Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ANGGRAENI EKA PUSPITASARI

NIM : C11800138

KELAS : S1 FARMASI 2A

‘’TUGAS KIMIA MEDISINAL’’

 Obat yang aktif dalam bentuk tidak terionisasi


Sebagian besar obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah, bentuk tidak
terionisasinnya dapat memberikan efek biologis. Hal ini kemungkinan bila kerja obat
terjadi di membran sel atau di dalam sel.
Contoh :
1. fenobarbital, turunan asam barbiturat yang bersifat asam lemah bentuk tidak
terionisasinya dapat menembus sawar darah otak dan dapat menimbulkan efek
penekanan fungsi sistem saraf pusat dan pernapasan.
Obat modern sebagian bersifat elektrolit lemah yaitu asam atau basa lemah, dan
drajat ionisasi atau bentuk ionisasi dan tidak terionisasinya di tentukan oleh nilai pKa
dan suasana pH lingkungan. Hubungan antara pKa dengan fraksi obat terionisasi dan
tidak terionisasi dari obat yang bersifat asam atau lemah.
Perubahan pH dapat berpengaruh terhadap sifat koefisiensi partisi obat. Garam dari
asam atau basa lemah bentuknya tidak terionisasinya mudah di absorbs oleh saluran
cerna, dan aktifitas biologis sesuai dengan kadar obat bebas yang terdapat dalam
cairan tubuh.
Pada obat yang bersifat bassa lemah, dengan meningkatnya pH, sifat ionisasi
bertambah kecil, bentuk tak terionisasinya semakin besar, sehingga jumlah obat yang
menembus membrane biologis bertambah besar pula. Akibatnya emungkinan obat
untuk berreaksi dengan reseptor bertambah besar dan aktifitas biologisnya semakin
meningkat.
Contoh :
2. Asam aromatic lemah seperti asam benzoate , asam salisilat dan asam mendelat ,
aktifitas bakterinya bertambah besar bila dalam media asam. Pada pH 3 aktifitas
anti bakteri asam benzoate 100 kali lebih besar disbanding aktifasi suasana netral.
3. Fenol, suatu senyawa asam lemah, memberikan gambaran hubungan perubahan
pH dengan aktifitas biologis yang berbeda. Pada Ph lebih kecil 4,5 aktifitas anti
bakterinya akan semakin meningkat , tetapi bila pH dinaikan lebih besar 4,5
aktifitas akan menurun. Hal ini terjadi sampai pada pH 10, pada pH lebih besar
10, aktifitas akan meningkat lagi karena fenol teroksidasi menjadi bentuk kuinon
yang juga mempunyai aktifitas bakteri cukup besar
4. Golongan 5,5-disubstitusi dari turunan asam barbiturate mempunyai nilai pKa 7-
8,5 contoh : asam 5,5-dietilbarbiturat ( fenobarbital) mempunyai pKa = 7,4. Pada
pH fisiologis lebih dari 50% fenobarbital terdapat dalam bentuk tidak terionisasi
sehingga dengan mudah menembus jaringan lemah dan menunjukan aktivitas
sebagai penekanan system saraf pusat.
Sifat keasaman turunan barbiturate di temukan oleh bentuk tautometri keto-enol
dan lakti-laktam

Hubungan perbahan pH dengan aktifitas biologis asam dan basa lemah

 Obat yang aktif dalam bentuk ion

Beberapa senyawa obat menunjukkan aktivitas biologis yang makin meningkat bila
derajat ionisasinya meningkat. Seperti diketahui dalam bentuk ion senyawa obat
umumnya sulit menembus membran biologis, sehingga diduga senyawa obat dengan
tipe ini memberikan efek biologisnya diluar sel.

Contoh:

1. aktivitas sulfonamida mencapai maksimum bila mempunyai nilai pKa 6-8. Pada


pKa tersebut sulfonamida terionisasi ±50%. Pada pKa 3-5, sulfonamida terionisasi
sempurna dan bentuk ionisasi ini tidak dapat menembus membran sehingga
aktivitas antibakterinya rendah.  Bila kadar bentuk ion kurang lebih sama dengan
kadar bentuk molekul pKa 6-8, aktivitas antibakterinya akan maksimal.
Hubunagn antara aktivitas antibakteri ( log 1/C ) terhadap Escherichia coli ( pada
Ph= 7) dan nilai pKa dari turunan sulfonamide

Menurut Cowles (1942), sulfonamida menembus membran sel bakteri dalam bentuk


tidak terionisasinya, dan sesudah mencapai reseptor yang bekerja adalah bentuk ion.

Contoh

2. Obat yang aktif daalam bentuk ion antara lain adalah turunan akridin.contoh :
akriflavin, aminakrin HCL dan proflavin
3. Obat yang aktif dalam dentuk ion antara lain ammonium kuartener

 Pembentukan khelat

Kelat adalah senyawa yang dihasilkan oleh kombinasi senyawa yang


mengandung gugus elektron donor dengan ion logam, membentuk suatu
struktur cincin. Gugus-gugus kimia yang dapat membentuk kelat antara lain
adalah gugus amin primer, sekunder dan tersier, oksim, imin, imin
tersebstitusi, tioter, keto, tioketo, hidroksil, tioalkohol, karboksilat, fosfonat,
dan sulfonat. Sebagai contohh adalah pembentukan kelat antara etilendiamin
tetraasetat (EDTA) dengan ion Ca.
Ligan adalah senyawa yang dapat membentuk struktur cincin dengan ion
logam karena mengandung atom yang bersifat elektron donor, sperti N, S, dan
O. Struktur cincin yang umum terdapat dan cukup stabil adalah struktur cincin
dengan jumlah atom 5 dan 6. Ligan mempunyai afinitas yang besar terhadap
ion logam, sehingga dapat menurunkan kadar ion logam yang toksis dalam
jaringan dengan membentuk kelat yang mudah larut dan kemudian diekresikan
melalui ginjal. Penggunaan ligan dalam bidang farmakologi antara lain
adalah :
1. Membunuh mikroorganisme parasit, dengan cara membentuk kelat dengan logam
esensial yang diperlikan untuk pertumbuhan sel (aksi bakterisida, fungisida, dan
virisida).
2. Untuk menghilangkan logam yang tidak diinginkan atau yang membahayakan
organisme hidup (antidotum keracunan logam).
3. Untuk studi fungsi logam dan metaloenzim pada media biologis.
Contoh :
1. Dimerkaprol ( British Anti-Lewisite=BAL)
Dimerkaprol mengandung gugus sulfhidril ( SH) yang dapat berinteraksi dengan
arsen organic, membentuk kelat yang mudah larut. Senyawa ini spesifik untuk
antidotum keracumanan arsen organic, logam,Au, Sb dan Hg.

Reaksi pembentukan dimerkaprol dengan arsen organik


2. (+) Penisilamin
Penisilamin adalah senyawa hasil hidrolisis pensilin dalam suasana asam, yang
di gunakan untuk autidotum kracunan logam Cu,Au, dan Pb. Penisilamin juga
digunakan untuk pengobatan penyakit Wilson suatu penyakit keturunan yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar ion Cu dalam darah karena terjadi
penurunan ekskresi ion Cu oleh berbagai macam sebab. Penisilamin dapat
berinteraksi dengan ion Cu membentuk kelat yang mudah larut dan kemudian di
ekskresikan.

Bentuk kelat penisilamin dengan ion Cu ++


3. Oksin (8-hidroksikuinolin)
Turunan oksin yang aktif sebagai antibakteri antara lain adalah 7-kloroksin,5-7-
diiodoksin (iodokuinol)5-klor-7-iodoksin ( vioform),4-azaoksin, 4-
hidroksiakridin, 5,6-benzooksin dan 6-hidroksi-m-fenantrolin
Penelitian menunjukkan bahwa turunan oksin dapat berfungsi sebagai
antibakteri karena kemampuan membentuk kelat dengan ion- ion logam Fe dan
Cu.kelat logam- oksin tersebut mengkatalis oksidasi gugus tiol asam
tiositat,suatu koenzim essensial yang diperlukan oleh bakteria untuk proses
oksidatif dekarboksilasi asam piruvat.bila tidak ada ion logam oksin tidak
bersifat toksin terhadap mikroorganisme. .
Oksin dapat menghambat pertumbuhan staphylococcus aurens yang dibiakan
pada media daging.
Tempat kerja turunnan oksin terdapat di dalam dinding sel dan pada membrane
sitoplasma bakteri. Bila tempat kerja ada didalam sel , diduga bahwa yang
mampu menembus dinding sel adalah bentuk khelat jenuh ( 1:3) didalam sel
khelat tersebut akan pecah menjadi bentuk khelat tidak jenuh ( 1:2) dan ( 1 : 1),
yang aktif sebagai antibakteri.

4. Isoniazid, tiasetazon, dan etambutol.


Isoniazid, tiasetazon, etambutol adalah obat anti tuberculosis ,dapat berinteraksi
dengan ion Cu++ serum membentuk kelat yang mudah larut dalam lemak ,
sehingga mudah menembus dinding sel Mycobacterium tuberculosis

Reaksi pembentukan kelat isoniazid dengan ion logam Cu++

5. Tetrasiklin
Tetrasiklin ,antibiotic dengan spectrum luas mengandung gugus hidroksil C3
yang bersifat asam dan amin tersier yang bersifat basa , dapat membentuk kelat
dengan ion Mg++ membrane sel bakteri, peningkatan lipofilik dari kelat
memudahkan penembusan kelat ke dalam membrane sel bakteri dan
menyebabkan gangguan gangguan sintesis protein di ribosom. Tetrasiklin juga
dapat membentuk kelat dengan logam – logam lain sehingga aktivitasnya akan
menurun bila di berikan bersama – sama dengan susu yang mengandung Ca++ ,
antasida yang mengandung ion Ca, Mg, dan Al atau sediaan yang mengandung
Fe.
Tetrasiklin dapat menyebabkan gigi menjadi kuning, terutama pada anak di
bawah usia 8 tahun karena membentuk kelat dengan ion Ca++ pada struktur
gigi.

Tetrasiklin

 Potensial redoks

Potensial redoks adalah ukuran kuantitatif kecenderungan senyawa untuk


memberi dan menerima elektron. Reaksi redoks adalah perpindahan elektron
dari satu atom ke atom molekul yang lain. Tiap reaksi pada organisme hidup
terjadi pada potensial redoks optimum, dengan kisaran yang bervariasi,
sehingga diperkirakan bahwa potensial redoks senyawa tertentu berhubungan
dengan aktivitas biologisnya.pengaruh potensial redoks tidak dapat diamati
secara langsung karena hanya berlaku untuk sistem keseimbangan ion tunggal
yang bersifat reversibel, sedang reaksi pada sel hidup merupakan reaksi yang
serentak, termasuk oksidasi ion tunggal yang bersifat reversibel adapula yang
ireversibel. Hubungan potensial redoks dengan aktivitas biologis secara umum
hanya terjadi pada senyawa dengan struktur dan sifat fisik yang hampir sama.
Pada sistem interaksi obat secara redoks, pengaruh sistem distribusi dan faktor
sterik sangat kecil.
Contoh:

1. Turunan kuinon
Menunjukan aktivitas antibakteri terhadap Staphyloccocus aureus
pada E0 antara (-) 0,10 sampai (+) 0,15 V dan aktivitas maksimum di
capai pada E0 = (+) 0,03 V
2. Sb dan As
Sb dan As menunjukan aktivitas terhadap Trypanosoma sp, pada E0
antara (-) 0,12 sampai (+) 0,06 V dan aktivitas tertinggi terjadi pada
E0 = (-) 0,01 V
3. Riboflavin
Ribfoflavin adalah koenzim factor vitamin, aktivitas biologisnya
bergantung pada kemampuan untuk menerima electron sehingga
tereduksi menjadi bentuk dihidronya. Reaksi ini terjadi pada E0 = (-)
0,185 V
 Surfaktan atau Tegangan Permukaan

Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena orientasi dan pengaturan molekul
pada permukaan larutan, dapat menurunkan tegangan permukaan. Strukur
surfaktan terdiri dari dua bagian yang berbeda, yitu bagian yang bersifat
hidrofilik atau polar dan bagian lipofilik atau non polar, sehingga dikatakan
surfaktan bersifat ampifilik.bila surfaktan dimasukkan kedalam air maka pada
permukaan akan teratur sedemikian rupa sehingga bagian non polar, ,isal
rantai hidrokarbon,, berorientasi ke fasa uap, sedang bagian polar, misal
gugus-gugus COOH, OH, NH2, dan NO2 berorientasi ke fasa air. Bila surfaktan
dimasukkan kedalam campuran pelarut polar dan non polar, maka pada batas
cairan polar dan non polar, bagian non polar berorientasi ke pelarut non polar,
sedang gugus polar berorientasi ke pelarut polar. Pada orientasi ini terlibat
ikatan van der waal’s, ikatan hidrogen dan ikatan ion-dipol.berdasarkan sifat
gugus yang dikandungnya, surfaktan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Surfaktan anionic
Surfaktan ionic mengandung gugus hidrofil yang bermuatan negative,dan
dapat berupa gugus karboksi ,sulfat, sulfonat atau fosfat.
Contoh : sabun K , sabun Na , Natrium stearate, Natrium laurilsulfat.

2. Surfaktan kationik
Surfaktan kationik mengandung gugus hidrofil yang bermuatan positif dan
dapat berupa gugus ammonium kuartener, biguanidin, sulfonium,
fosfonium, dan iodonium.

Contoh turunan ammoniumkuartener seperti setilpiridinium klorida,


benzotonium klorida,benzalkonium klorida dan setavlon , serta turunan
biguanidin, seperti heksaklorofen
3. Surfaktan non ionic
Surfaktan ini tidak terionisasi dan mengandung gugus – gugus hidrofil dan
lipofil yang lemah sehingga larut atau dapat terdispersi dalam air. biasanya
adalah gugus polioksietilen eter dan polyester alcohol.
Contoh : polisorbat 80, span 80 dan gliserilmonostearat.
4. Surfaktan amfoterik.
Surfaktan amfoterik mengandung dua gugus hidrofil yang bermuatan
positif ( kationik ) dan negative ( ionic )
Contoh : N – lauril – β- aminopropionat dan miranol .
Surfaktan juga mempengaruhi absorbs obat. Aktivitas surfaktan terhadap
absorbs obat tergantung pada :
a. Kadar surfaktan
b. Struktur kimia surfaktan
c. Efek surfaktan terhadap membrane biologis
d. Efek farmakologis surfaktan
e. Adanya interaksi surfaktan dengan bahan - bahan pembawa atau
bahan obat.

Anda mungkin juga menyukai