Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN BOTANI DAN FARMAKOGNOSI

DI SUSUN OLEH :

WARDATUL AINI

2008060051

PRODI S1 FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM

2021

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bukit Tinggi,


Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB “Praktik Botani
dan Farmakognosi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakognosi, yang telah
diperiksa dan disahkan pada .... Desember 2021.
Asisten Dosen I Asisten Dosen II

Ali Taibin Baiq Ril Ifadah


NIM : 190 NIM : 180806000
Mengetahui,
Team Teaching I Team Teaching II

Nurchamidin Gobel, S.Farm., M.Farm. Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.


NIB : NIB :

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pujisyukur kami ucapkankepadatuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat-


Nya lah, kami dapat menyelesaikan “LAPORAN PKL BOTANI dan
FARMAKOGNOSI”. Laporan ini di ajukan memenuhi tugas mata kuliah
Farmakognosi.

Tidaklupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu, terutama kepada asdos – asdos kami yang tanpa lelah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan tugas ini. Sehingga laporan ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
Karena itu, kritik dan sarannya yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu


pengembangan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mataram, 10 November 2021

Penulis
DARTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki ratusan spesies tanaman, terdapat


kurang lebih 500 jenis tanaman yang dapat di jadikan sebagai obat. Selain tanaman
obat, Indonesia menghadirkan jenis spesies hewan yang langka dan beberapa dari
spesies hewan dapat di jadikan sebagai obat.

Indonesia terkenal dengan keberagaman makhluk hidup dan kebiasaan serta


tradisinya. Tanah nusantara ini banyak menghadirkan keunikan-keunikan yang jarang
bahkan tidak dapat kita jumpai di Negara manapun. Banyaknya spesies-spesies
tanaman dan hewan di nusantara menyebabkan banyaknya obat tradisional yang di
hasilkan dari racikan atau ramuan nenek moyang yang di gunakan untuk mengatasi
berbagai penyakit di masyarakat.

Obat yang di gunakan dalam bentuk ramuan masih di lestarikan sampai saat
ini. Obat tradisional yang sering kita jumpai biasanya berasal dari tanaman tertentu
yang memiliki khasiat untuk mengatasi penyakit tertentu. Contohnya, tanaman pecut
kuda (stachytarpheta jamaicensis) yang di gunakan masyarakat sebagai obata mandel.
Selain itu, daun dari tumbuhan bandotan (ageratumconyzoides) di gunakan
masyarakat sebagai obat luka dan penurun panas. Masyarakat menggunakan obat-
obatan tradisional di turunkan oleh nenek moyang melalui pengalaman atau data
empiris. Hingga saat ini, obat tradisional masih di lestarikan dan digunakan oleh
sebagian besar masyarakat pribumi.

Obat tradisional yang di gunakan dalam bentuk ramuan buatan sendiri belum
di uji khasiat dan toksisitasnya. Dalam hal ini, kami mempelajari sekaligus
melakukan penelitian mengenai jenis tanaman dan khasiat tanaman. Kami dapat
mempelajari hal itu melalui kelas botani dan farmakognosi.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Memahami dan mengetahui teknik pembuatan herbarium dan simplisia
sebagai koleksi serta bahan obat.
2. Memahami dan mengetahui tanaman yang dijadikan sebagai simplisia serta
menambah koleksi mengenai tanaman langka yang di jadikan sebagai
herbarium.
3. Memahami dan mengetahui penggolongan herbarium dan simplisia
4. Menahami dan mengetahui proses tahapan pembuatan herbarium dan
simplisia

1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik pembuatan herbarium dan simplisia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanaman yang dijadikan sebagai simplisia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Lokasi PKL

Praktik kerja lapangan tahun ini di ikuti oleh 119 mahasiswa dan mahasiswi,
semester 1 dan semester 3 jurusan S1 Farmasi Universitas Nahdlatul Ulama Nusa
Tenggara Barat. Seluruh peserta menempati rumah-rumah warga yang dijadikan
posko penginapan, yang dibagi menjadi 6 posko dan masing-masing posko di tempati
oleh 2 atau 3 kelompok. Lokasi praktik tahun ini terselenggarakan di Desa Bukit
Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB. Daerah
tersebut memiliki kawasan hutan yang di lindungi dan memiliki beraneka ragam
spesies tanaman, sehingga sangat cocok di jadikan sebagai tempat praktik kerja
lapangan (PKL) Botani dan Farmakognosi. Praktik kerja lapangan di laksanakan pada
hari Jum’at-Minggu, tanggal 19-21 November 2021. Kawasan di wilayah tersebut
masih memegang tradisi nenek moyang sejak zaman dahulu, pengobatan yang sering
di lakukan oleh masyaraka masih terbilang tradisisonal. Pengobatan yang di gunakan
adalah obat-obatan herbal yang berasal dari tanaman setempat.

2.2. Uraian Kegiatan PKL

Kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) farmakognosi dan botani dilaksanakan


di dusun Batu kemalik, desa Bukit tinggi, kec. Gunung sari kab. Lombok Barat NTB,
pada tanggal 19-21 November 2021. Kegiatan diawali dengan keberangkatan pada
pukul 07:00 di kampus UNU NTB. Setelah itu menuju kelokasi menggunakan mobil
angkutan yang perjalanannya menyita waktu sekitar ±30 menit.

Saat tiba di lokasi kita langsung diarahkan menuju posko utama untuk
melaksanakan acara penyambutan oleh jajaran dusun dan desa. Selesai dari acara
penyambutan, suluruh peserta diperintahkan untuk menuju ke posko masing-masing.
Selama di posko kita membagi tugas dengan teman seposko, adasebagian yang
membersihkan tempat beristirahat dan sebagiannya lagi membantu merapikan barang
bawaan. Pada waktu sore harinya, ada perlombaan membuat sasak bambu dan tas
gendong yang terbuat dari karung dan tas tenteng dari plastic besar guna untuk
mengambil sampel besok paginya. Pembuatan sasak bambu harus benar-benar kuat
dan melewati beberapa kali pemeriksaan, hamper nyerah sih karena udah nggk tahu
lagi mau buat seperti gimana lagi dan tali rapia untuk mengikatnya pun hamper habis.

Sabtu, 20 November 2021 pukul 07:00 , para peserta berkumpul di posko


utama untuk persiapan pengambilan sampel. Peserta PKL berangkat ke lokasi
pengambilan sampel yang diarahkan oleh masing-masing asdos, akan tetapi jikalau
ada kelompok yang anggotanya kurang atau asdosnya belum lengkap, maka tidak di
izinkankan untuk berangkat sampai kelompoknya itu benar-benar sudah lengkap.
Karena kita akan melakukan pengambilan sampel di tempat yang tidak pernah kita
kunjungi sama sekali dan lumayan jauh, maka sebelum berangkat semua peserta dan
asdos lainnya melakukan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu dari asdos. Para
peserta PKL Kembali ke posko masing-masing sekitar jam 12:00, yang dilanjutkan
dengan pengolahan sample sampai sekitar jam 16:30. Karena sore harinya kita di
guyur hujan lebat dan keadaan tidak memungkinkan untuk melanjutkan proses
perajangan dan pembuatan herbarium, maka kita diperintahkan untuk melanjutkannya
di posko masing-masing. Proses simplisia dicukupkan sampai perajangan saja
dikarenakan cuaca yang tidak mendukung.
Ahad, 21 November 2021, hari terakhir kita berada di dusun batu kemalik.
Pukul 06:00, para peserta melaksanakan senam pagi di depan posko utama (pinggir
jalan, deket posko utama) yang di pimpin oleh beberapa peserta yang memiliki
keahlian senam dan beberapa asdos. Setelah senam pagi, sekitar pukul 09:00, peserta
berkumpul diposko utama guna untuk diresponsi terkait simplisia dan herbarium.
Karena kelompok kami tidak mengetahui nama dari tanaman yang akan kami jadikan
simplisia, maka dengan terpaksa kelompok kami d perintahkan untuk mencari
tanaman baru yang kami ketahui seluk beluknya. Alhamdulillah, untungnya tanaman
itu bisa kita dapatkan di lahan perkebunan milik warga setempat , tentunya sebelum
mengambil tanaman tersebut, salah satu dari kelompok kami meminta izin terlebih
dahulu kepada pemilik lahan tersebut dan setelah mendapatkan izin baru kita beraksi
untuk mengambil tanaman tersebut dengan berhati-hati tanpa merusak tanaman lain
yang ada dilahan tersebut. Setelah itu ada kegiatan pemeriksaan gratis dan pembagian
masker+¿vitamin kepada penduduk setempat yang dilakukan oleh semester 1 dan
diadakannya lomba cerdas cermat seputaran TP. Setelah itu kita diperintahkan untuk
Kembali ke posko masing-masing guna untuk mengepak dan mengatur barang-barang
bawaan karena pada sore harinya kita akan segera pulang. Sebelum pulang tentunya
seluruh peserta maupaun asdos dan yang lainnya berkumpul di posko utama guna
untuk melaksanakan acara penutupan yang di hadiri oleh kepala dusun batu kemalik.
Taklupa juga kita berpamitan kepada warga dan tetangga sekitaran posko yang telah
membantu kita selama berada disana.

2.3. Definisi Botani

Botani diartikan sebagai ilmu tumbuh-tumbuhan yang mempelajari tentang


tumbuhan, jamur dan alga dengan mikologi dan fikologinya.(siti haranti, 2021 ).

2.4. Definisi Farmakognosi

Farmakognosi di bentuk dari penggabungan dua kata yang berasal dari bahasa
yunani, pharmakon ( obat ) dan gnosis ( pengetahuan ), yang berarti pengetahuan
tentang obat-obatan. ( sukardiman, dkk,. 2020).

2.5. Definisi Herbarium

Herbarium merupakan suatu specimen dari bahan tumbuhan yang telah


dimatikan dan di awetkan melalui metode tertentu. ( syamsiah, dkk., 2020).
Herbarium dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Herbarium kering adalah koleksi spesimen tumbuhan yang telah dipres dan
dikeringkan serta ditempel pada kertas. (Murni, 2015).
2. Herbarium basah adalah koleksi spesimen yang diawetkan dengan
menggunakan larutan FAA (larutan yang terdiri dari formalin, alkohol, asam
glasial dengan formula tertentu). (Murni, 2015).

2.6. Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses seengah jadi,
seperti pengeringan. (Prasetyo dan Inoriah, 2013).

Simplisia di bagi menjadi 3 golongan yaitu:

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berasal dari hewan dalam keadaan utuh.
(Prasetyo dan Inoriah, 2013).
3. Simplisia pelican adalah simplisia yang berupa bahan pelican atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana serta belum berupa zat
kimia murni. (Utami, 2013).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu penelitian hari Jum’at-Minggu, tanggal 19-21 November 2021.
2. Waktu pengambilan sampel pagi jam 08.00-10.00
3. Tempat penelitian Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten
Lombok Barat, Provinsi NTB.

3.2. Alat dan Bahan


A. Herbarium
 Alat :

Pisau & Cutter Gunting

Plastik
Parang
 Bahan :
Tanaman Sasak Bambu

Alcohol 70% Koran

Kardus Amplop
Tali Polpen

Selotip Bening Selotip Hitam

Buku

B. Simplisia

 Alat :
Plastik Amplop

Parang Gunting

Pisau & Cutter Karung

 Bahan
Air Tanaman

3.3 BOTANI ( Herbarium )

Cara kerja :

PENGAMBILAN SAMPEL

PENYEMPROTAN ALKOHOL 70%

PENGATURAN SAMPEL

PENGEPRESAN SAMPEL

PENGERINGAN

PENEMPELAN DAN PENYIMPANAN

3.4. FARMAKOGNOSI ( Simplisia )

Cara Kerja :
PENGAMBILAN SAMPEL

SORTASI BASAH

PENCUCIAN

PERAJANGAN

PENGERINGAN

SORTASI KERING

PENYIMPANAN

PEMERIKSAAN MUTU
BAB IV

PEMBAHASAN

Pacing (Costus speciosus)

Suku : Zingiberaceae

Nama

a. Sinonim
Costus loureir., Amomum arboreum Lour., A. hirsutum Lamk., Banksia
speciosa Koenig.
b. Nama daerah
Sumatra: totar, tabar-tabar (Batak), sitawar, tawa-tawa (Mink.), kelacim,
setawar, tabar-tabar, tawar-tawar, tebu tawar (Bangka). Jawa: pacing, p.
tawar, tepung tawar (Sunda), pacing, p. tawa, poncang-poncang (Jawa), bunto
(Madura). Sulawesi: lingkuwas in talun, lincuas in talun, pola i batang
(Minah.), tampung tawara galoba utan (Manado). Maluku: tehe tepu, tubu-
tubu (Ambon), buri-muri, tebe pusa (Ser.), uga-uga (Ternate).
c. Nama asing
Zhang liu tou (C)

Uraian Tumbuhan

Pacing termasuk suku jahe-jahean (temu-temuan) yang menyukai tempat


lembap dengan sedikit naungan, dapat ditemukan sampai ketinggian 1.200 m dpl.
Tanaman ini tumbuh liar di pinggir parit, tepi jurang, tanah kosong yang terlantar dan
kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias.

Perdu tegak, tinggi 0,5-3 m, batang berwarna kuning kecoklatan, ukuran


sebesar ibu jari orang dewasa, beruas, mengandung air dan mudah dipatahkan,
kecuali bagian pangkal dan batang tua sangat keras. Daun tunggal, tersusun spiral,
helaian daun bentuk lanset sampai memanjang, ujung meruncing, pangkal memeluk
batang, tepi rata, bagain atas daun gundul, bagian bawah beranbut halus, warna daun
hijau muda, panjang 9-35 cm, lebar 3-10 cm. Bunga duduk dalam bentuk bulir, bunga
besar, berwarna putih. Buah kotak, berbentuk telur, berwarna merah, besar 1,5-3 cm,
mempunyai banyak biji. Akar mempunyai rimpang. Perbanyakan dengan biji atau
rimpang.

Sifat dan Khasiat

Rasa rimpang asam, pedas, bersifat sejuk, sedikit toksik dan berkhasiat
meluruhkan kencing (diuretik), antitoksik, menghilangkan gatal (antipruritus) dan
meluruhkan keringat (diaforetik).

Kandungan Kimia

Rimpang dan biji mengandung diosgenin (sapogenin steroid), tigogenin,


dioscin, gracillin, sitosterol, methyltriacontane, 8-hydroxytriacontan-25-one, 5 alfa-
stigmast-9 (11)-en3beta-ol, 24hydroxytriacontan-26-one dan 24-
hydroxyhentriacontan-27-one. Kandungan kimia tersebut adalah bahan baku
kontrasepti (pencegah kehamilan).

Contoh Pemakaian

 Mencegah kehamilan
Rebus 10 g rimpang pacing kering dan 1 buah pace. Minum setiap hari
selama 10 hari setelah haid (menstruasi).
 Digigit ular
Tumbuk 30 cm batang pacing. Tambah 2 sdm air garam, peras, minum.
Gunakan ampasnya untuk menurap luka bekas gigitan, lalu balut. Lakukan 2
kali sehari.
 Bengkak karena penyakit ginjal akut
Rebus 10 g rimpang pacing kering dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Minum pada pagi hari.
 Eksem, gatal-gatal (urtikaria)
Rebus rimpang pacing segar secukupnya yang telah diiris dengan air
secukupnya selama 15 menit. Gunakan untuk mencuci eksem atau kulit yang
gatal.
 Memperbaiki pertumbuhan rambut
Tumbuk batang dan daun muda secukupnya, panas, saring. Embunkan
selama 1 malam. Keesekan pagi, gunakan untuk mencuci rambut sambil
pijat ringan.

Efek Samping

 Rimpang mentah beracun. Jika termakan, akan meniumbulkan gejala


muntah, mencret dan pusing. Jika terjadi gangguan tersebut, dianjurkan
untuk mengunyah 6 g akar manis (Glycyrrhiza uralensis atau gan cao), telan
sarinya, lalu buang ampasnya.
 Ibu hamil dan penderita dengan pencernaan lemah dilarang mengonsumsi
ramuan pacing.

Spesies tanaman yang dijadikan sebagai Herbarium dan Simplisia banyak di


jumpai di sekitar pemukiman masyakat. Berikut ini teknik dalam pembuatan
herbarium dan simplisia.

A. Herbarium

Teknik pembuatan herbarium sebagai berikut:


1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel tanaman biasanya dalam bentuk utuh ( akar, batang,


daun, bunga, biji dan buah). Dalam penentuan sampel paling sering di gunakan
adalah bagian utuh berupa; akar, batang, daun dan bunga. Waktu pengambilan sampel
tanaman yang baik pada pagi hari. Setelah pengambilan sampel tanaman, selanjukan
dilakukan pencucian untuk membersihkan kotoran dan benda asing yang menenmpel/
melekat pada tanaman, selanjutnya di tunggu hingga kering.

2. Penyemprotan alcohol 70%


Anaman yang di jadikan sebagai sampel dalam pembuatan herbarium di
semprotkan dengan alcohol, ini berguna untuk untuk membunuh organisme yang
dapat merusak tanaman dan menghenikan pertumbuhan jamur. Alcohol 70% dapat
membunuh mikroorganisme dan tidak merusak tanaman, sedangkan alcohol dengan
96% dapat membunuh mikroorganisme namun dapat merusak tanaman.

3. Pengaturan sampel pada sasak

Sebelum melakukan pengaturan posisi sampel dengan baik pada sasak, sasak
di buat terlebih dahulu dengan bambu dan di ikat dengan tali seerat mungkin. Lapisi
sasak dengan kardus dan kertas/ Koran sebagai tempat memposisikan sampel,
kemudian semprotkan dengan alcohol agar mikroorganismenya mati. Selanjutnya
posisikan sampel pada sasak dengan baik. Agar sampel dapat bertahan dengan
posisinya rekatkan batang , dan daun dengan selotip yang dilapisi dengan kertas.
Tutup kembali dengan kertas atau Koran dan rekatkan dengan lakban sampai udara
idak dapat masuk ke dalam, alasannya untuk mencegah terjadinya pertembuhan
mikroorganisme.
4. Pengepresan

Agar udara atau oksigen idak masuk ke dalam sampel lakukan dengan
pengepresan dengan sasak kemudian ikat dengan tiap ujung sasak sati dengan lainnya
agar tidak merubah posisi. Pengepresan di lakukan unuk menghenikan udara masuk
ke dalam yang dapa menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme.

5. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan selama 2 bulan tergantung dari beberapa hal berikut:

1. Jenis tanaman yang di gunakan,


2. kelembapan,
3. Temperature tempat pengeringan.

6. Penempelan dan Penyimpanan

Sampel yang telah kering di pindahkan ke kertas herbarium, penempelan


menggunakan selotip bebas asam, bila besar cukup di jahit. Bagian yang mudah
rontok seperti; bunga dan biji dapa disimpan kedalam amplop bebas asam.
Penyimpanan di klasifikasikan dengan memasukkan sampel ke folder, ulis nama
family dan lainnya.

B. Simplisia

Proses pembuatan simplisia harus dilakukan secara benar, penuh kehati-hatian


dan terukur agar mampu mempertahankan kualitas dari bahan baku yang di gunakan.
Adapun tahapannya sebagai berikut:
1. Pengumpulan Bahan Baku

Bahan baku pembuatan simplisia dapat berupa tanaman obat, bagian-bagian


tubuh hewan ataupun mineral-mineral tertentu. pada simplisia yang yang dibuat dari
tumbuh-tumbuhan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan bahan baku diantaranya adalah umur tumbuhan, bagian tumbuhan
yang digunakan, waktu panen, dan lingkungan atau habitat tempat tumbuh tanaman.
(Hartini, Y.S dan Wulandari, 2016).

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau


alat. Dalam pengumpulan pemetik harus memerhatikan specimen mana yang akan di
jadikan sebagai sampel serta perlu memerhatikan cara pengambilan spesimennya.

 Waktu pengumpulan atau panen

Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia di tentukan oleh waktu panen, umur
tanaman, bagian tanaman yang di gunakan dan tempa tumbuhnya, pada umumnya
waku pengumpulan sebagai berikut:

a. Daun : sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi


masak,tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saa reaksi
fotosintesis sempurna ( pukul 09.00-12.00).
1) Bunga : sebelum atau segera setelah mekar.
2) Buah : di petik saat udah tua kecuali mengkudu di petik sebelum
masak.
3) Biji : dari buah yang masak sempurna.
4) Akar, rimpang,umbi dan umbi lapis : sewaktu proses
pertumbuhannya berhenti.
b. Bagian tanaman
1) Klika batang atau korteks : dari batang utama dan cabang dan
selang-seling.
2) Batang (caulis) : dari cabang utama sampai leher akar.
3) Kayu (lignum) : batang atau cabang, kelupas kulinya dan potong-
potong kecil.
4) Daun (folium) : daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk).
5) Akar : bagian bawah tanaman.
6) Buah : buah yang masak atau muda.
7) Rimpang : tanaman dicabut.
8) Bunga ( flos) : kuncup, bunga mekar atau mahkota bunga atau
daun bunga.
9) Biji (semen) :buah yang dikupas dari kulitnya.
10) Bulbus : dicabut dan dipisahkan dari daun dan akar.

2. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk membersihkan bahan simplisia baik berupa
akar, daun, biji, bunga, umbi dan lain sebagainya dari berbagai faktor lainbyang tidak
di inginkan dalam proses perlakuan. Pembersihan dilakukan terhadap banyak faktor
seperti pembersihan dari bebatuan kecil atau kerikil yang menempel pada bahan,
potongan-potongan dari bagian tumbuhan yang tidak diperlukan, tanah rerumputan.
(Wahyuni, 2014).

3. Pencucian

Proses pencucian merupakan tahapan lebih lanjut dari tahap sortasi basah.
Pencucian dilakukan untuk membersihakn berbagai kotoran yang masih melekat pada
bahan simplisia, seperti tanah. Kotoran-kotoran yang menempel pada simplisia juga
cenderung mengandung bakteri, sehingga proses pencucian juga harus dilakukan
dengan air mengalir dan bersih, jangan erlalu lama karena dapa menghilangkan
kandunga zat aktifnya. Specimen tidak boleh di cuci pada air yang bergenang karena
dapa terkontaminasi dengan kotoran dan mengurangi kandungannya.
4. Perajangan

Proses perajangan bertujuan untuk mempermudah proses pengeringan. Dalam


kasus yang lain perajangan juga bertujuan untuk mempermudah dilakukannya
penghancuran terhadap bahan baku simplisia dalam rangka mempermudah
dilakukannya proses ekstraksi. (Umar, A.H. 2016). Proses perajangan dapat
dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat atau mesin. Tetapi, kami
menggunakan alat berupa gunting untuk proses perajangan dan dengan ukuran
potongan 3 cm.

5. Pengeringan

Proses pengeringan bertujuan untuk meningkatkan ketahanan simplisia


sehingga tidak mudah membusuk selama proses penyimpanan. Proses pengeringan
berpengaruh terhadap kandungan senyawa kimia maupun efek farmakologis yang
terkandung dalam suatu tanaman obat terutama senyawa yang berkhasiat sebagai
antioksidan (Luliana, S. 2016). Proses pengeringan pada bahan simplisia
membutuhkan waktu tertentu, sesuai dengan jenis bahan simplisia yang sedang
dikeringkan dengan suhu rata-rata kurang dari 60°C dan Proses pengeringan
dilakukan sampai memperoleh kadar air < 10%. Beberapa model cara pengeringan
bahan simplisia di jelaskan sebagai berikut:
 Pengeringan alamiah
a. Pengeringan dengan sinar matahari

Proses pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari langsung ataupun


sinar matahari secara tidak langsung merupakan cara atau tehnik pengeringan yang
paling ekonomis. Pada pengeringan dengan sinar matahari, bahan simplisia di
letakkan atau di tata pada lantai jemur dengan luasan tertentu sambal dilapisi dengan
alas yang biasanya terbuat dari anyaman bambu. Pengeringan dengan sinar matahari
umumnya dilakukan terhadap bahan-bahan yang keras, seperti pada kayu, kulit kayu,
biji dan sebagainya. Pengeringan dengan sinar matahari sangat dipengaruhi oleh
kondisi cuaca dan membutuhkan waktu yang relative lebih lama (bisa selama 3/5
hingga 7 hari). (Hayati, R. 2011). Selain itu, cara pengeringan bahan simplisia dengan
penjemuran juga sangat rentan terhadap pencemaran terutama akibat polutan dari
debu.

b. Pengeringan dengan di angin-anginkan

Pengeringan dengan cara di angin-anginkan juga merupakan metode


pengerigan yang dinilai ekonomis, seperti halnya cara pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari. Sebagaimana pengeringan dengan paparan sinar
matahari langsung, cara pengeringan dengan diangin-anginkan juga memiliki
kelemahan dalam hal rentang waktu yang di butuhkan hingga bahan benar-benar di
nyatakan kering. Proses pengeringan dengan di angin-anginkan umumnya di lakukan
terhadap bahan baku yang mengandung senyawa aktif mudah menguap dan di tambah
dengan struktur bahan yang lunak, seperti pada daun dan bunga.

 Pengeringan buatan

Pengeringan buatan di lakukan dengan menggunakan alat/mesin pengering.


Biasanya, cara ini di lakukan untuk menghindari masalah-masalah yang dapat timbul
Ketika harus di lakukan pengeringan secara manual, seperti terjadinya perubahan
cuaca secara tiba-tiba ataupun potensi untuk terdampak kontaminan dari lingkungan.
Selain dengan mesin pengering, proses pengeringan buatan pada simplisia juga dapat
dilakukan dengan menggunakan oven. (winangsih, et al 2013).

Proses pengeringan yang kita gunakan dengan cara diangin-anginkan selama 5


hari di suhu ruangan.

Hari pertama Hari ke-2

Hari ke-3 Hari ke-4


Hari ke-5

6. Sortasi Kering

Tahap sortasi kering merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan


simplisia sebagai persiapan lebih lanjut untuk melakukan proses pengemasan. Sortasi
kering dilakukan terhadap bahan yang telah mengalami proses pengeringan dimana
tujuannya adalah sebagai mekanisme pembersihan akhir dari benda-benda asing tidak
di inginkan yang masih tersisa pada bahan. Selain itu sortasi kering juga ditujukan
untuk proses seleksi terkait kelayakan bahan-bahan yang akan dikemas.

7. Pengepakan dan Penyimpanan


Proses pengepakan dilakukan untuk mempertahankan mutu simplisia dalam
rentang waktu tertentu sebelum dilakukan proses lanjutan termasuk dilakukannya
perlakuan-perlakuan tertentu didalam pabrik. Oleh karena itu, proses dan
penyimpanan simplisia harus disesuaikan dengan jenis simplisia yang akan dipak.
Pemilihan bahan yang digunakan dalam pengepakan simplisia juga harus
memperhatikan ketehanannya untuk jangka waktu tertentu maupun pertimbangan dari
segi ekonominya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan utuk mempertahankan mutu
dan kualitas simplisia selama proses penyimpanannya adalah:

 Cahaya, karena sinar dengan Panjang gelombang tertentu dapat menyebabkan


reaksi kimia.
 Reaksi-reaksi kimia internal
 Oksidasi dari oksigen dalam udara
 Dehidrasi
 Absorbs air
 Kontaminasi
 Serangga
 Serangga dan kapang (Sulistyani, N. 2018)
.
8. Penjaminan Mutu

Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada saat proses pembelian. Simplisia


harus memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan. Persyaratan mutu
yang tertera dalam monografi simplisia antara lain susust pengeringan, kadar abu
total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan
kandungan kimia simplisia meliputi kadar minyak atsiri dan kadar kurkuminoid.
Beberapa parameter tersebut harus benar-benar dianalisis agar menjamin mutu
produk dan tidak menimbulkan efek yang tidak di inginkan. ( Azizah, B. 2013 ).
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Botani ilmu yang mempermudah dalam mengklasifikasikan tanaman yang


dijadikan sebagai herbarium, sedangkan Farmakognosi ilmu yang dapat membantu
dalam memperkenalkan obat yang berasal dari tanaman. Adapun teknik dalam
pembuatan herbarium dan simplisia sangat perlu di pelajari bila ingin membuat suau
produk obat tradisional.

5.2. Saran

Kami sebagai praktikan mengharapkan, PKL kedepannya dapat diisi dengan


kegiatan positif lainnya sehingga kegiatan PKL dalam kesehariannya akan lebih
bermamfaat. Agar praktikan tidak hanya berdiam diri di posko melainkan lebih aktif
beraktivitas di lingkungan PKL.

Sebaiknya jadwal pelaksanaan PKL disesuaikan dengan kondisi cuaca dan


kesiapan perencanaan, seperti konsumsi, trasportasi dan sebagainya. Agar dapat
berjalan dengan lancar dan teratur.

5.3. Keterbatasan PKL

PKL dilakukan di tengah musim penghujan yang akan trus mengguyur di


setiap harinya. Semakin hari intensitas hujan yang berlangsung semakin tinggi dan
sering. Sehingga pelaksanaan kegiatan PKL kurang berjalan dengan lancar dan tidak
teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha Setiawan. 2008. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5”. Pustaka
Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta.

Emelda. 2019 . “Farmakognosi untuk Mahasiswa Kompetensi Keahlian Farmasi”.


Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Hartanti Siti. 2021. “Botani Tanaman”. CV. Literasi Nusantara Abadi. Malang.

Hasanah, I.A. 2019. “Stasi Etbotani Tanaman di Desa Bumiayu Kecamatan


Bojonegoro dan Pemampaatan dalam Bentuk Herbarium sebagai Media
Pembelajaran Biologi”. Universitas Muhammadiah Surabaya. Surabaya.

Murni, P. 2015. “Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media


Pembelajaran Biologi di MAN Cendekia Muarjo Jambi”. Jurnal
Pengabdian Masyarakat. Jakarta.

Prasetyo dan Inoriah. 2013. “Pengelolaan Budidaya Obat“. UNIB. Bengkulu.

Sukardiman, dkk. 2020. ”Buku Ajar Farmakognosi”. Airlangga University Press.


Airlangga University Press.

Syamsiah, dkk. 2020.”Pemanfaatan Spesimen Herbarium sebagai Media


Pembelajaran bagi Guru-guru IPA/BIOLOGI”. Universitas Negeri
Makasar, Makasar.

Utami, M. 2013. “Keragaman dan Pemamfaatan Simplisia Nabati yang di


Pandangankan’’. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Purwokwrto.

Anda mungkin juga menyukai