produksi PT Bintang

Asahi Tekstil Industri. Proses identifikasi menggunakan form JSA untuk

mendapatkan daftar sumber bahaya.

6. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan

yang dapat menyebabkan kerugian. Untuk mengetahui kecelakaan kerja

pneliti melakukan observasi dan wawancara menggunakan lembar

kuesioner kepada tenaga kerja untuk mengetahui sumber bahaya potensial.

Dari hasil kuesioner akan didapkan hasil ada atau tidaknya sumber bahaya

potensial yang menyebabkan kecelakaan.


7. JSA

Suatu prosedur yang digunakan untuk meninjau ulang untuk

metode dan mengidentifikasi praktek pekerjaan yang tidak selamat yang

selanjutnya dapat job dilakukan suatu tindakan korektif sebelum

kecelakaan benar-benar terjadi dengan proses kerja. Tahapan pelaksanaan

JSA pertama menentukan pekerjaan yang akan dianalisis, menguraikan

pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar, mengidentifikasi bahaya pada

masing-masing pekerjaan, menentukan langkah pengamanan untuk

mengendalikan bahaya. Pelaksanaan JSA dilakukan dengan cara observasi

menggunakan formulir JSA yang telah disiapkan oleh peneliti. Dari hasil

observasi akan didapatkan daftar saran dan implementasi pengendalian

bahaya.

8. Menentukan alternatif pengendalian resiko terbaik

Upaya kontrol terhadap potensi resiko bahaya yang ada di suatu

pekerjaan untuk meniadakan bahaya hingga batas yang dapat diterima.

Pengendalian resiko dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian resiko

yang terdiri dari eliminasi, subtitusi, rekayasa teknik, administrasi dan alat

pelindung diri (APD). Prioritas pengendalian resiko dengan bahaya sangat

tinggi harus menjadi prioritas utama, diikuti dengan tingkat resiko bahaya

tinggi, bahaya sedang, bahaya rendah. Hasil yang didapatkan dari tindakan

pengendalian adalah daftar alternatif sarana pengendalian resiko pekerjaan,

atau menurukan potensi bahaya tersebut ke batas yang bisa diterima.


E. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang digunakan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif yaitu

data kualitatif didapat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan tenaga

kerja, hasil observasi yang dilakukan di tempat kerja serta data – data yang

didapat dari perusahaan. Serta data kuantitatif diperoleh peneliti dari hasil

skoring jawaban pertanyaan kuesioner kepada responden

2. Sumber data.

a. Data primer

Dalam proses pengambilan data penulis melakukan

pengamatan/observasi diarea kerja, wawancara dengan tenaga kerja

serta membagikan kuesioner kepada tenaga kerja..

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal, dokumen

perusahaan, buku yang terdapat teori yang dapat mendukung penelitian

serta web resmi yang dapat mendukung penelitian di PT Bintang Asahi

Tekstil Industri.

3. Langkah-langkah penelitian

a. Tahap persiapan

1) Perizinan melakukan penelitian di PT Bintang Asahi Tekstil

Industri.

2) Survei pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 15 pada

saat mereka melakukan pekerjaan, mengenai potensi bahaya yang


menyebabkan kecelakaan dibagian produksi PT Bintang Asahi

Tekstil Industri.

3) Pembuatan proposal penelitian.

4) Melakukan konsultasi terhadap proposal penelitian kepada

pembimbing.

5) Proses revisi terhadap proposal yang telah dionsultasikan kepada

pembimbing.

6) Seminar proposal penelitian.

7) Menyiapkan formulir JSA

b. Tahap pelaksanaan

1) Melakukan perizinan dan koordinasi dengan pembimbing

lapangan.

2) Menentukan lokasi atau jenis pekerjaan yang mempunyai sumber

bahaya potensial paling tinggi yaitu pada proses produksi dengan

melakukan observasi pengamatan dan wawancara dengan tenga

kerja.

3) Mengumpulkan data dengan wawancara dan checklist.

4) Menguraikan pekerjaan menjadi langkah – langkah dasar.

5) Mengidentifikasi bahaya pada masing – masing kegiatan yang ada

di dalam proses kerja.

6) Mencatat hasil identifikasi potensi bahaya yang ada di proses kerja.

7) Menentukan pengendalian resiko dengan menggunakan alternatif

pengendalian resiko.
8) Menyebar luaskan kuesioner kepada karyawan mengenai

pengetahuan dan pengalaman kecelakaan kerja.

9) Dokumentasi.

10) Analisis data.

c. Tahap penyelesaian

1) Penyusuna laporan hasil penelitian.

2) Penyajian hasil penelitian.

3) Kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

Anugerah, A. (2017). Implementasi Job Safety Analysis (Jsa) Pada Kegiatan


Finishing Di Industri Mebel Kec. Somba Opu, Kab. Gowa. [Skripsi
Ilmiah]. Makasar: Universitas UIN Alauddin Makasar.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan Indonesia.


Jakarta: Depkes RI
Internasional Labour Organization (ILO). (2005). Pedoman Praktis: Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi. Jakarta
Kemenskes RI. (2015). http://www.depkes.go.id/pusdatin/infodatin/infodatin-
kerja.pdf. di Akses pada 29 April 2018 pukul 23.49

Septia, W. (2011). Identifikasi Bahaya, Penilaian, Dan Pengendalian Risiko Area


Produksi Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Pt.
Coca Cola Amatil Indonesia Central Java. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta:
Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Suma’mur, PK. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta: Sagung Seto.
Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Edisi 2). Surakarta: Harapan
Press.

Undang-undang No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja pasal 1 ayat 1


ANALISIS PENILAIAN RISIKO BAHAYA PENYEBAB KECELAKAAN

MENGGUNAKAN METODE JSA PADA BAGIAN PRODUKSI

DI PT BINTANG ASAHI TEKSTIL INDUSTRI

Anda mungkin juga menyukai