- Fasa farmasetik
Bentuk sediaan
per oral, rektal
Saluran cerna
(pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif)
Absorpsi
(ketersediaan hayati)
Toksisitas
Protein plasma bioaktivasi
bioinaktivasi
Ekskresi Metabolisme
Obat bebas masuk ke peredaran
darah, kemungkinan mengalami
proses
1. Obat disimpan dlm depo jaringan
2. Obat terikat oleh protein plasma, teruta
ma albumin
3. Obat aktif dlm btk bebas berinteraksi dgn
reseptor sel khas rb.
4. Obat mengalami metabolisme
5. Obat dlm btk bebas langsung diekskresi
kan
Metabolisme dgn bbrp jalur
kemungkinan :
1. Obat mula-mula tdk aktif, stlh
dimetaboli sis menjadi aktif, kmd
berinteraksi dgn reseptor,
2. menimbulkan rb (bioaktivasi)
litOygbalbthakptoifladrim&etdakboalkistifs,mkmednjaddieikskresi
kamne(tbaibooinaktivasi)
3. Obat aktif dimetabolisis menjadi metabo
lit yg bersifat toksik (biotoksifikasi)
Stlh masuk ke sistem peredaran
darah
• Hanya sbgn kcl mol obat yg tetap utuh & men
capai reseptor pd jaringan sasaran (target)
• Sbgn besar obat berubah atau terikat pd
biopolimer
• Site of loss (sisi kehilangan) : tempat di mana
obat berubah atau terikat shg tdk dpt mencapai
reseptor
• Contoh site of loss : protein darah, depo-depo
penyimpanan, sistem enzim
Depo penyimpanan
• Sisi kehilangan yg berfungsi sbg tempat penyim
panan obat sblm berinteraksi dgn reseptor
• Ikatan Obat-Depo penyimpanan bersifat terpulih
kan (reversible)
• Bila kadar obat dalam darah menurun, maka
obat dilepas kembali ke cairan darah
• Depo penyimpanan : jaringan lemak, hati, ginjal
dan otot
Absorpsi obat melalui saluran cerna
terutama tergantung pada :
• Ukuran partikel mol obat
• Kelarutan obat dlm lemak/air
• Derajat ionisasi
Hubungan perubahan pH dengan % bentuk molekul
Asam lemah Basa lemah
100
% Bentuk
Molekul
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
Ar-NH2 Ar-NH2
Lambung
(pH = 1 - 3) +
Ar-NH 3
Ar-NH 3+
+
Ar-NH 3
Usus
(pH = 5 - 8)
Ar-NH2 Ar-NH2
Basa
Anilin 4,6 6 56 40 61
p-Toluidin 5,3 0 47 30 64
Aminopirin 5,0 - - 21 52
Kuinin 8,4 - 18 9 54
Be nzalkonium klorida - 0 0 0 0
Hubungan koefisien partisi kloroform/air (P) dan
prosen absorpsi bentuk molekul asam dan basa
Tiopental 100 67
Anilin 26,4 54
Asetanilid 7,6 43
Asetosal 2,0 21
Asam barbiturat 0,008 5
Manitol < 0,002 <2
5 5'
R 3,5 3’,5’ R’ Te tapan Persyaratan
No. Penggabungan
H I, I I, I CH2-CH(NH2)-COOH 500.000 a, b, c, d(+)
1
H I, I I, I CH2-CH2-COOH 160.000 a, b, c, d(+)
2
H I, I I, I CH2-COOH 100.000 d (-)
3
H I, I I, I COOH 72.000 d (-)
4
H I, I I, I CH2-CH2-NH2 32.000 d (-)
5
CH3 I, I I, I CH2-CH(NH2)-COOH 20.000 c (-)
6
H Cl, Cl Cl, Cl CH2-CH(NH2)-COOH 23.000 b (-)
7
H I, H I, I CH2-CH(NH2)-COOH 24.000 b (-)
8
H H, H I, I CH2-CH(NH2)-COOH 6.000 b (-)
9
H H, H H, H CH2-CH(NH2)-COOH 660 b (-)
10
Fungsi kompleks obat-protein :
1. Transpor senyawa biologis, contoh : pengangkutan O2 oleh
hemoglobin, Fe oleh transferin dan Cu oleh seruloplasmin.
2. Detoksifikasi keracunan logam berat, contoh : pada keracunan Hg,
Hg diikat secara kuat oleh gugus SH protein sehingga efek toksisnya
dapat dinetralkan.
3. Meningkatkan absorpsi obat, contoh : dikumarol diabsorpsi dengan
baik di usus karena dalam darah obat diadsorpsi secara kuat oleh
protein plasma.
4. Mempengaruhi sistem distribusi obat membatasi interaksi obat
dengan reseptor, menghambat metabolisme dan ekskresi obat
memperpanjang masa kerja obat.
Contoh : suramin, obat antitripanosoma, dosis tunggal diberikan
secara I.V., mencegah serangan penyakit tidur selama 2-3 bulan,
karena ukuran molekul besar tidak dapat melewati filtrasi
glomerulus dan ikatan kompleks suramin-protein plasma cukup kuat
kompleks terdisosiasi dengan lambat, melepas obat bebas sedikit
demi sedikit.
Interaksi Obat dengan Jaringan
Obat dapat berinteraksi dengan jaringan membentuk
depo di luar plasma darah
Contoh : Klorpromazin, kadar dalam jaringan otak dan
plasma darah (501 : 11)
Selektif
permeabel
Obat terikat = 500 Obat terikat = 10
Obat terikat
Kadar
total
Obat bebas
KEM
Obat A Obat B
Obat B
Obat A
+
Obat A bebas
Contoh:
1. Turunan fenilbutazon, kumarin dan asam salisilat dapat mendesak
turunan sulfonamida dari ikatannya dengan albumin. Sulfonamida
yang terbebaskan menimbulkan efek antibakteri lebih lanjut.
2. Asam salisilat dosis tinggi dapat mendesak tiroksin dari ikatannya
dengan protein plasma. Tiroksin yang terbebaskan berinteraksi
dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis.
Obat tertentu dapat berikatan secara irreversible dengan
mineral dalam struktur tubuh merugikan.
Contoh :
• Tetrasiklin dapat menyebabkan warna gigi menjadi
kuning permanen bila diberikan pada anak < 8 tahun
karena membentuk kompleks dengan ion Ca struktur
gigi.
Contoh :
• Fisostigmin, penghambat enzim asetilkolinesterase, dapat
menghambat pemecahan asetilkolin pada reseptor khas
terjadi akumulasi asetilkolin dalam tubuh respons
kolinergik (+).
• Asetazolamid, penghambat enzim karbonik anhidrase,
dapat menghambat pembentukan H2CO3 jumlah H+
sebagai pengganti Na+ dalam tubulus renalis . Na+ yang
tidak reabsorpsi dikeluarkan + air efek diuresis (+).
Interaksi Obat dengan Reseptor
Reseptor obat : makromolekul jaringan sel, mengandung
gugus fungsional atau atom-atom terorganisir, reaktif secara
kimia dan bersifat khas, dapat berinteraksi secara reversibel
dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional
khas, menghasilkan respons biologis.
Bila mikromolekul obat berinteraksi dengan gugus fungsional
makromolekul reseptor, timbul energi yang berkompetisi
dengan energi yang menstabilkan reseptor, terjadi perubahan
struktur dan distribusi muatan molekul, menghasilkan
makromolekul dengan bentuk konformasi baru memicu
modifikasi fungsi organ khas respons biologis (+).
Respon biologis merupakan perbedaan utama antara
interaksi khas dan interaksi yang tidak khas.
afinitas efikasi
O + R Kompleks (OR) Respons biologis
Obat Reseptor
P ar u
K Saluran cerna
R Empedu Glomerulus
E P e n ya r i n g a n ultra
Siklus e n t e r o h e p a t i k ( o b a t terionisasi ,
S H id ro filik
s u k a r larut lemak )
I bakteri
Tubulus
Lipofilik
Ekskresi
Usus besar
O ( t r a n s p o r aktif )
B Reabsorpsi
( o b a t t a k terionisasi,
A m u d a h larut lemak )
T in ja U rin
Obat (elektrolit lemah) pada urin normal (pH = 4,8-7,5)
terdapat dalam bentuk tidak terdisosiasi, mudah larut
dalam lemak mudah direabsorpsi oleh tubular.
Obat asam lemah, as. salisilat, fenobarbital, nitrofurantoin,
asam nalidiksat, asam benzoat dan sulfonamida, ekskresi
bila pH urin dibuat basa, dan bila pH urin dibuat asam.
Contoh : t1/2 sulfaetidol (asam lemah) pada pH urin 5
11,5 jam, pada pH urin = 8 t1/2 menjadi 4,2 jam.
Obat basa lemah, ekskresi bila pH urin dibuat asam,
dan bila pH urin dibuat basa.
Contoh : kuinakrin, klorokuin, prokain, meperidin, kuinin,
amfetamin, imipramin, amitriptilin dan antihistamin.
Asam kuat dengan pKa < 2,5 , dan basa kuat dengan pKa
> 12, terionisasi sempurna pada pH urin eksresi tidak
terpengaruh oleh perubahan pH.
TTEERRIIMMAAKAKSAIHS…IH…