Anda di halaman 1dari 5

1. Banyak reaksi biologis yang diketahui melibatkan ion logam.

Terdapat juga berbagai logam yang dikenal sebagai unsur-unsur esensial, walaupun perannya dalam organisme hidup masih belum jelas. Bioanorganik, yakni studi fungsi logam dalam sistem biologis dengan menggunakan pengetahuan dan metoda kimia anorganik telah berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Berikut adalah daftar zat boaktif khas yang mengandung logam: pembawa elektron. Fe: sitokrom, protein besi-belerang. Cu: protein tembaga biru. senyawa penyimpan logam. Fe: feritin, transferin. Zn: metalotionin. bahan pentransport oksigen. Fe: hemogloblin, mioglobin. Cu: hemosianin. fotosintesis. Mg: khlorofil hidrolase. Zn: karboksilpeptidase, Mg: aminopeptidase. oksidoreduktase. Fe: oksigenase, hidrogenase. Fe, Mo: nitrogenase. isomerase. Fe: akonitase. Co: koenzim vitamin B12.

5. Reaksi oksidasi dalam sistem hidup sangat penting, dan banyak studi sistem ini telah dilakukan. Khususnya, mekanisme transport gas oksigen oleh hemoglobin dan oksidasi mono-oksigen oleh senyawa besi-porfirin yang disebut P-450 telah dipelajari dengan detail. Transport gas oksigen, yang telah dipelajari beberapa tahun dideskripsikan di bawah ini. Besi dalam hemoglobin porfirin dan mioglobin dan senyawa tembaga hemosianin terlibat dalam transport gas oksigen dalam sel organisme hidup. Dasar fungsi transport ini adalah ikatan dan disosiasi reversibel antara oksigen dengan ion besi atau tembaga. Agar dapat melakukan fungsi ini, logam harus dalam bilangan oksidasi dan lingkungan yang cocok untuk koordinasi oksigen yang reversibel. Senyawa hemoglobin porfirin besi didapatkan dalam darah merah manusia dan beberapa hewan. Hemoglobin memiliki struktur besi heme dan empat satuan porfirin yang berkombinasi dengan protein globin. Dioksigen yang ditransport dalam darah dikoordinasikan pada ion Fe(II) dalam satuan heme tersebut. Ion Fe (II) dalam keadaan penta-koordinat dengan empat atom nitrogen porfirin dan atom nitrogen histidin polipeptida, dan menjadi heksa-koordinat ketika dioksigen berkoordinasi dengan ion tersebut. Keadaan spin besi akan berubah dari spin tinggi ke rendah dengan berkoordinasinya oksigen. Fe(II) spin tinggi akan ada di atas bidang porfirin karena ion ini terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam ruang yang tersedia. Ketika ion Fe(II) menjadi spin rendah dengan koordinasi oksigen, ukuran ini akan menurun dan kini dapat masuk dalam ruang cincin porfirin. Pergerakan tingkat molekular ini telah menarik minat riset efek alosterik karena pergerakan ini akan mempengaruhi keseluruhan protein melalui histidin yang terkoordinasi dan menentukan ikatan tertentu dalam molekul dioksigen. Oksidasi ion Fe(II) dalam molekul heme dicegah oleh protein, dan hila besi heme diambil dari protein, ion Fe(II) akan dioksidasi menjadi Fe(III), dan dua cincin porfirin dijembatani oleh peroksida -O22-, yang akhirnya menjadi struktur -O2. Bila heme dalam keadaan ini, heme akan kehilangan kemampuan berkoordinasi dengan molekul oksigen. Berdasarkan fenomena ini, porfirin sintetik yang dapat secara reversibel berkoordinasi dengan oksigen dengan menekan dimerisasi besi porfirin telah dikembangkan, dan dinamakan porfirin pagar piket, karena bentuk tiga dimensinya.

6. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama. Sebagai contoh: X + C XC (1) Y + XC XYC (2)
[1][2]

XYC CZ (3) CZ C + Z (4) Meskipun senyawa katalis dapat berubah pada reaksi awal, pada reaksi akhir molekul katalis akan kembali ke bentuk semula.

Golongan Enzim Karbohidrase Golongan enzim ini terdiri atas beberapa jenis enzim antara lain: 1. Enzim selulose yang berperan mengurai selulosa atau polisakarida menjadi senyawa selabiosa atau disakarida. 2. Enzim amylase yang berperan mengurai amilum atau polisakarida menjadi senyawa maltosa, yakni senyawa disakarida. 3. Enzim pektinase yang berfungsi mengurai petin menjadi senyawa asam pektin. 4. Enzim maltosa yang berfungsi mengurai maltosa menjadi senyawa glukosa. 5. Enzim sukrosa yakni enzim yang berperan mengubai sukrosa menjadi senyawa glukosa dan juga fruktosa. 6. Enzim laktosa yakni enzim yang berperan mengubah senyawa laktosa menjadi senyawa glukosa dan juga galaktosa. Golongan Enzim Protase Adapun macam-macam enzim yang masuk ke dalam golongan ini antara lain: Enzim pepsin yang berperan memecah senyawa protein menjadi senyawa asam amino. 1. Enzim tripsin yakni enzim yang berperan mengurai pepton menjadi senyawa asam amino. 2. Enzim entrokinase yakni enzim yang berperan mengurai senyawa pepton menjadi senywa asam amino. 3. Enzim peptidase, enzim berperan dalam mengurai senyawa peptide menjadi senyawa asam amino. 4. Enzim renin, berperan sebagai pengurai senyawa kasein dan juga susu. 5. Enzim gelatinase, berperan dalam mengurai senyawa gelatin. Golongan Enzim Esterase Macam-macam enzim yang masuk ke dalam golongan yang satu ini antara lain: 1. Enzim lipase, berperan dalam mengurai lemak menjadi senyawa gliserol dan juga asam lemak. 2. Enzim fostatase, berperan dalam mengurai suatu ester dan mendorong terjadinya pelepasan asam fosfor.
7. Fiksasi Nitrogen adalah Reaksi yang mengubah nitrogen di udara menjadi amonia adalah dasar kehidupan. Fiksasi nitrogen, reaksi yang mengikat nitrogen di atmosfer menjadi amonia, dilakukan oleh Rhizobium di akar tumbuhan polong-polongan atau oleh bakteri di alga dalam atmosfer anaerobik. Semua hewan, tanaman, termasuk manusia, bergantung pada fiksasi nitrogen biologis untuk mendapatkan nitrogen bagi penyusunan protein dan senyawa lain yang mengandung nitrogen sebelum ada proses Harber-Bosch. + 8 H+ + 8 e + 16 MgATP 2 NH3 + H2 +16 MgADP + 16Pi (Pi adalah fosfat anorganik). Suatu enzim yang dinamakan nitrogenase mengkatalisis reaksi ini. Nitrogenase mengandung protein besi-belerang dan besi-molibdenum, dan mereduksi nitrogen dengan koordinasi dan transfer elektron dan proton secara kooperatif, dengan menggunakan MgATP sebagai sumberenergi. Karena pentingnya reaksi ini, usaha-usaha untuk mengklarifikasi struktur nitrogenase dan mengembangkan katalis artifisial untuk fiksasi nitrogen telah dilakukan secara kontinyu selama beberapa tahun. Barubaru ini, struktur pusat aktif nitrogenase yang disebut dengan kofaktor besi-molibdenum telah ditentukan dengan analisis kristal tunggal dengan sinar-X (Gambar 8.2).
2

Menurut hasil analis ini, strukturnya memiliki kluster Fe3MoS4 dan Fe4S4 yang dihubungkan melalui S.

Dipercaya bahwa dinitrogen diaktivasi dengan koordinasi antara dua kluster. Di pihak lain, bagian yang disebut dengan kluster p yang terdiri dari dua kluster Fe4S4 clusters. Peran dan mekanisme reaksi kedua kluster ini belum jelas.

8. kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Non esensial timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al) Tabel 2. Peran mineral mikro esensial dalam tubuh. Mineral Besi (Fe Fungsi Membentuk hemoglobin dan mioglobin, bagian dari susunan enzim Eritropoiesis Co enzim, fungsi jantung yang baik, pigmentasi bulu, reproduksi Sumber Telur, tanah, makanan hijauan dan butiran, injeksi besi, babi, FeSO4 susunan Bahan makanan dan CuSO4(0,250,50%) CuSO4 ditambahkan pada garam

Tembaga (Cu)

Iodin (I)

Kobalt (Co)

Seng (Zn)

Membentuk hormon trioksin Garam beriodin (kalium iodida tiroksin dan kelenjar tiroksin sebagai komponen esensial pada garam, minyak ikan) Bagian dari vitamin B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia), 0,50 ppm garam kobalt ditambahkan pada ransom (injeksi vitamin B12 untuk menghilangkan defisiensi kobalt) Carbonic anhydrase ZnO atau ZnCO3 ditambahkan pada ransum pakan hijauan Defisiensi Anemia kelelahan, Malnutrisi, neutropenia Gejala

Tabel 3. Defisiensi logam mikro esensial dalam tubuh. Mineral Besi (Fe) Tembaga (Cu)

Diarrhea, nafsu makan hilang anemia, Nafsu makan terganggu, pertumbuhan terhambat,

diarrheaosteomalesi, rambut dan bulu memucat, jalan ataxis Iodin (I) Produksi tiroksin pada Pembesaran leher pada glandula tiroid menurun anak sapi dan domba, pembengkakan pada leher gondok, anak babi tanpa bulu dan anak domba tanpa wol, anak sapi daya hidup tidak ada Defisiensi vitamin B12 Kehilangan nafsu makan, kelemahan, kekurusan, bulu kasar, anemia, kerusakan reproduksi Penyakit genetik, stress, Pertumbuhan terganggu, traumatik imunitas parakeratosis pada, depresi anorexia babi, peradangan pada hidung dan mulut pada anak sapi, ayam bulu kasar, daya tetes rendah

Kobalt (Co)

Seng (Zn)

KERACUNAN MINERAL MIKRO ESENSIAL Keracunan logam sering dijumpai pada ternak akibat pencemaran lingkungan oleh logam berat, seperti penggunaan pestisida, pemupukan, dan pembuangan limbah pabrik. Keracunan logam terutama menyebabkan kerusakan jaringan. Beberapa logam mempunyai sifat karsinogenik (memacu pembentukan sel kanker) maupun tetratogenik (bentuk organ salah) (Darmono 2001). Daya racun logam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kadar logam yang termakan, lamanya ternak mengkonsumsi logam, umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan, kondisi tubuh, dan kemampuan jaringan tubuh dalam mengkonsumsi logam tersebut (Tokarnia et al. 2000). Logam yang dapat meracuni ternak meliputi logam esensial seperti Cu dan Zn serta logam nonesensial seperti Hg, Pb, Cd, dan As. Keracunan logam pada hewan dapat terjadi melalui injeksi, air minum maupun melalui pakan. Keracunan logam mempengaruhi produksi, yaitu penurunan bobot badan, hambatan pertumbuhan, peka terhadap penyakit infeksi, dan kematian. Di samping itu, residu logam dapat menurunkan kualitas produk ternak (Puls 1994; Darmono 1995; 2001). Walaupun tembaga merupakan logam esensial, logam tersebut berpeluang besar menimbulkan keracunan pada ternak ruminansia terutama domba karena ternak tersebut paling peka terhadap keracunan tembaga. Keracunan tembaga terjadi bila logam tersebut langsung kontak dengan dinding usus sehingga menimbulkan radang (gastroenteristis), tinja berbentuk cair dan berwarna biru-kehijauan, ternak menjadi stres dan akhirnya mati (Parada et al. 1987; Baker et al. 1991; Darmono 2001; Yost et al. 2002). Menurut Bostwick (1982), keracunan kronis atau fatal terjadi bila domba mengkonsumsi 1,50 g Cu/ekor/ hari selama 30 hari. Keracunan kronis bersumber dari pakan yang terkontaminasi Cu atau kelebihan Cu yang disimpan dalam hati. Keracunan kronis politogenus dapat terjadi pada hewan yang merumput di padang penggembalaan yang hijauannya mengandung Cu normal (1020 mg Cu/kg berat kering), tetapi kandungan sulfatnya berlebih dan atau kandungan molybdenum (Mo) kurang (Tokarnia et al. 2000; Darmono 2001). Keracunan seng sering dijumpai pada hewan yang hidup di daerah tercemar atau dekat dengan limbah pabrik. Pada anak kuda dan babi, keracunan seng menyebabkan lamenes, antriftines, dan osteomalasea, sedangkan pada kelinci menunjukkan gejala

nefrosis dan pada anak domba menyebabkan fibrosis pankreas. Kuda yang hidup di daerah pertambangan menunjukkan gejala osteomalasea, kalkulis renalis, dan proteinuria (Sandstead et al. 1998; Brown et al. 2002). Eamens et al. (1984) melaporkan bahwa anak kuda yang digembalakan pada padang rumput yang dekat daerah industri menunjukkan gejala pembentukan tulang abnormal yaitu pembesaran tulang. 9. Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah. Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Pembentukan hujan asam Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai