▪ Turunan akridin
▪ Turunan amonium kuartener
B. PEMBENTUKAN KHELAT DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS
▪ Ligan adalah senyawa yang dapat membentuk
struktur cincin dengan ion logam karena
mengandung atom yang bersifat elektron donor,
seperti N, S dan O. Struktur cincin yang umum
terdapat dan cukup stabil adalah struktur cincin
dengan jumlah atom 5 dan 6.
▪ Khelat adalah senyawa yang dihasilkan oleh
kombinasi senyawa yang mengandung gugus
elektron donor dengan ion logam, membentuk suatu
struktur cincin.
Contoh ligan dalam sistem biologis
Ligan mempunyai afinitas yang besar terhadap ion logam,
sehingga dapat menurunkan kadar ion logam yang toksik dalam
jaringan dengan membentuk kelat yang mudah larut dan
kemudian dieksresikan melalui ginjal. Contoh ligan :
▪ Asam amino protein, seperti glisin, sistein, histidin, histamin
dan asam glutamat.
▪ Vitamin, seperti riboflavin dan asam folat.
▪ Basa purin, seperti hipoxantin dan guanosin.
▪ Asam trikarboksilat, seperi asam laktat dan asam sitrat.
Logam yang berperan dalam sistem biologis adalah : Fe,
Mg, Cu, Mn, Co dan Zn
Contoh khelat dalam sistem biologis
▪ Khelat yang mengandung logam Fe
a. Enzim forfirin = katalase, peroksidase
b. Enzim non forfirin = aldolase, feritin
c. Molekul transfer oksigen = hemoglobin
▪ Khelat yang mengandung logam Cu
Enzim oksidase = asam askorbat oksidase, tirosinase,
polifenol oksidase.
▪ Khelat yang mengandung logam Mg
Beberapa enzim proteolitik, fosfatase, karboksilase
▪ Khelat yang mengandung logam Mn
oksaloasetat dekarboksilase, arginase dan prolidase
▪ Khelat yang mengandung logam Zn
Penggunaan ligan dalam farmakologi
1. Dimerkaprol
2. Penisilamin
3. Oksin
4. Isoniazid, tiasetazon dan etambutol
5. Tetrasiklin
Beberapa kelat dapat digunakan untuk
pengobatan penyakit tertentu.
1. Sisplatin
2. Kompleks Tembaga (kupralen, alkuprin dan dikuprin).
C. POTENSIAL REDOKS DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS
▪ Potensial redoks adalah ukuran kuantitatif kecenderungan
senyawa untuk memberi dan menerima elektron.
▪ Hubungan kadar oksidator dan reduktor ditunjukkan oleh
persamaan Nernst sebagai berikut :
Eh = Eo - 0,06/n x log (Oksidator)/(Reduktor)
Eh = potensial redoks yang diukur
Eo = potensial redoks baku
n = jumlah elektron yang berpindah
0,06 = tetapan termodinamik pemindahan 1 elektron
(30 C).
Reaksi redoks adalah perpindahan elektron dari
satu atom ke atom molekul yang lain. Tiap reaksi
pada organisme hidup terjadi pada potensial redoks
optimum, dengan kisaran yang bervariasi sehingga
diperkirakan bahwa potensial redoks senyawa
tertentu berhubungan dengan aktivitas biologisnya.
Pengaruh potensial redoks tidak dapat diamati
secara langsung karena hanya berlaku untuk sistem
keseimbangan ion tunggal yang bersifat reversibel,
sedang reaksi pada sel hidup merupakan reaksi yang
serentak, termasuk oksidasi ion dan non ion.
Hubungan potensial redoks dengan aktivitas
biologis secara umum hanya terjadi pada senyawa
dengan struktur dan sifat fisik yang hampir sama.
Pada sistem interaksi obat secara redoks, pengaruh
sistem distribusi dan faktor sterik sangat kecil.
Contoh :
▪ Turunan kuinon
▪ Sb dan As
▪ Riboflavin
D. AKTIVITAS PERMUKAAN DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS
Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena
orientasi dan pengaturan molekul pada permukaan
larutan, dapat menurunkan tegangan permukaan.
Struktur surfaktan terdiri dari dua bagian yang
berbeda, yaitu bagian yang bersifat hidrofilik atau
polar dan bagian lipofilik atau non polar, sehingga
dikatakan surfaktan bersifat ampifilik.
Berdasarkan sifat gugus yang dikandung,
surfaktan dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu :
1. Surfaktan anionik
mengandung gugus hidrofil yang bermuatan negatif, dan dapat berupa
gugus karboksil, sulfat, sulfonat atau fosfat.
2. Surfaktan kationik
mengandung gugus hidrofil yang bermuatan positif, dan dapat berupa
gugus amonium kuartener, biguanidin, sulfonium, fosfonium dan
iodonium.
3. Surfaktan non ionik
surfaktan ini tidak terionisasi dan mengandung gugus-gugus hidrofil
dan lipofil yang lemah sehingga larut atau terdispersi dalam air.
4. Surfaktan amfoterik
mengandung dua gugus hidrofil yang bermuatan positif (kationik) dan
negatif (anionik).
Aktivitas surfaktan terhadap absorbsi obat
tergantung pada :
▪ Kadar surfaktan
▪ Struktur kimia surfaktan
▪ Efek surfaktan terhadap membran biologis
▪ Efek farmakologis surfaktan
▪ Adanya interaksi surfaktan dengan bahan-bahan pembawa
atau bahan obat.