Anda di halaman 1dari 69

PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN TANAMAN

TERPADU (PTT) USAHATANI PADI SAWAH


DI KECAMATAN KRUI SELATANKAB. PESISIR BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

JOHAN ISKANDAR
O20121390

REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU


PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023

i
PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN TANAMAN
TERPADU (PTT) USAHATANI PADI SAWAH
DI KECAMATAN KRUI SELATANKAB. PESISIR BARAT

JOHAN ISKANDAR
O20121390

Laporan Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar profesional


Sarjana Terapan Pertaian (S.Tr.P)
pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU


PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023

ii
Judul : Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui Selatan
Kabupaten Pesisir Barat

Nama : Johan Iskandar


NIM : 020121390
Program : Rekognisi Pembelajaran Lampau
Program : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Studi
Jurusan : Pertanian

Laporan ini telah diuji dan dipertahankan di depan Sidang Ujian Akhir Program
Studi, pada 14 Agustus 2023.

Disetujui oleh

Penguji I
Endang Krisnawati, S.P., M.P
NIP 19690330 200112 2 003

Penguji II
Ir. Kenedy Putra, M.Si
NIP 19610529 198903 1 001

Penguji III
Yatim Suhada, S.P.
NIP 19690218 200701 1 003

Penguji IV
Drs. Achdiyat,M.Pd.
NIP 19581024 198403 1 002

Tanggal Ujian : 14 Agustus 2023

iii
Judul : Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui Selatan
Kabupaten Pesisir Barat

Nama : Johan Iskandar


NIM : 020121390
Program : Rekognisi Pembelajaran Lampau
Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Jurusan : Pertanian

Disahkan oleh:

Pembimbing I

Endang Krisnawati, S.P., M.P


NIP 19690330 200112 2 003

Pembimbing II

Ir. Kenedy Putra, M.Si


NIP 19610529 198903 1 001

Pembimbing III

Yatim Suhada, S.P.


NIP 19690218 200701 1 003

Diketahui oleh:
Ketua Program Studi

Ait Maryani, S.P., M.Pd.


NIP 19591009 198202 2 001

Ketua Jurusan

Endang Krisnawati, S.P., M.P


NIP 19690330 200112 2 003

Direktur

Dr. Ir. Syaifuddin, M.P.


NIP 19650225 199203 1 002

iv
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir berjudul “Persepsi
Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat” adalah karya saya sendiri yang
dibuat dibawah arahan dan bimbingan Dosen Pembimbing. Judul ini belum
pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun diperguruan tinggi manapun.
Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini. Apabila dikemudian hari ternyata
ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.

Pesisir Barat, Agustus 2023

Johan Iskandar

v
RIWAYAT HIDUP

Johan Iskandar, lahir di Desa Balai Kencana


Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat
Provinsi Lampung pada 28 Desember 1971 dari
pasangan, Ayahanda Nazirkhon dan Ibunda Rosmatun
dan merupakan anak ke satu dari enam bersaudara.
Penulis telah menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di
SD Negeri Balai Kencana Kecamatan Krui
SelatanKabupaten Pesisir Barat dan dinyatakan lulus
pada tahun 1986. Selanjutnya menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 2 Krui Kabupaten Pesisir Barat dan dinyatakan
lulus pada tahun 1989. Kemudian melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Teknologi Pertanian
(SMT Pertanian)
dan dinyatakan lulus pada tahun 1992. Pada tahun 2008 Penulis bekerja sebagai
THL-TBPP sampai tahun 2020 dan pada 2021 diangkat menjadi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) hingga sekarang di Dinas Tanaman
Pangan dan Pertanian Kabupaten Pesisir Barat. Pada tahun 2021 memperoleh
kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang Diploma IV (D4) di Politeknik
Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor melalui seleksi penerimaan
mahasiswa baru jalur program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Program
Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan (PPB).

Pesisir Barat, Agustus 2023

Johan Iskandar

vi
ABSTRAK

JOHAN ISKANDAR. Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu


(PTT) Usahatani Padi Sawa di Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat.
Dibimbing Oleh ENDANG KRISNAWATI dan KENEDY PUTRA.

Persepsi petani diperlukan dalam mengembangkan pertanian, karena sangat


penting bagi petani sebagai modal untuk tetap eksis dalam berusaha tani.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki lahan pertanian seluas 8.587 ha. Upaya
pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber
daya alam secara bijak. Melalui usaha ini diharapkan : (1). Kebutuhan beras
nasional dapat dipenuhi ; (2). Pendapatan petani padi dapat ditingkatkan; dan (3).
Usaha pertanian padi dapat berkelanjutan.

Penelitian ini merupaka suatu terobosan peningkatan produktivitas padi sawah


telah berhasil ditemukan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) dengan hasil yang cukup memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan persepsi petani terhadap penerapan PTT padi sawah,
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Persepsi petani terhadap
penerapan PTT padi sawah, serta menemukan strategi persepsi petani terhadap
penerapan PTT padi sawah di Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Way Suluh, Way Napal, dan Padang Raya
Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat pada bulan Mei sampai dengan
Juli 2023. Penelitian ini melibatkan 72 sampel dari 105 populasi. Instrumen dalam
penelitian ini terdiri dari variabel bebas Serta variabel terikat. Analisis data yang
digunakan untuk menganalisis tujuan dari penelitian ini adalah analisis deskriptif,
regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi petani terhadap penerapan


pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah sudah cukup baik, serta petani
sudah menggunakan benih bermutu dan berlabel terhadap tanaman padi sawah
yang diusahakan. Sebab sistem tanam benih unggul lebih tinggi dibandingkan
dengan sistem tanam Benih Turunan.

Kata Kuncu : Padi sawah, persepsi petani, produktivitas

vii
PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah–Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyusun Tugas Akhir (TA) dengan judul Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui
SelatanKabupaten Pesisir Barat Provinsi Lampung dengan baik dan tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Shalawat beserta salam disampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah kita ketahui bahwa Beliau adalah
pembawa syafaat serta sunah untuk petunjuk seluruh umat manusia kelak untuk
keselamatan dunia dan akhirat.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Program D-IV RPL pada Program Studi Penyuluhan
Pertanian Berkelanjutan, Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor tugas akhir ini
dapat diselesaikan berkat bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu diucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Endang Krisnawati, S.P., M.P selaku
Pembimbing I dan Ketua Jurusan Pertanian, Bapak Ir. Kenedy Putra, M.Si
selaku Pembimbing II serta Bapak Drs. Achdiyat, M.Pd selaku Pembimbing III
yang telah secara intensif membimbing. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu Ait Maryani, S.P., M.Pd selaku Ketua Program Studi, Bapak Dr. Ir.
Syaiffudin, M.P selaku Direktur Polbangtan Bogor dan teman-teman penyuluh di
BPP Krui Selatanserta teristimewa keluarga tercinta yang memberi semangat.
Disadari sepenuhnya bahwa TA jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
dimasa depan.
Demikian TA ini, semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca.

Pesisir Barat, Agustus 2023

Johan Iskandar

viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pengelolaan Tanaman Terpadu 4
Komponen Teknologi dalam PTT Padi Sawah 5
Usahatani 6
Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi Teknologi dalam PTT Padi 7
Sawah
Kerangka Berfikir 9
METODE PELAKSANAAN 10
Waktu dan Tempat 10
Metode Penelitian 10
Populasi dan Sampel 10
Instrumen 12
Pengumpulan dan Analisis data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Gambaran Umum Wilayah 17
Karakteristik Responden 23
Tingkat Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu 26
(PTT) Usahatani Padi Sawah
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Petani 29
RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN 38
Rancangan Kegiatan Penyuluhan 38
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan 40
Petak Percontohan 41
Hasil Pengamatan 42

ix
SIMPULAN DAN SARAN 40
Simpulan 40
Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN 42
DAFTAR TABEL
1. Jumlah populasi kelompok tani 11
2. Jumlah sampel kelompok tani 12
3. Hasil uji validitas 13
4. Hasil uji reliabilitas 14
5. Kriteria penilaian kuesioner 16
6. Jumlah desa/pekon dan luas wilayah Kecamatan Krui Selatan 17
7. Curah hujan Kecamatan Krui Selatan 18
8. Data penduduk menurut golongan umur tahun 2022 19
9. Data penduduk menurut pekerjaan tahun 2022 19
10. Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2022 20
11. Data penduduk menurut KK tani dan status petani tahun 2022 20
12. Penyuluh pertanian Kecamatan Krui Selatan tahun 2022 20
13. Jumlah dan kelas kemampun kelompok tani Kecamatan Krui Selatan 21
tahun 2022
14. Jumlah gapoktan sudah berbadan hukum dan belum berbadan hukum 21
Kecamatan Krui Selatantahun 2022
15. Data penduduk menurut pendidikan tahun 2022 22
16. Data kelembagaan tingkat Kecamatan Krui Selatantahun 2022 22
17. Umur petani responden 23
18. Jenis kelamin responden di Kecamatan Krui Selatan 24
19. Tingkat pendidikan formal petani 24
20. Luas lahan responden di Kecamatan Krui Selatan 25
21. Tingkat pengalaman petani 26
22. Analisis Deskriptif Tingkat Persepsi Petani 26
23. Analisis Deskriptif Tingkat Persepsi Petani Berdasarkan Indikator 27
24. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan anggota 30
kelompok tani (Pengetahuan)
25. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan anggota 33
kelompok tani (Sikap)
26. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberdayaan anggota 36
kelompok tani (Keterampilan)
27. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan 40

x
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka berpikir persepsi pertanian 8


2. Peta lokasi Kecamatan Krui Selatan 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner wawancara 42
2. Hasil uji validasi dan rehabilitas 46
3. Rekapitulasi identitas responden 50

xi
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang paling penting bagi Bangsa Indonesia.
Pertanian merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia.
Sampai saat ini sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan bagi
perekonomian negara kita. Namun pada umumnya usaha pertanian masih
dilakukan secara tradisional, dikerjakan pada lahan-lahan yang sempit dan
pemanfaatan lahannya tidak optimal, sehingga hasilnya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, bahkan kadang-kadang tidak
mencukup (Purba 2019).
Tanaman padi merupakan komoditas unggulan tanamanpangan di
Indonesia. Kebutuhan terhadap produksi padi sebagai bahan pangan pokok terus
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Menurut BPS (2019)
jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 267 juta
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk antara tahun 2010- 2018 sebesar 1.33%.
Data BPS (2020) menunjukkan bahwa total produksi padi di Indonesia pada tahun
2019 yaitu 54.60 juta ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 4.60 juta ton
(7.76%) dibandingkan pada tahun 2018. Total luas panen padi pada tahun 2019
seluas 10.68 juta hektar. Jika dibandingkan dengan total luas panen padi pada
tahun 2018, luas panen padi tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 700.05
ribu hektar (6.15%). Produksi padi yang belum stabil dan adanya alih fungsi lahan
yang menyebabkan penurunan luas panen perlu menjadi perhatian dalam
pemenuhan kebutuhan beras dalam negeri. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk menjaga stabilitas produksi beras di Indonesia adalah dengan
meningkatkan produksi dan penawaran beras secara keseluruhan melalui
penerapan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
pangan khususnya padi adalah mengenalkan petani pada sistem intensifikasi
tanaman padi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil
padi dan efisiensi masukan produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber

1
daya alam secara bijak. Melalui usaha ini diharapkan : (1). Kebutuhan beras
nasional dapat dipenuhi ; (2). Pendapatan petani padi dapat ditingkatkan; dan (3).
Usaha pertanian padi dapat berkelanjutan (Mulyani & Jumiati 2014).
Suatu terobosan peningkatan produktivitas padi sawah telah berhasil
ditemukan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan hasil
yang cukup memuaskan. PTT merupakan suatu pendekatan yang semakin populer
dewasa ini. Pendekatan ini bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi
spesifik lokasi. Pada tingkat penelitian, PTT mampu meningkatkan produktivitas
padi sekitar 38 persen dengan hasil antara 7 - 8.9 ton/ha, sedangkan pada tingkat
pengkajian di lahan petani produktivitas meningkat rata-rata 27 persen (6.5 - 8.0
ton/ha). Senjang peningkatan produktivitas antara penelitian dan pengembangan
di tingkat petani, mengindikasikan bahwa potensi peningkatan produktivitas padi
untuk mencapai swasembada beras masih cukup besar (Purba 2019).
Kajian ini dilaksanakan di Desa Way Suluh, Way Napal, dan Padang Raya
Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Kondisi lahan
persawahan di Kabupaten Pesisir Barat lebih banyak sawah irigasi, meskipun
bukan irigasi teknis dibandingkan dengan lahan tadah hujan. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/BPN Nomor 686/SK-
PG.03.03/XII/2019 tahun 2019, lahan persawahan di kabupaten pesisir barat
seluas 8.587,7 ha.

Rumusan Masalah
1. Sejauh mana Persepsi petani terhadap penerapan pengelolaan tanaman
terpadu (PTT) padi sawah di Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir
Barat ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Persepsi petani terhadap
penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah ?
3. Bagaimana strategi dalam meningkatkan Persepsi petani terhadap
penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah ?

2
Tujuan
1. Mendeskripsikan persepsi petani terhadap penerapan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) padi sawah di kecamatan Krui Selatan
Kabupaten Pesisir Barat.
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam persepsi petani
terhadap penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah .
3. Menemukan strategi persepsi petani terhadap penerapan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) padi sawah.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa/peneliti, dapat menambah wawasan dalam upaya
meningkatkan kemampuan, kreativitas, yang berkaitan dengan
peningkatan produksi petani padi di masa yang akan datang.
2. Bagi petani, sebagai bahan masukan bagi petani untuk meneningkatkan
produksi padi dengan persepsi petani terhadap pengelolaan tanaman
terpadu di masa mendatang dan dapat dijadikan sebagai bahan
pemikiran khususnya para petani yang ingin melakukan pengelolaan
tanaman terpadu tersebut.
3. Bagi instansi terkait seperti Balai Penyuluhan Pertanian maupun
penyuluh pendamping wilayah binaan dapat memperoleh informasi
melalui kegiatan mahasiswa, sebagai bahan masukan pengambilan
keputusan untuk melakukan penyuluhan ataupun sosialisasi.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Tanaman Terpadu


Salah satu teknologi budidaya padi sawah sebagai strategi pemerintah untuk
meningkatkan produktivitas padi yaitu mekanisme Pengelolaan Tanaman secara
Terpadu (PTT). PTT memberikan inovasi baru dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan terkait peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani
sehingga peningkatan kesejahteraan petani dapat terwujud (Apriani et al 2018).
Komponen teknologi yang diterapkan dalam PTT dikelompokkan dalam
kelompok teknologi dasar dan teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar
sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Penerapan
komponen pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani
setempat. Komponen dasar antara lain 1) Varietas unggul baru, inbrida atau
hibrida, 2) Benih bermutu dan berlabel, 3) Pemberian bahan organik melalui 5
pengembalian jerami, 4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum, 5)
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, 6)
Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Komponen pilihan
teknologi PTT meliputi 1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, 2)
Penggunaan bibit muda (kurang dari 21 hari), 3) Tanam bibit 1-3 batang per
rumpun, 4) Pengairan secara efektif dan efisien, 5) Penyiangan dengan landak
atau gosrok, 6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok (Balitbangtan 2016).
Sebagai perwujudan penyediaan bahan pangan khususnya beras yang
mengacu pada ketahanan pangan nasional, merupakan kewajiban kelompok tani
sebagai pelaku utama yang perlu difasilitasi dengan penuh tanggung jawab.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada petani harus dilakukan melalui
pelaksanaan dan sosialisasi teknologi dan inovasi baru yang salah satunya adalah
penyuluhan secara teratur dan berkesinambungan.
Pendekatan PTT ini memperhatikan keberagaman lingkungan pertanaman
dan kondisi petani, sehingga penerapan teknologi di suatu tempat mungkin sekali
berbeda dengan lokasi lainnya. Dalam model PTT, pemecahan masalah setempat
dengan penerapan teknologi inovatif merupakan prioritas utama. Oleh karena itu,
paket teknologi yang dipilih dalam PTT tidak tetap, tetapi spesifik lokasi.

4
Pemilihan komponen teknologinya disesuaikan dengan kondisi setempat.
Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip :
1. PTT bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi tetapi merupakan
suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, lahan dan air dapat dikelola
sebaik-baiknya.
2. PTT memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan
diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan/sinergis antar teknologi.
3. PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun
sosial-ekonomi petani.
4. PTT bersifat partisipatif yang berarti petani turut serta menguji dan memilih
teknologi yang sesuai dengan keadaan setempat dan kemampuan petani
melalui proses pembelajaran.
Pada prinsipnya adalah melakukan pengelolaan dengan menyediakan
lingkungan produksi yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman sesuai dengan
sumberdaya tersedia secara lokal spesifik (Badan Litbang Pertanian 2004).
Melalui pendekatan ini diupayakan menciptakan hubungan sinergi antara
komponen-komponen produksi dan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
tersedia dengan lebih banyak memanfaatkan internal input tanpa merusak
lingkungan.

Komponen Teknologi dalam Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah

Salah satu teknologi budidaya padi sawah sebagai strategi pemerintah untuk
meningkatkan produktivitas padi yaitu mekanisme Pengelolaan Tanaman secara
Terpadu (PTT). PTT memberikan inovasi baru dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan terkait peningkatan produktivitas padi dan pendapatan petani
sehingga peningkatan kesejahteraan petani dapat terwujud (Apriani et al 2018).

Teknologi unggulan PTT anjuran dari Kementerian Pertanian terdiri dari


enam komponen teknologi dasar dan tujuh komponen teknologi pilihan. Enam
komponen teknologi dasar terdiri dari: 1. Varietas unggul baru, inbrida (non
hibrida), atau hibrida, 2. Benih bermutu dan berlabel, 3. Pemberian bahan organik
melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos, 4. Pengaturan
populasi tanaman secara optimum, 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman

5
dan status hara tanah, 6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
dengan pendekatan PTT (Pengendalian Hama Terpadu).
Sementara ketujuh komponen teknologi pilihan terdiri dari: 1. Pengolahan
tanah sesuai musim dan pola tanam 2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 3.
Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4. Pengaturan jarak tanam (Benih Unggul
2:1 atau 4:1) 5. Pengairan secara efektif dan efisien 6. Penyiangan dengan landak
atau gasrok 7. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.

Usahatani
Ilmu usahatani pada dasarnya merupakan cara-cara petani memperoleh dan
memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas
untuk mencapai tujuannya. Cara untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani kecil ialah melalui penyediaan teknologi baru, dan apabila
relevan, juga pemberian informasi pasar. Penelitian usahatani dapat berperan
penting untuk keduanya (Soekartawi et al 1986).
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan
Diah 2008).
Biaya usahatani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang
relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, dan
penyusutan alat pertanian. Biaya tidak tetap (variable cost): biaya 11 yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga
kerja, pupuk, pestisida, dan bibit) (Soekartaw 1987).

Produksi Dan Faktor-Faktor Produksi


Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan kepada tanaman
agar tanaman mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi
dikenal pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang
sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi
lahan, modal untuk membeli pupuk, benih, obat-obatan, tenga kerja dan aspek

6
manajemen adalah faktor produksi yang sangat penting. Hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan faktor produksi.
Dalam praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ini dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, benih, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma dan
sebagainya.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian,
kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya (Soekartawi 2003).

Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi Teknologi PTT Padi Sawah


Persepsi merupakan suatu proses memberi arti pada stimulus tertentu
melalui proses penginderaan dan menghasilkan interpretasi individu atas stimulus
yang diterimanya. Persepsi individu ditunjukkan oleh pandangan yang dimiliki
petani mengenai inovasi berdasarkan kebutuhan dan pengalaman mereka, yang
akan mempengaruhi sikap petani terhadap inovasi. Tingkat adopsi dari suatu
inovasi akan bergantung kepada persepsi petani tentang karakteristik inovasi.
Karakteristk inovasi meliputi keunggulan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat
kerumitan, kemudahan untuk dicoba dan kemudahan untuk diamati diamati
(Rogers 2003).
Persepsi petani terhadap suatu inovasi teknologi merupakan proses
pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diterima oleh petani,
sebelum petani mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi
tersebut. Persepsi merupakan tahap kedua dalam proses adopsi. Pada tahap
pertama, petani telah memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai PTT padi
sawah (Fachrista dan Sarwendah 2014).
Karakteristik inovasi dan lingkungan sosial merupakan faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi persepsi individu. Individu berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya untuk meyakinkan bahwa pandangannya selaras dengan
lingkungannya. Saluran interpersonal dengan tingkat kesepadanan yang serupa
akan mempertinggi tingkat kepercayaan pesan inovasi yang persuasif.

7
Lingkungan sosial mempengaruhi petani dalam tiga hal, yaitu menerima informasi
baru, membentuk petani menjadi lebih terbuka pada hal – hal baru, dan
mempengaruhi keputusan adopsi petani terhadap inovasi (Hariyani et al 2014)
Bentuk penyesuaian individu dengan lingkungannya dapat terjadi melalui
interaksi dan komunikasi antar anggota kelompok maupun pihak – pihak diluar
kelompoknya, oleh karena itu pola interaksi dan hubungan sosial sangat penting
dalam upaya diseminasi teknologi bagi petani . Kekerabatan dengan tetangga
dapat menjadi salah satu hambatan bagi petani dalam menerapkan inovasi karena
persepsi petani terhadap inovasi akan dipengaruhi oleh tanggapan dan keputusan
kelompok sosialnya (Iskandar dan Nurtilawati 2018).

8
Kerangka Berfikir
Dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani padi sawah di Desa Way
Suluh, Way Napal, dan Padang Raya pendekatan melalui program PTT
merupakan solusi yang diharapkan dapat membantu. Pengelolaan Tanaman secara
Terpadu ini merupakan suatu pendekatan inovatif. Pendekatan ini lebih bersifat
partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi setempat yang spesifik lokasi
sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua
lokasi. Tujuan utama pengembangan model PTT adalah untuk meningkatkan
produktivitas melalui efisiensi input dan pelestarian sumberdaya untuk
keberlanjutan usahatani padi sawah.
Melalui Pendekatan PTT diharapkan dapat tercapai efisiensi dalam
penggunaan input dengan tingkat penerapan teknologi yang sesuai dengan kondisi
setempat. Untuk membatu penulis dalam menganalisis maka diperlukan alat
analisis yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Faktor Internal (X1)


- Umur
- Pendidikan
- Luas berusaha tani
- Pengalaman berusaha
tani

Persepsi Petani Pengelolaan


(Y)
Tanaman Terpadu
- Pengetahuan -------
- Sikap (PTT) Usahatani
- Keterampilan Padi Sawah
Faktor External X2)
- Peran Penyuluhan
- Metode Penyuluhan
- Media Penyuluhan

Gambar 1 Kerangka berpikir persepsi petani terhadap pengelolaan tanaman


terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

9
METODE PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat


Tugas akhir dilaksanakan selama 3 bulan, dari Bulan Mei-Juli 2023, di
Kecamatan Krui SelatanDesa Way Suluh, Way Napal, dan Padang Raya. Daerah
tersebut dipilih menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah
tersebut merupakan salah satu daerah yang menerapkan PTT.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) yaitu penelitian
yang digunakan dengan melihat langsung permasalahan yang timbul di daerah
penelitian. Karena studi kasus merupakan metode yang menjelaskan jenis
penelitian mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu, atau suatu
fenomena yang ditentukan pada suatu tempat yang belum tentu sama dengan
daerah lain. Dengan kasusnya yaitu penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi
sawah untuk meningkatkan efisiensi usahatani padi sawah (studi kasus: Desa Way
Suluh, Way Napal, dan Padang Raya Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir
Barat).
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah kumpulan dari unsur-unsur dengan banyak ciri umum yang
yang berasal dari daerah yang akan diteliti. Populasi sasaran adalah sekumpulan
elemen atau objek yang memiliki informasi yang dicari dan digunakan dalam
menarik simpulan. Populasi sasaran harus didefinisikan secara tepat.
Penentuan populasi di Kecamatan Krui Selatandilakukan dengan memilih
secara sengaja yaitu petani di Desa Way Suluh, Way Napal dan Padang Raya
dengan kriteria yaitu: petani yang telah atau yang sedang melaksanakan usahatani
padi sawah yang tergabung ataupun tidak tergabung ke dalam anggota kelompok
tani aktif. Jumlah populasi yang dipilih sebanyak 105 orang responden,
sebagaimana tersaji pada Tabel 1,

10
Tabel 1. Populasi kelompok tani
No Nama Desa Nama Kelompok Jumlah Anggota
Bina Hara 18
1 Way Suluh
Kuta Hara 19
Harapan Jaya 18
2 Way Napal
Anak Usang 17
Lebak Budi 16
3 Padang Raya
Lingkok Bariga 17
Jumlah 105
Sumber: Data diolah 2023
Sampel
Untuk penentuan besaran sampel pada penelitian ini menggunakan rumus
Slovin, sebagai berikut :
𝑵
𝒏
𝟏 + 𝑵(𝒆)𝟐
Dimana :
N : Besaran populasi
n : Besaran sampel
e : Presentasi kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan
pengambilan sampel (7%)
Sehingga dengan rumus tersebut diperoleh sampel sebanyak :
Diketahui :
N : 105 orang
e : 7%
Ditanya n ??
𝟏𝟎𝟓 𝟏𝟎𝟓 𝟏𝟎𝟓
P Perhitungan: 𝒏 = 𝟏+𝟏𝟎𝟓(𝟎,𝟎𝟕)𝟐 = 𝟏+𝟏𝟎𝟓.(𝟎,𝟎𝟎𝟒𝟗) = 𝟏,𝟓𝟏𝟒 = 69,35 = 70 orang

Selanjutnya untuk mendapatkan sampel dari masing-masing kelompoktani


dilakukan secara proporsional dengan menggunakan rumus Rubin and Luck,
sebagai berikut :
𝑵𝒌
𝒏𝒊 = 𝒙𝒏
𝑵
ni : Jumlah sampel masing-masing kelompoktani N : Jumlah total populasi
Nk : Jumlah populasi masing-masing kelompoktani n : Jumlah sampel dari populasi

11
Tabel 2. Jumlah sampel kelompok tani
Jumlah
No Desa Kelompok Populas Proporsional sampel
tani i sampel (pembulatan)
(orang)
1 Way Suluh Bina Hara 18 18/105 X 70 = 12 12

Kuta Hara 19 19/105 X 70 = 12,6 13

2 Way Napal Harapan Jaya 18 18/105 X 70 = 12 12

Anak Usang 17 17/105 X 70 = 11,3 12

3 Padang Raya Lebak Budi 16 16/105 X 70 = 10,6 11

Lingkok Bariga 17 17/105 X 70 = 11,3 12


Jumlah 105 72
Sumber: Data diolah 2023

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang diambil dari Pekon
Way Suluh yaitu poktan Bina Hara 18 orang dan Poktan Kuta Hara 19 orang,
Pekon Way Napal poktan Harapan Jaya 18 orang dan Poktan Anak Usang 17
orang, Pekon Padang Raya Lebak Budi 16 orang dan Lingkok Bariga 17 orang.

Instrumen
Uji Validitas
Uji validitas menggunakan korelasi product moment pearson (r), dengan
bantuan software Microsoft Excel 2010. Sebelum suatu instrumen digunakan pada
Setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

𝑁 ∑ 𝑥𝑦 − ∑ 𝑥 ∑ 𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2 √𝑁 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
x = Skor item masing-masing pertanyaan

y = Skor total pertanyaan


N = Banyaknya subjek/jumlah responden

12
Adapun hasil dari pengujian validitas terhadap instrumen penelitian
atau kuesioer dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 3. Hasil uji validitas
Nilai rhitung rtabel KET
No Variabel
P1 P2 P3 P4 0.05 0.01
1 Umur .550** .926** .926** - 0.361 0.463 Valid
Tingkat Valid
2 .897** .898** .686** - 0.361 0.463
Pendidikan
** ** **
3 Luas Lahan .906 .906 .693 - 0.361 0.463 Valid
Pengalaman Valid
4 .906** .906** .693** - 0.361 0.463
Bertani
Sarana dan Valid
5 .805** .947** .947** - 0.361 0.463
Prasarana
Metode Valid
6 .906** .906** .693** - 0.361 0.463
Penyuluhan
Media Valid
** ** ** **
7 Penyuluhan .959 .684 .959 .959 0.361 0.463

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilaksanakan pada responden diluar populasi yang akan
dilakukan kajian, tetapi mempunyai karakteristik yang sama. Pengujian dilakukan
dengan jumlah responden 30 orang yang berada di Kecamatan Krui
SelatanKabupaten Pesisir Barat yang dipilih secara acak.Uji reliabilitas dilakukan
dengan menbandingkan nilai Cronbach’s alpha dengan bantuan program SPSS
24.

Dimana:
/1= Jumlah butir pertanyaan
= Varians butir
= Varians total

Berdasarkan hasil uji instrumen dengan menggunakan program SPSS versi


24 ditemukan hasil cronbach’s alpha sesuai dengan hasil jawaban responden yang
dipilih. Kriteria alat ukur dikatakan andal jika nilai Cronbach’s alpha ≥ 0,60. Jika
nilai Cronbach’s alpha < 0,60 maka item-item pertanyaan tersebut tidak reliabel.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada instrumen yang terdiri atas 31 pertanyaan

13
diperoleh nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 setiap variabelnya, nilai ini
dikatakan reliable. Oleh karena itu, instrument ini dinyatakan layak digunakan
sebagai alat ukur.

Adapun hasil dari pengujian reliabilitas dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4. Hasil uji reliabilitas
Nilai Cronbach's
No Variabel Ket
Alpha
1 Umur 0.733 Reliabel
2 Tingkat Pendidikan 0.738 Reliabel
3 Pengalaman Bertani 0.766 Reliabel
4 Luas Lahan 0.766 Reliabel
5 Sarana dan Prasarana 0.878 Reliabel
6 Metode Penyuluhan 0.766 Reliabel
7 Media Penyuluhan 0.904 Reliabel

Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam kegiatan pengkajian ini terdiri atas data primer
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumbernya yaitu
melalui wawancara dengan responden menggunakan instrumen kuesioner sebagai
pedoman dalam melakukan wawancara secara terstruktur. Bentuk pertanyaan
dalam kuesioner adalah pertanyaan tertutup. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui pencatatan datayang telah tersedia, baik dari penyuluh, pengurus kelompok
maupun dari kantor Desa dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan.
Teknik pengumpulan data pada pelaksanaan penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1) Observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan langsung dengan objek yang akan diteliti
sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang Persepsi Petani Terhadap
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat.
2) Angket/kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diberikan kepada

14
responden dalam hubungannya dengan masalah yang dikaji.
3) Wawancara Wawancara, yaitu tanya jawab langsung yang dilakukan
peneliti dengan responden menggunakan alat bantu kuesioner yang telah
disiapkan, sehingga didapatkan data tentang identitas responden, faktor-
faktor yang mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui
SelatanKabupaten Pesisir Barat.
4) Mempelajari bahan/buku sebagai rujukan untuk memperoleh informasi
teoritis yang ada hubungannya dengan masalah yang dikaji.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi
linier berganda. Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis
statistik yang bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran mengenai
subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek
tertentu. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis tingkat Persepsi Petani
Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah.
Untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Persepsi Petani
Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah, maka
diamati dengan menggunakan analisis regresi liner berganda. Analisis regresi
untuk mengetahui pengaruh dari keragaman variabel dependen (Y) dan variabel
independen (X). Sedangkan untuk mengetahui strategi minat pemuda pedesaan
terhadap pertanian dikembangkan dari hasil analisis deskriptif dan regresi linear
berganda dijabarkan menjadi upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
menumbuhkan minat pemuda pedesaan. Adapun persamaan dalam analisis regresi
berganda yaitu;
Y= a + b1 X1 + b2 X2
Keterangan :
Y = Persepsi
X1 = (Faktor Internal)
b2 = Koefisien regresi dari variable X2
X2 = (Faktor External)

15
Skala Likert
Skala pengukuran yang digunakan pada penelitian adalah modifikasi skala
likert yang memiliki skor penilaian berkisar antar 1-4, dengan ketentuan sebagai
berikut :
skor 1 : tidak mengerti/tidak terampil/tidak rutin/tidak tepat
skor 2 : kurang mau/kurang butuh/kurang setuju/kurang pernah
skor 3 : mau/butuh/kadang-kadang/jarang
skor 4 : sangat mau/sangat butuh/sangat setuju/sangat pernah
Kriteria penilaian skor dari modifikasi skala likert dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria penilaian kuesioner
No Kriteria Penilaian Nilai Skor
1 Sangat Rendah (SR) 1
2 Rendah (R) 2
3 Tinggi (T) 3
4 Sangat Tinggi (ST) 4

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah


Letak Geografis
Ibukota Kecamatan Krui Selatanadalah Pekon Way Napal. Dasar hukum
terbentuknya Kecamatan Krui Selatanberdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02
Tahun 2010 tanggal 15 April 2010. Wilayah Kecamatan Krui SelatanKabupaten
Pesisir Barat mempunyai luas 3.625Ha dengan garis pantai sepanjang 8 km dan
berbatas dengan :
a. Sebelah Utara dengan Kecamatan Pesisir Tengah;
b. Sebelah Timur dangan Kecamatan Pesisir Selatan;
c. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pesisir Tengah
d. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Titik koordinat Kecamatan Krui Selatan: -5,23407, 103,94864

17
Tabel 6. Jumlah desa/pekon dan luas wilayah Kecamatan Krui Selatan
No Pekon Jumlah Dusun Luas Wilayah
ha % Total
1 Mandiri Sejati 4 392 10,81
2 Balai Kencana 4 592 16,33
3 Padang Raya 4 300 8,28
4 Way Suluh 4 300 8,28
5 Way Napal 5 499 13,77
6 Padang Haluan 5 264 7,28
7 Lintik 5 238,5 6,57
8 Sukajadi 4 89,5 2,47
9 Pemerihan 3 513 14,15
10 Walur 3 437 12,06
Jumlah 41 3625 100,00

Topografi
Jenis lahan/tanah berkaitan erat dengan tingkat kepekaan terhadap erosi,
kesuburan serta rencana jenis tanaman yang cocok. Karakteristik lahan di
Kecamatan Krui SelatanPodsolik Merah Kuning 25%, Aluvial 35%, Podsolik
Coklat 2%, Ketinggian dari permukaan laut 0-75 mdpl.

Tabel 7. Curah hujan Kecamatan Krui Selatan


No Tahun Tahun 2019 Tahun 2020
Bulan Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan
(mm) (mm)
1. Januari 66,5 12 560,9 18
2. Februari 172,7 10 266,5 17
3. Maret 317,2 14 675,2 18
4. April 400,2 14 373,5 20
5. Mei 339 12 486 17
6. Juni 173,5 6 93 7
7. Juli 93 7 18 2
8. Agustus 18 2 10,3 4
9. September 10,3 4 317,2 14
10. Oktober 33,9 8 400,2 14
11. November 50,3 7 339 12
12. Desember 589 17 561 17

18
Temperatur : + 21 – 30 0C
Curah Hujan : 9 bulan basah dan 3 bulan kering
Berdasarkan curah hujan dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, curah hujan di
Pesisir Barat berkisar antara 2.500 – 3.000 milimeter setahun.
Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk Kecamatan Krui Selatanyang berjumlah 11.107 jiwa.
Mayoritas mata pencaharian sebagian besar adalah petani, pekebun dan sebagian
kecil yang bermata pencaharian di luar sektor pertanian.
Tabel 8. Data penduduk menurut golongan umur tahun 2022
No Pekon Jumlah Penduduk Yang Berumur Total
0-9 10-19 20-29 30-40 41-50 51-60 >60
1 Mandiri Sejati 105 89 82 115 72 48 66 577
2 Balai Kencana 433 317 312 299 244 176 139 1920
3 Padang Raya 209 181 181 205 214 165 133 1288
4 Way Suluh 187 166 153 182 151 89 106 1034
5 Way Napal 212 215 227 222 208 133 106 1323
6 Padang Haluan 265 191 212 179 147 66 56 1116
7 Lintik 209 228 229 237 215 139 77 1334
8 Sukajadi 150 139 160 173 136 76 42 876
9 Pemerihan 128 145 147 141 143 113 68 885
10 Walur 132 112 119 125 112 81 73 754
Jumlah 2030 1783 1822 1878 1642 1086 866 11107

Tabel 9. Data penduduk menurut pekerjaan tahun 2022


Pekerjaan (Orang)
No Pekon Petani/ Buruh Peternak Buruh Perikanan/ PNS,TNI Lain- Total
Pekebun Tani/ Petern Nelayan ,POLRI lain
Pekebun ak
Mandiri
1 158 0 34 0 35 10 340 577
Sejati
Balai
2 441 26 0 12 5 12 1424 1920
Kencana
Padang
3 187 7 0 0 4 3 1087 1288
Raya
Way
4 250 39 0 0 0 3 741 1033
Suluh
Way
5 242 54 12 43 13 22 937 1323
Napal
Padang
6 206 0 0 0 0 22 888 1116
Haluan
7 Lintik 355 0 0 25 0 29 925 1334
8 Sukajadi 336 0 0 0 0 10 531 877
9 Pemerihan 201 0 0 0 7 15 662 885
10 Walur 218 0 0 0 14 4 518 754
Jumlah 2594 126 46 80 78 130 8053 11107
Sumber: Katalog Kependudukan Kec.Krui Selatan, dalam angka Tahun 2022

19
Tabel 10. Data jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2022
No Nama Pekon Jumlah Jumlah Penduduk (Org)
KK Laki- laki Perempuan Jumlah
1 Mandiri Sejati 146 285 292 577
2 Balai Kencana 503 954 966 1920
3 Padang Raya 218 656 632 1288
4 Way Suluh 243 514 519 1034
5 Way Napal 323 707 616 1323
6 Padang Haluan 286 577 539 1116
7 Lintik 323 697 637 1334
8 Sukajadi 192 397 479 876
9 Pemerihan 231 460 425 885
10 Walur 229 375 380 754
Jumlah 2694 5622 5485 11107
Sumber: Katalog Kependudukan Kec.Krui Selatan, dalam angka Tahun 2022
Tabel 11. Data penduduk menurut kk tani dan status petani tahun 2022
KK Tani
Jumlah Jumlah Buruh
No. Pekon / Desa Pemilik Penggarap
KK KK Tani Tani/
Penggarap / Penyakap
pdgang
1 Mandiri Sejati 146 117 75 27 15
2 Balai Kencana 503 376 262 88 26
3 Padang Raya 218 175 113 38 24
4 Way Suluh 243 198 127 43 28
5 Way Napal 323 245 168 57 20
6 Padang Haluan 286 233 152 48 33
7 Lintik 323 235 169 57 9
8 Sukajadi 192 151 102 32 17
9 Pemerihan 231 188 121 40 27
10 Walur 229 168 125 35 8
Jumlah 2694 2086 1414 465 335
Sumber: Katalog Kependudukan Kec.Krui Selatan, dalam angka Tahun 2022

Tabel 12. Penyuluh pertanian Kecamatan Krui Selatan Tahun 2022


No Tempat Tugas/ Jumlah Pekon Penyuluh Pertanian Jumlah
Pekon/Kecamatan PNS PPPK Swadaya Penyuluh
➢ Mandiri Sejati
1 ➢ Balai Kencana
2 1 - 1 2
➢ Padang Raya
2 ➢ Way Suluh
2 - 1 - 1
➢ Way Napal
3 ➢ Padang Haluan
2 - 1 - 1
➢ Lintik
4 ➢ Sukajadi
2 1 - - 1
➢ Pemerihan
5 ➢ Walur
2 1 - - 1
Jumlah 10 3 2 1 6

20
Kelembagaan Kelompok Tani
Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh,
dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani,
mencakup Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas
Pertanian, dan Dewan Komoditas Pertanian Nasional.
Jumlah Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di
Kecamatan Krui Selatanadalah sebanyak 53 yang terdirin dari Kelompok Tani dan
Kelompok Wanita Tani.

Tabel 13. Jumlah dan kelas kemampun kelompok tani Kecamatan


Krui Selatan Tahun 2022
Jumlah Kelompok Tani/KWT Jumlah
No. Pekon / Desa
Pemula Lanjut Madya Utama
1 Mandiri Sejati - 4 1 - 5
2 Balai Kencana 1 3 2 - 6
3 Padang Raya 4 6 1 - 11
4 Way Suluh - 5 1 - 6
5 Way Napal - 4 1 - 5
6 Padang Haluan - 5 - - 5
7 Lintik - 1 1 - 2
8 Sukajadi - 5 1 - 6
9 Pemerihan - 2 1 - 3
10 Walur 2 2 - - 4
Jumlah 7 37 9 - 53

Tabel 14. Jumlah gapoktan sudah berbadan hukum dan belum berbadan
hukum Kecamatan Krui SelatanTahun 2022
Jumlah Gapoktan Berbadan
No. Pekon / Desa Hukum Jumlah
Sudah Belum
1 Mandiri Sejati - √ 1
2 Balai Kencana √ - 1
3 Padang Raya - √ 1
4 Way Suluh - √ 1
5 Way Napal - √ 1
6 Padang Haluan √ - 1
7 Lintik √ - 1
8 Sukajadi - √ 1
9 Pemerihan - √ 1
10 Walur √ - 1
Jumlah 4 6 10

21
Keadaan Lembaga Yang Ada Di Kecamatan Krui Selatan
Kecamatan Krui Selatanmemiliki lembaga-lembaga penunjang yang
menbantu keperluan atau kepentingan penduduk terutaman penduduk yang ada di
kecamatan Krui Selatan.
Pendidikan Formal
Kecamatan Krui Selatanmempunyai lembaga jasa pendidikan formal yang
berada di pusat Kecamatan dan beberapa desa, jumlah lembaga jasa pendidikan
formal di sajikan pada tabel 15.
Tabel 15. Data Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2022
No Pekon Tingkat Pendidikan Jumlah
Belum/ Tdk Tamat SLTP/ SLT Aka
tidak Tamat SD/ Sedera A/ demi/
sekolah SD/ Sedera jat Sede PT
Sederajat jat rajat
1 Mandiri Sejati 93 76 97 182 114 17 579
2 Balai Kencana 315 241 609 424 295 33 1917
3 Padang Raya 205 226 301 290 234 32 1288
4 Way Suluh 167 183 188 211 249 35 1033
5 Way Napal 228 183 295 251 337 30 1324
6 Padang Haluan 179 162 313 209 218 35 1116
7 Lintik 295 261 221 207 315 34 1333
8 Sukajadi 173 156 159 157 202 30 877
9 Pemerihan 166 142 195 162 178 42 885
10 Walur 106 62 132 149 290 16 755
Jumlah 1927 1692 2510 2242 2432 304 11107
Sumber: Katalog Kependudukan Kec.Krui Selatan, dalam angka Tahun 2022
Lembaga Penunjang
Kecamatan Krui Selatanmemiliki lembaga penunjang seperti Kelembagaan
Tingkat Kecamatan Krui Selatan. Untuk lebih jelasnya lembaga penunjang yang
ada di Kecamatan Krui Selatandi sajikan pada tabel 16.
Tabel 16. Data kelembagaan tingkat Kecamatan Krui SelatanTahun 2022

No. Kelembagaan JUMLAH

1 KUD 0
2 Kios Saprodi 1
3 BRI, Bank Lampung dan BNI 0
4 Penyuluh Pertanian PNS, THL TBPP, THL Prov, Swadaya 6
5 Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) 0
6 BPP 1
7 BBI (Balai Benih Induk) 0

22
8 Unit Pembibitan Ternak 0
9 Posluhdes 2
10 Kelompok Tani 44
11 Kelompok Wanita Tani 9
12 Gapoktan 10
13 Pos Keswan 0
14 Rumah Pemotongan Hewan 0
15 Perusaaan Pertanian (BUMN) 0
16 Perusahaan Pertanian 0
17 Perguruan Tinggi Negeri 0
18 Perguruan Tinggi Swasta 0
19 Pasar 5
20 Bengkel Alsintan dan UPJA 0
21 P3A 4
22 LPM 0
23 Pelelangan Ikan 0
24 Unit UPT Perkebunan 0

Karakteristik Responden
Umur
Umur responden adalah usia yang dimiliki oleh responden pada saat
penelitian dilakukan. Umur juga akan berhubungan dengan kemampuan dan
aktivitas seseorang dalam melakukan kegiatan. Untuk Melihat data mengenai
distribusi berdasarkan umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 17. Umur petani responden


No Umur Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1. 21-30 4 6
2. 31-40 19 27
3. 41-50 25 35
4. 51-60 16 21
5. >60 8 11
Total 72 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2023
Dari tabel diatas tingkat umur responden di Kecamatan Krui Selatanuntuk
kisaran 21-30 tahun sebesar 6%, responden 31-40 tahun sebesar 27%, responden
41-50 tahun sebesar 35%, responden 51-60 tahun sebesar 21%, dan responden di
atas 60 tahun sebesar 11%. Umur produktif adalah kisaran 15 sampai 65 tahun,
hal tersebut dikarenakan umur tersebut memiliki kecenderungan dalam
meningkatkan kesejahteraan (Lestari, 2015). Apabila usia responden semakin tua
maka kondisi fisik reponden semakin berkurang hal itu juga bekaitan dengan

23
prodiktivitas yang dihasilkan. Semakin muda petani memiliki semangat ingin
tahu yang tinggi, terutama apa yang belum mereka ketahui, oleh karena itu, petani
akan senantiasa mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh oreng lain guna
memenuhi rasa ingin tahu yang besar tersebut.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat membuat perbedaan dalam perilaku seseorang. Dalam
bidang bisnis, seks dapat menjadi perbedaan yang di buat individu (Kusnawan,
2017). Untuk melihat data mengenai distribusi berdasarkan umur responden
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 18. Jenis kelamin responden di kecamatan krui selatan
No Umur Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1. Laki-Laki 69 95,8
2. Perempuan 3 4,2
Total 72 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2023
Dari tebel diatas dapat diketahui bahwa Jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 69 orang atau 95,8 % dan jumlah responden yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang atau 4,2%.

Pendidikan
Tingkat Pendidikan memilki tingkat atau jenjang mulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi, termasuk beberapa program atau lembaga khusus untuk
latihan teknis atau profesi dengan waktu sepenuhnya. Berdasarkan hasil
pengkajian yang diperoleh bahwa pendidikan petani yang ada di Kecamatan Krui
Selatanberbeda-beda dari tinggkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Untuk
melihat distribusi berdasakan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 19
sebagai berikut :
Tabel 19. Tingkat pendidikan formal petani
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 0 0
2 SD (6 tahun) 23 32
3 SMP (9 tahun) 20 28
4 SMA (12 tahun) 26 36
5 Perguruan Tinggi (15 thn) 3 4
Total 72 100
Sumber : Hasil Analisisi Data Primer, 2023

24
Dari tabel 19 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang di tempuh
oleh responden yang ada di Kecamatan Krui Selatanberbeda-beda. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam hal
sumberdaya manusia. Berdasarkan tabel diatas responden dengan pendidikan SD
berjumlah 23 orang atau 32%, SMP berjumlah 20 orang atau 28%, SMA
berjumlah 26 orang atau 36% dan Diploma/Perguruan Tinggi berjumlah 3 orang
atau 4%. Jenjang pendidikan yang paling banyak ditempuh responden di
Kecamatan Krui Selatanadalah SMA berjumlah 26 orang atau 36%.
Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir seseorang,
sehingga pendidikan berpengaruh terhadap proses menerima informasi yang akan
diberikan kepada responden khususnya dalam hal penyuluhan berpengaruh nyata
terhadap pemberdayaan anggota kelompok tani dalam penerapan mekanisme
Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT) padi sawah. Menurut Saleh (2010)
semakin tinggi pendidikan petani semakin baik keputusannya dalam berusahatani
yang lebih produktif dan semakin meningkatnya pendidikan seseorang, maka
kualaitas kerjanya juga meningkat.
Luas Lahan

Luas lahan uasahatani merupakan luas lahan yang diusahakan oleh


responden dalam hal ini mekanisme Pengelolaan Tanaman secara Terpadu (PTT)
padi sawah. Luas lahan yang ada di Kecamatan Krui Selatandisajikan pada tabel
20 sebagai berikut :
Tabel 20. Luas lahan responden di Kecamatan Krui Selatan

No Luas Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)


1. 0.1-0.5Ha 41 57
2. 0.6-1 Ha 26 36
3. 1.1-1.5 Ha 4 6
4. 1.6-2 Ha 1 1
5. >2 Ha - 0
Total 72 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2023

Dari tabel 20 bahwa pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi


sawah (Oryza sativa L.) di Kecamatan Krui Selatan yang mayoritas dimilki
petani sendiri yaitu 1.6-2 ha dengan jumlah petani 1 orang (1%) kategori tinggi,
yang memilki luas lahan 1.1-1.5 ha sebanyak 4 oarang (6%) kategori sedang,
yang memiliki luas lahan 0.6-1 ha sebanyak 26 orang (36%) kategori rendah dan

25
yang memilki luas lahan <0.5 ha sebanyak 41 orang (57%) kategori sangat
rendah.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi, tempat dihasilkannya produk
pertanian yang memiliki sumbangan besar terhadap usahatani, karena banyak
sedikitnya hasil produksi dari usahatani sangat dipengeruhi oleh luas sempitnya
lahan yang digunakan. Menurut Ambarita dan Kartika (2015) lahan merupakan
hal utama dalam usahatani, sesuai teori yang ada jika semakin besar luas lahan
maka makin besar produktivitas yang dihasilkan.
Pengalaman
Tabel 21. Tingkat pengalaman petani
No Pengalaman Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 0-7 tahun 20 28
2. 8-15 tahun 31 43
3. 16-23 tahun 13 18
4. 24-31 tahun 7 10
5. >31 tahun 1 1
Total 72 100
Sumber : Hasil Analisisi Data Primer, 2023
Dari tabel 21 lama berusaha tani di Kecamatan Krui Selatansangat beragam.
Sebanyak 28% petani sudah memiliki pengalaman diatas 0-7 tahun, 43% petani
memiliki pengalaman 8-15 tahun, 18% petani memiliki pengalaman 16-23 tahun,
10% petani memiliki pengalaman 24-31 tahun dan 1% petani memiliki
pengalaman > 31 tahun.

Tingkat Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)


Usahatani Padi Sawah

Analisis deskriptif tingkat Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman


Terpadu (PTT) Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui Selatan meliputi
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan. Adapun hasil analisis tingkat Persepsi
petani dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Analisis Deskriptif Tingkat Persepsi Petani
Variabel Kriteria Kategori Rata-rata
Tingkat Persepsi 27-54 Rendah
55-81 Sedang 3717/46 = 80,80
82-108 Tinggi
Sumber: Analisis Data Primer 2023

26
Tingkat Persepsi petani dalam penerapan PTT padi sawah di Kecamatan
Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat berada pada kategori sedang dengan nilai
rata-rata 80,80 yang artinya sebagian petani di Kecamatan Krui Selatan mau
menerapkan PTT tapi belum menyeluruh. Selain itu sebagian petani menganggap
bahwa mereka tidak membutuhkan PTT karena sistem tanam konvensional yang
sudah diterapkan secara turun-temurun. Sehingga petani lebih memilih
menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama karena memberikan
efek langsung. Selain itu petani terbiasa menggunakan pestisida dicampur dengan
pestisida lainnya tanpa mengidentifikasi tingkat serangan hama terlebih dahulu.
Adapun hasil analisis deskriptif tingkat Persepsi petani berdasarkan indikator
dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Analisis Deskriptif Tingkat Persepsi Petani Berdasarkan Indikator
No Indikator Kriteria Kategori Nilai rata-rata
1 Pengalaman 10-20 Rendah
21-30 Sedang 1387/46=30
31-40 Tinggi
2 Sikap 10-20 Rendah
21-30 Sedang 1383/46= 30
31-40 Tinggi
3 Keterampilan 7-14 Rendah
15-21 Sedang 947/46= 20
22-28 Tinggi
Sumber: Analisis Data primer 2023
Berdasarkan Tabel 23. diketahui bahwa nilai rata-rata indikator Persepsi
petani dalam penerapan PTT padi sawah di Kecamatan Krui Selatan masuk dalam
kategori sedang yang artinya PTT padi sawah belum diterapkan secara
menyeluruh. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman petani
mengenai PTT padi sawah. Penjelasan tingkat Persepsi petani dalam penerapan
PTT padi sawah berdasarkan indikator adalah sebagai berikut.
Pengetahuan
Berdasarkan analisis data pada Tabel 6. diketahui bahwa tingkat kemauan
petani dalam menerapkan PTH padi sawah masuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan hal ini dikarenakan petani hanya
menerapkan PTT padi sawah pada saat mendapat program dari pemerintah saja.
Setelah program tersebut selesai petani mulai kembali pada kebiasaan bercocok
tanam sebelumnya.

27
Sebagian petani tidak mau menerapkan PTT padi sawah karena menganggap
penerapan PTT padi sawah rumit atau sulit untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan
petani harus membuat bahannya terlebih dahulu, sehingga petani berpikir hal
tersebut akan lebih membuang-buang waktu. Oleh karena itu petani lebih memilih
mengunakan cara konvesional untuk mengendalikan hama karena dianggap
memberikan efek langsung dan lebih hemat waktu. Kebanyakan petani
menggunakan pestisida kimia dengan cara dicampur dengan pestisida kimia
lainnya, tanpa mengetahui dampak dari penggunaan pestisida tersebut.
Sikap
Berdasarkan analisis data pada Tabel 23. diketahui bahwa sikap petani
dalam menerapkan PTT padi sawah masuk dalam kategori sedang. Berdasarkan
hasil temuan dilapangan hal ini dikarenakan petani hanya menerapkan PTT padi
sawah pada saat mendapat program dari pemerintah saja. Setelah program tersebut
selesai petani mulai kembali pada kebiasaan bercocok tanam sebelumnya.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan petani yang telah menerapkan PTT
padi sawah menganggap penerapan PTT padi sawah penting diterapkan karena
beberapa hal, seperti sadar akan kelestarian lingkungan dan peduli akan
kesehatan, terlebih lagi hasil dari panen padi tersebut akan dikonsumsi sendiri.
Sedangkan petani yang belum menerapkan PTT padi sawah hanya berorientasi
pada hasil sehingga kurang mempedulikan lingkungan dan kesehatan.
Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan
lingkungan pada jangka panjang.
Dari hasil wawancara dengan beberapa petani, ada yang menyebutkan
bahwa terkadang petani merasa butuh untuk menerapkan PTT padi sawah akan
tetapi tidak mau menerapkannya karena dianggap rumit untuk diterapkan. Selain
itu ada juga yang menyebutkan bahwa petani merasa butuh menerapkan PTT padi
sawah akan tetapi tidak mampu melakukannya karena belum mengerti dan paham
bagaimana cara kerja PTT padi sawah. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa
perilaku petani dalam menyikapi PTT padi sawah sangat beragam dengan segala
keterbatasan. Seperti halnya petani tersebut merasa perlu menerapkan PTT akan
tetapi tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk menerapkannya.

28
Keterampilan
Berdasarkan analisis data pada Tabel 23 diketahui bahwa tingkat
keterampilan petani dalam menerapkan PTT padi sawah masuk dalam kategori
sedang. Berdasarkan hasil temuan dilapangan hal ini dikarenakan petani hanya
menerapkan PTT padi sawah pada saat mendapat program dari pemerintah saja.
Setelah program tersebut selesai petani mulai kembali pada kebiasaan bercocok
tanam sebelumnya.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan menyebutkan bahwa sebagian petani
telah menerapkan PTT padi sawah. Sedangkan petani lainnya masih ada yang
belum menerapkan PTT padi sawah. Hal ini disebabkan karena sebagian petani
mampu untuk menerapkan PTT padi sawah, terlebih lagi petani yang pernah
mendapatkan program pemerintah seperti kegiatan SL-PTT. Salah satu contoh
dari PTT padi sawah adalah pembuatan pestisida nabati. Sebagian petani merasa
mampu untuk membuat pestisida nabati tetapi tidak mau melakukannya dengan
alasan rumit, tidak efektif waktu, dan biaya yang dikeluarkan tidak jauh berbeda
dengan pestisida kimia. Sehingga petani lebih memilih untuk menggunakan
pestisida kimia karena memberikan efek langsung.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Petani


Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap pengelolaan
tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di Kecamatan Krui Selatan pada
pengkajian ini meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh,
metode penyuluhan dan media penyuluhan. Untuk melihat dan mengetahui bagaimana
pengaruh dari persepsi petani terhadap pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani
padi sawah dilakukan dengan dua tahap pengujian yaitu pengujian secara simultan atau
secara kesuluruhan (Uji F) dan pengujian secara parsial (Uji T) antar variabel yang
berpengaruh pada persepsi petani terhadap pengelolaan tanaman terpadu (ptt)
usahatani padi sawah di Kecamatan Krui Selatan digunakan uji Regresi Linier
Berganda menggunakan SPSS 25 dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0.05).
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap
pengelolaan tanaman terpadu (PTT) usahatani padi sawah terdapat pada tabel 24.

29
Tabel 24. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani
(pengetahuan)
Koefisien
No t
Variabel Regresi Sig Keterangan
Hitung
(β)
1 Umur (X1.1) 0,140 2,339 0,019 Berpengaruh
2 Pendidikan (X1,2) 0,027 1,696 0,039 Berpengaruh
3 Luas Lahan (X1,3) -0,092 -0,716 0,477 Tidak Berpengaruh
4 Pengalaman (X1.4) 0,160 1,821 0,048 Tidak Berpengaruh
5 Peran Penyuluh (X2.1) 0,999 1,738 0,037 Berpengaruh
6 Metode Penyuluhan (X2.2) 0,019 0,235 0,815 Tidak Berpengaruh
7 Media Penyuluhan (X2.3) -0,194 -1,743 0,029 Berpengaruh
R : 0,896
R Square : 0,803
f Hitung : 36,783
f Tabel : 2,15
t tabel : 1,670

Sumber : Analisis Data Primer, 2023

Nilai R Squaer (R2) atau kuadrat dari R yaitu menujukan koefisien determinan
dan angka tersebut akan diubah dalam bentuk persen, yang artinya menujukkan
pengaruh variabel independen dengan dependen. Dari tabel 22 untuk pengetahuan
nilai R Squarae (R2) sama dengan 0,803. Hal ini menunjukan bahwa persentase
pengaruh variabel umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh,
metode penyuluhan dan media penyuluhan terhadap persepsi petani dalam
pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah sebesar 80,3%
sedangakan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
pengkajian ini.

Selanjutnya untuk megetahuai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


petani terhadap pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di
Kecamatan Krui Selatan dilakukan uji F dan Uji T.

a. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) Pengetahuan


Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (umur,
pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh, metode penyuluhan dan
media penyuluhan) secara simultan mempengaruhi variabel terikat (Pengetahuan).
Untuk mengetahuinya maka nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikannya < 0,05.

30
Untuk mengetahui nilai Ftabel maka dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Untuk Pengetahuan nilai Fhitung 36,783 > Ftabel 2,15 dan nilai signifikan 0,001 <
0,050, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti ada pengaruh faktor
Pengetahuan (umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh, metode
penyuluhan dan media penyuluhan) berpengaruh signifikan terhadap persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di
Kecamatan Krui Selatan.
b. Uji Pengaruh Parsial (Uji T) Pengetahuan

Uji T atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen. ttabel dicari pada signifikan 0,05/2 = 0.025 (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan df= n – k − 1 atau 71 − 7 – 1 = 63. Jadi nilai Ttabel
sebesar 1,670.
Adapun pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap preferensi
ekonomi petani dalam penerapan pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang
belum menghasilkan di Kecamatan Selesai dijelaskan sebagai berikut.

1. Umur (X1.1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (2,339) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,019 < 0.050, dengan demikian H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel umur berpengaruh nyata terhadap persepsi petani
dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.
2. Pendidkan (X1.2)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (1,696) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,039 < 0,050, dengan demikin H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah. Koefisien
nilai regresi yang bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara variabel
pendidikan dengan persepsi petani. Jadi, semakin tinggi pendidikan maka tingkat
pengetahuan petani semakin tinggi.

31
3. Luas Lahan (X1.3)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (-0,716) < ttabel (1,670)
dengan tingkat signifikan 0,447 > 0,050, dengan demikian H1 ditolak ini
menyatakan bahwa secara parsial variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata
terhadap persepsi petani dalam persepsi petani dalam pengelolaan tanaman
terpadu (ptt) usahatani padisawah. Berdasarkan hasil kuesioner responden maka
dapat disimpulkan bahwa luas atau sempitnya lahan petani tidak ada pengaruhnya
dengan persepsi petani terhadap pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi
sawah. Petani yang memiliki lahan luas atau sempit tetap menerapkan sistem
Benih Unggul.
4. Pengalaman (X1.4)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (1,821) > ttabel (1.996)
dengan tingkat signifikan 0,048 < 0,050, dengan demikian H1 diterima yang
menyatakan bahwa secara parsial variabel pengalaman berpengaruh nyata
terhadap persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani
padisawah. Koefisien nilai regresi yang bernilai positif artinya terjadi
pengaruh positif antara variabel pengalaman dengan persepsi petani. Jadi,
semakin lama petani menjalankan usahataninya maka tingkat pengetahuan
petani semakin tinggi.
5. Peran Penyuluh (X2.1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (1,738) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,037 < 0,050, dengan demikina H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel peran penyuluh berpengaruh nyata terhadap
pengetahuan petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi
sawah. Koefisien nilai regresi yang bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif
antara variabel sarana dan prasarana produksi dengan persepsi petani.

6. Metode Penyuluhan (X2.1)


Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (0,235) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,815 > 0,050, dengan demikian H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel metode penyuluhan tidak berpengaruh nyata
terhadap persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi
sawah.

32
7. Media Penyuluhan (X2.3)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 22. thitung (-1,743) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,029 < 0,050, dengan demikian H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel pemasaran berpengaruh nyata terhadap persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.
Adapun hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani
terhadap persepsi dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah
dapat dilihat pada tabel 25. sebagai berikut :
Tabel 25. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani (sikap)
Koefisien
No t
Variabel Regresi Sig Keterangan
Hitung
(β)
1 Umur (X1.1) 0,035 1,681 0,046 Berpengaruh
2 Pendidikan (X1,2) -0,029 -0,756 0,453 Tidak Berpengaruh
3 Luas Lahan (X1,3) 0,053 0,762 0,449 Tidak Berpengaruh
4 Pengalaman (X1.4) -0,039 -2,573 0,015 Berpengaruh
5 Peran Penyuluh (X2.1) 0,000 -0,007 0,994 Tidak Berpengaruh
6 Metode Penyuluhan (X2.2) 1,022 2,663 0,035 Berpengaruh
7 Media Penyuluhan (X2.3) 0,019 0,312 0,756 Tidak Berpengaruh
R : 0,976
R Square : 0,953
f Hitung : 183,982
f Tabel : 2,15
t tabel : 1,670
Sumber : Analisis Data Primer, 2023
Dari tabel 25 untuk preferensi sosial nilai R Squarae (R2) sama dengan
0,953. Hal ini menunjukan bahwa persentase pengaruh variabel umur, pendidikan,
luas lahan, pengalaman, sarana dan prasarana, teknologi yang dibutuhkan,
pemasaran dan penyuluhan pertanian terhadap persepsi petani dalam pengelolaan
tanaman terpadu (ptt) usahatani padisawah sebesar 95,3% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam pengkajian ini.
Selanjutnya untuk megetahuai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padisawah di
Kecamatan Krui Selatandilakukan uji F dan Uji T.
a. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) Sikap

Untuk sikap nilai Fhitung 183,982 > Ftabel 2,15. dan nilai signifikan 0,001 <
0,050, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti ada pengaruh faktor Sikap
(umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh, metode penyuluhan

33
dan media penyuluhan) berpengaruh signifikan terhadap persepsi petani dalam
pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padisawah di Kecamatan Krui
Selatan.
b. Uji Pengaruh Parsial (Uji T) Sikap

Adapun pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap


persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padisawah di
Kecamatan Krui Selatan dijelaskan sebagai berikut.
1. Umur (X1.1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (1,681) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,046 < 0.050, dengan demikian H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel umur berpengaruh nyata terhadap sikap petani
dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi sawah. Pengaruh
yang signifikan tersebut terjadi karena sikap petani dalam pengelolaan tanaman
terpadu (ptt) usahatani tanaman padi sawah dipengaruhi oleh banyaknya
pengalaman-pengalaman hidup petani dilihat dari tingginya umur seseorang.
Semakin tinggi umur petani maka keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup
juga semakin tinggi.
2. Pendidikan (X1.2)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (-0,756) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,453> 0,050, dengan demikin H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi sawah.
3. Luas Lahan (X1.3)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (0,762) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,449 > 0,050, dengan demikian H1 ditolak ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap
dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi sawah.
Berdasarkan hasil kuesioner responden maka dapat disimpulkan bahwa luas atau
sempitnya lahan petani tidak ada pengaruhnya dengan persepsi petani dalam
melakukan pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi sawah.

34
4. Pengalaman (X1.4)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (-2,573) > ttabel (1.996)
dengan tingkat signifikan 0,015 < 0,050, dengan demikian H1 diterima yang
menyatakan bahwa secara parsial variabel pengalaman berpengaruh nyata
terhadap sikap dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman
padi sawah.
5. Peran Penyuluh (X2.1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (-0,007) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,994 > 0,050, dengan demikina H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel peran penyuluh tidak berpengaruh nyata terhadap
sikap petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

6. Metode Penyuluhan (X2.1)


Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (2,663) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,035 < 0,050, dengan demikian H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel metode penyuluhan berpengaruh nyata terhadap
persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

7. Media Penyuluhan (X2.3)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 23. thitung (0,312) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,756 > 0,050, dengan demikian H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel pemasaran tidak berpengaruh nyata terhadap
persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

Adapun hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Keterampilan


petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah dapat dilihat
pada tabel 26. sebagai berikut :

35
Tabel 26. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani
(keterampilan)
Koefisien
No t
Variabel Regresi Sig Keterangan
Hitung
(β)
1 Umur (X1.1) 0,086 1,262 0,212 Tidak Berpengaruh
2 Pendidikan (X1,2) -0,033 -0,724 0,472 Tidak Berpengaruh
3 Luas Lahan (X1,3) 0,024 0,292 0,771 Tidak Berpengaruh
4 Pengalaman (X1.4) 0,065 1,793 0,030 Berpengaruh
5 Peran Penyuluh (X2.1) 0,059 0,994 0,324 Tidak Berpengaruh
6 Metode Penyuluhan (X2.2) -0,008 -0,153 0,879 Tidak Berpengaruh
7 Media Penyuluhan (X2.3) 0,858 1,825 0,021 Berpengaruh
R : 0,951
R Square : 0,904
f Hitung : 85,018
f Tabel : 2,15
t tabel : 1,670

Sumber : Analisis Data Primer, 2023


Dari tabel 26. untuk preferensi sosial nilai R Squarae (R2) sama dengan
0,904. Hal ini menunjukan bahwa persentase pengaruh variabel umur, pendidikan,
luas lahan, pengalaman, sarana dan prasarana, teknologi yang dibutuhkan,
pemasaran dan penyuluhan pertanian terhadap persepsi petani dalam pengelolaan
tanaman terpadu (ptt) usahatani padisawah sebesar 90,4% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam pengkajian ini.
Selanjutnya untuk megetahuai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di
Kecamatan Krui Selatandilakukan uji F dan Uji T.
c. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) Keterampilan
Untuk sikap nilai Fhitung 85,018 > Ftabel 2,15. dan nilai signifikan 0,001 <
0,050, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang berarti ada pengaruh faktor
keterampilan (umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman, peran penyuluh, metode
penyuluhan dan media penyuluhan) berpengaruh signifikan terhadap persepsi
petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di
Kecamatan Krui Selatan.

36
d. Uji Pengaruh Parsial (Uji T) Keterampilan
Adapun pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap
persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah di
Kecamatan Krui Selatandijelaskan sebagai berikut.
1. Umur (X1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (1,262) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,212 > 0.050, dengan demikian H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap
keterampilan petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman
padi sawah.
2. Pendidikan (X2)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (-2,724) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,047 < 0,050, dengan demikin H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap
keterampilan petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman
padi sawah
3. Luas Lahan (X1.3)

Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (0,295) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,769 > 0,050, dengan demikian H1 ditolak ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap
keterampilan dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi
sawah. Berdasarkan hasil kuesioner responden maka dapat disimpulkan bahwa
luas atau sempitnya lahan petani tidak ada pengaruhnya dengan persepsi petani
dalam melakukan pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani tanaman padi
sawah.
4. Pengalaman (X1.4)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (1,793) > ttabel (1.996)
dengan tingkat signifikan 0,030 < 0,050, dengan demikian H1 diterima yang
menyatakan bahwa secara parsial variabel pengalaman berpengaruh nyata
terhadap keterampilan dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani
tanaman padi sawah. Koefisien nilai regresi yang bernilai positif artinya terjadi

37
pengaruh positif antara variabel pengalaman dengan persepsi petani.
5. Peran Penyuluh (X2.1)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (-0,994) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,329 > 0,050, dengan demikina H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel peran penyuluh tidak berpengaruh nyata terhadap
sikap petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

6. Metode Penyuluhan (X2.1)


Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (-0,153) > ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,879 < 0,050, dengan demikian H1 ditolak. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel metode penyuluhan tidak berpengaruh nyata
terhadap persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi
sawah.
7. Media Penyuluhan (X2.3)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 24. thitung (1,825) < ttabel (1,670) dengan
tingkat signifikan 0,021 > 0,050, dengan demikian H1 diterima. Ini menyatakan
bahwa secara parsial variabel media penyuluhan berpengaruh nyata terhadap
persepsi petani dalam pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani padi sawah.

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

Rancangan Kegiatan Penyuluhan


Hasil analisis tingkat preferensi petani menunjukan bahwa tingkat preferensi
petani termasuk kedalam kategori sedang. Hasil analisis faktor yang
mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Usahatani Padi Sawah diperoleh bahwa faktor internal berupa tingkat pendidikan
serta faktor eksternal berupa ketersediaan sarana/prasarana dan peran penyuluh
mampu mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Usahatani Padi Sawah di kecamatan Krui SelatanKabupaten Pesisir Barat.
Hasil analisis menunjukan bahwa indikator terendah dalam pengkajian ini yaitu
kemampuan. Adapun parameter dari kemampuan ini yaitu mencari informasi dan
pemilihan secara Benih Turunan.

38
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan di 3 desa yaitu Desa Desa Way
Suluh, Desa Way Napal dan Padang Raya dimulai dari tanggal 19 Mei sampai 23
Juli 2023 Lokasi penyuluhan dilakukan di rumah ketua kelompok tani dan lahan
petani.
Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan penyuluhan yaitu petani yang termasuk ke
dalam kelompok tani di 3 desa yang terdiri dari Desa Desa Way Suluh, Desa Way
Napal dan Padang Raya terdiri dari 4 kelompok tani: Bina Hara, Kuta Hara,
Harapan Jaya, Anak Usang, Lebak Budi dan Lingkok Bariga.
Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku
utama dan pelaku usaha dengan menyampaikan tentang pengendalian OPT secara
Pendekatan PTT, serta menggunakan Benih Bermutu dan Berlabel.
Metode
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara/teknik penyampaian materi
penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar
mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumber daya lainnya sebagai
upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup (Permentan No.52 Tahun 2009 Tentang Metode Penyuluhan
Pertanian).
Media
Media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh dalam melakukan
penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat menerima pesan-
pesan penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat menerima
pesan-pesan penyuluhan. Jenis media yang digunakan bergantung pada materi
yang akan disampaikan, keadaan/kebutuhan sasaran, situasi tempat pembelajaran
dan tujuan yang ingin dicapai. Media yang akan digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan yaitu menggunakan media seperti peta singkap, gambar, dan
folder.

39
Frekuensi
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan selama lima kali pertemuan
tentang beberapa hal yang sudah disampaikan diatas berkaitan dengan
kemampuan petani. Materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan
berbeda.
Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan penyuluhan yaitu
bibit padi, alat garis, kertas koran, ATK dan sinopsis.
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan sarana bagi petani untuk
membantu petani agar dapat menolong dirinya sendiri sehingga dapat mengatasi
permasalahannya sendiri secara baik dan benar sehingga berdampak memperbaiki
kesejahteraan keluarganya. Materi yang diberikan dalam kegiatan ini adalah 2
materi di 3 desa dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini:
Tabel 27 Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
No Tanggal Kelompok Materi Metode Media
Tani
1 19 Mei 2023 Bina Hara Pengendalian Ceramah dan Peta
OPT dengan diskusi singkap,
Pendekatan PTT kelompok dan folder
2 29 Mei 2023 Kuta Hara Penggunaan Ceramah dan Peta
Benih Bermutu diskusi singkap,
dan Berlabel kelompok dan folder
3 12 Juni 2023 Harapan Jaya Pengendalian Ceramah dan Peta
OPT dengan diskusi singkap,
Pendekatan PTT kelompok dan folder
4 22 Juni 2023 Anak Usang Penggunaan Ceramah dan Peta
Benih Bermutu diskusi singkap,
dan Berlabel kelompok dan folder
5 06 Juli 2023 Lebak Budi Pengendalian Ceramah dan Peta
OPT dengan diskusi singkap,
Pendekatan PTT kelompok dan folder
6 23 Juli 2023 Lingkok Barika Penggunaan Ceramah dan Peta
Benih Bermutu diskusi singkap,
dan Berlabel kelompok dan folder

40
Petak Percontohan
Petak percontohan adalah sebidang lahan milik petani yang dipergunakan
untuk mendemonstrasikan keunggulan teknologi yang dihasilkan dengan
menerapkannya di dalam lahan tersebut. Radhakrishna dalam Hindersah (2016)
Petak percontohan adalah salah satu metode terbaik untuk memperbaiki hasil, dan
dimanfaatkan oleh para penyuluh untuk memperoleh perubahan perilaku yang
diinginkan dimasyarakat pedesaan. Dengan demplot akan terjadi situasi
pembelajaran, serta komunikasi dan interaksi antara penyuluh dan petani.
Keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah perlu
disebarluaskan kepada para petani melalui penyuluhan. Salah satu metode
penyuluhan pertanian adalah penyebarluasan inovasi baru melalui petak
percontohan.
Menurut Hindersah (2016) Metode Petak percontohan merupakan salah satu
metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Metode ini paling
baik dan ampuh, sasaran penyuluhan dihadapkan pada bukti nyata berupa contoh
yang dapat dilihat dan dapat diamati sendiri. Implementasi petak percontohan
diharapkan dapat merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku petani serta
keluarganya.
Kegiatan petak percontohan yang dilakukan di Kecamatan Krui Selatanini
adalah petak percontohan budidaya padi sawah dengan menerapkan sistem tanam
Benih Unggul dan Bermutu dengan jarak tanam 12,5 X 25 X 50 cm dan varietas
yang ditanam yaitu Inpari 32. Metode yang digunakan dalam introduksi inovasi
baru adalah petak percontohan di lahan milik anggota kelompok tani dengan
rangkaian pelaksanaan pengkajian yang terdiri atas berbagai tahapan, yaitu:
(a) Menggunakan benih berlabel dengan informasi dan kemasan yang jelas
(b) Penyebaran benih padi
(c) Praktek Pelaksanaan tanam Benih Unggul di lahan
(d) Pengamatan dan pengumpulan data minguan
(e) Penyuluhan mengenai jajar legowo dan diskusi.
Lahan yang digunakan untuk kegiatan petak percontohan ini merupakan
lahan milik salah satu petani di Desa/Pekon Way Suluh Kecamatan Krui
SelatanKabupaten Pesisir Barat. Lahan yang digunakan untuk kegiatan petak

41
percontohan terdiri dari 2 metode dimana lahan tersebut berisi 2 jenis sistem
tanam padi yang berbeda diantaranya :
- Benih Unggul = 1250 m2
- Benih Turunan = 1250 m2
Analisis yang digunakan dalam petak percontohan yaitu menggunakan hasil
pengamatan mingguan dan analisis Uji T untuk melihat signifikansi perbedaan
antara penggunaan benih bermutu yaitu benih Inpari 32.

Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada pelaksaan Tugas Akhir ini tentang persepsi PTT
dimasing-masing poktan yaitu Poktan Binahara, Kutahara, Harapan Jaya, Anak
Usang, Lebak Budi dan Lingkok Bariga Kecamatan Krui SelatanKabupaten
Pesisir Barat dengan materi menggunakan Benih Bermutu dan Berlabel.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap tingkat produktivitas
tanaman padi sawah yang dikelola oleh petani menunjukan sebelum adanya PTT
padi sawah dan setelah dikembangkan penerapan PTT padi sawah menunjukan
peningkatan produktivitasnya tanaman padi sawah meningkat. Dalam hal ini
program yang dijalankan dapat mengatasi persoalan yang dihadapi petani
berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengembangan PTT padi
sawah di Kecamatan Krui Selatandapat meningkatkan produktivitas padi sawah.

42
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, didapatkan simpulan
sebagai berikut :
1. Tingkat Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat
kategori sedang karena petani sebagian masih mengunakan sistem
konvesional.

2. Persepsi petani tentang PTT ditingkat petani sudah dapat memahami tentang
PTT melalu persepsi pertanian tanaman padi sawah dengan menggunakan
Benih Bermutu dan Berlabel.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh dalan persepsi petani terhadap penerapan PTT
adalah Pengolahan Tanah, Benih Bermutu serta Sistem Tanam.

Saran
Dengan adanya faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penerapan sistem
pengelolaan tanaman terpadu (ptt) usahatani diluar variabel yang dikaji pada
penelitian ini maka diharapkan penelitian yang akan datang memasukkan variabel
lain.

43
DAFTAR PUSTAKA

Apriani M, Rachmina D, Rifin A. 2018. Pengaruh tingkat penerapan teknologi


pengelolaan tanaman terpadu (PTT) terhadap efisiensi teknis usahatani padi.
J Agribisnis Ind. 6(2):121-132.
(Balitbang. 2016). Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida.
Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta
[Balitbang] Balai Penelitian dan Pengembangan. 2016. Pedoman Umum PTT Padi
Sawah. Bogor (ID): Puslitbangtan.
[BPS] Badan Pusat Statistik Pesisir Barat. 2022. Pesisir Barat Dalam Angka.
Pesisir Barat.
[BPS] Badan Pusat Statistik.2020 Luas panen dan produksi padi di Indonesia
2019.
Fachrista, I.A. dan Sarwendah, M. 2014. Persepsi Dan Tingkat Adopsi Petani
Terhadap Inovasi Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah.
Jurnal Agriekonomika. BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Bangka
Belitung.
Hariyani EB, Mardikanto T, Ihsaniyati H. 2014. Persepsi Petani Terhadap
Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K)
Di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
Iskandar, E. dan Nurtilawati, H. 2018. Persepsi Petani Dan Penerapan Teknologi
Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Desa Sukaresmi Kabupaten Bogor. Jurnal
Agribisnis Terpadu. Jawa Barat.
Mulyani, S. I. dan Jumiati, E. 2014.”Peningkatan Produktivitas Padi Melalui
Pendekatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Di
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung”. jurnal AGRIFOR
Volume XIII Nomor 1. Tarakan
Purba Y. W. 2019. “Persepsi Petani Terhadap Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa L) ( Studi Kasus : Desa
Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
)”. Skripsi. FP UMSU. Medan.
Rahim,A. dan Diah R. D. H. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori dan
kasus). Penebar Swadaya : Jakarta.
Rogers EM. 2003. Diffusion of Innovation. New York (US): Free Press.
Soekartawi AS, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian
untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI Pr.
Soekartawi, 1987. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Press.

44
Lampiran 1.

KUISIONER
PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU
(PTT) USAHATANI PADI SAWAH
DI KECAMATAN KRUI SELATANKABUPATEN PESISIR BARAT
Petunjuk Pengisian Kuesioner
1. Mohon dengan hormat bantuan mengisi identitas Bapak/Ibu pada isian
titik-titik yang telah disediakan.
2. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk
menentukan pilihan jawaban terhadap pernyataan yang tersedia dengan
jujur dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Informasi yang didapat melalui kuesioner bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk keperluan akademik.
Identitas Responden (X1):
1. No. Responden :………………………...................
2. Nama :…………………………...............
3. Umur :................Tahun
4. Jenis Kelamin : (Laki-laki/Perempuan*)
5. Pendidikan Akhir : (SD;MI/SMP;MTS/SMA;MA;SMK/
Perguruan Tinggi/Lainnya*)
6. Pekerjaan :.......................................................
7. Pengalaman berusaha tani :.................Tahun
8. Nama Kelompoktani :......................................................
9. Kedudukan dalam kelompoktani :......................................................
10. Luas lahan garapan :................. (Ha)
11. Status lahan garapan : a. Milik Sendiri : ................. Ha
b. Sewa : .................. Ha
c. Penggarap : .................. Ha
d. Lainnya : .................. Ha
Keterangan:
*lingkari yang benar

45
FAKTOR INTERNAL ( X1)
Pilihan Jawaban
Tidak Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
Setuju Setuju Setuju
1 2 3 4
Umur (X1.1)
Faktor umur
mempengaruhi seseorang
1 dalam pemahaman tentang
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah
Umur berpengaruh
terhadap penerapan
2
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah
Umur muda lebih mudah
dalam merespon informasi
3
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah
Pendidikan (X1.2)
Pendidikan yang rendah
membuat seseorang
kesulitan untuk
4
melaksanakan adopsi
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah
Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap
pengetahuan,
5
keterampilan, dan sikap
dalam penerapan inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
Saya tidak ikut berperan
pada inovasi teknologi
6 PTT Padi Sawah karena
saya kurang memahami
budidaya padi
Luas Berusaha Tani (X1.3)

Dengan luas lahan yang


Bapak/Ibu miliki dapat
7
melakukan pengelolaan
tanaman secara terpadu
pada padi sawah.

46
Dengan luasan lahan yang
Bapak/Ibu miliki
bagaimana kemampuan
8
dalam melakukan
pengelolaan tanaman
secara terpadu pada padi
sawah.

Petani yang memiliki


lahan yang luas akan lebih
9 mudah menerapkan
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah

Pengalaman Berusaha Tani (X1.4)


Pengalaman melakukan
usaha tani tentunya dapat
memberikan pemahaman
10
terhadap penerapan
inovasi teknologi PTT
Padi Sawah
Penerapan inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
11 sangat efektif dan praktis
sehingga saya suka untuk
melakukanya
Hasil panen inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
12
lebih meningkat

Faktor Eksternal (X2)


Peran Penyuluh (X2)
Pilihan Jawaban
Tidak Kurang Sangat
No Pernyataan Rutin
Rutin Rutin Rutin
1 2 3 4
Kegiatan penyuluhan
13 dilaksanakan minimal
setiap dua minggu sekali
Penyuluhan inovasi
14 teknologi PTT Padi Sawah
dilakukan secara rutin
Kegiatan penyuluhan
dilaksanakan sesuai
15
dengan kebutuhan petani

47
Metode Penyuluhan (X2.2)
Pilihan Jawaban
Tidak Kurang Sangat
No Pernyataan Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
1 2 3 4
Metode/cara penyuluhan
yang dilakukan oleh
16
penyuluh sesuai dengan
kebutuhan
Penyuluh memberikan
metode demonstrasi agar
17 memudahkan petani untuk
memahami materi inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
Metode/cara penyuluhan
yang digunakan penyuluh
18
tidak selalu sama pada
setiap pertemuannya
Media Penyuluhan (X2.3)
Alat bantu yang digunakan
19 penyuluh sesuai dengan
keadaan lokasi penyuluhan
Media/alat bantu yang
digunakan penyuluh sesuai
20
dengan materi dan
metode/cara penyuluhan
Media penyuluhan
membantu petani untuk
21
memahami materi yang
disampaikan

PERSEPSI PETANI (Y)


Pilihan Jawaban
Sangat Kurang Tidak
Mengetah
No Petanyaan Mengetah Mengetah Mengetah
ui
ui ui ui
4 3 2 1
Pengetahuan
Apakah Bapak/Ibu
mengetahui cara
merencanakan dan
mempersiapkan keperluan
23
dalam proses inovasi
teknologi PTT Padi
Sawah?

48
Apakah Bapak/Ibu
mengetahui cara
24
menyusun rencana usaha
tani ?
Apakah Bapak/Ibu
mengetahui dan berperan
25 aktif dalam proses inovasi
teknologi PTT Padi
Sawah?
Pilihan Jawaban
Sangat Kurang Tidak
No Pernyataan Setuju
setuju Setuju Setuju
4 3 2 1
Sikap
Bapak/Ibu setuju
merencanakan dan
26 mempersiapkan keperluan
dalam proses inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
Bapak/Ibu setuju berperan
aktif dalam proses
27
kegiatan inovasi teknologi
PTT Padi Sawah
Bapak/Ibu setuju
menyelenggarakan
musyawarah untuk
28
mencari pemecahan
masalah yang sedang
dihadapi petani

Pilihan Jawaban
No Pertanyaan Sangat Kurang Tidak
Terampil
terampil Terampil Terampil
4 3 2 1
Keterampilan
Jabarkan cara
mempersiapkan keperluan
29
dalam proses inovasi
teknologi PTT Padi Sawah
Pilih lahan yang tepat untuk
Penerapan inovasi teknologi
30
PTT Padi Sawah secara
maksimal
Sebutkan tahapan cara
pemecahan masalah yang
31
sedang dihadapi dalam
usaha tani

49
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Umur (X1.1)
Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 .193 .193 .550**
Sig. (2-tailed) .307 .307 .002
N 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation .193 1 1.000** .926**
Sig. (2-tailed) .307 .000 .000
N 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .193 1.000** 1 .926**
Sig. (2-tailed) .307 .000 .000
N 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .550** .926** .926** 1
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.733 3

2. Tingkat Pendidikan (X1.2)


Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 .715** .353 .897**
Sig. (2-tailed) .000 .055 .000
N 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation .715** 1 .572** .898**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000
N 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .353 .572** 1 .686**
Sig. (2-tailed) .055 .001 .000
N 30 30 30 30
**
TOTAL Pearson Correlation .897 .898** .686** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.738 3

50
3. Luas Lahan (X1.3)
Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 1.000** .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
**
P2 Pearson Correlation 1.000 1 .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .323 .323 1 .693**
Sig. (2-tailed) .081 .081 .000
N 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .906** .906** .693** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.766 3

4. Pengalaman Berusahatani (X1.4)


Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 1.000** .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
**
P2 Pearson Correlation 1.000 1 .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .323 .323 1 .693**
Sig. (2-tailed) .081 .081 .000
N 30 30 30 30
**
TOTAL Pearson Correlation .906 .906** .693** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.766 3

51
5. Kegiatan Penyuluhan(X2.1)
Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 .572** .572** .805**
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000
N 30 30 30 30
**
P2 Pearson Correlation .572 1 1.000** .947**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000
N 30 30 30 30
**
P3 Pearson Correlation .572 1.000** 1 .947**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000
N 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .805** .947** .947** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.878 3

6. Metode Penyuluhan (X2.2)


Correlations
P1 P2 P3 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 1.000** .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation 1.000** 1 .323 .906**
Sig. (2-tailed) .000 .081 .000
N 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .323 .323 1 .693**
Sig. (2-tailed) .081 .081 .000
N 30 30 30 30
**
TOTAL Pearson Correlation .906 .906** .693** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.766 3

52
7. Media Penyuluhan (X2.3)
Correlations
P1 P2 P3 P4 TOTAL
P1 Pearson Correlation 1 .450* 1.000** 1.000** .959**
Sig. (2-tailed) .012 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
*
P2 Pearson Correlation .450 1 .450* .450* .684**
Sig. (2-tailed) .012 .012 .012 .000
N 30 30 30 30 30
** *
P3 Pearson Correlation 1.000 .450 1 1.000** .959**
Sig. (2-tailed) .000 .012 .000 .000
N 30 30 30 30 30
P4 Pearson Correlation 1.000** .450* 1.000** 1 .959**
Sig. (2-tailed) .000 .012 .000 .000
N 30 30 30 30 30
TOTAL Pearson Correlation .959** .684** .959** .959** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.904 4

Lampiran 3 Rekapitulasi identitas responden


Lama
Nama Umur Pendidikan Luas Berusaha
No Alamat
Responden (Tahun) Terakhir Lahan Tani
(Tahun)
Ahmad
1 Way Napal SMA 0,5 10
harsanti 43
2 Ahmad paisul 50 Way Napal SMA 1 11
3 Ahmad paruk 61 Way Suluh SD 1 27
4 Akmal hakim 42 Way Suluh SMA 1 8
5 Alam sah 35 Way Suluh SD 0,25 30
6 Alkhodri 63 Way Suluh SMP 1 11
7 Alkhodri 42 Padang Raya SMA 1,5 5
8 Amar 45 Padang Raya SMA 0,5 3
Asusten
9 Padang Raya SMA 2 8
efendi 39
10 Ayubhar 46 Way Napal SMP 1 10
11 Azhar. Z 50 Way Suluh SMP 0,75 9
12 Bakri 38 Way Suluh SMA 1 15
13 Bakrim 66 Way Napal SD 1 19

53
14 Basis hakim 51 Way Napal SMA 0,5 20
15 Bastari 37 Way Suluh SMA 0,5 4
16 Burnawi 29 Way Suluh SMP 0,5 6
17 Busairi 59 Way Suluh S1 0,25 9
18 Bustaman j 42 Way Suluh SMA 1 9
19 Cik arni 63 Way Suluh SD 1 22
20 Dauri 47 Way Napal SD 0,25 17
21 Edi siswanto 50 Padang Raya SMP 0,75 9
22 Erwin putra 48 Way Napal SMA 0,25 13
H. Hapzan
23 Way Suluh SD 0,5 11
siddik 61
24 Hasan asari 57 Way Suluh SMP 0,5 19
25 Heriyanto 27 Way Suluh SD 0,5 28
26 Herman syah 44 Way Suluh SMP 1 21
27 Irawansah 61 Way Suluh SD 0,5 34
28 Irawansah 36 Padang Raya D3 0,5 4
29 Khaidir yusup 66 Way Suluh SD 1 27
30 Kholil 55 Way Napal SD 0,5 19
31 Lis wandi 48 Padang Raya SMA 0,5 7
32 M. Supardi 61 Padang Raya SD 0,5 11
33 M.dahlan 29 Way Suluh SMP 0,25 14
34 Makmun 48 Way Suluh SMA 0,5 7
35 Mardani 42 Padang Raya SMA 1 9
36 Marpizin 55 Way Suluh SD 0,25 31
37 Mat amin 37 Padang Raya SMP 0,5 3
38 Mat azkar 35 Way Suluh SMP 0,5 6
39 Mat sopian 49 Way Napal SD 0,5 8
40 Maulana 39 Way Napal SMA 0,25 6
41 Meri jauhari 39 Way Napal SMA 0,5 9
42 Muhaini 50 Way Napal SD 1 12
43 Mukhlis 45 Way Napal SMA 0,5 8
44 Mursan 44 Way Napal SMA 0,5 12
45 Nadirmansyah 41 Way Suluh SMP 1 12
46 Nurdin efendi 39 Way Suluh SMA 1 3
47 Pinnur siddik 37 Way Suluh SMP 0,5 3
48 Pinnur siddik 40 Padang Raya SD 1,5 8
49 Riswanto 41 Padang Raya SMP 0,5 3
50 Ruyani 43 Way Napal SMP 0,5 10
51 Saiman 60 Way Suluh D3 0,5 8
52 Saipulloh 55 Way Suluh SMP 1,5 12
53 Saipulloh 50 Way Napal SD 0,75 11

54
54 Sakdan 60 Way Suluh SD 1 26
55 Sakdan 38 Padang Raya SMA 0,5 6
56 Saukani 59 Way Suluh SD 0,5 21
57 Sopian hadi 52 Way Suluh SD 1 20
58 Sudirman 55 Way Suluh SD 0,75 17
59 Suganda 33 Way Suluh SMP 1 14
60 Sugiarto 41 Way Suluh SMP 0,5 3
61 Sukarni 52 Padang Raya SMP 0,5 13
62 Sumardi 51 Padang Raya SD 0,75 4
63 Syopuan 39 Padang Raya SMA 1 3
64 Tahmid 38 Padang Raya SMA 1 7
65 Tazli rais 38 Way Suluh SMA 0,5 6
66 Yulkhaidar 42 Way Suluh SMA 0,25 16
67 Yusef efendi 27 Way Suluh SMP 0,5 4
68 Yusirwan 38 Way Napal SMA 0,5 12
69 Yusup efendi 57 Way Suluh SD 1 19
70 Zahlul junaidi 40 Way Suluh SMP 0,5 10
71 Zahlul junaidi 59 Padang Raya SD 0,5 21
72 Ahyar 50 Padang Raya SD 0,75 4

Lampiran 5 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Petani


1. Pengetahuan
Hasil Uji f
Model Summary
Std.
Adjusted Error of
R R the
Model R Square Square Estimate
a
1 .896 0,803 0,782 0,550
a. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran
Penyuluh, Pendidikan, Metode Penyuluhan, Luas
Lahan, Umur, Pengalaman

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 77,898 7 11,128 36,783 .000b
Residual 19,060 63 0,303
Total 96,958 70
a. Dependent Variable: Pengetahuan
b. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran Penyuluh,
Pendidikan, Metode Penyuluhan, Luas Lahan, Umur, Pengalaman

55
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -0,463 1,796 - 0,798
0,258
Umur 0,140 0,105 0,150 2,339 0,019
Pendidikan 0,027 0,069 0,035 1,696 0,039
Luas Lahan -0,092 0,128 -0,088 -
0,477
0,716
Pengalaman 0,160 0,125 0,166 1,821 0,048
Peran 0,999 0,090 0,971
1,738 0,037
Penyuluh
Metode 0,019 0,079 0,020
0,235 0,815
Penyuluhan
Media -0,194 0,111 -0,176 -
0,029
Penyuluhan 1,743
a. Dependent Variable: Pengetahuan

2. Sikap
Hasil Uji f
Model Summary
Std.
Adjusted Error of
R R the
Model R Square Square Estimate
1 .976a 0,953 0,948 0,301
a. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran
Penyuluh, Pendidikan, Metode Penyuluhan, Luas
Lahan, Umur, Pengalaman

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 116,606 7 16,658 183,982 .000b
Residual 5,704 63 0,091
Total 122,310 70
a. Dependent Variable: Sikap
b. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran Penyuluh,
Pendidikan, Metode Penyuluhan, Luas Lahan, Umur, Pengalaman

56
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -0,565 0,983 - 0,568
0,575
Umur 0,035 0,057 0,033 1,681 0,046
Pendidikan -0,029 0,038 -0,033 - 0,453
0,756
Luas Lahan 0,053 0,070 0,045 0,762 0,449
Pengalaman -0,039 0,068 -0,036 - 0,015
2,573
Peran 0,000 0,049 0,000 - 0,994
Penyuluh 0,007
Metode 1,022 0,043 0,998 2,663 0,035
Penyuluhan
Media 0,019 0,061 0,015 0,312 0,756
Penyuluhan
a. Dependent Variable: Sikap

3. Keterampilan
Hasil Uji f
Model Summary
Std.
Adjusted Error of
R R the
Model R Square Square Estimate
a
1 .951 0,904 0,894 0,359
a. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran
Penyuluh, Pendidikan, Metode Penyuluhan, Luas Lahan,
Umur, Pengalaman
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 76,672 7 10,953 85,018 .000b
Residual 8,117 63 0,129
Total 84,789 70
a. Dependent Variable: Keterampilan
b. Predictors: (Constant), Media Penyuluhan, Peran Penyuluh, Pendidikan,
Metode Penyuluhan, Luas Lahan, Umur, Pengalaman

57
Hasil Uji t
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) -0,515 1,172 -0,439 0,662
Umur 0,086 0,068 0,099 1,262 0,212
Pendidikan -0,033 0,045 -0,045 -0,724 0,472
Luas Lahan 0,024 0,083 0,025 0,292 0,771
Pengalaman 0,065 0,082 0,072 0,793 0,430
Peran 0,059 0,059 0,061 0,994 0,324
Penyuluh
Metode -0,008 0,052 -0,009 -0,153 0,879
Penyuluhan
Media 0,858 0,073 0,835 11,825 0,000
Penyuluhan
a. Dependent Variable: Keterampilan

58

Anda mungkin juga menyukai