Anda di halaman 1dari 66

KARYA ILMIAH TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENERAPAN POLA TANAM PADA


TANAMAN CABAI DI DESA MANULAI 1 KACAMATAN
KUPANG BARAT KABUPATEN KUPANG

Oleh:
MARGARETHA NELCI
NIM:162380060

Karya Ilmiah Tugas Akhir Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Terapan Pertanian Pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering
Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN LAHAN KERING


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI PENERAPAN POLA TANAM PADA TANAMAN CABAI


DI DESA MANULAI 1 KACAMATAN KUPANG BARAT KABUPATEN
KUPANG

Oleh:
MARGARETHA NELCI
NIM. 162380060

Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Maria Klara Salli,MP Herlyn Djunina S.Sos.,MA


NIP. 19660813 199403 2 001 NIP.19690904 199512 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Manajemen Pertanian Lahan Kering Penyuluhan Pertanian Lahan
Kering

Jemseng C.Abineno,STP.M.Sc
NIP. 19751106 200312 1 004 Cokorda Bagus D.P.M,S.Pt.,M.Pt
NIP. 19850724 200812 1 002

Mengesahkan
Direktur
Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Ir. Thomas Lapenangga, M.Si


NIP. 19590811 198703 1 002

i
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Karya Ilmiah Tugas Akhir Ini Telah Deisetujui Oleh Komisi Pembimbing Dan
Telah Di Uji Pada Hari Rabu,22 juni 2022

Ketua:

Endayani V.Muhammad,S.Pt.,M.Si ( )
NIP. 19690904199512 2 001

Anggota Penguji:

Donatus Kantur, SP.,MP ( )


NIP. 19681231 199702 1 002

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Margaretha Nelci

NIM : 162380060

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Lahan Kering

Jurusan : Manajemen Pertanian Lahan Kering

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Tugas Akhir yang saya buat
dengan judul : Identifikasi Penerapan Pola Tanam Pada Tanaman Cabai Di Desa
Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, adalah:

1. Merupakan hasil karya sendiri, dan benar-benar tersumber dari hasil


penelitian mandiri dibawah bimbingan tim dosen pembimbing serta di
dukung dengan referensi seperti yang tertera pada daftar pustaka.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tugas yang sudah dipublikasikan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan galar keserjanaan.

Apabila dikemudian hari ditemukan terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 tahun 2010
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini
di buat.

Kupang, 2022

Margareha nelci
NIM: 162380060

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ jika tak berani berkorban maka lupakan kesuksesan. Hanya mereka yang
mengambil resiko yang akan keluar menjadi pemenang”
Pertama-tama kuucapkan rasa bersyukur dan terima kasih kepada
Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat bimbingan dan penyertaanNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Saya persembahkan
karya ini kepada semua pihak yang kukasihi dan kucintai:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Wihelmus Dandung dan Ibu Maria
Inda atas segala doa, dukungan yang tulus demi keberhasilan dan
masa depan saya.
2. Keluarga kecil saya yaitu suami tercinta Renaldy J.P dan kedua
anak-anak ku Revano dan Ricardo
3. Saudara dan saudari ku kakak Hilarius Hadu dan adek Jen, Jelin,
Soyan dan Boy
4. Semua keluarga terlebih khusus kelaurga dari suami yang selalu
mendukung, saya Bapak micael Manafe dan Ibu Erna Florensa
Lukas serta kakak Seling dan adek Dira, vito, vido dan adriel.
5. Almamater tercinta Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Benteng Kuwu Kecamatan Ruteng,


Kabupaten Manggarai pada tanggal 19 oktober 1996. Penulis
merupakan putri kedua dari lima (5) bersaudara dari pasangan
Bapak Wihelmus Dandung Dan Ibu Maria Inda. Penulis mulai
studi tingkat dasarnya pada SDI Purang 2003 selesai tahun
2009, kemudian lanjutkan studi tingkat pertama pada SMPN 1
Kupang Barat tahun 2009 dan selesai tahun 2012 dan

iv
kemudian penulis melanjutkan studi tingkat menengah atas pada sekolah SMAN 1
Kupang Barat tahun 2012 dan selesai pada tahun 2016. Pada bulan Agustus 2016
penulis diterima sebagai mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang pada
Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering Program Studi Penyuluhan Pertanian
Lahan Kering.

RINGKASAN

IDENTIFIKASI PENERAPAN POLA TANAM PADA
TANAMAN CABAI

Margareha Nelci,1 Ir.Maria Klara Salli,MP,2 Herlyn Djunina,S.Sos.,MA,3

v
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Manulai, Kecamatan Kupang
Barat, Kabupaten Kupang, yang dimulai dari bulan Desember – Januari 2022.
Tujuannya adalah untuk mengetahui penerapan pola tanam pada tanaman cabai.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan data analisis yaitu diskriptif.
Dengan hasil penelitian menunjukan dari 4 kelompok tani yang ada di Desa
Manulai 1 2 kelompok tani yang menngunakan pola tanam monokultur, yaitu
kelompok tani lontar ( 15 orang) kelompok tani borogenvil ( 20 orang) dan 2
kelompok tani yang menerapkan pola tanam tumpang sari, yaitu kelompok tani
Talenalain ( 10 orang) dan kelompok tani Karunia ( 11 orang). Pola tanam
monokultur merupakan pola tanam yang digunakan petani dari awal penanaman
cabai dengan alasan menggunakan pola tanam ini yaitu lebih memudahkan petani
dalam melakukan budidaya. Sedangkan pola tanam tumpeng sari merupakan pola
tanam yang digunakan petani sejak adanya masalah pada tanaman sebelumnya
dengan alasan petani bertahan dalam menggunakan pola tanam ini yaitu lebih
mengguntungkan petani.

Kata kunci : Identifikasi, Penerapan, Pola Tanam Cabai

❑ Mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian Lahan Kering


1

❑ Pembimbing I
2

❑3Pembimbing II

SUMMARY
IDENTIFICATION OF APPLICATION OF PLANTING PATTERNS ON
CHILLIES
Margareha Nelci,1 Ir.Maria Klara Salli,MP,2 Herlyn Djunina,S.Sos.,MA,3

vi
This research was carried out in Manulai Village, West Kupang District,
Kupang Regency, starting from December - January 2022. The aim was to
determine the application of cropping patterns to chili plants. This study uses a
survey method with descriptive data analysis. The results showed that from the 4
farmer groups in Manulai 1 Village, 2 farmer groups used a monoculture cropping
pattern, namely the lontar farmer group (15 people), the borogenvil farmer group
(20 people) and 2 farmer groups applying the intercropping pattern, namely
Talenalain farmer group (10 people) and Karunia farmer group (11 people).
Monoculture cropping pattern is a cropping pattern used by farmers from planting
chilies on the grounds that the use of this cropping pattern makes it easier for
farmers to cultivate. While the tumpeng sari cropping pattern is a cropping pattern
used by farmers since there were problems with the previous crop on the grounds
that farmers persist in using this cropping pattern, which is more profitable for
farmers.

Keywords: Identification, Application, Chili Planting Pattern

❑ Dryland Agricultural Extension Study Student Program


1

❑2Adviser I
❑ Adviser II
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat kepada Tuhan yang Maha
Esa,karna atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini

vii
dengan judul “Identifikasi penerapan pola tanam pada tanaman cabai di Desa
Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang” dengan baik.Penulis
menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak secara lansung maupun tidak lansung. Oleh karena itu, padakesempatan ini
perlu disampaikan terimakasih kepada :
1. Ir.Thomas Lapenangga,MS selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Kupang
2. Jemseng C.Abineno, STP.,M.Sc selaku ketua jurusan Manajemen
Pertanian Lahan Kering
3. Cokorda Bagus D.P.M, S.Pt.,M.Pt Selaku ketua program studi Penyuluhan
Pertanian Lahan Kering
4. Ir. Maria Klara Salli,MP selaku pembimbing 1 dan Herlyn Jhunina
S.Sos.,MA selaku pembimbing 11
5. Kedua orang tua tercinta Wihelmus Dandung dan Maria Inda yang selalu
mendukung dan mendokan penulis
Dalam penulisan Karya Ilmiah Tugas Akhir ini, disadari masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharakan masukan dan saran yang baik demi kesempurnaanya, dan
terhadapnya disampaikan terimakasih.

DAFTAR ISI

HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i

viii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
RINGKASAN ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Identifikasi...................................................................................... 4
2.2 Pengertian Penerapan ..................................................................... 5
2.3 Pengertian Pola Tanam................................................................... 5
2.4 Pola Tanam Pada Tanaman Cabai.................................................. 12
2.5 Jenis-jenis Pola Tanam................................................................... 15
2.6 Tanaman Cabai............................................................................... 21
2.7 Penelitian Terdahulu....................................................................... 23
BAB III KERANGKA BERPIKIR............................................................... 24
3.1 Kerangka Berpikir.......................................................................... 24
BAB VI METODE PENELITIAN................................................................ 25
4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian..................................... 25
4.2 Metode Penelitian........................................................................... 25

ix
4.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian................................................... 26
4.4 Instrumen Penelitian....................................................................... 26
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................... 26
4.5.1 Ukuran Sampel................................................................ 27
4.5.2 Teknik Sampling.............................................................. 28
4.6 Teknik pengumpulan Data.............................................................. 28
4.7 Defenisi Oprasional........................................................................ 29
4.8 Variabel Penelitian.......................................................................... 29
4.9 Tahapan penelitian.......................................................................... 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 30
5.1 Profil Desa Manulai 1...................................................................... 30
5.1.1 Keadaan Geografis Desa Manulai 1.............................. 30
5.1.2 Keadaan Topografi........................................................ 30
5.1.3 Aksebelitas..................................................................... 30
5.1.4 Potensi Desa................................................................... 31
5.1.5 Tataguna Lahan............................................................. 31
5.1.6 Keadaan Penduduk Desa Manulai 1.............................. 32
5.1.6.1 Jumlah Penduduk............................................... 32
5.1.6.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin. . 32
5.1.6.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan MataPencarian. 32
5.1.6.4 Jumlah penduduk menurut Pendidikan.............. 33
5.1.6.5 Jumlah Kelompok Tani Dan Anggotanya......... 33
5.2 Profil Responden............................................................................ 34
5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............... 34
5.2.2 Umur Responden.................................................................. 35
5.2.3 Tingkat Pendidikan Responden............................................ 36
5.2.4 Luas Lahan Cabai................................................................. 36

x
5.3 Penerapan Pola Tanam Pada Tanaman Cabai di Desa Manulai 1.... 37
5.3.1 Pola Tanam Monokultur....................................................... 39
5.3.2 Pola Tanam Tumpang Sari................................................... 43
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 58
6.1 Kesimpulan....................................................................................... 48
6.2 Saran................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 49

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan Tataguna Lahan............................................................31
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...........................32

xi
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencarian...............................33
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan............................................33
Tabel 5. Jumlah Anggota Kelompok Tani......................................................34
Tabel 6. Jumlah Kelompok Tani Yang Dipilih Sebagai Responden..............34
Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Tenaga Kerja.....................35
Tabel 8. Sebaran Responden Terhadap Pendidikan.......................................36
Tabel 9. Seabaran Responden Terhadap Jumlah Luasan Lahan Cabai..........36
Tabel 10. Jumlah Kelompok tani Penerapan Pola Tanaman Cabai................48

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir....................................................................24

xii
Gambar 2 . Model Pola Tanam monokultur Di Desa Manulai 1...........................39
Gambar 3. Model Pola Tanam Tumpang Sari Di Desa Manulai 1.......................43

DAFTAR LAMPIRAN

xiii
Lampiran 1. Koesioner ………………………………………………….….……54
Lampiran 2. Data kelompok Tani Responden……………….….………………..61
Lampiran 3. Data Produksi cabai ………………………………………..………64
Gambar Pola Tanam………………………………………………….…………..65
Gambar Kegiatan dilokasi …………………..………………………….………..68
Gambar Hama dan Penyakit …………………….………………….……………70

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial. Hal ini disebabkan
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai
ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik itu untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk keperluan industry makanan. Dengan adanya usahatani cabai
petani mengharapkan adanya peningkatan pendapatan selain dari hasil tanaman
sayuran lainya. Petani mengharapkan pastinya ingin hasil yang mereka tanam
membuahkan hasil yang maksimal namun, factor penghambat pertumbuhan
tanaman terkadang dapat membuat tanaman yang mereka tanam tidak
membuahkan hasil yang baik atau bahkan terjadinya gagal panen begitupun yang
terjadi saat ini di Desa Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat.
Kecamatan Kupang Barat khususnya desa Manulai 1 adalah salah satu
desa yang tidak pernah terlepas dari budidaya tanaman cabai, karena cabai
memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan tanaman sayuran lainya yang mereka
tanam. Usahatani cabai skalanya relatif kecil dan adanya ketergantungan terhadap
harga jual yang selalu berfluktuasi setiap waktu akan mempengaruhi hasil
usahatani serta pendapatan petani. Sementara yang  terjadi saat ini kelompok tani
di Desa Manulai 1 adalah petani berharap agar dalam penghasilan cabai ini akan
terus meningkat dari penghasilan budidaya tanaman hortikultura lainya namun,
petani kendala dalam menghadapi akan hama dan penyakit, khususnya hama
yang sering menyerang tanaman cabai petani, yaitu hama trips dan hama
kutukebul yang dimnana hama Thrips merupakan hama yang paling berbahaya
terutama untuk tanaman cabai. Hama ini menyerang daun muda dan juga putik-
putik cabai. Gejala awal yang mudah di deteksi adalah jika ditemukan warna daun
cabai menguning, keriting, dan daun menggulung keatas. Hama Kutu kebul
(Bemisia tabaci) merupakan hama utama bagi berbagai tanaman sayuran di
Indonesia. Kutukebul adalah serangga berukuran kecil dan berwarna putih.

1
Biasanya menyerang tanaman apa saja seperti tanaman palawija, cabai,sayuran
dan buah-buahan, biasanya hama ini berdiam dibalik daun secara berkelompok.
Sehingga dengan kaadaan tersebut petani mencoba untuk mengatasinya
dengan mengubah cara pola tanam yang awalnya menggunakan pola tanam
monokultur, dengan melihat perbandingan dengan kelompok tani yang sudah
beralih ke tumpang sari yaitu produktifitasnya lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan pola tanam monokultur yang sebelumnya mereka gunakan. dalam
hal ini petani mencoba untuk mengatasinya dengan mengatur pola tanam yang
menurut petani hal itu dapat memberikan kemudahan dan dapat mengatasi akan
gagal panen yang di pengaruhi oleh hama dan penyakit dengan memilih pola
tanam yang digunakan yaitu pola tanam tumpang sari.
           Pola tanam tumpang sari merupakan penanaman beberapa jenis tanaman
dalam system ganda (multiple cropping) merupakan satu usaha meningkatkan
hasil pertanian, dengan memperhatikan pemilihan kombinasi tanaman yang
tepat, sehingga tidak menimbulkan medan persaingan antar tanaman yang
ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan radiasi matahari, air dan nutrisi yang
akan berpengaruh pada pertumbuhan maupun hasil (Dwie. M, cit. Nurngaini, et.
al. 2003). Dalam menggunakan pola tanam tumpang sari sering kali petani cabai
di Desa Manulai 1 kombinasikan tanaman cabai dengan tanaman jagung dan
sayur-sayuran seperti kacang hijau yang dapat mengurangi serangan dari hama
dan penyakit khususnya hama trips dan hama kutukebul dan penyakit kuning pada
daun, elain itu tanaman kombinasi ini juga dapat dipasarkan atau dikonsumsi
sendiri. Tumpang sari suatu tanaman yang di terapkan di Desa Manulai 1
merupakan salah satu bentuk atau cara pengaturan tanaman dalam satu lahan.
Penanaman tumpang sari yang dilakukan petani dapat meningkatkan produk
total, juga meningkatkan pedapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
penanaman monokultur. Selain itu, tumpang sari juga dapat meningkatkan daya
guna zat hara dalam tanah, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ruang dan
cahaya, mengurangi gangguan hama, penyakit dan gulma serta mengurangi
besarnya erosi.

2
Di Desa Manulai 1 belum semua kelompok tani melakukan pola tanam
tumpang sari, sebagian sudah menerapkan pola tanam tumpang sari dan
sebagianya belum atau masih menerapkan pola tanam monokultur. Dengan
masalah yang dihadapi petani yang telah disampaikan sebelumnya saat
menggunakan pola tanam monokultur membuat sebagian kelompok tani
mengatasi masalah ini dengan mengubah cara pola tanam mereka ke tumpang sari
dengan alasan bahwa pola tanam tumpang sari mempunyai keuntungan dapat
mengatasi cuaca yang tidak menentu dan tidak mudah dalam serangan hama dan
penyakit. Maka dari persoalan tersebut penulis ingin penelitian dengan judul”
Identifikasi penerapan pola tanam pada tanaman cabai di Desa Manulai 1
Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat


dirumuskan masalah penelitian adalah: Bagaimana penerapan pola tanam pada
tanaman cabai di Desa Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat,Kabupaten Kupang?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan penelitian


ini adalah : Mengetahui penerapan pola tanam pada tanaman cabai

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi petani,dapat dijadikan sabagai bahan evaluasi dalam budidaya


tanaman sayur-sayuran khususnya pada tanaman cabai
2. Bagi pemerintah atau instansi yang terkait dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan
pertanian pada lokasi penelitian.
3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai reference dalam bidang
peneliti

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi

Menurut Sudarsono (1999:175) identifikasi memiliki tiga arti yaitu: Bukti


diri, penentuan atau penetapan seseorang benda dan sebagainya, Proses secara
kejiwaan yang terjadi pada seseorang karena secara tidak sadar membayangkan
dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, Penentuan seseorang berdasarkan
bukti-bukti sebagai petunjuknya

Menurut Hardaniwati (2003: 237) identifikasi adalah tanda kenal diri,


Penentu atau penetapan identitas seseorang. Sedangkan menurut Komarudin
dan Yooke Tjupanah (2000:92) bahwa identifikasi berasal dari bahasa latin,
identitas, persamaan, identitas.

1. Fakta, bukti, tanda, atau petunjuk mengenai identitas.


2.  Pencarian atau penelitian ciri-ciri yang bersamaan.
3. Pengenalan tanda-tanda atau karakteristik suatu hal berdasarkan pada tanda
pengenal.
 Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku seseorang atau 
sikap kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap
sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara dia dengan pihak lain
termaksud. Pada dasarnya proses identifikasi merupakan sarana atau cara untuk
memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain dan cara
untuk menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut (Saifuddin
Azwar 2005:).
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa
identifikasi adalah penentuan identitas seseorang atau benda pada suatu
saat tertentu. Sedangkan yang dimaksud identifikasi dalam penelitian ini
adalah menentukan identifikasi prilaku petani terhadap penerapan pola tanam
tumpang sari pada tanaman cabai

4
2.2.      Pengertian Penerapan
   Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan
adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan
adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk
mencapai tujuan  tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu
kelompokatau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
Menurut Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah bermuara pada
aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.Implementasi bukan

sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan
kegiatan. Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata


penerapan (implementasi) bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau
mekanisme suatu system. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa
penerapan (implementasi) bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma
tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2.3. Pengertian pola tanam


Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun
waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola
tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada
pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula
pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis
tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama.
 Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan
produktivitas lahan.  Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman
kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang
menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit

5
untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian
terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama
adalah pendekatan yang bijak.

 Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang
akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang
mempengaruhi pola tanam :

 Ketersediaan air dalam satu tahun

 Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut

 Jenis tanah setempat

 Kondisi umum daerah tersebut, missal genangan

 Kebiasaan dan kemampuan petani setempat

Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi


pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu
satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman
yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata  tanam yang
berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik
setiap daerah juga berbeda.

Dua hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam : Persediaan
air irigasi di musim kemarau yang terbatas, air yang terbatas harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya, sehingga tiap petak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang
diperlukan.

Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang


ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam
menetukan metode irigasi dan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan.
Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas
pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang
diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku

6
pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap
daerah juga berbeda

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun


waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola
tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada
pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula
pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis
tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama. Pola tanam dapat digunakan
sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam
pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang
baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut.
Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang
optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil
tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak.

Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang
akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang
mempengaruhi pola tanam : Ketersediaan air dalam satu tahun, prasarana yang
tersedia dalam lahan tersebut, Jenis tanah setempat, Kondisi umum daerah
tersebut, missal genangan.

Kebiasaan dan kemampuan petani setempat Penetapan pola tata tanam


diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah
macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam.
Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan
luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan
berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda. Dua
hal pokok yang mendasari diperlukannya pola tata tanam :

1. Persediaan air irigasi di musim kemarau yang terbatas.


2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga tiap petak
mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

7
Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang
ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam
menetukan metode irigasi dan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan.
Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas
pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang
diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku
pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap
daerah juga berbeda

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan pola tanam


(usaha tani) adalah :

1. Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya


ketersediaan
2. Keadaan tanah yang meliputi sifat fisik,kimia dan bentuk
permukaan tanah.
3. Tinggi tempat dari permukaan laut,terutama sehubungan dengan
suhu udara, tanah
4. Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan
potensial.
5. Ketersediaan dan aksesibilitas bahan tanaman yang meliputi jenis
dan varietas menurut agroekosistem dan toleransi terhadap jasad
penggangu.
6. Aksesibilitas dan kelancaran pemasaran hasil produksi dengan
dukungan infrastruktur dan potensi pasar yang memadai.

Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi
seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan
tujuan dari penerapan pola tata tanam adalah sebagai berikut:

1. Menghindari ketidakseragaman tanaman.


2. Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha
pengelolaan air irigasi.

8
3. Peningkatan efisiensi irigasi.
4. Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
5. Meningkatkan hasil produksi pertanian

Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan
polikultur.

A. Monokultur

Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara


budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal.
Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta
menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya
tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah
keseragamankultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman
(OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).

Cara budidaya ini biasanya dipertentangkan dengan pertanaman campuran


atau polikultur. Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan,
baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan
yang berbeda). Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat
monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan
sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa pun. Akibatnya, hama atau penyakit
dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya.
Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi lahan
ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus
hidup OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.

B. Polikultur

Polikultur adalah pertanian menggunakan beberapa tanaman dalam ruang


yang sama, meniru keragaman ekosistem alami, dan menghindari berdiri besar
tanaman tunggal, atau monokultur. Ini termasuk rotasi tanaman, multi-cropping,

9
tumpang sari, penanaman pendamping, gulma menguntungkan, dan tanam gang.
Polikultur, meskipun sering membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan monokultur:

Keragaman tanaman menghindari kerentanan monokultur terhadap


penyakit. Sebagai contoh, sebuah penelitian di Cina dilaporkan dalam Nature
menunjukkan bahwa menanam beberapa varietas padi di bidang yang sama
meningkat hasil panen 89%, terutama karena penurunan (94%) dramatis dalam
kejadian penyakit, yang membuat pestisida berlebihan. Berbagai besar tanaman
menyediakan habitat bagi lebih banyak spesies, meningkatkan lokal
keanekaragaman hayati . Ini adalah salah satu contoh ekologi rekonsiliasi , atau
keanekaragaman hayati dalam bentang alam menampung manusia. Ini juga
merupakan fungsi dari pengendalian hama secara biologis program.
Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang
satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat
mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau
allicin

Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan-


kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium
yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran
berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan
tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.

Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini
dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT, memperoleh hasil
panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan
panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas
rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya. Sistem penanaman polikultur
juga memiliki kekurangan terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis
tanaman, diantaranya adalah :

Persaingan antara tanaman dalam menghisap unsur hara dalam tanah,


dengan beragam jenis tanam maka hama penyakit juga semakin banyak atau

10
beragam, Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat. Dalam pola tanam
polikultur terdapat beberapa macam istilah dari sistem ini, yang mana
pengertiannya sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang
sama tetapi alasan dan tujuannya yang berbeda, yaitu :

1. Tumpang Campuran yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman


pada satu lahan dan dalam waktu yang sama dan umumnya bertujuan
mengurangi hama penyakit dari jenis tanaman yang satu atau
pendampingnya.
2. Tumpang Sari yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu
lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.
3. Tumpang Gilir yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada satu
lahan yang sama selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari
satu hasil panen.
4. Tanaman Pendamping yaitu penanaman dalam satu bedeng ditanam
lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya
yang bertujuan untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan
unsur hara.
5. Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara
larikan atau lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
6. Pergiliran atau rotasi Tanaman yaitu menanam lebih dari satu jenis
tanaman yang tidak sefamili secara bergilir pada satu lahan yang
bertujuan untuk memutuskan siklus hidup hama penyakit tanaman.

2.4      Pola Tanam pada tanaman cabai
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) adalah tumbuhan perdu dengan
rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsasisin. Cabai
merupakan family Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang
memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar
yang menarik. Buah cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu

11
masak juga dapat diawetkan, misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai dan
buah keringa.
Klasifikasi Cabai: Menurut (Tim Bina Karya Tani (2011), secara
sistematik tanaman cabai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom:
Platarum, Divisi: SpermatopHyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas Dikotyledonaea, 
Ordo: Tubiflorae, Famili: Solanaceae Genus: Capsicum Species : Capsicum
annum L.
b. Syarat tumbuh
1) Iklim

Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan cabai merah adalah 250 -270 C pada
siang hari dan 180-200 C pada malam hari sedangkan untuk curah hujan yang
baik untuk pertumbuhan cabai adalah sekitar 600-1.200 mm per tahun. Tinggi
rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai. Pada suhu
yang tinggi terjadi penguapan sehingga tanaman akan kekurangan air, oleh karena
itu perlu menyiapkan air misalnya membuat sumur (Tim Bina Karya Tani, 2011).

2) Lahan

Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar dapat juga ditanam
pada lereng-lereng Gunung atau bukit. Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai
antara 0-100. Tanaman cabai juga dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada
berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga liat (Harpenas,
2010).Tanaman cabai dapat tumbuh optimal pada tanah dengan pH 5,5-6,8 namun
tanaman cabai masih toleran pada derajat keasaman hingga pH 5 hingga 7.
Apabila pH lahan pertanaman itu rendah sehingga tidak sesuai dengan syarat
tumbuh, maka nilai pH-nya dapat ditingkatkan dengan melakukan pengapuran.
Sebaliknya, bila pH 11 lahan pertanaman itu terlalu tinggi, maka nilai pH-nya
dapat diturunkan dengan memberikan belerang pada tanah (Tim Bina Karya Tani,
2011).

3) Ketinggian
Cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas, oleh karena itu tanaman ini
dapat dibudidayakan hampir seluruh wilayah Indonesia. Cabai cocok ditanam

12
pada dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1.400
Mdpl. Budidaya cabai meliputi :
a. Persemaian
Persemaian dimulai dari merendam benih dalam air hangat (500 C) atau
larutan propamokarb Hidroklorida (1 cc/l) selama ½ jam. Benih disebar secara
merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan
pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3
hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari kasa/plastic transparan
kemudian persemaian ditutup yang bertujuan untuk menghindari serangan
organisme pengganggu tanaman, setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke
dalam bumbungan daun pisang/pot plastic dengan media yang sama (tanah dan
pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di
lahan setelah berumur 4-5 minggu.
b. Pengolahan lahan
1.) Lahan kering (tegalan)
Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm, sampai gembur kemudian dibuat
bendengan-bendengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm. lubang tanam dibuat
dengan jarak tanam (50-60 cm), sehingga dalam tiap bendengan terdapat 2 baris
tanaman.
2.) Lahan sawah
Tanah dicangkul sampai gembur kemudian dibuat bedengan bedengan
dengan lebar 1,5 m dan antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50
cm. dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 50x60 cm apabila pH tanah kurang
dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan kaptan/dolomit dengan dosis 1,5
ton/ha, dan kcl 150-200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3,6, dan 9 minggu
setelah tanam.
c. Pemupukan
Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi
sebanyak 20- 40 ton/ha dan pupuk buatan TSP 200-225 kg/ha, dan kcl 150-200
kg/ha diberikan pada umur 3,6,dan 9 minggu setelah tanam.
d. Pemeliharaan

13
Penyulaman dilakukan paling lambat 1-2 minggu setelah tanam untuk
mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb
(digenangi) ataudengan disiram per lubang. Penggemburan tanah dilakukan
dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan
untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang
utama sebaiknya dipangkas.
e. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman cabai antara lain kutukebul, trips,
kutudaun, ulat grayak, ulat buah, lalat buah, antraknos, penyakit layu, virus
kuning, dan lain-lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah penggunaan
border 4-6 baring, pemanfaatan musuh alami, penggunaan perangkap, penggunaan
pestisida nabati, penggunaan pestisida kimia.
f. Panen dan Pasca Panen
Cabai didataran rendah dapat dipanen pertama kali pada umur 70-75
harisetelah tanam sedangkan di dataran tinggi pada umur 4-5 bulan, dengan
interval panen 3-7 hari. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah caba sehat,
bentuk normal dan baik dengan buah yang kualitasnya tidak baik dengan buah
yang kualitasnya tidak baik. Pengemasan cabai untuk transportasi jarak jauh
sebaiknya menggunakan kemasan yang diberi lubang angin yang cukup atau
menggunakan karung jala. Apabila hendak disimpan sebaliknya disimpan di
tempat penyimpanan yang kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.
2.5. jenis-jenis pola tanam

a. Monokultur
Monokultur berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu.
Cultureberarti pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan
suatu usaha pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan
membudidayakan satu jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas,
monokultur merupakan pola tanam denan membudidayakan hanya
satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya
pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan

14
sampai tiga musim tanam (satu tahun).  Pemilihan pola tanam monokultur sangat
dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha tani dan juga keberadaan akan faktor-faktor
pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu usaha tani dengan tujuan komersial,
terdapat kecenderungan untuk memilih pola tanam monokultur. Pada usaha tani
komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan tujuan akhir yang akan dicapai.
Pada monokultur bisa mengintensifkan tanaman yang paling memiliki nilai
ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai ekonomi tinggi akan tinggi
pula. Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih mudah dan murah dalam
perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan kemurahan ini akan
semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.
Suatu lahan dengan irigasi teknis yang memadai, hampir bisa dipastikan
kalau pola tanam yang digunakan adalah monokultur tanaman padi. Hingga saat
ini, padi merupakan makanan pokok bagi lebih dari tiga perempat penduduk
Indonesia. Padi merupakan salah satu komoditas yang harganya tidak terlalu
fluktuatif seperti komoditas yang lainnya. Menanam padi secara monokultur pada
lahan dengan irigasi yang memadai seperti menjadi penjamin kehidupan petani
karena harga padi yang akan selalu memadai. Selain itu, padi merupakan salah
satu tanaman yang tahan terhadap genangan sehingga menjadi primadona pada
lahan sawah yang irigasinya baik (air tersedian sepanjang tahun).
Pola monokultur merupakan suatu pola tanam yang bertentangan
dengan aspek ekologis. Penanaman suatu komoditas seragam dalam suatu lahan
dalam jangka waktu yang lama telah membuat lingkungan pertanian yang tidak
mantap. Ketidak mantapan ekosistem pada pertanaman monokultur dapat dilihat
dari masukan-masukan yang harus diberikan agar pertanian dapat terus
berlangsung. Masukan-masukan yang dimaksud adalah pupuk ataupun obat-
obatan kimia untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.Ketidakmant
apan ekosistem juga dapat dilihat dari meledaknya poulasi suatu jenis
hama yang sulit dikendalikan karena musuh alami untuk setiap jenis hama yang
menyerang terbatas jumlahnya.

15
Kelebihan usaha tani dengan pola monokultur adalah dapat
mengintensifkan suatu komoditas pertanian serta lebih efisien dalam pengelolaan
yang nantinya diharapkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kelemahan
dari pola monokultur ini adalah perlunya mendapatkan input yang banyak agar
didapatkan hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan
meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian.
Kerugian lain adalah tidak adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak
adanya komoditas lain yang ditanam bersama dengan komoditas utama.
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau kedelai saja. Tujuan
menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian.
Penanaman monokultur menyebabkan terbentuknya lingkungan pertanian yang
tidak mantap. Buktinya tanah pertanian harus diolah, dipupuk dan disemprot
dengan insektisida. Jika tidak, tanaman pertanian mudah terserang hama dan
penyakit. Jika tanaman pertanian terserang hama, maka dalam waktu cepat hama
itu akan menyerang wilayah yang luas. Petani tidak dapat panen karena
tanamannya terserang hama. Kelebihan sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif
mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Di
sisi lain, kelemahan sistem ini adalah tanaman relative mudah terserang hama
maupun penyakit.
b.  Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Polikultur ialah pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada satu
bidang lahan yang terusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan
yang lebih baik.
Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan juga
sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling
berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang
curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia, pola
yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman
sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata mungkin tidak akan mencukupi

16
kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan banyak air seperti padi. Untuk
meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana hujan sangat minim, lahan
ditanami dengan tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air, seperti jagung
atau kacang hijau.
Sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya merupakan pola
tanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tujuan usaha
taninya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Pada sistem sosial
yang demikian, terdapat kecenderugan bahwa yang paling penting adalah tetap
memperoleh hasil panen daripada mendapatkan keuntungan secara ekonomi.
Menanam lebih dari satu jenis tanaman mp enjadi semacam penjamin untuk tetap
mendapatkan hasil panen. Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka
masih ada komoditas yang lain yang bias dipanen.
Efisiensi penggunaan lahan juga digunakan sebagai alasan untuk
bertanam secara polikultur. Pada komoditas tanaman yang jarak tanamnya
renggang, masih ada ruang-ruang kosong diantara baris pertanaman yang belum
termanfaatkan. Polikultur merupakan usaha untuk memanfaatkan tanah-tanah
kosong tersebut.
Selain efisiensi penggunaan lahan dan diperolehnya hasil panen yang
beragam, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa keuntungan. Yang
pertama, polikultur merupakan usaha untuk mengurangi ledakan populasi
organism pengganggu tanaman. Tanaman yang beragam dalam satu lahan
membuat hama dan penyakit tidak focus menyerang pada satu komoditas,
akibatnya, organism pengganggu akan mudah dikendalikan dan tidak mengalami
ledakan. Selain itu, seringkali, suatu tanaman dapat mengusir keberadaan hama
untuk tanaman lain, misalnya adalah bawang daun yang dapat mengusir hama
aphid dan ulat pada tanaman kubis.
Selanjutnya, polikultur seringkali mampu menambah kesuburan tanah
secara alami sehingga meningkatkan hasil komoditas utamanya. Misalnya,
penanaman kacang-kacangaan di sela-sela penanaman jagung dapat meningkatkan
kandungan N dalam tanah karena kacang-kacangan mampu memfiksasi nitrogen
dari udara. Dengan demikian, hasil tanaman jagung dapat meningkat.

17
Selain terdapat beberapa keuntungan, pola tanam polikultur juga
memiliki beberapa kelemahan. Dengan semakin banyaknya populasi tanaman
dalam satu lahan, maka persaingan tanaman utnuk mendapatkan hara dan faktor
pertumbuhan lainnya juga akan semakin tinggi. Kompetisi yang tinggi tidak
jarang juga dapat mengurangi hasil tanaman. Semakin banyak tanaman
menyebabkan semakin banyak Janis hama yang menyerang . Dengan demikian,
pengendalian hama akan menjadi semakin sulit, walaupun tidak sampai
menyebabkan ledakan populasi hama. Keanekaragaman tanaman juga akan
mengurangi efisiensi dalam melakukan perawatan sehingga diperlukan lebih
banyak tenaga kerja. Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat
memberikan beberapa keuntungan,antara lain sebagai berikut:
1. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman
yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun
dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena
mengeluarkan bau allicin,
2.  kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan-kandungan unsur N
dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam
bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran
berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan
tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur.
3. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi
dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.
4. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila
harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya.
Kekurangan system polikultur adalah:
a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman,
b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya
Tanaman Polikultur Terbagi Menjadi:
a. Tumpang sari (Intercropping)
Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu

18
yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama.
Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan
kosong disela- sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas
karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping
dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma
Keuntungan tumpang sari yaitu: Mencegah dan mengurangi pengangguran
musim,memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani, adanya
pengolahan tanah yang minimal, jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih
dapat diperoleh nilai tambah, mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal
panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi (Thahir, 1999).
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping )
Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan
factor faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut
adalah: pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya
pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu
sering diolah dapat dihindari.
5. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan
meningkatkan produktivitas lahan.
6. Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
7. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah
terjadinya erosi
8. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah
terjadinya erosi
9. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk hijau
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis
tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu
yang berbeda).
Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan.

19
Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan
semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli
menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya
dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ),
Merupakan penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa
diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien,
tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit.
e. Tanaman bergiliran ( Sequential Planting )
Merupakan penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan
secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam
tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.

2.6 Tanaman cabai


Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan
subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus
menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam
tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun
SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai keseluruh dunia
termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang
Spanyol dan Portugis (Dermawan, 2010).
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan(Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah atau pun di dataran
tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A danvitamin C serta
mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan
memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah rempah(bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar ( Harpenas, 2010).

Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas


hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan
tanaman perdu dari famili terong-terongan Karena buahnyaselain dijadikan

20
sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan
petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka
kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Cabai mengandung kapsaisin,
dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin,
zeasantin, kriptosantin, clan lutein. Selain itu,juga mengandung mineral, seperti
zat besi, kalium, kalsium, fosfor, danniasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai
stimulan (Anonimc, 2010). Menurut (Djarwaningsih, 1984), jenis-jenis tanaman
cabai antara lain:

1. Cabai Besar (Capsicum annum L) Buah cabai besar berukuran panjang


berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi
menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting.
Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai
rasa pedas. Sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping
dengan cita rasa sangat pedas. Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran
rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri- ciri antara lain:
a. Bentuk buah besar, panjang dan meruncing
b. Buah yang muda berwarna hijau, sedangkan buah yang tua
berwarna merah
c. Kulit buah agak tipis
d. Banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas
2. Cabai Kecil atau Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
3. Buah cabai rawit berukuran panjang berkisar 2-3,5 cm dengandiameter
0,4-0,7 cm. Cita rasa cabai rawit biasanya sangat pedas,walaupun ada yang
tidak pedas. Variasi warna cabai rawit dari kuning,oranye, dan merah.
Tanaman cabai rawit berbuah sepanjang tahun, tahan hujan dan dapat
tumbuh di dataran rendah sampai tinggi. Varietas cabai rawit juga
dinamakan berdasarkan asal cabai diperoleh.
4. Cabai Hibrida
a. Buah cabai hibrida dapat dikelompokkan kedalam kelompok cabai
besar. Cabai ini diperoleh dari persilangan benih-benih bibit yang
diseleksi dengan metode pemuliaan yang modern. Keunggulan

21
cabai hibrida tampak dari kemampuan produksi, keseragaman
tumbuh, dan ketahanan terhadap gangguan penyakit. Cabai hibrida
yang cukup dikenal tetapi tidak banyak dibudidayakan karena tidak
tahan di lahan terbuka adalah paprika yang umum disebut sweet
papper (cabai manis) dengan bentuk yang agak memendek dan
mengembunng
5. Cabai Hias (Capsicum spp)
a. Sebagian merupakan tanaman penghias halaman atau ruang depan,
tanaman cabai hias ini berbentuk buah menarik. Walaupun
menarik, tetapi tidak dikonsumsi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian Muhammad Renjis Setiawan, M. Nashih Maulidi (2011) dengan
judul Tumpangsari Jagung dan Cabai untuk Meningkatkan Hasil Petani di Brodot
dengan hasail yang diperoleh Jagung adalah salah satu jenis tanaman bahan
makanan sumber sumber karbohidrat serta memiliki nilai ekonomis yang bagus.
Sementara cabai rawit adalah tanaman yang tidak bisa diragukan lagi nilai
ekonomisnya, meskipun kadang-kadang harganya anjlok. Jagung dan cabai rawit
bias di tumpangsari  dan tetap bisa tumbuh dan berproduksi secara maksimal.
Penelitian Paulus Hernando, dkk., (2018) dengan judul identifikasi prilaku
petani dalam pengolahan usaha tani cabai di desa Gosoma Kecamatan Tabelo
Kabupaten Halmahera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
perilaku petani dalam mengelola usahatani cabai di Desa Gosoma, Kecamatan
Tobel. Berdasarkan hasil penelitian tentang identifikasi perilaku petani dalam
pengelolaan usahatani cabai di desa Gosoma, maka kesimpulan penelitian sebagai
berikut; Perilaku petani dalam mengelola usahatani cabai di desa Gosoma,
kecamatan Tobelo masih dilakukan secara tradisional dengan beberapa
pertimbangan Pertama, petani cabai di desa gosoma adalah pelaku ekonomi yang
berpusat pada usahatani cabai. Kedua, selaku petani dalam usahatani cabai di
desa Gosoma selalu menggantungkan hidup mereka kepada hasil usahatani cabai.
Penelitian Indriani Putri,dkk (2019) Pertumbuhan dan Hasil tanaman cabai

rawit yang diberi tricompos jerami padi. Tanaman cabai rawit (Capsicum

22
frutescens L.) merupakan salah satu  tanaman hortikultura dari famili solanaceae
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hasil  penelitian ini menunjukkan pemberian
trichokompos jerami padi pada dosis yang  berbeda belum dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman cabai rawit, namun  dosis 250 g telah dapat memberikan
hasil yang terbaik untuk tanaman cabai rawit dibandingkan dengan dosis
trichokompos jerami padi lainnya.

23
BAB III
KERANGKA BERPIKIR

3.1 Kerangka berpikir


Desa Manulai 1 merupakan desa yang tak terlepas dari budidaya taman
cabai dengan masalah yang dihadapi sekarang adalah dimana petani sebelumnya
menggunakan pola tanam monokultur kemungkinan karna keseringan
menggunakan pola tanam tersebut sehingga dampak yang terjadi adalah petani
susah dalam mengendalikan hama dan penyakit sehingga dengan keaadaan
tersebut sebagian petani mengubah cara pola tanam mereka ke pola tanam
tumpang sari dan sampai saat ini masih ada sebagian kelompok tani masih
menerapkan pola tanam monokultur dilihat dari perbedaannya saat ini petani yang
mengunakan pola tanam tumpang sari produktifitasnya lebih baik dibandingkan
dengan pola tanam monokultur.
Dilihat dari masalah tersebut maka penulis ingin mengidentifikasi
penerapan pola tanam petani khususnya pada tanaman cabai.

Gambar 1 Bagan kerangka berpikir

Masalah
Potensi
terjadinya serangan hama
Budidaya cabai di Desa
dan penyakit
Manulai 1.
sehingga petani sebagian
mengubah pola tanam ke
tumpang sari.

Identifikasi penerapan Pola


tanam pada tanaman cabai

24
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan Di Desa Manulai 1, Kecamatan Kupang Barat
Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Penelitian lapang berlansung selama 1 bulan
yang berlansung dari bulan Desember 2021, yaitu dengan persiapan pembagian
quisioner dari responden petani di Desa Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat yang
terlibat dalam penelitian.
4.2 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang,
lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Menurut Nazir (1988) dalam “Buku Contoh Metode Penelitian”, metode
deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih
luas. Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

25
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi
pada saat sekarang atau masalah aktual.
Penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan data dengan gabungan, analisis
data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010). Penelitian ini lebih menekankan
pada pengungkapan makna yang terkandung di dalam deskripsi data tersebut,
karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
4.3 Jenis Dan sumber Data Penelitian
Data yang diteliti di Desa Manulai 1 adalah data awal berupa keadaan
yang ada dilingkungan untuk mendapat informasi berkaitan masalah yang diteliti
dengan data primer dan data sekunder
1. Data sekunder,yaitu data yang dikumpulkan melelui studi pustaka dan
lembaga-lembaga atau instansi-instansi terkait yang mendukung penelitian
ini.
2. Data primer, merupakan data yang di peroleh secara lansung responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berupa angka(quisioner)
yang telah disiapkan oleh penulis kepada petani responden yang terlibat
lansung pada penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan cara
pengisian quisioner maupun dengan cara diskusi untuk mengetahui
penerapan pola tanam pada tanaman cabai.
4.4 Instrumen penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah pembagian quisoner berupa daftar
pertanyaan dalam bentuk pilihan jawaban yang disiap oleh peneliti untuk
mengetahui penerapan pola pada tanaman cabai.
4.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kualitas dan krateristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti

26
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono,2011). Dalam
penelitian ini, yang menjadi populasi penelitian adalah kelompok tani yang
budidaya tanaman cabai di Desa Manulai 1 berjumlah 125 orang. Oleh karna
jumlah populasi sangat kecil maka populasi sekaligus dijadikan sampel,yaitu
sebanyak 125 orang sebagai responden.
Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2009:80) tentang
pengertian populasi yaitu:"Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan". Berdasarkan
pengertian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa populasi
merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. sampel
merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga
hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi. Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar,
dan peneliti memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka
peneliti perlu mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau baru
kemudian menentukan jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.
4.5.1 Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun
acuan tabel yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian
korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30,
sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-
masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah
100. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode slovin.
Sampel yang terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat
menggambarkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang
terlalu besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya penelitian. Salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan
rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

27
N
n=
N . d 2 +1
Dimana
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Batas toleransi kesalahan (error tolerance).
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
125
n= 2
125. ( 0,1 ) +1
125
n=
2,25

n=56

Dapat di simpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini adalah 125


responden/keluarga, namun dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel
sebanyak 56 responden/keluarga, Berdasarkan cara atau penentuan sampel dari
rumus slovin.
4.5.2. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara
umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Probability sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel sedangkan non probability sampling adalah teknik yang tidak
memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
probability sampling, seluruh unsur (misalnya: orang, rumah tangga) dalam suatu
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam sampel. Dalam
penelitian ini, cara pemilihan sampel yaitu dengan cara acak random sampling,
4.6 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti melekukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:

28
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang bertukar informasi
dan ide melalui Tanya jawab,sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam topic tertentu (Sugiyono, 2011)
2. Kuisioner
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis pada
responden untuk dijawab (Sugiono, 2011)
4.7. Defenisi Operasional
Identifikasi artinya kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,
meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari prilaku petani terhadap
penerapan pola tanam tumpang sari pada tanaman cabai.
1. Umur adalah jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai saat
menjadi responden dalam penelitian.
2. Tingkat pendidikan petani adalah pendidikan formal tingkat
pendidikan yang pernah ditempuh petani.
3. Jenis kelamin adalah Perbedaan antara laki-laki dan perempuan
secara biologis setelah orang itu dilahirkan
4. Kelompok tani adalah orang-orang yang berdiri bersama membentuk
satu kelompok untuk mengsukseskan hasil pertanian meraka dan di
dalamnya terdiri dari ketua,wakil,sekertaris,dan bendahara serta ada
anggota.
5. Luas lahan adalah luas tanah yang dimiliki responden untuk
budidaya tanaman cabai
4.8. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini suatu langkah yang dilakukan
dalam penelitian, tahapannya sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan, dalam tahap ini peneliti menyiapkan semua alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian.

29
2. Tahapan pelaksanaan, yaitu melakukan kegiatan pembagian kuisioner
tentang penerapan pola tanam pada tanaman cabai, pelaksanaan ini mengikuti
tahap sebagai : Penilaian hasil dan pembagian kuisioner.
3. Tahapan pengolahan data dan penyusunaan laporan akhir,tahap ini peneliti
melakukan olah data yang diperoleh dari responden untuk mengetahui hasil.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Desa Manulai 1

Keadaan umum wilayah penelitian merupakan gambaran secara keseluruhan


tentang tempat atau lokasi untuk melakukan penelitian. Berikut gambaran umum
secara geografis wilayah penelitian yakni Desa Manulai 1 yaitu:

5.1.1 Keadaan Geografis Desa Manulai 1

Desa Manulai 1 merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di
Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, yang secara geogerafis memiliki
batas- batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Manulai 2


2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Batakte dan Kelurahan
Oenesu
3. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Manulai 2 dengan Kelurahan
Naioni
4. Sebalah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Manulai 2
5.1.2 Keadaan Topografi

Kondisi fisik wilayah Desa Manulai 1 dari 4 dusun yang ada bertopografi
tanah rata dengan luasan 452 ha dengan curah hujan 85 mm/ bulan dengan suhu
rata-rata 28- 60❑0 C (Profil Desa Manulai 1 2019)

5.1.3 Aksesibilitas

30
Wilayah Desa Manulai 1 dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan
roda 4, jarak dari desa Manulai 1 menuju kota kecamatan ± 10 Km dengan waktu
tempuh ± 25 menit dan merupakan desa yang terletak dipinggiran kota. Jarak dari
Desa Manulai 1 menuju ibu kota Kabupaten Kupang 25 Km dengan waktu
tempuh 1 jam, jarak dari Desa Manulai 1 menuju ibu kota Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) ± 15 Km dengan waktu tempuh ± 30 menit dengan alat komonikasi
yang digunakan yaitu hendpone (HP).

5.1.4 Potensi Desa

Selain potensi dibidang pertanian Desa Manulai 1 juga memiliki sarana dan
prasarana umum yang tersedia di Desa Manulai 1 adalah: (1) sarana agama ( 1
buah gereja), (2) sarana kesehatan ( 2 buah posyandu, 1 buah pustu), (3) sarana
pendidikan ( 1 buah sekola sekolah dasar, 1 buah sekolah taman kanak-kanak), (4)
sarana pemerintah ( 1 buah gedung kantor desa). (Profil Desa Manulai 1 2021).

5.1.5 Tataguna Lahan

Tata guna lahan merupakan suatu usaha untuk merencanakan penggunaan


atau pemanfaatan suatu lahan dalam kawasan tertentu yang termasuk du dalamnya
yaitu menglafikasikan secara khusus kegiatan-kegiatan yang ada, misalnya
kegiatan permukiman,kegiatan perdagangan, industry dan lain –lain.
Perkembangan suatu desa atau wilayah yang melakukan pembangunan secara
terus menerus dari adnya pertumbuhan penduduk akan meningkatkankebutuhan
akan lahan. Peningkatan kebutuhan akan lahan yaitu baik digunakan untuk
intrastruktur maupun permukiman , industry, perdagangan dan lalin-lain.
Peningkatan akan kebutuhan akan lahan menimbulkan banyaknya terdapat
fenomena perubahan tata guna lahan. Untuk lebih jelas Secara keseluruhan
dengan penggunaan tata guna lahan dapat disajikan pada table 1

Tabel 1. Penggunaan tata guna Lahan di Desa Manulai 1


No Penggunaan Lahan Luas Lahan
1. Tanah lading 15
2. Tanah Pekarangan 15
3. Pemukiman 415

31
4. Hutan 5
Total 452
Keterangan : Profil Desa Manulai 1 2019

5.1.6 Keadaan penduduk Desa Manulai 1

5.1.6.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Manulai 1 berjumlah 1.495 jiwa atau sebanyak 367
KK dengan perincian laki-laki 754 jiwa dan perempuan berjumlah 711 jiwa
(Profil Desa Manulai 1).

5.1.6.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada table 2

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)


1 Laki-laki 754 51,47%
2 Perempuan 711 48,53%
Jumlah 1465 100
Sumber: Data Primer Desa Manulai 1 2021

Jumlah penduduk Desa Manulai 1 berjumlah 1465 jiwa terdapat 754 jiwa
(0,51%) berjenis kelamin laki-laki dan 711 (0,48%) berjenis kelamin perempuan.

5.1.6.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Penduduk Desa Manulai 1 memiliki beberapa jenis mata pencarian


seperti: petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), guru, wirasewasta, pedagang,
pensiunan, dan Usaha tani merupakan mata pencarian pokok masyarakat desa
manulai 1 yang meliputi tanaman pertanian . Untuk lebih jelas Jumlah penduduk
berdasarkan mata pencarian dapat disajikan pada table 3.

32
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa (Orang)


1 Petani/Peternak/Nelayan 477
2 PNS 64
3 Guru 13
4 Wirasewasta 237
5 Pedagang 20
6 Pension 17
9 Lainya 253
Keterangan: Data profil Desa Manulai 1 2021

5.1.6.4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk Desa Manulai 1 menurut tingkat pendidikan dapat


disajikan pada table .4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tabel 4. Jumlah penduduk menurut pendidikan.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa (Orang)


1 Tidak/ belum sekolah 289
2 Belum tamat SD 239
3 Tamat SD 240
4 SLTP 223
5 SLTA 413
6 D1 dan D2 15
7 D3 10
8 S1 64
9 S2 2

33
10 S3 0
Total 1.495
Keterangan: Profil Desa Manulai 1 2021

5.1.6.5. Jumlah kelompok tani dan anggotanya

Desa Manulai 1 memiliki 7 kelompok tani yang tersebar di 4 dusun.


Jumlah anggota kelompok tani disajikan pada table. 6

Tabel 5. Jumlah anggota kelompok tani

No Kelompok tani Jumlah Anggota/Orang


1 Lontar 29
2 Manekat 20
3 Berogenvil 25
4 Pinga Sina 23
5 Moris diak 20
6 Talenalain 26
7 Karunia 30
Tota 143
Keterangan: Profil Desa Manulai 1 2021

5.2 Profil Responden

Responden penelitian merupakan orang atau sasaran yang menjadi objek


penelitian. Dalam kegiatan penelitian tentang Indentifikasi penerapan pola tanam
pada tanaman cabai adalah kelompok tani Lontar (15 orang), kelompok tani
Berogenvil (20 orang) , kelompok tani Talenalain (10 oang), Kelompok tani
Karunia( 11 orang). Kelompok tersebut merupakan kelompok yang bergerak
dibidang budidaya tanaman cabai. Luas lahan yang di gunakan untuk tanaman
cabai disetiap kelompok berkisar 1 ha. Rata- rata hasil panen cabai yang diperoleh
setiap kelompok ± 20 ton.

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

34
Jumlah anggota kelompok tani yang dipilih sebagai responden berdasarkan
jenis kelamin dapat disajikan pada table 6.

Tabel 6. Jumlah kelompok tani yang dipilih sebagai responden

No Responden Jumlah Responden Persentase


1 Laki-laki 33 58,93%
2 Prempuan 23 41,07%
Jumlah 56 100
Berdasarkan table 9 diatas dapat diketahui bahwa dari 56 orang anggota
kelompok responden terdapat 33 orang laki-laki (58,9%) dan 23 perempuan
(41,07%).

5.2.2 Umur Responden

Umur petani berpengaruh pada pola berfikir, kemampuan dalam


berusahatani. Semakin tinggi umur seseorang maka pola pikirnya akan semakin
matang dan mempunyai kemampuan fisik yang kuat namun juga akan mengalami
penurunan karena lanjut usia. Selain itu umur juga berpengaruh pada kemampuan
menerima inovasi dalam bidang pertanian yang mampu menunjang pertaniannya
semakin lebih baik.

Umur adalah jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai saat menjadi
responden dalam penelitian.umur berkaitan erat denngan kemampuan dalam
melakukan pekerjaan fisik dalam lapangan . Umur juga berkaitan dengan
produktif atau tidaknya seseorang dalam bidangusaha tani. Semakin tua usia
petani >55 tahun akan menurun produktifitas kerja fisik di lapangan dan pikiran
pengetahuanya semakin lambat. Sebaran umur responden disajikan pada table 7.

Tabel 7.Sebaran Responden berdasarkan umur tenaga kerja.

No Umur Jumlah(Orang) Persentase (%)

1 22-55 Tahun 44 78,57%


2 >55 7 12,5%
3 <22 5 8,93%
Total 56 100

35
Sumber: Hasil Analisis Data Primer 2021

Berdasarkan Table 8 diatas, diketahui petani responden yang umurnya


kisaran 22-55 tahun (44 orang) dengan persentase 78,58 % , petani responden
yang umurnya > 55 tahun (7 orang) dengan persentase 12,5 %, dan petani
responden yang umurnya < 22 tahun(5 orang) dengan persentase 8,9 %, Dengan
memperoleh nilai rata-rata 2,69 di lihat dari data maka umur responden masuk
dalam kategori tinggi karna termasuk dalam usia produktif paling tinggi.

5.2.3 Tingkat pendidikan responden

Pendidikan formal yang ditempuh petani responden di Desa Manulai 1


berupa SD,SMP, SMA dan lainya dan untuk mengetahui tingkat pendidikan
petani responden dapat dilihat atau disajikan pada table 8 dibawah ini.:

Tabel 8. Sebaran responden Terhadap Pendidikan.

No Jenjang pendidikan Jumlah (Orang) Persentase(%)


( Orang)
1 Tamat SMA 20 35,7%
2 Tidak tamat SMP 18 32,1%
3 Tamat SD 18 32,1%
Total 56 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer 2021

5.2.4 Luas Lahan Cabai

Luas lahan merupakan banyaknya luasan lahan yang dugunakan kelompok


tani responden dalam untuk budidaya tanaman cabai. Luas lahan pertanian juga
akan berpengaruh pada jumlah produksi hasil pertanian. Hasil analisis
menunjukan bahwa dari 56 petani responden, terdapat 1 orang ( 5,6%) petani
yang memiliki luas lahan pertanian 1 Ha, dan 1 orang (5,6%) memiliki luas
lahan >1 Ha, dan 54 orang (96,5%) yang memiliki luas lahan < 1 Ha namun lahan
ini merupakan lahan sewa untuk budidaya tanaman cabai. Untuk lebih jelas dapat
disajikan pada Table 9.

Tabel 9. Sebaran responden terhadap jumlah luasan lahan cabai.

No Luas Lahan Jumlah(Orang) Persentase(%)

36
1 1 Ha 1 1,79%
2 >1 1 1,79%
3 < 1 Ha 54 96,42%
Total 56 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer 2021

5.3 Penerapan Pola Tanam Pada Tanaman Cabai Di Desa Manulai 1

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun


waktu tertentu. Model pola tanam yang diterapkan di Desa Manulai 1 yaitu pola
tanam monokultur dan pola tanam tumpang sari.

Pola tanam monokultur adalah salah satu cara teknik budidaya yang di
gunakan kelompok tani Desa Manulai 1. pola tanam monokultur menjadikan
penggunaan lahan yang efesien karna memungkinkan perawatan dan pemanenan
secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja
karna wilayah lahan menjadi seragam. Kelemahan utama dalam menggunakan
pola tanam monokultur ini adalah mempercepat penyebaran organisme
pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit. Petani menggunakan pola tanam
ini sejak awal menanam cabai karena memudahkan perawatan dalam setahun,
misalnya seperti satu lahan di tanami cabai saja tanpa wariasi apapun. Dilihat dari
kelemahan pola tanam monokultur yang membuat produktifitas cabai kelompok
tani setiap tahun menurun sehingga sebagian kelompok tani di Desa Manulai 1
beralih ke pola tanam tumpang sari.

Pola tanam tumpang sari suatu bentuk pertanaman campuran ( polyculture)


berupa perlibatan dua jenis tanaman atau lebih tanaman pada satu areal lahan pada
waktu yang bersamaan. Pola tanam tumpang sari yang dilakukan di desa Manulai
1 biasanya di kombinasikan dengan tanaman jagung. Yang membuat petani
memilih pola tanam ini adalah mengurangi serangan OPT karena tanaman yang

37
satu dapat mengurangi serangan OPT lainya. Pola tanam tumpang sari juga dipilih
karana dapat memeksimalkan lahan di bandingkan pola tanam monokultur .

Penanaman secara tumpangsari dapat lebih menguntungkan dengan


pemilihan kombinasi tanaman yang sesuai, penggunaan varitas unggul dan
penggunaan jarak tanam yang tepat. Kombinasi yang memberikan hasil yang baik
pada sistem tumpang sari adalah jenis tanaman rendah dengan jenis tanaman
tinggi yang memungkinkan distribusi sinar yang datang lebih efisien. Beberapa
tanaman penting yang banyak diusahakan kelompok tani adalah tanaman jagung
dan cabai. Sistem tumpang sari antara jagung dan cabai merupakan salah satu
pilihan yang tepat. Hal ini dikarenakan jenis tanaman tinggi dan jenis tanaman
rendah sehingga cocok untuk ditumpangsarikan. Tanaman jagung dan cabai ini
ditanam secara tumpang sari atau secara bersama-sama yang bertujuan untuk
mengefisensikan penggunaan lahan. Sehingga lahan yang dimiliki petani dapat
digunakan secara optimal. Selain mengoptimalkan penggunaan lahan, penanaman
secara tumpang sari juga dapat meningkatkan pendapatan petani karena hasil
produksi yang didapatkan oleh petani lebih dari satu macam tanaman. Terutama
untuk tanaman jagung dan cabai yang memiliki nilai ekonomi yang dapat
meningkatkan pendapatan petani. Hal ini didukung oleh harga jagung yang
cenderung stabil dan harga cabai yang kerap kali berharga tinggi. Keadaan
tersebut yang menjadi bahan pertimbangan kelompok tani lahan sempit untuk
menanam jagung dan cabai secara tumpang sari. Berkaitan dengan sistem
usahatani yang dilakukan secara tumpang sari, petani dapat meningkatkan
pendapatan dari usahatani tumpang sari tersebut. Dalam penerapan sistem
tumpang sari diperlukan pengetahuan akan teknologi yang cukup. Dengan
demikian petani mampu mengalokasi sumberdaya yang ada secara efisien,
sehingga tercipta kombinasi yang optimal. Model pola tanam yang di terapkan di
Desa Manulai 1 dapat disajikan pada table 10.

Tabel 10. Jumlah kelompok tani penerapan pola tanam cabai Desa Manulai 1

Nama Jumlah
N
Kelompo Anggot Pola Tanam
o
k tani a

38
Tumpa
Monokultur % %
ng Sari
1 Lontar 15 15 100 -
Borogenvi
2 20 20 100
l
10
3 Talenalain 10 - - 10
0
10
4 Karunia 11 - 11
0
Total 56 35 21
10
Rata-rata 22,4 17,5 100 10,5 0
Sumber: Hasil Analisis Data Primer

5.3.1 Pola Tanam Monokultur

Dari 4 kelompok tani yang ada di Desa Manulai 1 2 kelompok tani yang
menngunakan pola tanam monokultur, yaitu kelompok tani lontar ( 15 orang)
kelompok tani borogenvil ( 20 orang). Model atau gambar pola tanam monokultur
yang diterapkan di Desa Manulai 1 dapat disajikan pada gamabar 2 berikut ini.

Gambar 2. Pola tanam Monokultur di Desa Manulai 1

Sumber: kelompok tani Desa Manulai 1 2021

Gambar 2. Model Pola Tanam Monokultur di Desa Manulai 1. Berdasarkan
pembagian kuisioner dengan hasil wawancara dari beberapa petani yaitu adapun
beberapa teknik budidaya yang terapkan dalam menggunakan pola tanam
monokultur yaitu:

1. Pengelolahan Lahan

39
kelompok tani menggunakan pola tanam monokultur ini sejak awal
penanaman cabai, Dengan jenis cabai yang petani sering gunakan yaitu cabai
rawit. yang membuat petani bertahan dalam menggunakan pola tanam ini
ialah lebih memudahkan petani dalam budidaya tanaman cabai. Untuk proses
pengolahan lahanya biasanya petani menggunakan tenaga teraktor dan tenaga
manusia, yaitu bajak atau gunakan cangkul.
Pengelolahan lahan dilakukan bertujuan agar tanah menjadi gembur dan
membersihkan tanah dari rumput dan kotoran lain yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman cabai. proses pencangkulan tidak dilakukan terlalu
dalam karena dapat berakibat pada pencampuranya tanah tidak subur hingga
mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pengolahan lahan juga membersihkan tanah dari batu atau kerikil yang
dapat menganggu pertumbuhan cabai. Kemudian dilakukan pemupukan dasar
dengan cara yaitu : menggunakan pupuk kandang dan NPK. Pemberian pupuk
kandang harus diimbangi dengan NPK karena akibat pemberian pupuk
kandang yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan NPK dapat
menyebabkan tanaman terlalu subur hingga enggan berbunga dan berbuah,
dan memungkinkan tanaman terserang hama. Pemupukan dilakukan dengan
mencampurkan pupuk langsung dengan tanah sebelum proses pembuatan
bendengan.

2. Persemaian
Setelah melakukan pengolahan lahan selanjutnya petani membuat tempat
atau wadah persemaian pada tanaman cabai. Media tanam untuk persemaian
cabai rawit adalah campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan
perbandingan 1:1. ditambahkan sekam bakar atau sekam yang sudah lapuk
dengan perbandingan antara tanah, pupuk kandang/kompos dan sekam, 3:2:1
setelah benih disemai selanjutnya ditutupi dengan kain agar tanaman dalam
keadaan lembab untuk meransang perkecambahan dan dibuka pada hari ke 4
dan penyiraman dilakukan setiap hari dengan lama waktu persemaian untuk
pindah tanam sekitar 20-30 hari.

40
3. Penanaman

Penanaman cabai dilakukan pada pagi hari dan sore hari dari jam 15.00
hingga 17.00, penananam dilakukan pagi dan sore hari karena meminimalkan
kematian tanaman akibat dari suhu tanah yang tinggi. Penggunaan pola tanam
monokultur ini pada tanaman cabai dengan memilih jarak tanam yaitu 50-60
x 60-70 cm dengan jumlah pohon cabai yang ditanam dalam 1 ha adalah 17.
000 pohon cabai dengan penghasilan cabai dalam 1 pohon sekitar 1 kg
dengan masa penanamAn cabai yaitu selam 6 bulan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan di lahan meliputi penyiraman dan penyulaman. Ketika


musim tidak turun hujan maka dilakukan penyiraman yang kontinu.
Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari. Waktu yang tepat untuk penyiraman
adalah pada pagi dan sore hari, karena pada saat waktu tersebut suhu tidak
terlalu panas. Di Desa Manulai 1 penyiraman biasanya dilakukan melalui
saluran irigasi yang dibuka sehingga air masuk ke lahan, menjadikan tanah
lahan menjadi basah. Selain penyiraman, pada proses pemeliharaan juga
terdapat penyulaman. Penyulaman yaitu kegiatan untuk mengganti tanaman
yang mati, rusak, atau pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman biasanya
dilakukan saat tanaman mati dan diganti dengan bibit yang sama pada saat
penanaman, namun dijadikan cadangan agar pertumbuhannya sama dengan
tanaman yang lain. Penyulaman dilakukan sebelum batang tanaman
bercabang maksimalnya adalah 15-20 hari setelah penanaman.
5. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara di dalam tanah agar
tanaman dapat menyerapnya sesuai kebutuhan tanaman itu sendiri. Pupuk
yang diberikan pada pemupukan ini ialah pupuk kandang Pemupukan
dilakukan dengan mencampur pupuk kemudian memasukkan ke dalam
lubang tanam agar dapat langsung berinteraksi dengan tanaman. Pemupukan
disesuaikan dengan tanamannya, apabila tanaman tumbuh kurang lebat maka
diberikan dengan NPK selama seminggu sekali. Pemupukan dasar yaitu

41
dengan pupuk yang digunakan yaitu pupuk organic seperti pupuk kendang
dan dicampur dengan pupuk kimia seperti pupuk NPK, Pupuk buatan sebagai
pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30 cm dari
tepi bedengan dan jarak antar larikan 70 cm, kemudian taburkan pupuk secara
merata pada larikan tersebut.
6. Pengendalian OPT
Dari penggunaan pola tanam monokulur ini masalah yang sering petani
hadapi yaitu masalah hama dan penyakit, yaitu hama yang sering menyerang
tanaman cabai petani di Desa Manulai 1 adalah hama trips dan hama
kutukebul dengan penyakit yang menyerang adalah penyakit kuning pada
daun, dari masalah yang terjadi pengendalian yang petani lakukan dengan
cara penyemprotan insektisida kimia.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan dua
cara yaitu pencegahan dan pengendalian. Pencegahan dilakukan agar
memberikan ketebalan kepada tanaman agar resiten terhadap OPT sedangkan
pengendalian bertujuan untuk menekan dan membasmi OPT pada tanaman.
Pengendalian OPT umumnya dilakukan dengan penyemprotan dengan
handsprayer, bahan yang digunakan yaitu insektisida karena bahan yang
digunakan adalah kimia maka perlu diperhatikan takaran penggunaannya
yang bertujuan untuk meminimalkan residu pestisida yang terkandung di
dalam tanaman sehingga buah yang dihasilkan juga mengandung sedikit
residu agar tidak berbahaya ketika dikonsumsi. Pengendalian OPT dilakukan
ketika petani merasa perlu dilakukan penyemprotan yang dapat berlangsung
10-30 kali dalam satu musim tanam. Penggunaan handsprayer dalam
pengendalian OPT harus sangat hati-hati sehingga perlu menggunakan
peralatan pengaman seperti sepatu boot, masker, sarung tangan, dan pakaian
yang panjang agar pestisida tidak terhirup dan terserah ke pori-pori tubuh.
Tanaman yang diberikan pestisida hanya tanaman utama yaitu cabai,
7. Panen
Petani melakukan pemanenan pada tanaman cabai sampai 20 kali
pemanenan, dengan banyaknya produksi cabai dalam 1 kali dalam 1 ha

42
yaitu 25 ton dengan lama waktu panen sekitar 80-90 hari. Waktu panen
pada tanaman cabai adalah 80-90 hari setelah tanaman ditanam. Pada saat
pertama panen belum menghasilkan banyak dan dipanen 3-5 hari sekali
namun saat memasuki puncak panen raya tanaman dapat menghasilkan buah
yang maksimal dan dapat dipanen 2-3 hari sekali. Pemanenan dilakukan
pada pagi hingga siang atau sore hari. Hasil panen langsung diambil
tengkulak di rumah ketua kelompok tani. Biasanya oleh tengkulak akan
disalurkan pesaran namun ada juga kelompok tani yang memasarkan
sebagian ke pasar dan warung terdekat.

5.3.2 Pola tanam Tumpang Sari

Dari 4 kelompok tani tanaman cabai yang ada di Desa manulai 1 2


kelompok tani yang menerapkan pola tanam tumpang sari, yaitu kelompok tani
Talenalain ( 10 orang) dan kelompok tani Karunia ( 11 orang). Model atau gambar
pola tanam tumpang dari di Desa Manulai 1 dapat disajikan pada gambar 2 berikut
ini.

Gambar 3. Pola tanam Tumpang sari Di Desa Manulai 1

Sumber : Kelompok tani Desa Manulai 1

Gambar 3. Model Pola Tanam Tumpang Sari Di Desa Manulai 1. Dari data hasil
pembagian kuisioner dan wawacara lansung dari beberapa petani adapun teknik
budidaya darimpola tanam tumpang sari ini yaitu:

43
1. Persiapan Lahan

menggunakan pola tanam tumpeng sari ini sejak adanya masalah


pada tanaman sebelumnya, dengan jenis cabai yang ditanam yaitu cabai
rawit. adapun alasan petani bertahan dalam menggunakan pola tanam ini
yaitu lebih menguntungkan dari pola tanam yang lain dan memanfaatkan
lahan kosong disela-sela tanaman pokok. Penggunakan pola tanam tumpeng
sari kombinasi tanaman yang dipilih petani yaitu tanaman jagung dan sayur-
sayuran. Tanaman yang dipilih petani di Desa Manulai 1 merupakan
tanaman yang bisa menolak serangan dari hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman cabai petani, untuk saat ini hama yang menyerang
tanaman cabai di Desa Manulai 1 adalah hama trips dan hama kukebul
sehingga untuk menolak sarangan dari hama ini maka petani memilih
tanaman kombinasainya yaitu jagung. Tanaman jagung dan, selain itu
memiliki senyawa repelen sehingga dapat mengusir serangga, khususnya
serangga kutukebul dan trips dan untuk tanaman jagung juga bisa berfungsi
sebagai penaung untuk tanaman cabai. Adapun pengolahan lahan cabai yang
dilakukan petani yaitu dengan menggunakan tenaga trakor dan tenaga
manusia yaitu bajak atau gunakan cangkul agar lahan tempat penanaman
menjadi lebih gembur, rata dan mudah ditanami setelah melakukan
pengolahan lahan selanjutnya petani melakukan pemupukan dasar yaitu
dengan pupuk yang digunakan yaitu pupuk organic seperti pupuk kendang
dan dicampur dengan pupuk kimia seperti pupuk NPK, Pupuk buatan
sebagai pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30
cm dari tepi bedengan dan jarak antar larikan 70 cm, kemudian taburkan
pupuk secara merata pada larikan tersebut.

Budidaya Tumpang sari Jagung, sayuran dan Cabai mempersiapkan


lahan untuk budidaya tumpang sari jagung dan cabai rawit tidak berbeda
dengan persiapan lahan budidaya tanaman monokultur. Yaitu diawali
dengan pengolahan lahan, prosesnya adalah pembersihan lahan,
penggemburan / pembajakan, serta pembuatan bedengan. Langkah awalnya

44
adalah pembersihan lahan dari gulma atau sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Kemudian lahan dibajak/dicangkul supaya gembur. Selanjutnya adalah
pembuatan bedengan, Pemberian Pupuk Dasar

Tumpang sari Jagung dan Cabei Rawit Pupuk dasar diberikan dengan


tujuan. untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk dasar hukumnya wajib diberikan pada tanah
yang kurang subur. Pupuk dasar yang digunakan berupa pupuk kandang atau
kompos, bisa juga ditambah dengan pupuk NPK. Pupuk ditaburkan merata
diatas bedengan kemudian diaduk hingga tercampur rata dengan tanah. Dosis
pupuk kandang dan pupuk kimia disesuaikan dengan kebutuhan. Biarkan
selama kurang lebih 7 hari sebelum penanaman.

2. Cara Penanaman Jagung

Tanaman jagung adalah tanaman pertama yang di tanam di sisi kiri


bedengan, sekaligus nantinya dipergunakan sebagai pelindung panas matahari
untuk cabai rawit. Jagung dipanen setelah 2,5 – 3 bulan dikalikan sekitar 500
batang x (2 kg x Rp. 4000 untuk panen per batang jagung). Setelah tanaman
jagung sebelah kiri berumur sekitar 2 bulan, dilakukan proses penanaman
jagung dibedeng sebelah kanan. Selanjutnya dilakukan secara bergantian.
Untuk tanaman cabai rawit di semaikan terlebih dahulu untuk mendapatkan
bibit cabai rawit yang sehat. Ketika jagung berumur 2 bulan mulai dilakukan
penananaman cabai rawit di lobang yang telah ada.

3. Waktu Penyemaian Benih Cabai Rawit

Setelah melakukan pengolahan lahan selanjutnya petani membuat


tempat atau wadah persemaian pada tanaman cabai. Media tanam untuk
persemaian cabai rawit adalah campuran tanah dan pupuk kandang atau
kompos dengan perbandingan 1:1., ditambahkan sekam bakar atau sekam
yang sudah lapuk dengan perbandingan antara tanah, pupuk
kandang/kompos dan sekam, 3:2:1 setelah benih disemai selanjutnya

45
ditutupi dengan kain agar tanaman dalam keadaan lembab untuk meransang
perkecambahan dan dibuka pada hari ke 4 dan penyiraman dilakukan setiap
hari dengan lama waktu persemaian untuk pindah tanam sekitar 20-30 hari.

4. Penanaman

. benih cabai rawit disemai 10 hari sebelum penanaman jagung atau


bersamaan dengan penanaman jagung. Bibit cabai rawit bisa dipindah tanam
pada umur 30 hari setelah semai. Bibit cabai bisa dipindah tanam kelahan
ketika tanaman jagung sudah berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pada saat
itu bibit cabai rawit sudah berusia 1 bulan. Bibit cabai rawit ditanam
diantara tanaman jagung dengan mengikuti barisan tanaman jagung diatas
bedengan untuk bibit jagung yang dibutuhkan petani sekitar 1 kg dengan
pengasilan yang diperoleh sekitar 500 kg. Bibit cabai ditanam dengan jarak
60 x 60 cm atau 70 x 60 cm. Ketika jagung sudah siap dipanen tanaman
cabai sudah berumur 35 – 40 hari setelah tanam. Pada saat itu tanaman cabai
rawit sudah mulai berbuah dan jagung sudah siap dipanen sehingga kedua
tanaman tidak saling mengganggu. Jika jagung dipanen kering usia panen
lebih lama, tetapi tanaman cabai tidak akan terganggu sebab daun-daun
jagung sudah mulai mengering dan dipangkas untuk mempercepat
pengeringan tongkol. dengan jumlah pohon yang ditanam dalam 1 ha sekitar
14.000 pohon dengan banyaknya hasil cabai dalam 1 pohon sekitar 1 kg
dengan masa penanaman cabai sekitar 6 bulan dengan melakukan
pemanenan selama 20 kali dengan penghasilan cabai dalam 1 ha sekitar 20
ton. Waktu panen cabai selama 80-90 hari,

5. Teknik Pemeliharaan dan Perawatan Tumpang sari Jagung dan


Cabai

Pemeliharaan dan perawatan tanaman tumpang sari maupun


monokultur tidak jauh berbeda, yaitu meliputi kegiatan penyiangan,
pemupukan, pendangiran dan penyiraman. Penyiangan dilakukan segera
jika terlihat rumput liar atau gulma mulai tumbuh. Penyiangan hendaknya

46
dilakukan secara manual dan hindari penggunaan herbisida. Herbisida bisa
mengganggu pertumbuhan tanaman dan merusak tanah jika dilakukan terus
menerus dalam jangka waktu yang lama. Pemupukan yang dimaksud
adalah pemupukan susulan, pupuk susulan diberikan setelah penyiangan
dan setelah itu segera dilakukan pendangiran. Dosis dan jenis pupuk yang
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Jika tidak turun hujan
penyiraman juga harus dilakukan agar tanaman jagung dan cabai rawit bisa
6. Panen

Waktu panen pada tanaman cabai adalah 80-90 hari setelah tanaman
ditanam. Pada saat pertama panen belum menghasilkan banyak dan dipanen
3-5 hari sekali namun saat memasuki puncak panen raya tanaman dapat
menghasilkan buah yang maksimal dan dapat dipanen 2-3 hari sekali.
Pemanenan dilakukan pada pagi hingga siang atau sore hari. Hasil panen
langsung diambil tengkulak di rumah ketua kelompok tani. Biasanya oleh
tengkulak akan disalurkan pesaran namun ada juga kelompok tani yang
memasarkan sebagian ke pasar dan warung terdekat

47
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Mengacu pada hasil dan pembahasan yang di uraikan pada bab V, maka
dapat di simpulkan mengenai identifikasi penerapan pola tanam cabai di Desa
Manulai 1 Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang.

1. Dari 4 kelompok tani yang ada di Desa Manulai 1 2 kelompok tani yang
menngunakan pola tanam monokultur, yaitu kelompok tani lontar ( 15
orang) kelompok tani borogenvil ( 20 orang) dan 2 kelompok tani yang
menerapkan pola tanam tumpang sari, yaitu kelompok tani Talenalain ( 10
orang) dan kelompok tani Karunia ( 11 orang).
2. Dari penerapan pola tanam yang terjadi di Desa Manulai 1 yaitu kelompok
tani menerapkan pola tanam monokultur dengan alasan bahwa pola tanam
monokultur ini dapat memudahkan petani dalam melakukan budidaya

48
tanaman cabai. Sedangkan pola tanam tumpang sari merupakan pola
tanam yang digunakan petani sejak adanya masalah pada tanaman
sebelumnya dengan alasan petani bertahan dalam menggunakan pola
tanam ini yaitu lebih mengguntungkan petani,
6.2 Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai tanaman cabai yang bisa dilihat
dari data identifikasi penerapan pola tanaman cabai Di Desa Manulai 1 yang telah
ada dan menjadi pertimbangan untuk peneliti selanjutnya

DATAR PUSTAKA

Dwie. M, cit. Nurngaini,et.al.2003 Pengaruh pertumbuhan dan hasil.

Sudarsono (1999;175) Pengertian Identifikasi .jakarta DKTI

Hardaniwati (2003:237) pengertian identifikasi.

Kamarudin dan yoke Tjupanah (2000:92) identifikasi Pola tanam.


(Jakarta :Pranada media)

Usman (2002) Konteks Imlementasi, Bandung,CV. Sinar baru

Sosrodimoelyo, S. 1983. Tata Guna Air pada Tingkat Usaha Tani

Tim bina karya tani. Terbitan: Yrama widysa, 2011

Soekartawi Dr. 1987. Prinsip Dasar Ekonomi Petanian Tori dan Aplikasinya.
Jakarta : Penerbit CV. Rajawali.

49
Agromedia. 2008.Budidaya dan bisnis cabai
PT. Agromedia Pustaka. Jakar

Thahir, 1999. Tumpang Gilir. PCU Yasaguna: Jakarta.

Dermawan, R dan A. Harpenas. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai Besar,


Cabai. Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harpenas. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai Besar, Cabai. Keriting, Cabai
Rawit, dan Paprika. Penebar Swadaya. Jakarta.

Muhhamad Renjis setiawan, M.Nashih Maulidi (2011) tumpeng sari jagung dan
cabai untuk meningkatkan hasil pertanian di brodot lahan yang sempit dan
biaya produksi yang semakin meningkat.

Paulus Hernando ,dkk.,(2018) identifikasi prilaku petani dalam mengelola usaha


tani di Desa Gosoma.

Indriani putri, dkk(2019) Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (capsicum
frutescens L) Lahan percobaan Fakulias pertanian dan perernkan
universitas islam negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Adiyoga W,Suherman R,Gunadi N,Hadiyat A,2004. Aspek nonteknis dan


indicator efesiansi system pertanam tumpang sari sayuran dataran tinggi.
Jurnal Hortikultura .14(3): 1-7.

Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman.
Unsuri Press. Palembang.

Pracaya, 2008, Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman
secara Organik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Anonim.2009. Standar operating Procudure ( SOP) Budidaya cabai merah kulon


progo.dinas prtanian provinsi daerah istimewa Yogyakarta.

Surahmat, F. 2011. Pengelolaan tanaman cabai keriting Hibrida Tm 999


(capsicum Animmum) secara konvesional pengendalian hamaterpadu
(PHT). Depertemen

50
Alex S, 2013. Kreatif Bertanam Cabai dalam Pot. Yogyakarta: Pustaka baru

press

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2017. Luas Panen, produktivitas, produksi tanaman
cabai seluruh provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Alaudin. (2011). Membudidayakan Tanaman Cabai. http:// tipspetani

blogspot.com 2010/04.1 ha (20 Januari 2011)

Setiabudi. (2002). Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya Cabai rawit dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta : Kinisius

Nurfalach, D.R. 2010. Budidaya Tanaman (Capsicum annum L.) Di


UPTD Perbibitan Tanaman Hortikultura Desa Pakopen Kecamatan
Bandungan Kabuaten Semarang. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Patty, J.A. 2012. Efektifitas Metil Eugenol Terhadap
Penangkapan Lalat Buah
(Bactrocera dorsalis) pada Pertanaman Cabai, Agrologia, Vol.1, No. 1,
April 2012, Hal. 69-75.

51

Anda mungkin juga menyukai