DI SUSUN OLEH :
WARDATUL AINI
2008060051
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Penulis
DARTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Obat yang di gunakan dalam bentuk ramuan masih di lestarikan sampai saat
ini. Obat tradisional yang sering kita jumpai biasanya berasal dari tanaman tertentu
yang memiliki khasiat untuk mengatasi penyakit tertentu. Contohnya, tanaman pecut
kuda (stachytarpheta jamaicensis) yang di gunakan masyarakat sebagai obata mandel.
Selain itu, daun dari tumbuhan bandotan (ageratumconyzoides) di gunakan
masyarakat sebagai obat luka dan penurun panas. Masyarakat menggunakan obat-
obatan tradisional di turunkan oleh nenek moyang melalui pengalaman atau data
empiris. Hingga saat ini, obat tradisional masih di lestarikan dan digunakan oleh
sebagian besar masyarakat pribumi.
Obat tradisional yang di gunakan dalam bentuk ramuan buatan sendiri belum
di uji khasiat dan toksisitasnya. Dalam hal ini, kami mempelajari sekaligus
melakukan penelitian mengenai jenis tanaman dan khasiat tanaman. Kami dapat
mempelajari hal itu melalui kelas botani dan farmakognosi.
1.3. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik pembuatan herbarium dan simplisia.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanaman yang dijadikan sebagai simplisia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Praktik kerja lapangan tahun ini di ikuti oleh 119 mahasiswa dan mahasiswi,
semester 1 dan semester 3 jurusan S1 Farmasi Universitas Nahdlatul Ulama Nusa
Tenggara Barat. Seluruh peserta menempati rumah-rumah warga yang dijadikan
posko penginapan, yang dibagi menjadi 6 posko dan masing-masing posko di tempati
oleh 2 atau 3 kelompok. Lokasi praktik tahun ini terselenggarakan di Desa Bukit
Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB. Daerah
tersebut memiliki kawasan hutan yang di lindungi dan memiliki beraneka ragam
spesies tanaman, sehingga sangat cocok di jadikan sebagai tempat praktik kerja
lapangan (PKL) Botani dan Farmakognosi. Praktik kerja lapangan di laksanakan pada
hari Jum’at-Minggu, tanggal 19-21 November 2021. Kawasan di wilayah tersebut
masih memegang tradisi nenek moyang sejak zaman dahulu, pengobatan yang sering
di lakukan oleh masyaraka masih terbilang tradisisonal. Pengobatan yang di gunakan
adalah obat-obatan herbal yang berasal dari tanaman setempat.
Saat tiba di lokasi kita langsung diarahkan menuju posko utama untuk
melaksanakan acara penyambutan oleh jajaran dusun dan desa. Selesai dari acara
penyambutan, suluruh peserta diperintahkan untuk menuju ke posko masing-masing.
Selama di posko kita membagi tugas dengan teman seposko, adasebagian yang
membersihkan tempat beristirahat dan sebagiannya lagi membantu merapikan barang
bawaan. Pada waktu sore harinya, ada perlombaan membuat sasak bambu dan tas
gendong yang terbuat dari karung dan tas tenteng dari plastic besar guna untuk
mengambil sampel besok paginya. Pembuatan sasak bambu harus benar-benar kuat
dan melewati beberapa kali pemeriksaan, hamper nyerah sih karena udah nggk tahu
lagi mau buat seperti gimana lagi dan tali rapia untuk mengikatnya pun hamper habis.
Farmakognosi di bentuk dari penggabungan dua kata yang berasal dari bahasa
yunani, pharmakon ( obat ) dan gnosis ( pengetahuan ), yang berarti pengetahuan
tentang obat-obatan. ( sukardiman, dkk,. 2020).
1. Herbarium kering adalah koleksi spesimen tumbuhan yang telah dipres dan
dikeringkan serta ditempel pada kertas. (Murni, 2015).
2. Herbarium basah adalah koleksi spesimen yang diawetkan dengan
menggunakan larutan FAA (larutan yang terdiri dari formalin, alkohol, asam
glasial dengan formula tertentu). (Murni, 2015).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses seengah jadi,
seperti pengeringan. (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berasal dari hewan dalam keadaan utuh.
(Prasetyo dan Inoriah, 2013).
3. Simplisia pelican adalah simplisia yang berupa bahan pelican atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana serta belum berupa zat
kimia murni. (Utami, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
Plastik
Parang
Bahan :
Tanaman Sasak Bambu
Kardus Amplop
Tali Polpen
Buku
B. Simplisia
Alat :
Plastik Amplop
Parang Gunting
Bahan
Air Tanaman
Cara kerja :
PENGAMBILAN SAMPEL
PENGATURAN SAMPEL
PENGEPRESAN SAMPEL
PENGERINGAN
Cara Kerja :
PENGAMBILAN SAMPEL
SORTASI BASAH
PENCUCIAN
PERAJANGAN
PENGERINGAN
SORTASI KERING
PENYIMPANAN
PEMERIKSAAN MUTU
BAB IV
PEMBAHASAN
Suku : Zingiberaceae
Nama
a. Sinonim
Costus loureir., Amomum arboreum Lour., A. hirsutum Lamk., Banksia
speciosa Koenig.
b. Nama daerah
Sumatra: totar, tabar-tabar (Batak), sitawar, tawa-tawa (Mink.), kelacim,
setawar, tabar-tabar, tawar-tawar, tebu tawar (Bangka). Jawa: pacing, p.
tawar, tepung tawar (Sunda), pacing, p. tawa, poncang-poncang (Jawa), bunto
(Madura). Sulawesi: lingkuwas in talun, lincuas in talun, pola i batang
(Minah.), tampung tawara galoba utan (Manado). Maluku: tehe tepu, tubu-
tubu (Ambon), buri-muri, tebe pusa (Ser.), uga-uga (Ternate).
c. Nama asing
Zhang liu tou (C)
Uraian Tumbuhan
Rasa rimpang asam, pedas, bersifat sejuk, sedikit toksik dan berkhasiat
meluruhkan kencing (diuretik), antitoksik, menghilangkan gatal (antipruritus) dan
meluruhkan keringat (diaforetik).
Kandungan Kimia
Contoh Pemakaian
Mencegah kehamilan
Rebus 10 g rimpang pacing kering dan 1 buah pace. Minum setiap hari
selama 10 hari setelah haid (menstruasi).
Digigit ular
Tumbuk 30 cm batang pacing. Tambah 2 sdm air garam, peras, minum.
Gunakan ampasnya untuk menurap luka bekas gigitan, lalu balut. Lakukan 2
kali sehari.
Bengkak karena penyakit ginjal akut
Rebus 10 g rimpang pacing kering dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Minum pada pagi hari.
Eksem, gatal-gatal (urtikaria)
Rebus rimpang pacing segar secukupnya yang telah diiris dengan air
secukupnya selama 15 menit. Gunakan untuk mencuci eksem atau kulit yang
gatal.
Memperbaiki pertumbuhan rambut
Tumbuk batang dan daun muda secukupnya, panas, saring. Embunkan
selama 1 malam. Keesekan pagi, gunakan untuk mencuci rambut sambil
pijat ringan.
Efek Samping
A. Herbarium
Sebelum melakukan pengaturan posisi sampel dengan baik pada sasak, sasak
di buat terlebih dahulu dengan bambu dan di ikat dengan tali seerat mungkin. Lapisi
sasak dengan kardus dan kertas/ Koran sebagai tempat memposisikan sampel,
kemudian semprotkan dengan alcohol agar mikroorganismenya mati. Selanjutnya
posisikan sampel pada sasak dengan baik. Agar sampel dapat bertahan dengan
posisinya rekatkan batang , dan daun dengan selotip yang dilapisi dengan kertas.
Tutup kembali dengan kertas atau Koran dan rekatkan dengan lakban sampai udara
idak dapat masuk ke dalam, alasannya untuk mencegah terjadinya pertembuhan
mikroorganisme.
4. Pengepresan
Agar udara atau oksigen idak masuk ke dalam sampel lakukan dengan
pengepresan dengan sasak kemudian ikat dengan tiap ujung sasak sati dengan lainnya
agar tidak merubah posisi. Pengepresan di lakukan unuk menghenikan udara masuk
ke dalam yang dapa menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme.
5. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan selama 2 bulan tergantung dari beberapa hal berikut:
B. Simplisia
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia di tentukan oleh waktu panen, umur
tanaman, bagian tanaman yang di gunakan dan tempa tumbuhnya, pada umumnya
waku pengumpulan sebagai berikut:
2. Sortasi Basah
Sortasi basah bertujuan untuk membersihkan bahan simplisia baik berupa
akar, daun, biji, bunga, umbi dan lain sebagainya dari berbagai faktor lainbyang tidak
di inginkan dalam proses perlakuan. Pembersihan dilakukan terhadap banyak faktor
seperti pembersihan dari bebatuan kecil atau kerikil yang menempel pada bahan,
potongan-potongan dari bagian tumbuhan yang tidak diperlukan, tanah rerumputan.
(Wahyuni, 2014).
3. Pencucian
Proses pencucian merupakan tahapan lebih lanjut dari tahap sortasi basah.
Pencucian dilakukan untuk membersihakn berbagai kotoran yang masih melekat pada
bahan simplisia, seperti tanah. Kotoran-kotoran yang menempel pada simplisia juga
cenderung mengandung bakteri, sehingga proses pencucian juga harus dilakukan
dengan air mengalir dan bersih, jangan erlalu lama karena dapa menghilangkan
kandunga zat aktifnya. Specimen tidak boleh di cuci pada air yang bergenang karena
dapa terkontaminasi dengan kotoran dan mengurangi kandungannya.
4. Perajangan
5. Pengeringan
Pengeringan buatan
6. Sortasi Kering
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Dalimartha Setiawan. 2008. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5”. Pustaka
Bunda, Grup Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta.
Hartanti Siti. 2021. “Botani Tanaman”. CV. Literasi Nusantara Abadi. Malang.