Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIOKIMIA

Dosen Pengampu : Baiq Rapika Nurul Furqon, M.Si

Parameter Kinetika Enzim dan Reaksi Enzimatis

Di Susun Oleh kelompok-2


1. Amrina Rosyada (2008060003)
2. Baiq Rina Susmayunita (2008060005)
3. Nurul Aeni Haida (2008060025)
4. Nurlisa Muhammad Saleh (2008060028)

FAKULTAS KESEHATAN STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
2020/2021
A. Pengertian Enzim dan Apoenzim
Enzim adalah biomolekum yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Baia zat ini tidak adamaka proses-
poses tersebut akan terjadi lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Hampir semua nzim
merupakan protein. enzim adalah biokatalisator yang artinya dapat mempercepat reaksi-reksi
biologi tanpa mengalai perubahan struktur kimia. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim,
molekulawal reaksi ditersebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi
mollekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan
enzim agaar dapat berlangsungdengan cepat.
Menurut Kuhne (1878) enzim bersal dari kata in+zyme yang berarti sesuatu didalam ragi.
Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah siuatu protein yang berupa
molekul-molekul besar. Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut
dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi
nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng atau suatu bahan
senyawa organik yang mengandung logam.
Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut haloenzim, tetapi
ada juga bagian ennzim yang apoenzim dan gugus prostetiknya tidak menyatu. Bagian gugus
prostetik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugs prostetik. Contoh
koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya; vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).
B. Kofaktor (Aktifator, Gugus Prostetik dan Koenzim)
Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada enzim yang
ternyata hanya tersusun dari protein saja. Misalnya pepsin dan tripsin. Tetapi ada juga enzim-
enzim yang selain protein juga memerlukan komponen selain protein. Komponen selain protrin
pada enzim dinamakan kofaktor. Koenzim dapat merupakan ion logam/metal, atau molekul
organik yang dinamakan koenzim. Gabungan antara bagian protein enzim (apoenzim) dan
kofaktor dinamakan haloenzim.
Enzim yang memerlukan ion logam sebagai kofaktornya dinamakan metaloenzim. Ion
logam ini berpungsi untuk menjadi pusat katalis primer menjadi tempat untuk mengikat subtrak,
dan sebagai stabilisator enzim tetap aktif.
Beberapa enzim yang mengandung ion logam sebagai kofaktornya:
Ion Logam Enzim
2+
Zn Alkohaol dehidrogenase
Karbonat anhidrase
Karboksipeptidase
Mg2+ Fosfohidrolase
Fosfotrasferase
Fe2+/Fe3+ Sitokrom
Peroksida
Cu2+/Cu+ Katalase
K+ Feredoksin
Na+ Tirosine
Sitokrom Oksidase
Piruvat Kinase (juga memerlukan Mg2+)
Membrane sel ATPase (juga memerlukan K+ dan Mg2+)

1. Aktifator
Aktifator dapat mempercepat jalannya reaksi karena aktifator adalah zat penggiat, contoh
aktifator enzim adalah ion Mg, Ca, zat organik seperti KoA.
2. Gugus Prostetik
Guugus prostetik yaitu bagian enzim yang tidak tersusun dari protein, tetapi dari ion-ion
logam atau molekul-molekul organik yang disebut koenzim. Molekul gugus prostetik
lebih kecil dan tahan panas (termostabil), ion-ion logam yang menjadi kofaktor berperan
sebagai stabilisator agar enzim tetap aktip. Koenzim yang terkenal pada rantai
pengangkutan elektron (respirasi sel), yaitu NAD (nikotinamid adenin dinukleotida),
FAD (flavin adenin dinukleotida), sitokrom.
Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung
didalam sel. Walaupun enzim dibuat didalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katais
tidak harus berada didalam sel. Reaksi yang dikendalikan oleh enzim antara lain ialah
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, kontraksi otot, fiksasi, nitrogen dan
pencernaan.
3. Koenzim
Dalam peranannya, enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain protein.
Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai pemindah
hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugus kimia tertentu (“ group trasferring”) dan
koenzim dari isomerase dan liase.

No Kode Singkatan Dari Yang Dipindahkan


.
1. NAD Nikotinamida-adenina diniukleotida Hidrogen
2. NADP Nikotinamida-adenina dinukleotida fosfat Hidrogen
3. FMN Flavin monokleotida Hidrogen
4. FAD Flavin-adenina dinukleotida Hidrogen
5. Ko-Q Koenzim Q atau Quinon Hidrogen
6. Sit Sitokrom Elektron
7. Fd Ferredoksin Elektron
8. ATP Adenosina trifosfat Gugus fosfat
9. PAPS Fosfoadenil sulfat Gugus sulfat
10. UDP Uridina difosfat Gula
11. Biotin Biotin Karboksil (CO2)
12. Ko-A Koenzim A Asetil
13. TPP Tiamin pirofosfat C2aldehida
C. Cara Kerja Enzim
Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan
enzim induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa peduli
apakah ssubstratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim yang dibentuk
karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu yang lain. Misalnya pembentukan
enzim beta-galaktosida pada Escherichia coli yang diinduksi oleh laktosa sebagai substratnya.
Tetapi ada senyawa lain juga dapat menginduksi enzim tersebut walaupun tidak merupakan
substratnya, yaitu melibiosa. Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-
galaktosidasa tidak disintesis, tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau
melibiosa.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi
dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian
besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu
macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang
bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim a-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan
pati menjadi glukosa.

Gambar 1.1 Cara Kerja Enzim


Ada dua cara kerja enzim, yaitu: model kunci gembok dan induksi pas.
a. Model kunci gembok (block and key)
Enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang
dapat berkaitan dengan substrat bagian tersebut disebut sisi aktif. Substrat
dimisalkan sebagai kunci karena dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif
enzim ( gembok).
b. Induksi Pas ( Model Induced Fit)
Enzim diibaratkan dapat melakukan penyesuaian bentuk untuk berikatan dengan
suatu substrat. Hal ini ditunjukkan untuk meningkatkan kecocokan dengan
substrat dan membentuk ikatan antara enzim dan substrat menjadi lebih reaktif.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah temperatur, derajat
keasaman (pH), konsentrasi enzim dan substrat, kofaktor dan inhibitor. Tiap enim memerlukan
suhu dan pH (tingkat keasaman ) optimum yang berbeda-beda, karena enzim adalah protein ,
yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Diluar suhu atau pH
yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami
kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim
juga dipengruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim,
sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah
inhibitor enzim.
Faktor-faktor tersebut diantarany:
a. Temperatur
Enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap temperatur.
Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Temperatur yang terlalu
rendah dapat menghambat reaksi. Pada umumnya temperatur optimum enzim adalah 30-400C.
Kebanyakan enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai 0c, namun enzim tidak
rusak, bila suhu normal maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah, namun
rusak diatas suhu 500c.
b. Perubahan pH
Enzim juga sangat terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat mempengaruhi
perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi
dengan substratnya. pH optimum yang diperlukan berbeda-beda tergantung jenis enzimnya.
c. Konsentrasi Enzim dan Substrat
Agar reaksi berjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat
harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan berjalan lambat
bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi. Semakin banyak enzim, reaksi akan semakin cepat.
d. Inhibitor Enzim
Seringkali enzim dihambat oleh suatu zat yang disebut inhibitor, ada dua jenis
inhibitor yaitu sebagai berikut:
1. Inhibitor kompetitif
Pada penghambatan ini zat-zat penghambat mempunyai struktur yang mirip
dengan struktur substrat. Dengan demikian baik substrat maupun zat penghambaat
berkompetisi atau bersaing untuk bersatu dengan sisi aktif enzim, jika zat
penghambat lebih dulu berikatan dengan sisi aktif enzim, maka substratnya tidak
dapat lagi berikatan dengan sisi aktif enzim.
2. Inhibitor nonkompetitif
Pada penghambatan ini, substrat sudah tidak dapat berikatan dengan kompleks
enzim-inhibitor, karena sisi aktif enzim berubah.
 ENZIM KINETIKA:
• Laju reaksi dikatalisis oleh enzim E
A+B↔P
didefinisikan sebagai
-Δ[A] atau -Δ[B] atau Δ[P ]
Δt Δt Δt
• A dan perubahan B negatif karena substrat yang menghilang • perubahan P
adalah positif karena produk sedang dibentuk.
• Aktivitas enzim dapat diuji dengan berbagai cara
– hilangnya substrat
– kemunculan produk
• Misalnya, Anda dapat mengukur
– penampakan produk berwarna yang dibuat dari substrat tidak berwarna
– kemunculan produk penyerap UV yang dibuat dari substrat non-penyerap UV -
penampilan produk radioaktif yang terbuat dari substrat radioaktif
• Banyak cara lain yang mungkin - Hanya perlu cara untuk membedakan
produk dari substrat
• The kECEPATAN (laju reaksi) (pembentukan produk dari hilangnya substrat /
waktu) dari enzim reaksi yang dikatalisis tergantung pada konsentrasi substrat [S].
Velocity terkait dengan [S]
Kinetika Enzim: Velocity
Kecepatan (V) dari reaksi enzim-katalis
tergantungpada konsentrasi substrat [S]

• Sebuah plot V vs [S] sering hiperbolik


rencana Michaelis-Menten
Grafik bukan grafik pembentukan produk dari waktu ke waktu!!!

• Contoh cara melakukan percobaan kinetika:  


A. Ambil 9 tabung, tambahkan jumlah enzim (E) yang sama ke setiap tabung 
B. Setiap tabung berisi peningkatan jumlah substrat (S) dimulai dari
nol C. Ukur kecepatan dengan menentukan laju pembentukan produk 
D. Plot nilai-nilai ini – Kecepatan terhadap konsentrasi substrat 
E. Hasilkan kurva yang ditunjukkan: 
i. Seringkali bentuknya hiperbolik – karakteristik dari banyak enzim
– bentuknya menunjukkan bahwa enzim secara fisik bergabung
dengan substrat –ES  
kompleks 
ii. Disebut PLOT SATURASI atau PLOT MICHAELIS-MENTEN
setelah dua ahli biokimia yang pertama kali menggambarkan dan
menjelaskan bentuk kurva. 
• Mari kita lihat berbagai fitur plot: 

A. Saat [S] pertama kali meningkat, laju atau kecepatan awal (V ) meningkat
0

dengan meningkatnya konsentrasi substrat 


i. V sebanding dengan [S] 
B. Saat [S] meningkat, V semakin berkurang 
i. V TIDAK sebanding dengan [S] dalam rentang ini 
C. Akhirnya, V tidak bertambah lagi dan kecepatan mencapai maksimum
(V ) i. Enzim bekerja secepat mungkin 
max

D. Kecepatan tidak akan berubah tidak peduli berapa banyak substrat yang ada.
Pada titik ini, enzim jenuh dengan substrat.

Dua analogi:
1. Toll Plaza (dengan 5 loket)
- Tingkat di mana mobil bisa melewati loket tidak dipengaruhi oleh jumlah mobil
yang menunggu, hanya oleh jumlah petugas tol yang tersedia.
2. Contoh Pesawat Kertas

 EKSPRESI KUANTITATIF PERILAKU ENZIM:


• Michaelis-Menten Persamaanmenggambarkan perilaku kinetik banyak enzim • Persamaan ini
didasarkan pada persamaan reaksi berikut:
S→P
k1 k2
E + S ↔ ES → E + P
k-1
k1, k-1 dan k3 adalah konstanta laju untuk setiap langkah
Untuk menurunkan persamaan, mereka membuat 2 asumsi:
1. Reaksi balik (P → S) tidak dipertimbangkan karena
persamaan menggambarkan laju awal ketika [P] dekat nol
2. Kompleks ES adalah STATE INTERMEDIATE
yaitu konsentrasi ES tetap relatif konstan
karena diproduksi dan dipecah pada tingkat yang sama

V = Vmax [S] Michaelis-Menten Persamaan


KM + [S] (persamaan untuk hiperbola)

• V adalah laju reaksi (kecepatan) pada konsentrasi substrat [S]


• Vmax adalah laju maksimum yang dapat diamati dalam reaksi
– kelebihan substrat
– enzim dapat dijenuhkan (reaksi orde nol)
106
• KM adalah konstanta Michaelis
– konstanta yang berhubungan dengan afinitas enzim terhadap substrat – satuan dalam hal
konsentrasi
– Ini adalah kombinasi laju konstanta
KM = k2 + k-1
k1
Memahami Km –
Konstanta Michaelis
• KM adalah konstanta Michaelis
– KM konstan untuk setiap pasangan enzim/substrat tertentu Tidak tergantung
pada substrat atau konsentrasi enzim
– satuan dalam hal konsentrasi
Km adalah konstanta yang diturunkan dari konstanta laju.
KM = k-1 + k2
k1
• Km adalah ukuran pengikatan ES; ukuran relatif dari afinitas
substrat untuk enzim (seberapa baik itu mengikat)
– Dalam asumsi paling sederhana, laju pemecahan ES menjadi produk (k2)
adalah langkah penentu laju reaksi
• KKecilm berarti mengikat ketat; besar Km berarti ikatan lemah.
• Karena KM memiliki satuan yang sama dengan konsentrasi substrat, ini menyiratkan hubungan
antara KM dan [S]
• Apa yang terjadi ketika KM = [S]
V = Vmax [S] = V = Vmax [S] = Vmaksimal
[S] + [S] 2[S] 2
• KM juga merupakan konsentrasi substrat di
mana enzim beroperasi pada setengah dari
kecepatan maksimumnya.

KM = [S] pada Vmaks


- Menunjukkan seberapa efisien suatu enzim memilih substratnya dan mengubahnya menjadi
produk.
- Jadi, jika suatu enzim memilikienzim KKECIL,M tersebut mencapai efisiensi katalitik
maksimal (Vmax ) pada konsentrasi substrat yang rendah!
- KM unik untuk setiap pasangan enzim/substrat
KM = konsentrasi substrat [S] saat kecepatan reaksi Vmax

jika [S] = KM
Saat menggunakan substrat yang berbeda

V0 = Vmaks [S] 2[S]


V0 = Vmaks
2
Vmaks 1/2
S2
S1 S3
S1 S2 S3
K Perubahan afinitas m

Lebih tinggi KM = menurunkan afinitas =


lebih tinggi [S] diperlukan untuk mencapai Vmax
- Untuk enzim tertentu dalam kondisi tertentu, KM juga dapat menjadi ukuran afinitas antara E
dan S – mendekati konstanta disosiasi kompleks ES
• Jika KM adalah RENDAH (angka kecil) =
Substrat dipegang erat (afinitas TINGGI)
1. Mencapai Vmax pada [S] lebih rendah
2. Angka kecil berarti kurang dari 10-3M
• Jika KM TINGGI (angka besar) =
Substrat dipegang lemah (afinitas RENDAH)
1. Mencapai Vmax pada [S] yang lebih tinggi
2. Angka besar berarti 10-1 – 10-3M

E. Parameter Kinetika Enzim


Kinetika enzim adalah studi mengenai reaksi kimia yang di katalisis oleh enzim. Dalam
kinetika enzim, laju reaksi diukur dan pengaruh berbagai kondisi resksi diteliti lebih mendalam.
Mempelajari suatu kinetika enzim dengan cara ini dapat mengungkap mekanisme katalitik pada
enzim ini, perannya dalam metabolisme, bagainama aktifitasnya dikendalikan, serta bagaimana
suatu obat atau suatu agonis mampu menghambat kerja enzim.
Enzim biasanya merupakan molekul protein yang mampu memanipulasi molekul lain.
molekul target tersebut berikatan dengan suatu situs aktif enzim dan berubah menjadi produk
melalu serangkaian tahap yang dikenal sebagai mekanisme enzim matik
Hasil penelitian menunjukkan lipase pankreas memiliki nilai Vmaks sebesar 2,11 × 10-3
mmol/menit pada substrat minyak kelapa; 2,30 × 10-3 mmol/menit pada substrat minyak sawit;
dan 1,60 × 10-3 mmol/menit pada substrat minyak zaitun. Nilai Km lipase pankreas yang
diperoleh sebesar 1,21 × 104 ppm pada minyak kelapa; 2,29 × 104 ppm pada minyak sawit; dan
1,60 × 104 ppm pada minyak zaitun. Hal ini menunjukkan bahwa lipase pancreas lebih efektif
mengkatalis reaksi hidrolisis pada minyak kelapa dibandingkan dengan minyak sawit dan
minyak zaitun karena memiliki nilai Km yang paling rendah.
Metode Penentuan Nilai Km dan Vmaks Nilai parameter kinetik Km dan Vmaks
ditentukan dengan menggunakan metode grafik Lineweaver-Burk dan Langmuir. Pengujian ini
dilakukan dengan variasi substrat xantin 10, 20, 40, 80, 160, 320, 640, 1280, 2560, dan 5120
ppm. Grafik Lineweaver-Burk dihasilkan dari hubungan 1/[S] terhadap 1/V. Grafik Langmuir
dihasilkan dari hubungan [S] terhadap [S]/V.
Pengujian untuk menentukan nilai parameter kinetik enzim berupa Km dan Vmaks
dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan metode grafik Lineweaver-Burk dan Langmuir.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variasi konsnetrasi substrat. Nilai
parameter kinetik Km dan Vmaks pada metode grafik Lineweaver-Burk diperoleh dari grafik
hubungan 1/[S] terhadap 1/V dan nilai parameter kinetik Km dan Vmaks pada metode Langmuir
diperoleh dari grafik hubungan [S] terhadap [S]/V.

Grafik Lineweaver-Burk enzim tanpa dan dengan penambahan ekstrak hidroetanol daun
seledri dapat dilihat pada Gambar 2 dan grafik Lineweaver-Burk enzim tanpa dan dengan
penambahan ekstrak hidroetanol batang seledri dapat dilihat pada Gambar 3. Penambahan
ekstrak daun seledri memberikan nilai Km sebesar 27.74 ppm dan Vmaks sebesar 3,55 U/mL
pada metode grafik Lineweaver-Burk, sedangkan Penambahan ekstrak batang seledri
memberikan nilai Km sebesar 145.24 ppm dan Vmaks sebesar 4,55 U/mL. Grafik Langmuir
enzim tanpa dan dengan penambahan ekstrak hidroetanol daun seledri dapat dilihat pada Gambar
4 dan grafik Langmuir enzim tanpa dan dengan penambahan ekstrak hidroetanol batang seledri
dapat dilihat pada Gambar 5. Penambahan ekstrak daun seledri memberikan nilai sebesar 327.66
ppm dan Vmaks sebesar 6.45 U/mL pada metode grafik Langmuir, sedangkan Penambahan
ekstrak batang seledri memberikan nilai Km sebesar 321,09 ppm dan Vmaks sebesar 5.21 U/mL.
Berdasarkan data penelitian ini, metode penentuan parameter kinetik yang lebih dianggap sesuai
dalam inhibisi enzim xantin oksidase oleh ekstrak seledri adalah metode Langmuir, hal ini dapat
dilihat pada nilai regresi linear dari metode Langmuir lebih tinggi dibandingkan metode
Lineweaver-Burk. Pada Grafik Lineweaver-Burk juga terlihat adanya distorsi v yang lebih
terlihat pada konsentrasi [S] kecil.
Menurut Lai (2014) metode grafik langmuir lebih akurat digunakan untuk menentukan
parameter kinetik enzim berupa Km dan Vmaks, hal ini karena metode grafik Lineweaver-Burk
diketahui dapat mendistorsi v dalam kesalahan eksperimen. Kesalahan juga semakin terlihat pada
konsentrasi substrat yang kecil sehingga memberikan hasil yang tidak akurat. Pernyataan
tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wilkinson (1961) dan Moser (1985) yaitu
metode grafik Langmuir hanya mempengaruhi kemiringan (slope) dalam derajat yang sangat
kecil sehingga lebih akurat untuk digunakan dalam menentukan nilai parameter enzim berupa
Km dan Vmaks, selain itu Doran (1995) juga menyatakan bahwa metode grafik Langmuir lebih
sesuai digunakan dalam penentuan nilai Km dan Vmaks enzim untuk metode linearisasi.
Kinetika Michaelis-Menten
Dalam biokimia, kinetika Michaelis–Menten adalah salah satu model kinetika enzim
yang diketahui paling baik. Model ini dinamai dari biokimiawan Jerman Leonor Michaelis dan
fisikawan Kanada Maud Menten. Model ini mengambil bentuk persamaan yang menggambarkan
laju reaksi enzimatik, dengan menghubungkan laju reaksi (laju pembentukan produk) terhadap,
konsentrasi substrat S. Rumus kinetika ini dituliskan sebagai;

Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Michaelis–Menten. Di sini, mewakili laju


maksimum yang diterima sistem, pada konsentrasi substrat jenuh. Konstanta Michaelis adalah
konsentrasi substrat pada saat laju reaksi setengah Reaksi biokimia yang melibatkan satu substrat
sering diasumsikan mengikuti kinetika Michaelis–Menten, anpa memperhatikan asumsi dasar
model tersebut.
Nilai parameter sangat bervariasi antar enzim:

Enzim KM (M) Kcat (s−1) Kcat/KM (M−1s−1)

Kimotripsin 1.5 × 10−2 0.14 9.3

Pepsin 3.0 × 10−4 0.50 1.7 × 103

Tirosil-tRNA
9.0 × 10−4 7.6 8.4 × 103
sintetase

Ribonuklease 7.9 × 10−3 7.9 × 102 1.0 × 105

Karbonat anhidrase 2.6 × 10−2 4.0 × 105 1.5 × 107

1.6 × 108
Fumarase 5.0 × 10−6 8.0 × 102

Konstanta Kcat/KM adalah ukuran seberapa efisien sebuah enzim mengubah substrat
menjadi produk. Enzim dengandifusi terbatas, seperti fumarase, bekerja pada batas atas teoritis
108 – 1010 M−1s−1, dibatasi oleh difusi substrat ke dalam situs aktif.
Kinetika Michaelis–Menten juga telah diterapkan pada berbagai bidang di luar reaksi
biokimia, termasuk pembersihan debu alveolar, pengkayaan spesies, pembersihan alkohol darah,
hubungan fotosintesis-iradiansi, dan infeksi faga bakteri.

F. Contoh Reaksi Enzimatis


Reaksi enzimatis adalah reaksi yang melibatkan bantuan enzim sebagai kalatisator dalam suatu
reaksi biologi. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut.

Pembahasan:

Enzim merupakan biokatalisator yang memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi biologi dan
menurunkan energi aktivasinya. Enzim tidak ikut bereaksi, hanya sebagai katalis yang
mempercepat reaksi.

Enzim tersusun atas dua struktur, yaitu:

 Apoenzim, yaitu susunan protein. Apoenzim mendominasi struktur enzim, bersifat


mudah dipengaruhi oleh suhu dan pH.
 Gugus prostetik, yaitu susunan nonprotein. Gugus prostetik terdiri dari koenzim yang
tersusun dari bahan organik, berfungsi untuk memindahkan zat kimia dari suatu enzim ke enzim
lainnya, contohnya NADH, FADH. Dan kofaktor yang tersusun dari bahan anorganik, misalnya
Ca dan Cl yang berfungsi untuk mengoptimalkan kerja enzim ptialin dalam mengurai molekul
gula yang kompleks.

Secara umum, sifat enzim terdiri dari empat yaitu:

1. Merupakan biokatalisator

Biokatalisator yaitu berperan dalam mempercepat reaksi biologi dan menurunkan energi
aktivasinya, tanpa ikut bereaksi.

2. Bersifat spesifik

Enzim bekerja spesifik pada substrat tertentu. Contohnya enzim amilase hanya bekerja pada
substrat amilum.

3. Dapat bekerja bolak-balik / reversible


Enzim dapat melakukan reaksi secara dua arah, yaitu dari substrat menjadi produk dan dari
produk menjadi substrat

4. Enzim memiliki sifat protein

Enzim bersifat seperti protein, yaitu bekerja di suhu yang optimum, kerjanya akan menurun
apabila pada lingkungan yang memiliki asam atau basa kuat, akan terdenaturasi pada suhu
yang panas (di atas 80 derajat celcius), dipengaruhi oleh aktivator, inhibitor, maupun
konsentrasi substrat.
Kinetika Reaksi Enzimatis
Enzim merupakan protein yang mengkatalis reaksi biokimia yang secara akan meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi substrat. Kecepatan reaksi akan terus meningkat dengan nilai
yang semakin kecil hingga mencapai titik batas dimana enzim jenuh dengan substrat (Poedjiadi,
2007). Titik batas ini disebut kecepatan maksimum

º Bidang biokimia yang mempelajari pengukuran kuantitatif dari kecepatan reaksi katalisasi
enzim dan factor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.
º Studi tentang kinetika enzim menggambarkan cara utama untuk identifikasi senyawa yang
berpotensi terapeutik yang secara selektif meningkatkan atau menghambat kecepatan proses
katalisis enzim.

SIMPULAN
Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan persentase penghambatan ekstrak daun
seledri terbesar adalah 86.86% pada konsentrasi ekstrak 30% dan penghambatan ekstrak batang
seledri terbesar adalah 87.71% pada konsentrasi ekstrak 40%. Penambahan ekstrak daun seledri
memberikan nilai Km sebesar 27.74 ppm dan Vmaks sebesar 3,55 U/mL pada metode grafik
Lineweaver-Burk, sedangkan memberikan nilai Km sebesar 327.66 ppm dan Vmaks sebesar 6.45
U/mL pada metode grafik Langmuir. Penambahan ekstrak batang seledri memberikan nilai Km
sebesar 145.24 ppm dan Vmaks sebesar 4,55 U/mL pada metode grafik Lineweaver-Burk,
sedangkan memberikan nilai Km sebesar 321,09 ppm dan Vmaks sebesar 5.21 U/mL pada
metode grafik Langmuir. Berdasarkan hasil, metode penentuan parameter kinetik yang lebih
dianggap sesuai dalam inhibisi ekstrak adalah metode Langmuir, hal ini dapat dilihat pada nilai
regresi linear dari metode Langmuir lebih tinggi dibandingkan metode Lineweaver-Burk. Pada
Grafik Lineweaver-Burk juga terlihat adanya distorsi V yang lebih terlihat pada konsentrasi [S]
kecil.

Anda mungkin juga menyukai