Anda di halaman 1dari 118

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GULA MERAH TEBU

DI UD BUMI ASIH KABUPATEN BONDOWOSO

SKRIPSI

Oleh:
SOFIRA DWI JOYANDRI
NIM. 1810321012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2023
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GULA MERAH TEBU


DI UD BUMI ASIH KABUPATEN BONDOWOSO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

SOFIRA DWI JOYANDRI


NIM 1810321012

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal


dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji


Ketua, Sekretaris,

Fefi Nurdiana Widjayanti, S.P., M.P. Nurul Fathiyah Fauzi, S.P., M.P.
NIP. 197603052005012002 NPK. 1988030711509635
Anggota 1, Anggota 2,

Dr. Henik Prayuginingsih, M.P Saptya Prawitasari, S.P., M.P


NPK. 9110376 NIP. 197305242005012006

Jember,
Universitas Muhammadiyah Jember
Fakultas Pertanian
Dekan,

Ir. Iskandar Umarie, M.P.


NIP. 196401031990091001

ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
Jl. Karimata No. 49 Jember 68121 Jawa Timur Indonesia
Kotak Pos 104 Telp. 0331-336728 Fax. 0331-337957
Website : http://www.unmuhjember.ac.id E-mail: kantorpusat@unmuhjember.ac.id

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih


Kabupaten Bondowoso

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya


di dalam Naskah SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur PLAGIASI, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah
saya peroleh (Sarjana Pertanian) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Jember, 22 Juni 2023


Mahasiswa,

Sofira Dwi Joyandri

iii
ABSTRAK

Usaha di sektor perkebunan khususnya tanaman musiman yang memiliki


potensi bisnis yang besar serta prospek pengembangan yang luas adalah tebu. Tujuan
penelitian adalah untuk: (1) menghitung tingkat keuntungan pelaku usaha gula merah
tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso, (2) mengetahui apakah usaha gula
merah tebu di UD Bumi Asih sudah efisien, (3) mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso,
(4) menyusun strategi pengembangan usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini dilakukan di UD Bumi Asih Kabupaten
Bondowoso pada bulan Juni 2022. Metode penelitian yang digunakan ini adalah
metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode total
sampling sebanyak 1 sampel yaitu industri UD Bumi Asih mengunakan data primer
dan data sekunder yang diperoleh melalui survey, wawancara, Badan Pusat Statistik
dan Dinas Pertanian Bondowoso. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa : (1) agroindustri gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso
menguntungkan, sebesar Rp. 48.472.870/periode (2) penggunaan biaya pada
agroindustri di Desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso sudah efisien dengan nilai
R/C 1,51, (3) fakto-faktor produksi yang berpengaruh signifikan pada agroindustri
gula meratbu di UD Bumi Asih Desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso terdiri
dari harga tebu, sedangkan jumlah tebu dan tenaga kerja berpengaruh namun tidak
signifikan terhadap produksi gula merah tebu. (4) Strategi pengembangan
agroindustri gula merah tebu di Desa Wonokusumo Kabupaten Bondowoso adalah
strategi Strengths – Opportunity (SO), dengan program : (a) memanfaatkan
ketersediaan lahan dan bahan baku yang melimpah, dan (b) Melakukan promosi dan
pengenalan produk melalui marketplace yang sekarang semakin maju.

Kata Kunci : Agroindustri, Faktor Produksi, Keuntungan, Strategi Pengembangan

iv
ABSTRACT

Businesses in the plantation sector, especially seasonal crops that have great
business potential and broad development prospects, are sugarcane. Research
objectives: (1) To calculate the level of income of cane brown sugar business actors
in UD Bumi Asih, Bondowoso Regency. (2) To find out whether the brown sugar cane
business at UD Bumi Asih is efficient. (3) To find out the factors that influence the
production of cane brown sugar at UD Bumi Asih, Bondowoso Regency. (4) To find
out how the brown sugar cane business development strategy is at UD Bumi Asih,
Bondowoso Regency. This research was conducted at UD Bumi Asih, Bondowoso
Regency in June 2022. The research method used is descriptive and quantitative
methods. Sampling used a total sampling method of 1 sample, namely the UD Bumi
Asih industry with data collection in the form of primary data and secondary data
obtained through surveys, interviews, the Central Bureau of Statistics and the
Bondowoso Agriculture Service. Based on the results of the study it can be concluded
that: (1) The brown sugar cane agroindustry in Wonokusumo Village, Bondowoso
Regency is profitable, Rp. 48.472.87/periods. (2) The use of costs in agro-industry in
Wonokusumo Village, Bondowoso Regency is efficient with an R/C value of 1.51. (3)
Production factors that have a significant effect on the meratbu sugar agro-industry
at UD Bumi Asih, Wonokusumo Village, Bondowoso Regency consist of the price of
sugar cane and the amount of sugar cane, while labor has no effect or is not
significant on the production of cane brown sugar. (4) The strategy for developing
the brown sugar agroindustry in Wonokusumo Village, Bondowoso Regency is the
Strengths – Opportunity (SO) strategy, with two programs: i. Utilizing the
availability of land and abundant raw materials. ii. Promoting and introducing
products through social media which are now increasingly advanced

Keywords : Agro-industry, Development Strategy, Factors of Production, Profit,

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Studi Strata (S1) pada program study Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Jember. Dengan judul “Strategi Pengembangan Gula
Merah Tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso”
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak yang memungkinkan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan pasangan penulis, Bapak Edi Bambang Mahrus, Ibu
Hayati dan Meilinda Novitasari yang telah mendukung, memberi materi,
motivasi, dan memberikan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Dr. Hanafi, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.
3. Bapak Ir. Iskandar Umarie, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas
Muhammadiyah Jember dan Ir. Wiwit Widiarti, M.P. selaku Wakil Dekan
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember.
4. Ibu Fefi Nurdiana Widjayanti, S.P.,M.P. selaku Kepala Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember dan selaku
Dosen Pembimbing Utama
5. Ibu Nurul Fathiyah Fauzi, S.P, M.P. selaku Dosen Pembimbing Anggota yang
telah banyak memberikan waktu, pengarahan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember yang
telah membimbing dan memberikan ilmu selama di bangku kuliah.
7. Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jember.
8. Terima kasih kepada temanku Ahmad Fauzi, Mohammad Faisal B, Dimas N.

vi
MOTTO

ِ ُ‫ِإنَّ هللاَ ال يُ َغيِّ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتَّى يُ َغيِّ ُروا َما بَِأ ْنف‬
‫س ِه ْم‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”


(Q.S. Ar-ad Ayat11).

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI............................................................iii

ABSTRAK....................................................................................................................iv

ABSTRACT....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR..................................................................................................vi

MOTTO.......................................................................................................................vii

DAFTAR ISI...............................................................................................................viii

DAFTAR TABEL.........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii

I. PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................5
1.4 Kegunaan Penelitian..........................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6

2.1 Tebu...................................................................................................................6
2.2 Kandungan Tanaman Tebu...............................................................................7
2.3 Jenis – Jenis Gula..............................................................................................9
2.4 Cara Pengolahan Gula Merah Tebu................................................................11
2.5 Teori Keuntungan............................................................................................14
2.6 Teori Efisiensi Biaya.......................................................................................15

viii
2.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas.......................................................................16
2.8 Pengembangan Usaha.....................................................................................16
2.9 Analisis Matriks SWOT..................................................................................17
2.10Penelitian Terdahulu.......................................................................................22
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS...............................................26

3.1 Kerangka Pemikiran........................................................................................26


3.2 Hipotesis..........................................................................................................28
IV. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................29

4.1 Metode Penelitian............................................................................................29


4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................29
4.3 Metode Pengambilan Sampel..........................................................................30
4.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................................30
4.5 Metode Analisis Data......................................................................................30
4.6 Definisi Operasional Variabel.........................................................................38
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN.............................................41

5.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian..............................................................42


5.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.............................................42
5.3 Sarana Pendidikan...........................................................................................43
5.4 Potensi Daerah................................................................................................44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................45

6.1 Profil Agroindustri Gula Merah Tebu UD. Bumi Asih...................................45


6.2 Lokasi Agroindustri Gula Merah Tebu UD. Bumi Asih.................................45
6.3 Struktur Organisasi Agroindustri Gula merah UD Bumi Asih.......................46
6.4 Pengadaan Bahan Baku Gula Merah Tebu pada UD Bumi Asih....................47
6.5 Tahapan Proses Pengolahan Gula Merah Tebu pada agroindustri UD Bumi
Asih.................................................................................................................48
6.6 Analisis Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih.......53
6.6.1 Biaya Agroindustri Gula Merah Tebu...................................................53
6.6.2 Keuntungan Usaha Gula Merah Tebu...................................................55

ix
6.7 Analisis Efisiensi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso...................................................................................57
6.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Gula Merah Tebu di UD Bumi
Asih Kabupaten Bondowoso...........................................................................59
6.9 Strategi Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso...................................................................................64
6.9.1 Faktor Internal.......................................................................................65
6.9.2 Faktor Eksternal.....................................................................................65
6.10 Penentuan Posisi Strategi...............................................................................66
VII.KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................73

7.1 Kesimpulan.....................................................................................................73
7.2 Saran................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................75

LAMPIRAN.................................................................................................................77

x
DAFTAR TABEL

1.1 Data Produksi Tebu (Ton) di Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2020...........2
2.1 Matriks SWOT..............................................................................................19
4.1 Analisis Faktor Internal (IFAS).....................................................................34
4.2 Analsis Faktor Eksternal (EFAS)..................................................................34
4.3 Matriks Analisis SWOT (Rangkuti, 2014)....................................................38
5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Wonokusumo, Kecamatan
Tapen Tahun 2020.........................................................................................43

5.2 Jumlah Sekolah di Desa Wonokusumo Tahun 2020.....................................43


5.3 Potensi Daerah di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen tahun 2020.........44

6.1 Biaya Produksi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih Kabupaten
Bondowoso....................................................................................................54

6.2 Rata-rata Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih


Kabupaten Bondowoso..................................................................................56

6.3 Rata-rata Efisiensi Biaya Usaha Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso Tahun 2021.............................................................58

6.4 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula


Merah Tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso Tahun 2021...........60

6.5 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)......................................................67


6.6 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)..................................................68
6.7 Pedoman Posisi Kuadran...............................................................................69
6.8 Matriks SWOT Pengembangan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi
Asih Kabupaten Bondowoso.........................................................................71

xi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Tebu (Prasetya, 2016)...........12
2.2 Diagram Analisis SWOT...............................................................................21
3.1 Diagram Alur Pikir Penelitian.......................................................................28
4.1 Matriks Posisi Kompetitif Relatif..................................................................36
4.2 Matriks Internal Eksternal (Rangkuti, 2014).................................................37
6.1 Struktur Organisasi Agroindustri Gula Merah..............................................47
6.2 Proses Pengolahan Gula Merah Tebu UD Bumi Asih..................................49
6.3 Proses Penggilingan Tebu.............................................................................50
6.4 Proses Pemasakan Nira..................................................................................52
6.5 Proses Pencetakan Gula Merah Tebu............................................................52
6.6 Pengemasan Gula Merah Tebu......................................................................53
6.7 Kurva produksi..............................................................................................61
6.8 Hubungan Antara Harga Tebu Dengan produksi..........................................62
6.9 Hubungan Antara Tenaga Kerja Dengan produksi........................................63
6.10 Hubungan Antara Jumlah Tebu Dengan produksi........................................64
6.11 Grafik IFAS EFAS........................................................................................70

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1 Identitas Responden.........................................................................................78
2 Biaya Bahan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih....................79
3 Biaya Tenaga Kerja Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih.........83
4 Biaya Lain-lain Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih................88
5 Biaya Penyusutan Alat Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih....92
7 Biaya Tetap Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih......................94
8 Biaya Variabel Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih.................95
9 Total Biaya Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih......................96
10 Produksi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih...........................98
11 Penerimaan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih......................98
12 Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih.....................99
14 Dokumentasi..................................................................................................105

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara Agraris yang sebagian besar penduduknya


bermata pencaharian pada sektor pertanian. Sektor pertanian sendiri memiliki
beberapa sektor diantaranya, sektor tanaman pangan, sektor perikanan, sektor
peternakan, sektor kehutanan, dan sektor perkebunan. Sektor perkebunan adalah salah
satu sektor yang sangat penting karena hasil dari sektor perkebunan sangat di
butuhkan sebagai bahan baku industri. (Erna, 2017)
Pertanian Indonesia terdiri dari berbagai subsektor dimana salah satunya
adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan memiliki peranan penting
sebagai leading sektor dalam pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan
pekerjaan, mendorong peningkatan distribusi pendapatan, perolehan nilai tambah dan
pemenuhan konsumsi bahan baku industri dalam negeri. Tanaman perkebunan
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan karakteristiknya, yaitu tanaman semusim
dan tanaman tahunan. Tanaman semusim merupakan tanaman yang memiliki siklus
hidup yang dipanen satu tahun sekali seperti tebu, tembakaudan kapas. Tanaman
tahunan merupakan tanaman yang membutuhkan waktu yang panjang untuk
berproduksi, seperti kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan cengkeh. Tanaman
perkebunan dikenal sebagai tanaman perdagangan atau tanaman industri yang
memiliki peluang usaha cukup baik (Hanafie, 2010).
Usaha di sektor perkebunan khususnya tanaman musiman yang memiliki
potensi bisnis yang besar serta prospek pengembangan yang luas adalah tebu.
Pengembangan tanaman tebu ditujukan untuk menambah pasokan bahan baku pada
industri gula dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tebu dengan
cara partisipasi aktif petani tebu tersebut. Selain itu, industri tebu dapat menyediakan
kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia dan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi petani tebu. (Adiwilagai, 2007).
1
Tebu memiliki kontribusi dalam pembangunan subsector perkebunan di Jawa
Timur, untuk memenuhi kebutuhan gula domestik dan mendukung keberhasilan
program swasembada gula nasional. Berikut ini data produksi tebu pada beberapa
Kabupaten di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Data Produksi Tebu di Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2020

No Kabupaten Produksi (ton)


2019 2020
1 Pacitan - -
2 Ponorogo 4.505 4.485
3 Trenggalek 1.735 1.628
4 Tulungagung 30.152 25.140
5 Blitar 39.765 37.850
6 Kediri 154.625 152.288
7 Malang 232.528 234.250
8 Lumajang 96.572 68.334
9 Jember 28.244 23.150
10 Banyuwangi 28.857 5.323
11 Bondowoso 32.342 32.250
12 Situbondo 51.850 48.156
13 Probolinggo 4.314 4.306
14 Pasuruan 20.148 17.466
15 Sidoarjo 28.652 28.220
16 Mojokerto 54.450 51.600
17 Jombang 61.252 51.025
18 Nganjuk 16.758 15.745
19 Madiun 17.582 15.815
20 Magetan 41.616 41.616
21 Ngawi 28.192 22.385
22 Bojonegoro 7.025 7.516
23 Tuban 8.362 8.362
24 Lamongan - -
25 Gresik 11.810 10.242
26 Bangkalan 1.754 1.754
27 Sampang 4.765 4.765
28 Pamekasan - -
29 Sumenep - -
Sumber : BPS Jawa Timur, 2021.
Berdasarkan Tabel diatas menunjukan bahwa Kabupaten Bondowoso berada
diurutan ke 8 dari segi produksi perton menunjukan bahwa di tahun 2019 produksi
2
tebu di Kabupaten Bondowoso yaitu sebesar 32.342. Untuk tahun 2020 mengalami
penurunan yaitu sebesar 32.250. Menurut Yunitasari et al. (2015) Kabupaten
Bondowoso merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya menggantungkan
hidupnya di sektor pertanian. Budidaya yang dilakukan oleh masyarakat Bondowoso
selain subsektor tanaman pangan adalah tanaman perkebunan yaitu tanaman tebu.
Potensi tanaman tebu di Kabupaten Bondowoso mempunyai prospek yang cukup
baik. Kabupaten Bondowoso memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi pada
gula sehingga dijadikan sebagai salah satu kabupaten yang memiliki potensi sebagai
penghasil gula yang berkualitas. Pengembangan perkebunan tebu di Kabupaten
Bondowoso juga didukung dengan adanya pabrik gula seperti PG Pradjekan, PG
Semboro di Kabupaten Jember dan ada tiga pabrik gula di Kabupaten Situbondo yaitu
PG Wringinanom, PG Pandji, Olean dan Asembagus. Kabupaten Bondowoso
merupakan salah satu daerah penghasil tebu di Jawa Timur yang diharapkan dapat
dijadikan sebagai wilayah yang berpotensi mendukung swasembada gula nasional.
Potensi usahatani tebu yang besar menyebabkan kemampuan dalam menyerap tenaga
kerja sehingga usahatani tebu merupakan alasan yang kuat untuk dikembangkan di
Kabupaten Bondowoso.
Menurut Marpaung, 2011. Tebu memiliki peran penting, tidak hanya dilihat
dari sisi ketahanan dan keamanan pangan, penyerapan investasi tetapi juga memiliki
keterkaitan dalam industri hilir seperti industri makanan, industri minuman, industri
gula, industry farmasi, sebagai bahan pembuatan kertas dan bio-energy.
Tanaman tebu merupakan salah satu komodcitas perkebunan yang banyak
dikenal sebagai bahan baku agroindustri. Upaya diversifikasi hasil tanaman tebu
semakin berkembang, selain diolah menjadi gula pasir terdapat sejumlah produk
agroindustri lain yang masih terbuka untuk dikembangkan. Salah satu produk
diversifikasi olahan dengan bahan baku tebu adalah gula merah tebu.
Gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula yang dihasilkan dari
pengolahan air/sari tebu melalui pemasakan dengan atau tanpa penambahan bahan

3
makanan yang diperbolehkan dan berwarna kecoklatan.Gula merah tebu memiliki
warna mirip dengan gula kelapa dan cita rasa yang tidak jauh berbeda dengan gula
pasir. Menurut Latief et al. (2010) gula merah tebu diperoleh dari proses pengolahan
air/sari tebu yang disebut nira yaitu air yang keluar dari penggilingan batang tebu,
kemudian nira ini disaring dan ditambahkan larutan kapur secukupnya, dipanaskan
hingga mendidih dan diaduk-aduk hingga terjadi pengentalan/ selanjutnya dituang
pada wadah, dibiarkan membeku, memadat dan mendingin.
Salah satu usaha yang bergerak dalam pembuatan gula merah di Kabupaten
Bondowoso Jawa Timur yaitu UD Bumi Asih di Desa Wonokusumo Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso. Industry gula merah tersebut berpotensi untuk
dikembangkan, karena lahan tanaman tebu di Kabupaten Bondowoso cukup luas.
Tebu milik petani yang tidak ditampung oleh pabrik gula Kristal diolah oleh UD
menjadi gula merah. Banyaknya produsen jamu dan makanan serta minuman yang
menggunakan gula merah tebu juga mendukung peluang untuk semakin
berkembangnya usaha. Besarnya produksi yang dihasilkan juga mempengaruhi daya
saing usaha gula merah ini. Selain memperhatikan kualitas dan kuantitas gula merah
produsen juga harus memiliki strategi dalam pengembangan usaha gula merah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso


menguntungkan?
2. Apakah usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih sudah efisien?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula merah tebu di UD
Bumi Asih Kabupaten Bondowoso ?
4. Bagaimana strategi pengembangan usaha gula merah dari Tebu di UD Bumi
Asih Kabupaten Bondowoso ?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk menghitung tingkat keuntungan pelaku usaha gula merah tebu di UD


Bumi Asih Kabupaten Bondowoso.
2. Untuk mengetahui apakah usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih sudah
efisien.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi produksi gula merah
tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso.
4. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan usaha gula merah tebu
di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian,


khususnya agroindustri gula merah tebu.
2. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan guna mengembangkan dan
menerapkan teori yang telah diperoleh sebelumnya.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
referensi bagi pihak yang membutuhkan baik bagi pihak akademis dan non
akademis. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan guna mengembangkan dan
menerapkan teori yang telah diperoleh sebelumnya.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan


semusim yang dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya.Tanaman ini
ditanam besar besaran secara monokultur di Indonesia. Menurut United States
Department of Agriculture (2018), klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae – Plants
Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision : Spermatophyta – Seed plants
Division : Magnoliophyta – Flowering plants
Class : Liliopsida – Monocotyledons
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae – Grass family
Genus : Saccharum L. – sugarcane P
Species : Saccharum officinarum L. – sugarcane P
Tanaman tebu mempunyai batang yang padat, tidak bercabang, dan di
penampangnya terdapat lingkaran yaitu berupa ruas yang dibatasi buku-buku.
Umumnya, buku-buku berjarak pada interval sekitar 15 sampai 25 cm; tapi lebih
dekat di bagian batang atas dimana elongasi berlangsung. Warna dan kekerasan
batang bervariasi sesuai varietas, dan diameter batang dapat berkisar diameter
antara 2,5 cm - 5,0 cm. Batang tebu juga memiliki lapisan lilin yang berwarna putih
keabu-abuan dan biasanya banyak terdapat pada batang yang masih muda (James,
2004).
Daun tebu melekat pada batang di setiap buku-buku, secara bergantian
dalam dua baris di sisi berlawanan. Daun tebu merupakan daun tidak lengkap,

6
karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Pelepah
memeluk batang, makin ke atas makin sempit. Bagian pelepah terdapat bulu-bulu
dan telinga daun. Daun tebu memiliki pelepah yang kuat, biasanya berwarna putih
dan cekung pada permukaan atas daun, dan hijau pucat dan cembung di permukaan
bawah daun (James, 2004).
Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.
Sekitar 50% berat dari akarnya berada di atas 20 cm dari tanah, dan 85% di atas 60
cm. Akar tebu dapat menembus tanah dengan potensi air < -15 sampai -20 bar,
dengan syarat massa akar utama memiliki air yang cukup. Pertumbuhannya
dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan suhu tanah, serta volume tanah yang
tersedia untuk akar menyebar. Pertumbuhan akar sangat lambat ketika suhu tanah
di bawah 18ºC, tetapi meningkatkan secara progresif ke optimum sekitar 35ºC.
Suhu tanah yang semakin tinggi menyebabkan pertumbuhan akar juga berkurang
(Blackburn, 1984 dalam James, 2004). Bunga tebu berupa malai dengan panjang
antara 50-80 cm. Cabang bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan
pada tahap selanjutnya berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat
pula benangsari, putik dengan dua kepala putik dan bakal biji (Indrawanto et al.,
2010).

2.2 Kandungan Tanaman Tebu

Pada daerah yang beriklim panas atau tropis dengan kelembaban untuk
pertumbuhan cukup yaitu > 70% serta suhu udara berkisar antara 28⁰C – 34⁰C
sangat baik untuk tumbuh seperti tanaman tebu.Tanah yang baik adalah tanah
subur dan cukup air tetapi tidak tergenang yang sangat cocok untuk tanaman
tebu. Fase-fase pertumbuhan tanaman tebu biasanya jatuh pada umur 3 sampai
8 bulan dengan fase pemasakan pada umur 9 sampai 12 bulan dengan
ditandainya pada bagain batang tebu mengeras dan berubah warna menjadi
kuning pucat. Saat menanam tebu pengolahan tanah dilakukan pada musim

7
kemarau sampai akhir musim hujan, sedangkan untuk proses penanamannya
dilakukan awal musim kemarau hingga menjelang hujan. Dari proses
pertumbuhan tanaman tebu yang telah dijelaskan. Berikut ini adalah kandungan
yang terdapat pada batang tebu:
1. Air (75 – 85%)
Komponen harus dihilangkan sebanyak-banyaknya yaitu air, dimana komponen
ini yang paling bersar terkandung dalam tebu sehinggu perlu dilakukan proses
penguapan dan kristalisasi.
2. Sukrosa (10 – 12%)
Komponen yang terdapat di semua tebu yaitu Sukrosa , sedangkan kandungan
sukrosa yang terbanyak terdapat pada bagian batang dengan sifat stabil dalam
suasana alkalis yang memiliki titik lebur 187 oC.
3. Gula Reduksi (0,5 – 2%)
Glukosa dan fruktosa yang merupakan gula preduksi dengan perbandingan yang
berlebihan satu sama lain. Semakin matang tebu, semakin sedikit gula
reduksinya. Proses pemecahan dalam gula reduksi akan menimbulkan kerugian
pada industri gula ketika suhu tinggi dan pH tinggi perlu dihindarakan karena
akan mempercepat perpecahan gula reduksi.
4. Senyawa Organik (0,5 – 1%)
Dalam tanaman tebu senyawa organik sebagian besar dalam bentuk asam laktat,
asam suksinat dan asam glukonat. Saat tebu busuk akan terjadi oksidasi asam
menjadi asam laktat. Proses inverse akan semakin cepat dengan adanya asam
laktat. Inverse dapat dicegah dengan cara mempertahankan pH>7 dengan
temperatur proses yang tidak terlalu tinggi.
5. Senyawa Anorganik (0,2 – 0,6%)
Senyawa berikut Fe2O3, Al2O3, MgO, CaO, K2O, SO3, dan H2SO4 merupakan
senyawa anorganik dalam tebu yang berasal dari tanah dan pupuk dan nantinya
akan dipisahkan pada proses pemurnian.

8
6. Senyawa Fosfat
Senyawa ini berperan penting karena berfungsi untuk menarik dan
mengendapkan kotoran pada proses pemurnian.
7. Serabut
Rangka tanaman tebu yang berasal dari selulosa dan hemiselulosa disebut
serabut.Ciri umumnya adalah keras karena adanya lignin dan pektin.Serabut
merupakan semua bagian tebu tanpa nira.Saat serabut dipanaskan atau
dikeringkan maka 50% dari serabut adalah selulosa.Badan tebu pada dasarnya
berasal dari bahan padat dan bahan cair. Mulai dari pangkal sampai ujung
batangnya mengandung nira dengan kadar mencapai 29%. Nira inilah yang akan
diambil untuk dijadikan kristal-kristal gula.

2.3 Jenis – Jenis Gula

Menurut Wahyudi (2013), gula terbagi ke dalam beberapa macam


berdasarkan warnanya yaitu:
1. Raw sugar, gula ini berasal dari bahan baku tebu dengan bentuk kristal
berwarna kecoklatan. Gula ini di dapat dari pabrik-pabrik penggilingan tebu
yang tidakmemiliki unit bleaching dan disebut gula setengah jadi, gula inilah
yang banyak diimpor yang nantinya akan dijadikan gula rafinasi maupun gula
kristal putih.
2. Rafined Sugar atau gula rafinasi merupakan hasil olahan lebih
lanjut dari gula mentah atau raw sugar melalui proses defikasi yang tidak
dapat langsung dikonsumsi oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Yang
membedakan dalam proses produksi gula rafinasi dan gula kristal putih
yaitu gula rafinasi menggunakan proses carbonasi sedangkan gula kristal
putih menggunakan proses sulfitasi. Gula rafinasi digunakan oleh industri
makanan dan minuman sebagai bahan baku. Peredaran gula rafinasi ini
dilakukan secara khusus dimana distributor gula rafinasi ini tidak dapat
sembarangan beroperasi namun harus mendapat persetujuan serta
9
penunjukkan dari pabrik gula rafinasi yang kemudian disahkan oleh
Departemen Perindustrian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi “rembesan”
gula rafinasi ke rumah tangga.
3. Gula kristal putih, gula jenis ini memiliki nilai ICUMSA antara 250-450 IU.
Departemen Perindustrian mengelompokkan gula kristal putih ini menjadi tiga
bagian yaitu Gula kristal putih 1 (GKP 1) dengan nilai ICUMSA 250, Gula
kristal putih 2 (GKP 2) dengan nilai ICUMSA 250-350 dan Gula kristal putih
3 (GKP 3) dengan nilai ICUMSA 350-4507. Semakin tinggi nilai ICUMSA
maka semakin coklat warna dari gula tersebut serta rasanya semakin manis.
Gula tipe ini umumnya digunakan untuk rumah tangga dan diproduksi
oleh pabrik-pabrik gula didekat perkebunan tebu dengan cara menggiling
tebu dan melakukan proses pemutihan, yaitu dengan teknik sulfitasi.
4. Gula tebu, gula tebu adalah gula yang dihasilkan dari tanaman tebu
(Saccharum officinarum) dan merupakan gula yang paling banyak
dikonsumsi.Gula tebu ini termasuk golongan gula sukrosa dengan kandungan
sukrosa pada batang tebu (10-12%).Pengolahan gula ini berasal dari bagian
batang yang akan menghasilkan nira yang nantinya akan di proses menjadi
berbagai jenis olahan yang dihasilkan seperti gula cair, gula pasta, gula kristal
dan gula tepung. Produksi gula tebu yang paling banyak biasanya dalam bentuk
gula kristal.
5. Gula merah tebu, merupakan hasil olahan dari nira dengan caradiuap dan
dicetak.Gula merah berbentuk padat dan berwarna cokelat kemerahan sampai
dengan coklat tua. Gula merah tebu menurut SNI 01-6237-2000 adalah gula
yangdihasilkan dari pengolahan sari tebu (Saccharum officinarum) melalui
pemasakandengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang
diperbolehkan dan berwarna kecokelatan (Darmiati, 2017). Negara yang
berpotensi menjadi produsen gula dunia karena dukungan
agroekosistem yaitu Indonesia, dengan luas lahan, dan tenaga kerja yang
melimpah. Prospek pasar gula di Indonesia cukup menjanjikan karena
10
diperkirakan konsumsi gulanya mencapai 4,2-4,7 juta ton/tahun. Gula
merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan industri yang saat
ini masih terus menjadi masalah karena masih terjadi kekurangan produksi
dalam negeri, sementara kebutuhan gula masyarakat Indonesia terus meningkat.
(Apriawan dkk, 2015)

2.4 Cara Pengolahan Gula Merah Tebu

Menurut Prasetya (2016), Gula merah tebu diproduksi secara tradisional


dibeberapa daerah di Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera
Barat. Pembuatan gula merah dilakukan secara sederhana didaerah pedesaan dengan
teknologi sederhana.Produksi gula juga dipengaruhi tingkat rendemen pada tanaman
tebu. Tingkat rendemen tersebut menunjukan seberapa besar gula yang dihasilkan
dari tebu tergiling. Proses pengolahan gula merah tebu meliputi pemerahan,
pemurnian nira, pemasakan, dan pencetakan. Batang tebu yang sudah dibersihkan
dari daun kering diperah menggunakan mesin giling (mesin press).Berikut ini
diagram aliran pembuatan gula merah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Batang Tebu

Penggilingan Tebu

Penyaringan Tebu

Pemasakan Nira

Pencetakan

Pengemasan

Gambar 2. 1 Diagram Alir Proses Pembuatan Gula Merah Tebu


Sumber: Prasetya (2016)
11
a. Penggilingan
Penggilingan tebu dilakukan dengan tujuan untuk menghasillkan nira
sebagaibahan dasar pembuatan gula merah. Proses penggilingan tebu
menggunakanmesin giling dengan diesel yang dihubungkan dengan menggunakan
sabuk transmisi. Penggilingan tebu terbuat dari besi yang memiliki dua gerigi yang
bergerak berlawanan sehingga menyebabkan tebu hancur dan menghasilkan nira.
Nira hasil penggilingan akan menjadi bahan baku dalam pembuatan gula merah tebu.
Nira yang dihasilkan dalam proses penggilingan masih berupa nirayang masih kotor
dan belum bersih.
b. Penyaringan Air Tebu
Hasil dari penggilingan tebu sehingga menghasilkan nira, selanjutnya adalah
proses penyaringan nira. Penyaringan nira dilakukan untuk meningkatkan kualitas
hasil nira dan sekaligus akan meningkatkan produksi gula merah yangakan
dihasilkan. Penyaringan nira dilakukan memisahkan serta membersihkan nira dari
kotoran-kotoran sisa penggilingan sehingga nira yang dihasilkan jernih. Penyaringan
nira dapat menggunakan kain saring.
c. Pemasakan
Nira ditambah dengan larutan kapur dengan suhu>70˚C dengan tujuan untuk
meningkatkan pH nira dan akan mematikan enzim invertase serta memisahkan
kotoran-kotoran tanah, serat-serat halus batang yang ikut bersama nirasehingga
kotoran-kotoran pada nira akan mengapung diatas air. Pemasakan nira harus
menggunakan suhu yang sesuai, tidak dengan suhu yang terlalurendah atau suhu yang
tinggi. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan gula tebu tidak akan tahan lama
untuk disimpan. Suhu yang optimal untuk pemanasan nira adalah 110-120˚C, dimana
nira hasil penyaringan dipanaskan pada suhu sekitar 110˚C selama 3-4 jam dengan
dilakukan pengadukan. Pengadukan dalam proses pemanasan perlu dilakukan agar
nira yang dipanaskan tidak membentuk kristal serta untuk menghasilkan warna

12
gulaseragam. Pemanasan nira dihentikan jika nira sudah mulai pekat dan berwarna
kecoklatan serta buih-buih nira sudah menurun.
d. Pencetakan
Nira yang telah masak dituangkan kedalam cetakan. Alat pencetakan gula
merah pada umumnya yang digunakan adalah tempurung kelapa atau batang bambu.
Pencetakan gula merah sesuai dengan bentuk yang di inginkan pengrajin. Gula merah
yang telah mengeras dan mulai mengering kemudian dikeluarkan dari cetakan dan
selanjutnya adalah proses pengemasan. Gula merah tebu yang telah mengeras dan
dingin harus dikemas di dalam wadah tertutup sehingga terhindar dari air dan
kotoran.Gula yang sudah terkemas ini di simpan di tempat yang tidak panas.
e. Pengemasan
Gula merah yang telah masak dan telah dicetak kemudian dilanjutkan dengan
pengemasan. Pengemasan yang dilakukan menggunakan pengemasan plastik. Gula
merah dapat langsung dipasarkan atau disimpan menunggu harga naik. Menurut Dewi
et al (2014), mutu gula merah tebu terutama berasal dari rasa dan juga penampilannya
yang meliputi bentuk, warna, kekerasan dan kekeringannya. Kualitas gula merah juga
dipengaruhi oleh kualitas nira dan proses penjernihannya.
Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan Menurut Sari et al (2018), Keragaan
usaha adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan agroindustri, terutama dalam
subsistem pengolahan hasil yaitu mengolah bahan baku menjadi output. Keragaan
agroindustri gula merah melibatkan tiga kegiatan utama yaitu pengadaan bahan baku,
pengolahan dan pemasaran serta didukung oleh jasa layanan pendukung. Kegiatan
pengadaanbahan baku penting untuk diperhatikan karena bahan baku yang digunakan
merupakan produk pertanian yang memiliki karakteristik khusus. Kegiatan
pengolahan juga penting diperhatikan karena dengan pengolahan yang baik maka
agroindustri akan memperolah nilai tambah dan pendapatan yang tinggi, sehingga
menghasilkan keuntungan maksimal. Ketiga kegiatan utama pada agroindustry akan
semakin efektif apabila didukung dengan adanya peran jasa layanan pendukung

13
karena tanpa peran jasa pendukung tidak akan memaksimalkan subsistem lainnya
(Yamit, 2002)

2.5 Teori Keuntungan

Menurut Ibrahim (2003), keuntungan merupakan tujuan utama dalam


pembukaan usaha yang dapat direncanakan, dari segi besarnya keuntungan yang
diterima maka semakin layak usaha untuk dikembangkan. Tingkat pendaptan yang
diperoleh diketahui menggunakan rumus : π = TR-TC, dengan kaidah keputusan jika
TR > TC, maka usaha gula merah tebu yang dilakukan menghasilkan pendapatan.
π = TR-TC
= P.Q - (TFC+TVC)
Keterangan :
π = Keuntungan (Rupiah)
TR = Total Penerimaan (Rupiah)
P = Harga Produksi
Q = Jumlah Produksi
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC = Total Variabel Cost (Total Biaya Variabel)

Soekartawi (2002), menyatakan bahwa keuntungan merupakan selisih antara


penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya tetap
dan biaya variabel, biaya tetap seperti pajak, pembelian alat. Untuk biaya variable
yaitu biaya transportasi dan upah tenaga kerja. Soekartawi (2002) mengemukakan
bahwa, keuntungan margin merupakan keuntungan yang bersifat kotor. Untuk dari
segi bisnis keuntungan ini bersifat semu karena terdapat unsur biaya yang tidak
diperhitungkan berupa biaya tetap, sehingga besarnya keuntungan margin sama
dengan selisih total output dengan biaya operasional.

14
2.6 Teori Efisiensi Biaya

Menurut Soekartawi dan Jannah M. (2016) usahatani dibilang efektif bila


petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang
dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi
usahatani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efesiensi harga,
efesiensi ekonomis. R/C dalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai
perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematik dapat dituliskan
dengan rumus sebagai berikut :
R/C = TR/TC
Keterangan:
R/C = Revenue Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)

Sebuah usahatani dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila nilai


R/C>1, dan apabila nilai R/C<1 maka usahatani tersebut belum layak untuk
diusahakan. Jika R/C=1, maka usahatani berada pada titik impas (Break Event Point).

2.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Khoir (2016) menyatakan bahwa tujuan dari fungsi cobb douglas adalah untuk
meramalkan atau memperkirakan nilai variabel terikat (dependent) dalam
hubungannya dengan variabel bebas (independent) tertentu, analisi ini merupakan
prosedur-prosedur yang paling banyak digunakan dalam peramalan. Variabel terikat
(dependent) di jelaskan sebagai (Y) dan variabel bebas (independet) di jelaskan (X),
penyelesaian antara hubungan Y dengan X diselesaikan dengan cara regresi dimana
(Y) akan di pengaruhi oleh (X). Model fungsi Cobb Douglas yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan antara faktor produksi dan produksi yang secara
matematis dituliskan sebagai berikut :
Y= α X 1b1 X b2 2 X b3 3 … X bn
n e

15
Model tersebut menggambarkan dimana output (Y) merupakan fungsi dari
input Harga beli tebu (X1), Tenaga kerja (X2), Jumlah tebu (X3). Fungsi produksi
Cobb Douglas dapat diubah menjadi fungsi linier dengan mengubah ke dalam bentuk
logaritma natural untuk memudahkan estimasi, sehingga menjadi sebagai berikut :
lnY = lnb0+b1lnX1+b2lnX2+b3lnX3+e
Keterangan:
Y = Variabel Dependent
bo = Intersep atau Konstanta
b1-b3 = koefisien regresi dari X1.....X3
X1 = Harga Beli Tebu (Rp)
X2 = Tenaga Kerja (HOK)
X3 = Jumlah Tebu (Kw)
e = Eror atau Kesalahan Penganggu

2.8 Pengembangan Usaha

Secara konseptual strategi pengembangan dalam konteks industry adalah


upaya untuk melakukan analisis terhadap kondisi pasar kawasan baik internal yang
meliputi kelemahan dan kekuatan dan kondisi pasar eksternal yaitu peluang dan
ancaman yang akan dihadapi, kemudian diambil alternatif untuk menentukan strategi
yang harus dilakukan. Analisis pasar internal merupakan suatu proses untuk menilai
faktor-faktor keunggulan strategis perusahaan/organisasi untuk menentukan dimana
letak kekuatan dan kelemahannya, sehingga penyusunan strategi dapat dimanfaaatkan
secara efektif, kesempatan pasar dan menghadapi hambatannya, mengembangkan
profil sumberdaya dan keunggulan, membandingkan profil tersebut dengan kunci
sukses, dan mengidentifikasikan kekuatan utama dimana industry dapat membangun
strategi untuk mengeksploitasi peluang dan meminimalkan kelemahan dan mencegah
kegagalan dalam menjalankan suatu usaha (Rangkuti, 2014).
Pada dasarnya untuk melakukan pengambilan keputusan dalam
pengembangan perlu adanya strategi. Oleh karena itu, strategi pengembangan yang
tepat yaitu dengan adanya analisis SWOT yang merupakan akronim daristrength,
yang berarti kekuatan, Weakness yang berarti kelemahan yang dimiliki perusahaan,
16
opportunities yang berarti peluang dan threat yang berarti ancamanlingkungan yang
dihadapinya. Analisis SWOT merupakan penilaian terhadaphasil identifikasi situasi
strategi perusahaan, untuk menentukan apakah suatukonidisi dikategoriakan sebagai
kekuatan, kelemahan, peluang, atau ancaman (Rangkuti, 2014).

2.9 Analisis Matriks SWOT

Menurut Kuncoro, 2005 untuk membuat suatu rencana harus mengevaluasi


faktor eksternal maupun faktor internal. Analisis faktor-faktor harus menghasilkan
adanya kekuatan (strength) yang dimiliki oleh suatu organisasi, serta mengetahui
kelemahan (weakness) yang terdapat pada organisasi itu. Sedangkan analisis terhadap
faktor eksternal harus dapat mengetahui peluang (opportunity) yang terbuka bagi
organisasi sertadapat mengetahui pula ancaman (treath) yang dialami oleh organisasi
yang bersangkutan.
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, makaperlu dilihat
faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Faktor eksternal ini mempengaruhi opportunities and threats (O danT).
Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi- kondisi yangterjadi di luar
perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Faktor ini mencangkup lingkungan industry (industry environment) dan
lingkungan bisnin makro (macro 18 environment), ekonomi, politik, hukum,
teknologi, kependudukan, dan sosial budaya.
2. Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses (S
dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan (decisionmaking) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya
manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan
budaya perusahaan (corporate culture).

17
Matriks SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal perusahaan diantisipasi dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Maktriks SWOT akan mempermudah merumuskan berbagai strategi.
Pada dasarnya alternatif strategi yang diambil harus di arahkan pada usaha- usaha
untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, menanfaatkan peluang-
peluang bisnis serta mengatasi ancaman. Sehingga darimatriks SWOT tersebut akan
memperoleh empat kelompok alternatif strategi yang disebut strategi SO, strategi ST,
strategi WO, dan strategi WT.
Menurut Husain, 2010 masing-masing alternatif strategi tersebut adalah
a. Strategi SO (Strenght- Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
b. Strategi ST (Strenght- Threath)
Strategi ini dibuat berdasarkan kekuatan- kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengantisipasi ancaman- ancaman yang ada.
a. Strategi WO (Weakness- Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
b. Strategi WT (Weakness- Threath)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif,
berusaha meminimalkan kelemahan- kelemahan perusahaan serta sekaligus
mengindari ancaman- ancaman.

18
Strength (S) Weaknes (W)
Daftar semua kekuatan yang Daftar semua kelemahan
dimiliki. yang dimiliki.

Opportunities (O) Strategi (SO) Strategi WO


Daftar semua peluang Gunakan semua kekuatan Atasi semua kelemahan
yang dapat di yang dimiliki untuk dengan memanfaatkan
identifikasi. memanfaatkan peluang yang peluang yang ada.
ada.

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


Daftar semua Gunakan semua kekuatan Tekan semua kelemahan
ancaman yang dapat untuk menghindari dan cegah semua ancaman
di indentifikasi. ancaman.

Sumber: Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, 83.
Gambar 2. 1 Matriks SWOT

Matriks strategi SWOT tersebut, kemudian dilakukan


positioning, untuk mengukur posisi BMT yang bersangkutan.
Mengingat pengaruh aspek internal dan eksternal terhadap bisnis pada
BMT berbeda-beda, maka dalam melakukan positioning harus
dilakukan pembobotan atas aspek-aspek tertentu, (Mudraja Kuncoro2005).
Dalam melakukan pembobotan dan pemberian nilai dalam setiap aspek pada
analisis faktor internal (Internal Factor Evaluation) dapat dilakukan dengan tahapan
kerja sebagai berikut (Umar, 2010):
a. Menentukan faktor- faktor penting dari kondisi internal suatu industri yang
akan diteliti, kelompokkan ke dalam kekuatan- kekuatan dankelemahan-
kelemahan. Kolom bobot merupakan tingkat kepentingan tiap- tiap faktor,
pembobotan 0,20 sangat penting, 0,15 penting, 0,10 cukup penting, 0,05 tidak
penting IFAS
dan jika dijumlahkan akan bernilai1,00.
EFAS

19
b. Rating merupakan nilai kondisi internal setiap organisasi. Nilai 4 untuk
kondisi sangat baik, nilai 3 untuk kondisi baik, nilai 2 untuk kondisi biasa
saja, dan nilai 1 untuk kondisi buruk. Faktor- faktor bernilai 3 dan 4 hanya
untuk kelompok strengths, sedangkan bernilai 2 dan 1 untuk kelompok
weaknesses.
c. Nilai tiap- tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating.
Jika seluruh nilai dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFE dari organisasi
tersebut.
Jika telah menyelesaikan analisis faktor- faktor internal, hal yang sama juga
dilakukan untuk menganalisis faktor- faktor eksternal, dengan cara yang sama.
a) Faktor- faktor penting dari kondisi eksternal suatu industri yang akan diteliti,
kelompokkan ke dalam peluang-peluang dan ancaman- ancaman. Kolom
bobot merupakan tingkat kepentingan tiap- tiap faktor, pembobotan 0,20
sangat penting,0,15 penting, 0,10 cukup penting, 0,05 tidak penting dan jika
dijumlahkan akan bernilai1,00.
b) Rating merupakan nilai tanggap antisipasi manajemen organisasi terhadap
kondisi lingkungan tersebut. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang
bersifat positif (peluang yang semakin besar diberirating 4 tetapi jika
peluangnya kecil diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah
kebalikannya. Jika ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1, tetapi jika
ancamannya sedikit nilai ratingnya 4.
c) Nilai tiap- tiap faktor merupakan hasil kali antara bobot dan rating. Jika
seluruh nilai dijumlahkan, maka dapat diketahui nilai IFE dari organisasi
tersebut.12
Setelah hasil pemberian skor yang tersebut diperoleh, dapat dibuat grafik
positioning, dimana sumbu vertikal menunjukkan total skor aspek eksternal
dan sumbu horizontal menunjukkan total skor aspek internal. Angka koordinat
kedua aspek tersebut menunjukkan posisi BMT yang bersangkutan.

20
Dengan menggunakan matrik diagram analisis SWOT maka
dapat digambarkan secara jelas mengenai ancaman dan peluang yang
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, (Sondang P. Siagian
2012).

Gambar 2. 2 Diagram Analisis SWOT

Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki


peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan inimasih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yangharus diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi dilain pihak, ia menghadapi berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal.
21
2.10 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu merupakan salah satu yang memegang peranan


penting yang mendukung dan terkait dengan penelitian ini. Hasil – hasil penelitian
terdahulu merupakan dasar atau landasan yang cukup kuat bagi proses pengembangan
kerangka teoritis untuk menjawab permasalahan – permasalahan yang dihadapi.
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini :
1. Hasil penelitian Hidayah, Maftuhatul. (2019) menunjukan untuk perbandingan
nilai tambah yang didapat dari pengolahan tebu menjadi gula pasir dan gula
merah tebu lebih, nilai tambah gula merah tebu lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai tambah gula pasir. Nilai tambah gula merah sebesar Rp 632,96 dan
nilai tambah gula pasir sebesar Rp213,62. Strategi pengembangan agroindustri
menunjukkan nilai IFAS sebesar 2,78 dan nilai EFAS sebesar 2,58. Nilai
tersebut berada pada kuadran V (pertumbuhan stabilitas) pada matriks internal
eksternal sehingga strategi yang dapat dilakukan adalah strategi S-O.Strategi S-
O adalah strategi yang digunakan untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang
yang dimiliki Agroindustri UD.Bumi Asih. Strategi yang dapat digunakan
adalah mempererat hubungan dengan pemasok untuk menjaga ketersediaan
bahan baku, mempertahankan pasar yang ada dan memperluas jangkauan
pangsa pasar, meningkatkan kapasitas produksi gula merah.
2. Hasil Penelitian Subaktilah. (2018) gula merah tebu menunjukkan bahwa faktor
internal dan eksternal nilai di atas 2,5 yang berarti bahwa posisi internal cukup
kuat dan memiliki kemampuan di atas rataan dalam memanfaatkan kekuatan
dan peluang untuk mengantisipasi kelemahan internal dan ancaman. Total skor
faktor internal 2,812 dan total skor 3,0315 untuk faktor eksternal. Hasil analisis
pada titik koordinat diperoleh alternative strategi berada pada kuadran I yang
mengindikasi bahwa strategi bearad pada strategi SO (Kekuatan-Peluang) yang
disebut dengan strategi agresif. Strategi ini terdiri dari meningkatkan kapasitas
produksi melalui pemanfaatan teknologi, peningkatan mutu produk,

22
meningkatkan hubungan baik dengan pemasok dan konsumen, melakukan
perencanaan dan pengendalian produksi yang lebih baik dan memperluas
jangkauan pemasaran.
3. Hasil penelitian Arianti dan Waluyati. (2019) didapatkan hasil bahwa ada 13
unit usaha gula merah yang berkembang di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten
Madiun. Agroindustri ini tergolong usaha yang padat karya sehingga
diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sekitar. Hasil analisis nilai tambah
menunjukkan bahwa olahan tebu menjadi gula merah menghasilkan Rp 1.051
per kg tebu atau dengan rasio 58,28%. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp
546,00 atau dengan tingkat keuntungan 51,94%. Berdasarkan nilai tambah dan
keuntungan yang diperoleh maka agroindustri gula merah layak untuk
dikembangkan karena memberikan keuntungan bagi pengrajin tersebut.
Berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal tersebut strategi yang dianggap
layak untuk diterapkan pada agroindustri gula merah berbasis home industry di
Kecamatan Kebonsari adalah strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.
Strategi ini bertujuan memperluas usaha dengan cara meningkatkan jumlah
produksi dan memperluas pasar dengan cara promosi.
4. Berdasarkan hasil penelitian Cahyanti. (2019) menunjukkan bahwa dari analisis
SWOT pada usaha gula merah tebu UD. Sumber Sari di Tulungagung dalam
kedua matrik IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa strategi SO memiliki nilai
yang paling tinggi diantara strategi ST, WO, WT dan SW serta dapat diketahui
bahwasannya posisi UD. Sumber Sari di Tulungagung ini berada pada kuadran
1 dengan menerapkan strategi agresif. strategi yang paling tepat dalam
pengembangan usaha gula merah tebu pada UD. Sumber Sari di Tulungagung
adalah strategi SO. Dimana strategi ini pihak perusahaan akan menggunakan
semua kekuatannya untuk mengambil dari setiap peluang yang telah ada.
5. Berdasarkan hasil penelitian Anna dam Hikmah. (2022) menunjukan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi gula merah tebu Kilang Zahratul
Azhar Kampung Blang Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah.
23
jumlah tebu batangan, jumlah tenaga kerja dan penundaan waktu
penggilingan. Dimana produksi dapat di lakukan karena adanya jumlah tebu
yang akan di produksi. Apabila jumlah tebu batangan tidak mencukupi maka
hal ini dapat berpengaruh terhadap produksi gula merah tebu, yang sangat
berdampak terhadap produksi gula merah tebu di tingkat pabrik itu sendiri.
Kuran gnya jumlah tenaga kerja dalam kilang, merupakan masalah yang serius
dalam memproduksi gula merah ini karena jumlah tenaga kerja sangat
berpengaruh pada produksi gula dikarenakan ketergantungan produksi gula
terhadap tenaga kerja yang melakukan pemasakan air nira tebu menjadi gula
merah di kilang.
6. Berdasarkan hasil penelitian Rina dkk. (2021) menunjukan bahwa keuntungan
industri rumah tangga gula merah dan gula semut di Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen menunjukan nilai tambah (hasil) yang diperoleh. Hal ini
menjadi tujuan utama dari setiap produsen gula merah maupun gula semut.
Rata-rata keuntungan pada usaha pembuatan gula merah sebesar Rp 311.374,00
sedangkan untuk gula semut sebesar Rp 1.257.071. Berdasarkan konsep
keuntungan, baik usaha pembuatan gula merah ataupun gula semut dikatakan
menguntungkan karena hasil pengurangan penerimaan denga biaya total
bernilai positif.
7. Berdasarkan hasil penelitian Ayesha. (2017) menunjukan bahwa Menilai
efisiensi usaha gula merah tebu dilakukan dengan meanalisis dari 2 aspek,
yaitu: 1) analisis efisiensi berdasarkan pendapatan tunai, dan 2) analisis
efisiensi berdasarkan pendapatan total. Analisis dengan cara pertama ini
dilakukan dengan membandingkan antara pendapatan(revenue)tunai dengan
biaya (cost) tunai. Hasil perhitungan diperoleh nilai R/C rasio sebesar
2,04(lebih besar dari 1). Berdasarkan kriteria R/C rasio, maka nilai ini
mengindikasikan bahwa usaha gula merah tebu yang dilakukan oleh perajin di
Desa Lindung Jaya sudah efisien. Analisis dengan cara kedua ini dilakukan
dengan membandingkan antara pendapatan (revenue) total dengan biaya (cost)
24
total. Hasil perhitungan diperoleh nilai R/C rasio hanya sebesar 0,73(lebih kecil
dari 1). Berdasarkan kriteria R/C rasio, maka nilai ini mengindikasikan
bahwa usaha gula merah tebu yang dilakukan oleh perajin di Desa Lindung
Jaya tidak efisien.

25
I. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pemikiran

Kabupaten Bondowoso merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya


menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Budidaya yang dilakukan oleh
masyarakat Bondowoso selain subsektor tanaman pangan adalah tanaman perkebunan
yaitu tanaman tebu. Potensi tanaman tebu di Kabupaten Bondowoso mempunyai
prospek yang cukup baik. Kabupaten Bondowoso memiliki keunggulan kompetitif
dengan luas lahan tebu seluas 6.905 ha sehingga dijadikan sebagai salah satu
kabupaten yang memiliki potensi sebagai penghasil gula yang berkualitas.
Pengembangan perkebunan tebu di Kabupaten Bondowoso juga didukung
dengan adanya pabrik gula seperti PG Pradjekan, PG Semboro di Kabupaten Jember
dan di Kabupaten Situbondo ada PG Wringinanom, PG Pandji, Olean dan
Asembagus. Potensi usaha tani tebu di Kabupaten Bondowoso untuk data produksi
tebu pada tahun 2020 mencapai 32.250 ton hal ini berpotensi untuk kemampuan
dalam menyerap tenaga kerja sehingga usahatani tebu merupakan alasan yang kuat
untuk dikembangkan di Kabupaten Bondowoso.
Pengembangan tanaman tebu ditujukan untuk menambah pasokan bahan baku
pada industri gula dan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tebu
dengan cara partisipasi aktif petani tebu tersebut. Selain itu, industri tebu dapat
menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi petani tebu.
Salah satu usaha atau industri gula yang bergerak dalam pembuatan gula
merah di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur yaitu UD Bumi Asih di Desa
Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso. Industri gula merah tersebut
berpotensi untuk dikembangkan, karena lahan tanaman tebu di Kabupaten
Bondowoso cukup luas. Tebu milik petani yang tidak ditampung oleh pabrik gula
Kristal diolah oleh UD menjadi gula merah

26
Industri gula merah yang berhasil memang menjanjikan pendapatan yang
menarik dan menguntungkan. Untuk keberhasilan dalam usaha ini selain diperlukan
keterampilan dan modal yang cukup, juga banyak faktor yang perlu diperhatikan.
Faktor yang perlu diperhatikan yaitu pengadaan bahan baku gula merah tebu, tahapan
proses pengolahan produk gula merah tebu, penyediaan tenaga kerja, penyediaan
modal, kegiatan pemasaran gula merah tebu dan lembaga penunjang usaha gula
merah pada Agroindustri UD Bumi Asih.
Tingkat keuntungan dari kegiatan usaha ini berdasarkan perhitungan dengan
melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya, serta salah satu cara untuk
melihat efisiensi pendapatan usahatani, dapat diketahui dengan melihat R/C rasio.
Nilai ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu
satuan kerena jika semakin besar nilai R/C rasio maka usaha yang dilakukan dapat
dikatakan efisien.
Produksi gula merah tebu dapat mengalami peningkatan maupun penurunan
jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi
yang kurang tepat dan efisien. Jika penggunaan faktor produksi tidak tepat dan efisien
akan menyebabkan penurunan produksi dan rendahnya keuntungan dalam usaha gula
merah tebu. Pengelolaan penggunaan faktor produksi yang tepat dan efisien dapat
meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan usaha gula merah tersebut.
Dalam menjaga keberlanjutan usaha gula merah tebu maka diperlukan strategi
pengembangan usaha dengan analisi SWOT. Strategi pengembanganyang tepat yaitu
dengan adanya analisis SWOT yang merupakan akronim dari strength, yang berarti
kekuatan, Weakness yang berarti kelemahan yang dimiliki perusahaan, opportunities
yang berarti peluang dan threat yang berarti ancaman lingkungan yang dihadapinya.
Analisis SWOT merupakan penilaian terhadaphasil identifikasi situasi strategi
perusahaan, untuk menentukan apakah suatukonidisi dikategoriakan sebagai
kekuatan, kelemahan, peluang, atau ancaman.

27
Usaha Gula Merah Tebu

Harga Input Input Produksi Output Harga Jual

Faktor-Faktor yang mempengaruhi produksi :


- Harga Beli Tebu
- Jumlah Tebu
- Biaya Tenaga kerja

Biaya Penerimaan
TC = TFC + TVC TR = Q x P
Keuntungan Usaha
TR-TC
R/C Ratio

Strategi Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu

Gambar 3. 1 Diagram Alur Pikir Penelitian.

1.2 Hipotesis

1. Diduga usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso


menguntungkan.
2. Diduga usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso
sudah efisien.
3. Diduga faktor yang mempengaruhi produksi gula merah tebu di UD Bumi
Asih Kabupaten Bondowoso adalah : Harga beli tebu, Jumlah tebu, Biaya
tenaga kerja

28
II. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif


dan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan
fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual, nyata dan pada saat ini, karena
penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. (Rukajat, 2018). Metode deskriptif dipertimbangkan untuk menjawab
tujuan ke 4 mengenai strategi pengembangan usaha gula merah tebu di UD Bumi
Asih Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju
hipotensis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Sementara metode kuantitatif
digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso.

4.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan


bahwa Agroindustri UD Bumi Asih merupakan satu-satunya agroindustri gula merah
tebu di Kabupaten Bondowoso. Pemilihan lokasi penelitian di Agroindustri UD Bumi
Asih Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso dengan
pertimbangan bahwa pada daerah tersebut merupakan daerah potensi tebu yang
digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan gula merah tebu dan juga usaha gula
merah tebu memiliki prospek yang tinggi untuk dikembangkan kedepannya.
Penelitian sudah dilaksanakan pada bulan Juni 2022.

29
4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling


yaituteknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi
(Sugiyono, 2007). Pada penelitian ini menggunakan sampel 1 (satu) industry saja
yakni UD. Bumi Asih.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui survey dan wawancara langsung kepada
responden yang mengetahui betul mengenai Agroindustri UD Bumi Asih. Data
primer ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan, sesuai dengan
penelitian. Sementara, untuk menunjang kelengkapan data penelitian maka digunakan
pula data sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari instansi yang terkait yaitu Badan
Pusat Statistik, Dinas Pertanian Bondowoso serta sumber lain yang sesuai dengan
penelitian ini.

4.5 Metode Analisis Data

1. Analisis Keuntungan
Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu menganalisis
keuntungan yang diperoleh UD Bumi Asih menggunakan rumus keuntungan menurut
(Khoir, 2016).
Keuntungan = TR-TC
Keterangan:
TR = Total Revenue (penerimaan total) (Rp)
TC = Total Cost (total biaya keseluruhan) (Rp)
Adapun kriteria keuntungan usaha meliputi:
TR < 1, usaha gula merah tebu tidak menguntungkan untuk diusahakan.
TR = 1, usaha gula merah tebu belum menguntungkan.

30
TR > 1, usaha gula merah tebu tebu menguntungkan untuk diusahakan.
Untuk biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus : TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Biaya total usaha gula merah tebu (Rp)
TFC = Biaya tetap usaha gula merah tebu (Rp)
TVC = Biaya variabel gula merah tebu (Rp)

Untuk menghitung penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :
Rumus : TR= Q x P
Keterangan :
TR = Penerimaan total usaha gula merah tebu (Rp)
P = Harga produk gula merah tebu (Rp/kg)
Q = Jumlah produk gula merah tebu (kg)

2. Analisis R/C-ratio
Untuk mengetahui kelayakan usaha gula merah tebu digunakan pendekatan R/C
ratio. Menurut Sukirno (2001), formulasinya adalah sebagai berikut:
Total Re venue (TR )
R/C=
Total Cost (TC )
P.Q
=
T FC+TVC

keterangan:

R = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)


TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
P = Price (Harga) (Rp)
Q = Quantity (Jumlah Produksi) (Kg)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) (Rp)
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) (Rp)

Untuk menguji Hipotesis maka menggunakan kriteria sebagai berikut :


R-C ratio < 1, usaha gula merah tebu tidak layak untuk diusahakan

31
R-C ratio = 1, usaha gula merah tebu mencapai kondisi titik impas
R-C ratio > 1, usaha gula merah tebu layak untuk diusahakan

3. Analisis Cob Douglas


Analisis yang digunakan dalam mengetahui pengaruh penggunaan faktor
produksi baik secara serempak maupun parsial terhadap produksi gula merah maka
dilakukan teknik analisis dengan menggunakan fungsi produksi model cob-douglas
dengan formula: Y = a X 1b1 X b2 2 X b3 3
Keterangan:
Y = Produksi gula merah tebu
a = konstanta
b1-b3 = koefisien regresi
X1 = harga beli tebu (RP)
X2 = biaya tenaga kerja
X3 = jumlah tebu

Teknik perhitungan dianalisis dengan menggunakan program SPSS, baik


secara serempak maupun secara mandiri. Alat uji yang digunakan untuk menguji
apakah variable bebas (X) secara serempak berpengaruh terhadap variable tidak
bebas (Y) adalah dengan menggunakan uji F.

F hitung =
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika signifikansi > 0,5 (α = 5%), maka keseluruhan variabel independent
memberikan pengaruh pada produksi usaha gula merah tebu (HO ditolak)
b. Jika signifikansi ≤ 0,5 (α = 5%), maka keseluruhan variabel independent tidak
memeberikan pengaruh pada produksi usaha gula merah tebu (HO diterima)
Keterangan :
Ho = tidak ada pengaruh nyata antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi
gula merah tebu
Ha = ada pengaruh nyata antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi tebu
32
Kemudian di lanjutkan dengan regresi uji-t untuk mengetahui masing masing
koefisien regresi sebagai berikut :

t- hitung = sbi =

Keterangan :
Bi = koefisien regresi ke-i
Sbi = standart deviasi ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:


a. Jika signifikansi  0,05 (=5%) maka variabel independen memberikan pengaruh
tidak nyata terhadap variabel dependen (Ho diterima)
b. Jika signifikansi  0,05 (=5%) maka variabel independen memberikan pengaruh
secara nyata terhadap variabel dependen (Ho ditolak)
Hipotesis:
H0 = Koefisien regresi dari faktor produksi tertentu tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi usaha gula merah tebu.
H1 = Koefisien regresi dari faktor produksi tertentu berpengaruh nyata terhadap
produksi usaha gula merah tebu.

4. Analisis SWOT
Untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis yang keempat
tentang strategi pengembangan usaha gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten
Bondowoso yaitu strategi S-O. Strategi S-O adalah strategi yang digunakan untuk
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki Agroindustri UDBumi
Asih.dilakukan dengan cara analisis deskriptif yang diperoleh dari hasil wawancara
dan quisioner analisis untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis
digunakan dalam merumuskan suatu strategi usaha. Tahapan dalam analisis SWOT

33
dalam penyusunan strategi, yaitu terlebih dahulu menyusun analisis faktor internal
yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta analisis faktor
eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang kemudian
dilakukan pemberian bobot dan rating.
Tabel 4. 1 Analisis Faktor Internal (IFAS)
Faktor Internal Bobot Rating Nilai
(Bobot x Rating)
Kekuatan (Strengths)
1.
2.
3.
Kelemahan (Weakness)
1.
2
3.

Tabel 4. 2 Analsis Faktor Eksternal (EFAS)


Faktor Eksternal Bobot Rating Nilai
(Bobot x Rating)
Peluang (Opportunities)
1.
2.
3.
Ancaman (Threats)
1.
2
3.

Keterangan:
1. Pemberian nilai bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala (paling
penting = 1 ) dan (tidak penting = 0).
2. Rating untuk masing-masing faktor kekuatan dan peluang bersifat positif
(semakin besar diberi rating +4, tetapi jika semakin kecil diberi rating +1).

34
Nilai rating kelemahan dan ancaman adalah kebalikannya.Tahap selanjutnya
dilakukan analisis terhadap setiap faktor eksternal dan faktor internal yang ada.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Memberi skala pada kolom rating dari skala 1-4. Variabel yang bersifat positif
(kekuatan dan peluang) diberi nilai 1 sampai dengan 4 (sangat baik). Variabel
yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman) diberi nilai 1 (sangat buruk)
sampai dengan 4.
2. Memberi bobot untuk masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1 (paling
penting) sampai 0 (tidak penting).
3. Kolom dinilai diperoleh dari mengalikan nilai kolom dengan bobot rating.
4. Menjumlah skor nilai pada faktor internal untuk memperoleh nilai IFAS dan pada
faktor eksternal untuk memperoleh nilai EFAS.
5. Memasukkan nilai EFAS dan IFAS pada matrik posisi kompetitif relative untuk
mengetahui kondisi perusahaan serta menentukan strategi yang akan diambil oleh
perusahaan dengan matrik strategi pengembangan.

Tahapan berikutnya yaitu menentukan posisi usaha gula merah pada


agroindustri UD Bumi Asih yang didasarkan pada analisis total skor faktor internal
dan eksternal menggunakan matriks posisi kompetitif relatif sebagai berikut:

35
4 White Area Grey Area

Nilai EFAS
2
Grey Area Black Area

0
4 2 0

Nilai IFAS

Gambar 4. 1 Matriks Posisi Kompetitif Relatif

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui kriteria pengambilan keputusan dari


matriks posisi kompetitif relatif adalah sebagai berikut:

a. Apabila agroindustri gula merah terletak di daerah White Area (bidang kuat-
berpeluang), maka usaha tersebut memiliki peluang yang porspektif dan memiliki
kompetensi untuk mengerjakannya.
b. Apabila agroindustri gula merah terletak di daerah Grey Area (bidang lemah-
berpeluang) maka usaha memiliki peluang yang porspektif, tetapi tidak memiliki
komptensi untuk mengerjakan namun, memiliki peluang pasar yang baik.
c. Apabila agroindustri gula merah terletak di daerah Grey Area (bidang kuat-
terancam), maka usaha tersebut cukup kuat dan memiliki kompetensi untuk
mengerjakannya, tetapi peluang pasar sangat mengancam.
d. Apabila agroindustri gula merah terletak di daerah Black Area (bidang lemah-
terancam) maka usaha tidak memiliki peluang maupun kompetensi dan akan
mengalami kerugian jika tetap menjalankan usahanya.

36
Diketahui posisi matriks kompetitif relatif dapat dilanjut pada tahap
menghasilkan strategi yang tepat yang dapat didukung dengan membuat matriks
internal dan eksternal analisis SWOT sebagai berikut:

Kuat Rata-rata Lemah


3,0 2,0 1,0
4,0 I II III

Tinggi Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan


3,0
EFAS IV V VI
Menengah Stabilitas Pertumbuhan Penciutan
2,0
VII VIII IX
Rendah
Pertumbuhan Pertumbuhan Likuiditas
1,0

Gambar 4. 2 Matriks Internal Eksternal (Rangkuti, 2014).

Keterangan :

Daerah I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertical


Daerah II : Strategi melalui integrasi horizontal
Daerah III : Strategi turn around
Daerah IV : Strategi stabilitas
Daerah V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas
Daerah VI : Strategi divestasi
Daerah VII : Strategi diversifikasi konsentrif
Daerah VIII : Strategi diversifikasi konglomerat
Daerah IX : Strategi likuidasi atau bangkrut
Setelah diketahui posisi kompetitif relatif perusahaan, selanjutnya penentuan
alternatif strategi menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT digunakan untuk

37
menentukan strategi yang tersusun dari 4 strategi utama yaituSO, WO, ST, dan WT
yang ditunjukkan pada Tabel 4.3

Tabel 4. 3 Matriks Analisis SWOT (Rangkuti, 2014).

IFAS
Strengths (S) Weaknees (W)
EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Berdasarkan Tabel 4.3 mengenai Matriks Analisis SWOT dapat dijelaskan bahwa:

a. Strategi SO (Strengths-Opportunities) yaitu menggunakan seluruh kekuatanuntuk


memanfaatkan peluang.
b. Strategi ST (Strengths-Threats) yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
menghindari ancaman
c. Strategi WO (Weakness-Opportunities) yaitu memanfaatkan peluang yangada
dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.
d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) yaitu kegiatan yang bersifat defensif
danditujukan untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

4.6 Definisi Operasional Variabel

1. Agroindustri gula merah tebu adalah suatu usaha yang memanfaatkan hasil
pertanian dari tanaman tebu sebagai bahan baku yang kemudian mengolah
bahan baku tebu untuk menghasilkan produk gula merah
2. Nira tebu adalah cairan yang manis yang diperoleh dari batang tanaman tebu
untuk menghasilkan produk gula merah (Liter)
3. Gula merah tebu merupakan hasil olahan dari nira tebu dengan cara diuap
dandicetak dengan berbentuk padat dan berwarna kecoklatan (kg)
4. Output merupakan hasil dari proses produksi yaitu gula merah tebu diukur
dalam satuan kilogram (kg)

38
5. Input Bahan Baku adalah bahan baku tebu yang digunakan untuk
menghasilkan gula merah tebu dalam satuan (kg/produksi)
6. Input Tenaga Kerja adalah tenaga kerja yang digunakan dalam
memproduksigula merah tebu dalam satuan HOK
7. Harga Produk adalah nilai yang harus dikorbankan untuk memperoleh
gulamerah tebu dalam satuan rupiah (Rp)
8. Upah Tenaga Kerja adalah upah yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga
kerja per satu hari orang kerja (HOK), yang diukur dalam satuan Rp/HOK
9. Produksi gula merah tebu adalah seluruh hasil gula merah tebu yangdihasilkan
dari kegiatan agroindustri yang dinyatakan dalam bentuk padatandengan
satuan kilogram(kg)
10. Keuntungan adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya
produksi,diukur dalam satuan rupiah (Rp).
11. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan pengusaha selamaproses
produksi gula merah, yaitu biaya tetap dan biaya variabel yangdinyatakan
dalam satuan rupiah(Rp)
12. Analisis SWOT adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
peluang dan ancaman dalam melakukan kegiatan agroindustri yang mengacu
pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Agroindustri UD Bumi Asih
yang menghasilkan gula merah tebu serta merancang alternatif strategi
yangdigunakan.
13. Strategi adalah langkah-langkah bagi pengembangan usaha gula merah
tebuAgroindustri UD Bumi Asih dalam jangka waktu pendek dan panjang.
14. Harga adalah harga dari gula merah tebu yang diproduksi Agroindustri UD
Bumi Asih Wonokusumo dinyatakan dalam satuan Rupiah(Rp)
15. Harga jual adalah harga gula merah tebu yang ditetapkan oleh Agroindustri
UD Bumi Asih Wonokusumo kepada konsumen dalam satuan rupiah (Rp)/Kg

39
16. Harga beli adalah harga gula merah tebu yang dibayarkan oleh konsumen
kepada produsen Agroindustri UD Bumi Asih atas barang yang dibeli
dalamsatuan rupiah (Rp)/Kg
17. S (Strength) merupakan kekuatan yang bersumber dari dalam AgroindustriUD
Bumi Asih yaitu dari kondisi internal agroindustri gula merah tebu
18. W (Weakness) merupakan kelemahan yang bersumber dari dalamAgroindustri
UD Bumi Asih
19. O (Opportunity) merupakan peluang yang berasal dari luar Agroindustri
UDBumi Asih dan memberikan peluang bagi agroindustri gula merah tebu
20. T (Threat) merupakan ancaman yang berasal dari luar Agroindustri UD
BumiAsih dan memberikan ancaman bagi agroindustri gula merah tebu

40
III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Daerah Kabupaten Bondowoso

Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten dalam Provinsi Jawa


Timur yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Ibukotanya adalah Bondowoso.
Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis
berada pada koordinat antara 113°48′10″ – 113°48′26″ BT dan 7°50′10″ – 7°56′41″
LS. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 °C
– 25,10 °C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya
Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan
Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di
sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser
dan Gunung Bendusa. Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah:
Wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian
tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa
pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen).
Secara administratif, wilayah Kabupaten Bondowoso terbagi menjadi 23
Kecamatan, 10 Kelurahan dan 209 desa. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Bondowoso adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo
Sebelah Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo
Sebelah Selatan : Kabupaten Jember
Sebelah Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis.
Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara
yang menghubungkan antar provinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan.

41
5.2 Kondisi Geografis Daerah Penelitian

Desa Wonokusumo secara administratif termasuk kedalam Kecamatan Tapen


Kabupaten Bondowoso. Desa Wonokusumo memiliki luas wilayah seluas 10,81 Km2,
untuk lahan pertanian dan perkebunan seluas 986 Ha terdiri dari sawah 198 Ha dan
tegal 598 Ha. Desa Wonokusumo terletak pada ketinggian ± 300 – 400 mdpl dengan
topografi perbukitan dan berupa hamparan lahan datar. Batas-batas wilayah desa
Wonokusumo adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Mangli Wetan
Sebelah Selatan : Desa Sukosari Lor
Sebelah Barat : Desa Bendoarum
Sebelah Timur : Desa Nogosari
Desa Wonokusumo terletak di paling selatan yang berbatasan dengan
Kecamatan Sukosari. Desa Wonokusumo memiliki 7 dusun. yaitu Dusun Krajan I,
Dusun Krajan II, Dusun Kemirian, Dusun Lebak, Dusun Dawuhan, Dusun Timur
Jaya, dan Dusun Soklak. Berdasarkan potenis desa yang ada, perekonomian di Desa
Wonokusumo masih mengandalkan sektor pertanian. Mayoritas penduduk di Desa
Wonokusumo bekerja dalam sektor pertanian.

5.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk Desa Wonokusumo terdiri atas dua suku yaitu Suku Madura dan
Suku Jawa. Dalam berkomunikasi masyarakat Desa Wonokusumo menggunakan tiga
bahasa di antaranya Bahasa Madura, Jawa, dan Bahasa Indonesia, akan tetapi paling
sering digunakan yaitu Bahasa Madura. Sebaran penduduk Desa Wonokusumo
merupakan warga negara asli Indonesia dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Data penduduk Desa Wonokusumo berdasarkan jenis kelamin dapat di
lihat pada Tabel 5.1.

42
Tabel 5. 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Wonokusumo,
Kecamatan Tapen Tahun 2020
N
Jenis Kelamin Jumlah penduduk Persentase (%)
o
1 Laki – laki 2.262 48,73
2 Perempuan 2.379 51,27
Jumlah 4.641 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso (2021).
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat di ketahui bahwa jumlah penduduk keseluruhan
di Desa Wonokusumo 4.641 jiwa yang terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki
2.262 atau sebesar 48,73% jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan 2.379 atau
sebesar 51,27% jiwa. Dari data penduduk laki-laki dan perempuan maka cukup
berpotensi dalam melakukan usahatani dikarenakan dalam melakukan usahatani di
butuhkan tenaga kerja laki-laki maupun perempuan untuk mendukung berjalannya
sebuah usahatani

5.4 Sarana Pendidikan

Untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia (SDM) yang baik, maka
perlu adanya sebuah dorongan dan fasilitas memadai seperti, kemudahan untuk
mencapai pada sarana pendidikan, Desa Wonokusumo dalam kemudahan untuk
mencapai sarana pendidikan dapat di lihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5. 2 Jumlah Sekolah di Desa Wonokusumo Tahun 2020.

N
Tingkat Pendidikan Jumlah Akses
o
1 SD 4 Mudah
2 SMP 1 Mudah
3 SMA 1 Mudah
4 Perguruan Tinggi 0 Mudah
Sumber : (BPS Kabupaten Bondowoso, 2021).
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat kita ketahui bahwa sarana pendidikan yang ada
di Desa Wonokusumo memadai dengan dukungan sarana pendidikan dari tingkat SD

43
sampai dengan perguruan tinggi mudah untuk dicapai, sehingga bisa meningkatkan
SDM masyarakat di daerah tersebut.

5.5 Potensi Daerah

Potensi daerah adalah segala sumber daya yang ada pada suatu daerah
diantaranya sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA), sumber daya
tersebut sebagai modal dasar suatu daerah untuk dapat dikelola dan di kebangkannya.
Data potensi yang ada pada daerah Desa Wonokusumo dapat di lihat dibawah ini
pada Tabel 5.3. .
Tabel 5. 3 Potensi Daerah di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen tahun 2020.

No Jenis Potensi
1. Tanaman Pangan Padi, jagung, kacang hijau, kedelai
2. Perkebunan Tembakau, tebu, kelapa, kopi
3. Tanaman buah Mangga, pisang, dan pepaya
4. Peternakan Sapi, ikan, kambing, ayam, itik
5. Kehutanan Pinus
6. Industri Gerabah, anyaman, makanan,
7. Perdagangan Warung atau kedai
Sumber : BPS Kabupaten Bondowoso (2021).
Pada Tabel 5.3 dapat di jelaskan bahwa di Desa Wonokusumo mempunyai
banyak potensi yang dapat di kembangkan antara lain tanaman pangan, tanaman
perkebunan, tanaman buah, peternakan, kehutanan, industri, dan perdagangan, akan
tetapi paling banyak di kembangkan di Desa Wonokusumo yaitu pada tanaman
perkebunan dan tanaman pangan. Tanaman perkebunan yang mayoritas
dikembangkan oleh masyarakat di Desa Wonokusumo yaitu tanaman tebu, tembakau
dan kopi.

44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Profil Agroindustri Gula Merah Tebu UD. Bumi Asih

Agroindustri UD Bumi Asih merupakan salah satu agroindustri yang


mengolah bahan baku tebu menjadi gula merah tebu, dimana yang kita tahu biasanya
tebu digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan gula pasir. Agroindustri UD
Bumi Asih berdiri sejak tahun 2011 yang dipimpin oleh pemilik agroindustri yaitu
Bapak Mahrus yang di bantu 6 orang tenaga kerja. Agroindustri UD Bumi Asih
berlokasi di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso.
Agroindustri UD Bumi Asih memproduksi gula merah dengan berbahan dasar tebu
dikarenakan untuk meningkatkan diversifikasi tebu selain diolah menjadi gula pasir.

6.1.1 Lokasi Agroindustri Gula Merah Tebu UD. Bumi Asih

Agroindustri UD Bumi Asih berada di Desa Wonokusumo Kecamatam Tapen


Kabupaten Bondowoso. Lokasi Agroindustri ini berada di tengah-tengah pemukiman
warga Desa Wonokusumo. Bagian barat, timur, utara dan selatan agroindutri ini di
batasi oleh rumah penduduk. Bangunan agroindustri UD Bumi Asih terdiri dari ruang
penyimpanan tebu, ruang produksi dan ruang pengemasan gula merah tebu. Lokasi
pengolahan gula merah tebu tidak berada dalam satu lingkungan dengan rumah dari
pemilik agroindustri gula merah tebu. Lokasi agroindustri UD Bumi Asih terletak
strategis di daerah yang merupakan desa produksi terbanyak di daerah Kabupaten
Bondowoso dan menjadikan agroindustri ini satu satunya usaha yang memproduksi
gula merah dari bahan baku tebu. Akses untuk menuju UD Bumi Asih sangat mudah
karena jalan di daerah wonokusumo sudah sangat baik. Berikut penjelasan mengenai
pengambilan keputusan dalam penentuan lokasi pabrik diantaranya :
1. Sumber Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam suatu kegiatan agroindustri.
Agroindustri gula merah UD Bumi Asih memiliki lokasi yang strategis
45
dimana agroindustri sangat dekat dengan keberadaan bahan baku. Desa
Wonokusumo merupakan sentra daerah tebu di Kabupaten Bondowoso.
Kondisi ini menyebabkan ketersediaan tebu juga banyak tersedia di lokasi
agroindustri.
2. Tenaga Kerja
Pendirian agroindustri pada lokasi tertentu akan mempertimbangkan apakah
tenaga kerja tersedia dengan cukup dari segi jumlah maupun dari segi
kualitasnya. Pemilihan lokasi agroindustri gula merah UD Bumi Asih juga
didukung dengan tersedianya tenaga kerja lokal di sekitar lokasi agroindustri.
Lokasi agroindustri yang berada di pinggir kota menyebabkan tingkat upah
bagi pekerja juga tidak terlalu besar sehingga masih sesuai dengan biaya
operasi agroindustri. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri gula merah UD
Bumi Asih sebanyak 6 orang yang semuanya adalah laki-laki. Agroindustri
gula merah UD Bumi Asih memiliki jam kerja yaitu 8 jam perhari dimulai
dari pukul 7 pagi hingga 3 sore selama 6 hari kerja. Tenaga kerja telah
ditetapkan pada masing-masing kegiatan produksi sesuai dengan tugasnya
masing-masing, akan tetapi pada kondisi tertentu dalam proses produksi
tenaga kerja saling membantu tenaga kerja lain apabila dibutuhkan. Upah
yang diberikan kepada tenaga adalah harian namun, sistem pembayarannya
adalah setiap minggu dimana perhari upah tenaga kerja sebesar Rp. 70.000.

6.1.2. Struktur Organisasi Agroindustri Gula merah UD Bumi Asih

Struktur organisasi merupakan susunan pada suatu perusahaan dalam


menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan. Struktur
organisasi disusun untuk menentukan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing bagian dalam menjalankan tugasnya dengan harapan kegiatan dalam
suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi pada agroindustri

46
UD Bumi Asih berada di bawah pengawasan langsung oleh pemilik agroindustri.
Struktur organisasi UD Bumi Asih dapat dilihat pada gambar 6.1

Pemilik Agroindustri
(Mahrus)

Bagian Pengangkatan Bagian Bagian Bagian


Tebu dan Pemasakan Pencetakan Pengemasan dan
Penggilingan (Trisno (Abdullah) (Solihuddin dan Pemasaran
dan Markeso) Berly) (Rusdi)

Gambar 6. 1 Struktur Organisasi Agroindustri Gula Merah


UD Bumi Asih (Dokumen Agroindustri 2019)

Berdasarkan Gambar 6.1 dapat diketahui Agroindustri gula merah UD Bumi


Asih memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana. Struktur organisasi UD
Bumi Asih di pimpin oleh pemilik agroindustri yaitu Bapak Mahrus. Pemilik
agroindustri UD Bumi Asih selaku pimpinan membawahi bagian diantaranya yaitu 2
orang bagian pengangkatan tebu dan penggilingan, 1 orang bagian pemasakan, 2
orang bagian pencetakan dan 2 orang bagian pengemasan dan pemasaran. Tugas dari
seorang pimpinan sendiri yaitu mengawasi jalannya usaha gula merah tersebut.
Bagian pengangkatan tebu bertugas untuk mengangkat tebu dari truck ke bagian
pengolahan. Bagian pemasakan bertugas untuk mengolah bahan baku tebu menjadi
produk gula merah. Bagian pencetakan yaitu mencetak hasil pemasakan nira tebu.
Bagian pengemasan dan pemasaran bertugas untuk mengemasi hasil cetakan gula
merah tebu dan siap untuk dipasarkan ke pasar-pasar daerah Bondowoso.

6.2 Pengadaan Bahan Baku Gula Merah Tebu pada UD Bumi Asih

47
Kegiatan pengadaan bahan baku merupakan kegiatan yang sangat penting
pada suatu agroindustri, termasuk pada agroindustri gula merah tebu di UD Bumi
Asih. Hal ini dikarenakan bahan baku merupakan faktor utama dalam pembuatan
suatu produk pada agroindustri. Tebu yang digunakan dalam memproduksi gula
merah didapatkan dari kerjasama dengan petani sekitar dan kelompok tani
Wonokusumo. Dalam satu musim giling (133 hari) agroindustri memasok bahan baku
dari kelompok tani tebu yang memiliki luas lahan sebesar 27 ha. Agroindustri gula
merah UD Bumi Asih melakukan konsep penyediaan bahan baku secara
berkesinambungan
Agroindustri UD Bumi Asih dalam memproduksi gula merah tebu dalam satu
kali produksi perhari membutuhkan 10 ton tebu, dimana dalam satu minggu
agroindustri gula merah UD Bumi Asih melakukan produksi dalam 6 hari. Biaya
pembelian bahan baku per kwintal adalah sebesar Rp 58.000 sampai Rp 70.000/kw di
setiap periode harga tebu berbeda menyesuaikan tingkat rendemen tebu. Ketersediaan
bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan mempengaruhi produktivitas
agroindustri dalam memproduksi gula merah. Bahan baku yang diperoleh
agroindustri UD Bumi Asih melalui petani tebu dengan memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan agroindustri UD Bumi Asih yaitu tebu memiliki kualitas dan
kematangan tebu yang baik.

6.3 Tahapan Proses Pengolahan Gula Merah Tebu pada Agroindustri UD


Bumi Asih

Kegiatan pengolahan merupakan kegiatan yang tidak kalah penting dengan


kegiatan pengadaan bahan baku pada agroindustri gula merah tebu UD Bumi Asih.
Kegiatan pengolahan bahan baku yang dilakukan dengan baik, maka hasil produksi
akan memberikan nilai tambah dan perolehan pendapatan. Agroindustri gula merah
memiliki potensi pengembangan yang baik untuk melakukan kegiatan pengolahan
bila dilihat dari segi ketersediaan bahan baku. Terdapat rangkaian dalam pengolahan
gula merah tebu yang terbagi menjadi beberapa tahapan pengolahan yang meliputi
48
penggilingan tebu, penyaringan, pemurnian, pemasakan dan pencetakan. Berikut ini
diagram pembuatan gula merah tebu pada agroindustri UD Bumi Asih pada gambar
6.2.

Batang Tebu

Penggilingan

Penyaringan Nira

Pemurnian/penjernihan
awal dengan pemanasan Larutan Kapur
awal hingga nira 0,02%
mendidih

Nira Jernih

Pemasakan Nira dengan


Suhu 100-110C

Pencetakan

Pengemasan Gula Merah


Tebu

Gambar 6. 2 Proses Pengolahan Gula Merah Tebu UD Bumi Asih

a) Penggilingan
Kapasitas tebu dalam satu kali proses produksi adalah rata-rata 10 ton
per/hari. Batang tebu yang baru diturunkan dari truck dibersihkan terlebih

49
dahulu sebelum dilakukan penggilingan. Pada proses penggilingan tebu pada
groindustri UD Bumi Asih dilakukan dengan menggunakan 2 mesin pemeras
yang digerakan oleh diesel dimana hasil nira akan ditampung oleh bak
penampung. Hasil pemerasan ini menghasilkan ampas tebu dan nira.

Gambar 6. 3 Proses Penggilingan Tebu

b) Penyaringan Nira
Penyaringan nira dilakukan untuk meningkatkan kualitas gula merah yang
akan dihasilkan agroindustri UD Bumi Asih. Agroindustri gula merah tebu
mampu mengolah nira rata-rata 10 ton tebu (setara kurang lebih 3.500 liter).
Penyaringan nira yang dihasilkan dari penggilingan tebu dilakukan untuk
memisahkan dan membersihkan nira dari kotoran-kotoran sisa dari proses
penggilingan. Penyaringan nira menggunakan alat konvensional yaitu dengan
menggunakan kain yang langsung dialirkan ke bak penampung nira panjang
bak penampung 300 cm lebar 150 cm tinggi 100 cm bisa menampung nira
kurang lebih 2500 liter nira.
c) Pemurnian Nira
Pada awal pemurnian nira, nira yang dari bak penampung nira disalurkan ke
bak pemanas penampung nira menggunakan alat penyedot atau biasa disebut
dap untuk bak pemanas penampung nira panjang 300 cm lebar 150 cm tinggi
40 cm kapasitas bak pemanas penampung nira yaitu kurang lebih 2000 nira

50
yang terbuat dari besi berlapis plateser stainless diatas tungku, model tungku
yang dibangun yaitu dengan model bertingkat dimulai dari tingkat yang paling
atas yaitu bak pemanas penampung nira selanjutnya tingkat dibawahnya yaitu
8 wajan pemanas dan 2 wajan pengentalan. setelah nira dimasukan kedalam
10 wajan nira ditambah air kapur sebanyak 0,67 kg untuk satu wajan nira.
Pemberian air kapur pada saat pemasakan dengan suhu tinggi (>70C)
bertujuan untuk meningkatkan pH nira dan juga memisahkan kotoran-kotoran
seperti tanah dan serat-serat halus batang tebu yang ikut bersama nira.
Kotoran-kotoran yang terpisah dan mengapung di atas nira kemudian dibuang.
d) Pemasakan Nira
Nira hasil pemurnian dialirkan melalui selokan di pinggir wajan, selokan
aliran nira dilapisi plateser stainless. Nira tersebut dialiri kedalam 10 wajan
yang terbuat dari besi dan berdiameter 150 cm. Kapasitas nira dalam satu
wajan rata-rata 250-300 liter yang diolah, kemudian dipanaskan untuk 8 wajan
pemasakan di panaskan pada suhu (>70C) untuk wajan pengentalan
dipanaskan pada suhu sekitar 110-120C selama dua sampai tiga jam untuk
tahap awal sambil dilakukan pengadukan. Sebelum dilakukan pemasakan 2
wajan untuk pengentalan wajan diberikan minyak kelapa dengan tujuan gula
merah saat mengental tidak lengket ke wajan. Kemudian pada saat nira yang
sudah mengental dialirkan lagi ke bak kayu agar cepat dingin pada saat proses
pencetakan bak kayu tersebut berdiameter 300 cm 50 cm. Untuk 2 wajan
pengentalan tadi yang sudah kosong kemudian dimasukkan nira lagi dari
wajan sebelumnya secara berurutan untuk tahap ini pemasakannya lebih cepat
dikarenakan dari wajan yang sebelumnya sudah panas hanya membutuhkan
waktu 30 – 60 menit.

51
Gambar 6. 4 Proses Pemasakan Nira

e) Pencetakan
Nira pekat yang sudah hampir mengental yang telah masak selanjutnya
dituangkan kedalam alat cetak dimana UD Bumi Asih memiliki 1000 alat
cetak. Alat cetak yang digunakan yaitu alat cetak menggunakan batang bambu
memilik 500 alat cetak dan cetakan menggunakan batok kelapa memiliki 500
alat cetak. Gula merah kental dituang kedalam cetakan, gula yang telah berada
didalam cetakan dibiarkan mengental hingga mengeras dan mengering waktu
dari mengental hingga mengeras dan mengering hanya membutuhkan waktu
10-15 menit. Kemudian dilakukan pengemasan untuk siap dijual.

Gambar 6. 5 Proses Pencetakan Gula Merah Tebu

52
f) Pengemasan
Gula merah yang sudah dicetak dan sebelum dipasarkan dilakukan
pengemasan sederhana. Pengemasan dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja.
Pengemasan gula merah dilakuan secara langsung setelah gula merah jadi.
Pengemasan hanya dilakukan dengan menggunakan plastik yang di press
biasa tanpa adanya label produk dari gula merah tebu dimana 1 kg terdapat 5
gula merah untuk yang dari pencetakan batang bambu dan untuk pencetakan
dari batok kelapa dimana 1 kg terdapat 2 gula merah. Untuk pengemasan yang
akan dikirmkan pada pabrik kecap dikemas dalam 10 kg gula merah. Setelah
dilakukan pengemasan maka gula merah tebu siap untuk dipasarkan. Gula
merah yang sudah selesai dikemas kemudian disusun secara rapi untuk
disimpan terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Dari bahan bahan baku rata-rata
10 ton tebu menghasilkan kurang lebih 3.500 liter nira yang kemudian
menghasilkan 800 kg hingga 1250 kg gula merah tebu tergantung tingkat
kematangan tebu yang baik.

Gambar 6. 6 Pengemasan Gula Merah Tebu

6.4 Analisis Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

6.4.1 Biaya Agroindustri Gula Merah Tebu

Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha terdiri dari biaya tetap
dan biaya variable. Biaya tetap adalah yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan
alat dan biaya peralatan. Sedangkan biaya variable adalah biaya yang terdiri dari

53
bahan baku utama yaitu tebu dan bahan lainnya yaitu minyak kelapa, air kapur, kayu
bakar, solar dan plastik ukuran 5 kg.
Secara terperinci biaya usaha gula merah tebu yaitu dalam 10 periode
disajikan pada Tabel 6.1 berikut:
Tabel 6. 1 Biaya Produksi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso
No Periode Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya
(Rp) (Rp) (Rp)
1 01 - 15 Juni 2021 157.970 83.995.500 84.153.470
2 16 - 30 Juni 2021 157.970 86.454.000 86.611.970
3 01 - 15 Juli 2021 157.970 86.668.500 86.826.470
4 16 - 31 Juli 2021 157.970 96.732.500 96.890.470
5 01 - 15 Agustus 2021 157.970 92.209.500 92.367.470
6 16 - 31 Agustus 2021 157.970 103.045.500 103.203.470
7 01 - 15 September 2021 157.970 97.536.000 97.693.970
8 16 - 30 September 2021 157.970 97.594.500 97.752.470
9 01 - 15 Oktober 2021 157.970 97.064.100 97.222.070
10 16 - 31 Oktober 2021 157.970 107.447.500 107.605.470
Total Biaya 1.579.700 948.747.600 950.327.299
Rata-rata Biaya 157.970 94.874.760 95.032.729.9
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.

Berdasarkan pada Tabel 6.1, menunjukan bahwa penggunaan total biaya rata-
rata agroindustri gula merah tebu produksi sebesar Rp. 950.327.299 selama lima
bulan atau sepuluh periode proses produksi, biaya tetap sebesar Rp. 1.579.700 dan
biaya variabel sebesar Rp. 948.747.600, berdasarkan dari perhitungan biaya tetap
yaitu penyusutan alat, biaya penyusutan alat memiliki nilai biaya yang paling kecil
yaitu Rp. 1.579.700 selama lima bulan sepuluh periode produksi dari total biaya
keseluruhan, selanjutnya yang termasuk biaya variabel diantaranya tebu, air kapur,
kayu bakar, solar, plastik ukuran 5 kg, minyak kelapa, biaya lain-lain, dan tenaga
kerja dengan total sebesar Rp 948.747.600. sepuluh periode produksi selama lima
bula dari total biaya keseluruhan. Dari total biaya keseluruhan pada periode satu
memiliki nilai biaya yang paling kecil yaitu Rp. 84.153.470 dan untuk total biaya
keseluruhan pada periode sepuluh memiliki nilai yang paling besar yaitu Rp.

54
107.605.470 hal ini dikarenakan pada periode sepuluh naiknya harga tebu relatif
tinggi disebabkan oleh stok tebu dari petani mulai sedikit.

6.4.2 Keuntungan Usaha Gula Merah Tebu

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan biaya, penerimaan adalah


total hasil yang diterima pelaku usaha dalam jumlah hasil produksi yang dihasilkan.
Penerimaan diperoleh dari perkalian jumlah produksi dengan harga produk ditingkat
pasar. Makin besar jumlah produksi yang dihasilkan maka semakin besar pula
penerimaan yang akan didapatkan oleh pelaku usaha, akan tetapi jika jumlah produksi
yang dihasilkan tinggi, namun jika harga produk menurun maka penerimaan yang
akan diterima oleh pelaku usaha akan kecil. Penerimaan yang di peroleh oleh pelaku
usaha berasal dari perkalian antara produksi selama sepuluh periode produksi (5
bulan) dengan harga jual produk.
Tujuan akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan agroindustri gula merah
tebu adalah memperoleh keuntungan setinggi mungkin. Keuntungan tidak hanya
ditentukan oleh tingginya produksi, akan tetapi ditentukan oleh harga dan besar biaya
yang dikeluarkan.
Untuk mengetahui rata-rata keuntungan yang diperoleh agroindustri gula
merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso dapat dilihat pada Tabel 6.2
sebagai berikut :

55
Tabel 6. 2 Rata-rata Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso
Produks Harga Penerimaan Biaya Keuntungan
No Periode i (Rp/kg) (Rp) (Rp) (Rp)
(kg)
1 01-15 Juni 10.530 10.500 110.565.000 84.153.470 26.411.530
2 16-30 Juni 10.725 10.500 112.612.500 86.611.970 26.000.530
3 01-15 Juli 11.440 10.500 120.120.000 86.826.470 33.293.530
4 16-31 Juli 13.230 10.500 138.915.000 96.890.470 42.024.530
5 01-15 Agustus 13.910 10.500 146.055.000 92.367.470 53.687.530
6 16-31 Agustus 16.940 10.500 177.870.000 103.203.470 74.666.530
7 01-15 September 15.665 10.500 164.482.500 97.693.970 66.788.530
8 16-30 September 15.860 10.500 166.530.000 97.752.470 68.777.530
9 01-15 Oktober 14.092 10.500 147.966.000 97.222.070 50.743.930
10 16-31 Oktober 14.280 10.500 149.940.000 107.605.470 42.334.530
Total 136.672 10.500 1.435.056.000 950.327.299 484.728.700
Rata-rata 13.667.2 1.050 143.505.600 95.032.729.9 48.472.870
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.

Pada Tabel 6.2 menunjukkan bahwa rata-rata agroindustri gula merah tebu di
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso memproduksi 10 periode tersebut sebesar
136.672 kg dengan harga 10.500/kg dengan penerimaan sebesar Rp. 1.435.056.000
dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 950.327.299 dan memperoleh keuntungan
Rp. 484.728.700. pada periode enam memiliki tingkat keuntungan yang paling besar
yaitu Rp. 74.666.530 dari hasil produksi 16940 kg hal ini dikarenakan hasil produksi
yang banyak serta faktor kematangan tebu yang baik sehingga nira yang dihasilkan
untuk produksi tersebut banyak menghasilkan produksi yang baik dan keuntungan
yang diperoleh semakin besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rina, T, P,. Sundari, M, T.
& Setyowati (2021) menunjukan bahwa keuntungan industri rumah tangga gula
merah dan gula semut di Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen menunjukan nilai
tambah (hasil) yang diperoleh. Hal ini menjadi tujuan utama dari setiap produsen gula

56
merah maupun gula semut. Rata-rata keuntungan pada usaha pembuatan gula merah
sebesar Rp 311.374,00 sedangkan untuk gula semut sebesar Rp 1.257.071.
Berdasarkan konsep keuntungan, baik usaha pembuatan gula merah ataupun gula
semut dikatakan menguntungkan karena hasil pengurangan penerimaan denga biaya
total bernilai positif.

6.5 Analisis Efisiensi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih


Kabupaten Bondowoso

Tingkat keberhasilan agroindustri gula merah tebu dapat dilihat dari efisiensi
penggunaan biaya, apabila pelaku usaha memperoleh keuntungan yang tinggi dari
usaha gula merah tersebut, dan keuntungan tersebut melebihi biaya produksi yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha selama proses produksi maka dapat dikatakan
agroindustri gula merah tebu yang dilakukan menguntungkan dan biaya yang
dikeluarkan efisien.

Analisis R/C merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat efisiensi
biaya suatu usaha. Efisiensi adalah tingkat perbandingan antara penerimaan dengan
biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi usaha gula merah tebu. Usaha
gula merah tebu dikatakan efisien apabila nilai perbandingan yang diperoleh antara
penerimaan dengan biaya lebih dari satu (1). (R/C > 1), dikatakan tidak efisien
apabila kurang dari satu (1). (R/C < 1), dan jika nilai (R/C = 1) maka penggunaan
biaya produksi belum efisien. Nilai efisiensi biaya usaha gula merah tebu di UD
Bumi Asih Kabupaten Bondowoso disajikan pada Tabel 6.2 sampai 6.3:

57
Tabel 6. 3 Rata-rata Efisiensi Biaya Usaha Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso Tahun 2021
Penerimaan Biaya
No Periode R/C
Rp Rp
1 01-15 Juni 110.565.000 84.153.470 1,31
2 16-30 Juni 112.612.500 86.611.970 1,30
3 01-15 Juli 120.120.000 86.826.470 1,38
4 16-31 Juli 138.915.000 96.890.470 1,43
5 01-15 Agustus 146.055.000 92.367.470 1,58
6 16-31 Agustus 177.870.000 103.203.470 1,72
7 01-15September 164.482.500 97.693.970 1,68
8 16-30 September 166.530.000 97.752.470 1,70
9 01-15 Oktober 147.966.000 97.222.070 1,52
10 16-31 Oktober 149.940.000 107.605.470 1,39
Jumlah 1.435.056.000 950.327.299 15,03
Rata-rata 143.505.600 95.032.729.9 1,50
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.
Tabel 6.3 menunjukan bahwa nilai R/C yang paling besar dihasilkan pada
periode enam sebesar 1,72 artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1 akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,72 atau pengeluaran biaya sebesar Rp 1.000
akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,720 dan untuk nilai R/C yang paling
kecil pada periode dua sebesar 1,30 artinya setiap pengeluaran biaya ssebesar Rp 1
akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,30 atau pengeluaran biaya sebesar Rp
1.000 akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,300. Sesuai pada Tabel 6.3 besarnya
nilai R/C yang diperoleh pelaku usaha lebih dari satu (R/C > 1), maka dapat
dikatakan pada periode satu sampai periode sepuluh bahwa usaha gula merah tebu di
UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso sudah efisien.
Hasil ini di dukung oleh peneliti sebelumnya menurut Ayesha, I. (2017)
menunjukan bahwa menilai efisiensi usaha gula merah tebu dilakukan dengan

58
menganalisis dari 2 aspek, yaitu: 1) analisis efisiensi berdasarkan pendapatan tunai,
dan 2) analisis efisiensi berdasarkan pendapatan total. Analisis dengan cara pertama
ini dilakukan dengan membandingkan antara pendapatan (revenue) tunai dengan
biaya (cost) tunai. Hasil perhitungan diperoleh nilai R/C rasio sebesar 2,04 (lebih
besar dari 1). Berdasarkan kriteria R/C rasio, maka nilai ini mengindikasikan bahwa
usaha gula merah tebu yang dilakukan oleh perajin di Desa Lindung Jaya sudah
efisien.

6.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Gula Merah Tebu di UD


Bumi Asih Kabupaten Bondowoso

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah output atau produk. Jumlah
produksi akan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan teknologi yang
digunakan. Hubungan antara jumlah penggunaan input dan produksi yang dihasilkan,
pada tingkat teknologi tertentu disebut fungsi produksi, input sering pula disebut
dengan korbanan atau faktor produksi, karena faktor produksi tersebut di korbankan
untuk menghasilkan produksi. Untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan
pengetahuan tentang hubungan antara faktor produksi dan produksi.
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi gula merah tebu di
UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso adalah harga beli tebu, tenaga kerja.
Berdasarkan hasil faktor-faktor yang mempengaruhi produksi agroindustri gula
merah tebu dapat dilihat pada Tabel 6.4 sebagai berikut:

59
Tabel 6. 4 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Gula
Merah Tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso Tahun 2021
Variabel Parameter Koefisien Std. Eror T Signifikansi
Regresi
Konstanta β0 12,382 8,380 1,478 0,190
Harga Beli Tebu (X1) β1 2,213 553 4,003 0,007*
Tenaga Kerja (X2) β2 -0,134 1,418 -0,094 0,928ns
Jumlah Tebu (X3) β3 -1,721 1,441 -1,194 0,278ns
Multiple R Se 0,882
R Square R2 0,779
Adjusted Square R2 0,668
Standard Eror 09711
F-Hitung 7.041
F Tabel 4.46
t Tabel 2.447
N 10
Keterangan: (*) = signifikan pada α0,05; ns = tidak signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.

Berdasarkan hasil analisis regresi bahwa produksi agroindutri gula merah tebu
dipengaruhi oleh faktor jumlah tebu, tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari F hitung
(7.041) dan angka F Tabel pada taraf uji α 5%, adalah 4.46 yang menunjukan F
hitung > F Tabel sehingga disimpulkan secara simultan ke-3 variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel produksi gula merah tebu. Untuk Adjusted
R square mengandung arti bahwa harga tebu berpengaruh terhadap produksi untuk
tenaga kerja dan jumlah tebu berpengaruh terhadap produksi adjusted R square
sebesar 0,668. Sisanya 0,332 dipengaruhi oleh variabel lain diluar model regresi ini
yaitu kapasitas mesin giling, jumlah alat cetak dan jumlah kayu bakar.
Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi produksi maka, persamaan fungsi
produksi linier agroindustri gula merah tebu dengan metode cobb-douglas dapat
dirumuskan :
Y = 12.382 X12.213X2-134X3-1.721
Apabila dilihat dari nilai koefisien regresi parsial yang menggunakan full-
model, maka faktor produksi harga tebu berpengaruh secara signifikan terhadap

60
produksi gula merah tebu. Sementara dari variabel jumlah tebu dan tenaga kerja
berpengaruh tidak signifikan.
a. Nilai Konstanta
Hasil persamaan regresi dan interpretasi dari analisis regresi berganda adalah
nilai konstanta bertanda positif yaitu 12,382 artinya jika tidak ada pengaruh dari
semua variabel (harga tebu, jumlah tebu, tenaga kerja) maka tingkat produksi
gula merah tebu memiliki nilainya adalah 12,382 kg. Konstanta adalah nilai yang
tetap walaupun variabel lainnya berubah. Nilai konstanta ini jika digambarkan
secara grafik maka menunjukan titik awal dari kurva produksi

Ep = 1 Ep = 0
y

TPP

Daerah I Daerah III

Daerah II

12.382

x
Gambar 6. 7 Kurva fungsi produksi

b. Harga Beli Tebu


Harga tebu secara statistik berpengaruh positif dan signifikan pada taraf uji
5% terhadap produksi gula merah tebu. Hasil analisis menunjukan bahwa nilai
koefisien regresi dari faktor harga beli tebu adalah senilai 2,213 yang artinya dari
setiap penambahan harga beli tebu dari tiap periode produksi harga beli tebu
berbeda tergantung kualitas tebu yang bagus dan tingkat kematangan tebu yang
baik (rendemen) rata-rata sebesar Rp 518.000 selama 5 bulan produksi, maka
akan cenderung menambah produksi sebanyak 2,213%, mengindikasikan bahwa

61
produksi masih dapat ditingkatkan melalui peningkatan harga tebu dikarenakan
semakin tinggi harga tebu kualitas tebu juga akan baik, dengan asumsi faktor
lainnya konstan. Jika dilihat dari gambar 6.8 berikut nilai faktor produksi harga
tebu berada pada daerah (I) atau daerah rasional yang menunjukan penggunaan
input harga tebu tersebut sudah rasional sehingga pelaku usaha masih dapat
dilakukan peningkatan harga tebu dikarenakan dari pertimbangan hasil produksi
berpengaruh positif.

Ep = 0
Ep = 1
y

Daerah I TPP
Daerah II
Daerah III

2,213
12.382
Harga Tebu

Gambar 6. 8 Hubungan Antara Harga Tebu Dengan produksi

c. Biaya Tenaga Kerja


Biaya Tenaga Kerja secara statistik berpengaruh negatif dan tidak signifikan
pada taraf uji 5% terhadap produksi agroindustry gula merah tebu hasil regresi
menunjukan bahwa nilai koefisien regresi dari tenaga kerja adalah senilai – 0,134
yang artinya jika ada penambahan biaya tenaga kerja 1HOK akan mengalami
penurunan produksi sebanyak -0,134 HOK. Jika dilihat dari gambar 6.9 berikut, nilai
faktor produksi tenaga kerja berada pada daerah (III) atau daerah irasional yang
artinya menunjukan bahwa penggunaan HOK sudah termasuk di daerah irasional (III)
sehingga agroindustri UD Bumi Asih dapat mengurangi penggunaan biaya HOK.

62
Ep = 1 Ep = 0
y
-0,134

TPP

Daerah I Daerah III

Daerah II

12.382
Tenaga Kerja

Gambar 6. 9 Hubungan Antara Tenaga Kerja Dengan produksi

d. Jumlah Tebu
Jumlah tebu secara statistik berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada
taraf uji 5% terhadap produksi agroindustri gula merah tebu. Hasil analisis
menunjukan bahwa nilai koefisien regresi dari faktor jumlah tebu adalah senilai -
1,721 yang artinya dari setiap penambahan jumlah tebu rata-rata sebesar 1kg, maka
akan cenderung mengurangi produksi sebanyak -1,721 kg. jika dilihat dari gambar
6.10 berikut, nilai faktor produksi jumlah tebu berada pada daerah (III) atau daerah
irasional yang artinya menunjukan bahwa penggunaan jumlah tebu sudah termasuk di
daerah irasional (III) Hubungan negatif menunjukan bahwa jumlah tebu namun tebu
tersebut terlalu muda sehingga produksinya juga turun. Pelaku usaha dapat
mengurangi penggunaan jumlah tebu menyesuaikan tingkat kematangan tebu yang
baik (rendemen) dengan rendemen diatas rata-rata 8%.

63
Ep = 1 Ep = 0
y

-1,721

TPP
Daerah I
Daerah II

Daerah III

12.382
Jumlah Tebu

Gambar 6. 10 Hubungan Antara Jumlah Tebu Dengan produksi

6.7 Strategi Pengembangan Usaha Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih


Kabupaten Bondowoso

Analisis SWOT dilakukan dengan beberapa tahapan yang dapat


dijelaskan melalui tahapan matriks IFAS (Internal Strategic Faktor Analysis
Summary) dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Menentukan faktor strategi yang menjadi kekuatan dan kelemahan
2. Menentukan nilai pada masing-masing faktor dengan skala 1,0 (paling
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategi usaha (semua bobot tidak boleh
melebihi skor total 1,00).
3. Penentuan nilai rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala
mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi internal usaha peningkatan produksi gula
merah tebu. Variabel yang bersifat positif (variabel yang termasuk kekuatan)
diberi nilai mulai dari + 1 (tidak baik) sampai dengan + 4 (sangat baik), dan
sebaliknya variabel yang bersifat negatif adalah variabel kelemahan diberikan
kategori nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (kelemahan yang paling besar) .

64
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai 1,0 (poor).
5. Jumlah skor pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan. Nilai total ini menunjukan bagaimana strategi pengembangan
usaha gula merah tebu tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategi
internalnya (Rangkuti, 2009).
Faktor internal dan eksternal. Hasil wawancara dilapangan diperoleh
identifikasi faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
6.7.1 Faktor Internal

Faktor internal. Faktor internal terbagi atas 2 yaitu faktor kekuatan dan faktor
kelemahan.
1. Faktor Kekuatan: Harga dapat bersaing, Bahan baku melimpah, Pengalaman
lama dalam berusaha, Cita rasa khas.
2. Faktor Kelemahan: Quality control masih sederhana, Kurangnya jangkauan
pemasaran, Bahan baku bersifat musiman, Kurangnya ketersediaan modal,
Promosi kurang

6.7.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari 2 bagian yaitu faktor peluang dan faktor ancaman.
1. Faktor Peluang: Ketersediaan tenaga kerja, Ketersediaan tempat dan bahan
baku, Produk sejenis dipasaran masih jarang, Pasar terbuka luas.
2. Faktor Ancaman: Terdapat produk gula merah lain meskipun berbeda bahan
baku, kurangnya bimbingan dan pembinaan dari pemerintah, perubahan iklim.

65
6.8 Penentuan Posisi Strategi

Hasil analisis kuantitatif dari faktor-faktor internal dan eksternal usaha gula
merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso di formulasikan kedalam
diagram SWOT, untuk mengetahui suatu titik dimana letak titik peningkatan usaha
gula merah tebu berada pada saat ini. Titik tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
rumusan alternatif strategi yang sesuai dengan kuadran dimana titik tersebut berada.
Hasil analisis IFAS dan EFAS dapat dilihat dari nilai skor pada masing-masing
faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal sebagai berikut:
- Faktor Kekuatan (strengths) : 1,72
- Faktor Kelemahan (weakness) : 1,2
- Faktor Peluang (opportunities) : 2,15
- Faktor Ancaman (threats) : 0,85

66
Berdasarkan hasil pembobotan faktor internal dan faktor eksternal dapat disusun
matriks IFAS dan EFAS.
Tabel 6. 5 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
No Faktor Internal Narasumber Jumla Bobot Rating Bobot x
1 h Rating
(Strengths)
1 Harga dapat bersaing 3 3 0,12 3 0,36
2 Bahan baku melimpah 4 4 0,16 4 0,64
3 Pengalaman berusaha 3 3 0,12 3 0,36
4 Cita rasa khas 3 3 0,12 3 0.36
Sub Total 13 1,72
(weakness)
1 Quality control sederhana 2 2 0,08 2 0,16
2 Jangkauan pemasaran kurang 2 2 0,08 2 0,16
3 Bahan baku bersifat musiman 3 3 0,12 3 0,36
4 Ketersediaan modal terbatas 3 3 0,12 3 0,36
5 Promosi kurang 2 2 0,08 2 0,16
Sub Total 12 1,2
Total 25 2,92
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.
Dari Tabel 6.5 hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor
strategis internal. Faktor internal mempengaruhi terbentuknya kekuatan dan
kelemahan yang menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan meliputi,
pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya manusia, pengembangan, sistem
informasi dan menajemen serta budaya perusahaan (Corporate culture). Strategis
internal kemudian memberikan bobot dan rating kepada setiap faktor maka diperoleh
hasil seperti pada Tabel 6.5. bedasarkan hasil analisis pada matriks IFE secara umum,
dari total nilai yang dibobot (2,92) menunjukan bahwa usaha gula merah tebu di UD
Bumi Asih Kabupaten Bondowoso memiliki faktor internal yang tergolong cukup
tinggi, kemampuan usaha gula merah tebu memanfaatkan kekuatan dan mengurangi
kelemahan yang rendah.

67
Tabel 6. 6 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
No Faktor Eksternal Nara Jumlah Bobo Rating Bobot x
sumber t Rating
1
(Opportunities)
1 Ketersediaan tenaga kerja 4 4 0,2 4 0,8

2 Ketersediaan lahan dan bahan baku 3 3 0,15 3 0,45

3 Produk sejenis di pasaran masih jarang 3 3 0,15 3 0,45

4 Pasar terbuka luas 3 3 0,15 3 0,45

Sub Total 13 2,15

(Threats)

1 Terdapat produk gula merah lain 3 3 0,15 3 0,45


meskipun berbeda bahan baku
2 Kurangnya bimbingan dan pembinaan 2 2 0,2 2 0,2
dari pemerintah
3 Perubahan iklim 2 2 0,2 2 0,2

Sub Total 7 0,85

Total 20 3

Sumber: Data Primer Diolah, 2022.


Hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal,
kemudian memberikan bobot dan rating di setiap faktor maka diperoleh hasil seperti
pada Tabel 6.6 hasil analisa matriks EFE dengan skor (3) hal ini berarti bahwa
kondisi lingkungan eksternal gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten
Bondowoso sudah merespon dengan baik peluang dan ancaman berupa kondisi –
kondisi yang terjadi diluar perusahaan yang mempengaruhi keputusan-keputusan
perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan, lingkungan
industri, lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan
dan sosial budaya.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya, total nilai yang
dibobot pada mastriks IFE adalah (2,92) yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar
dibandingkan pengaruh kelemahan sedangkan total nilai yang dibobot pada matriks

68
EFE (3) yang artinya respon perusahaan terhadap faktor eksternal yang dihadapinya
tergolong tinggi atau pengaruh ancaman lebih kecil terhadap pengaruh peluang. Total
nilai yang dibobot pada matriks IFE dan EFE tersebut kemudian ditetapkan pada
matrik I-E, sehingga dapat diketahui posisi usaha saat ini, kemudian baru dirumuskan
alternatif strategi yang sesuai dengan posisi usaha di matriks IE. Posisi strategi
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan selisih nilai kekuatan dan nilai kelemahan,
dan selisih nilai peluang dan nilai ancaman, dengan berpedoman sebagai berikut:
Tabel 6. 7 Pedoman Posisi Kuadran
No Posisi Kondisi Nilai
1 Posisi I (Pertumbuhan/Agresif) Internal Positif
Eksternal Positif

2 Posisi II (Deversifikasi) Internal Positif


Eksternal Negatif

3 Posisi III (Turn arround/berputar) Internal Positif


Eksternal Negatif

4 Posisi IV (Defensif) Internal Negatif


Eksternal Negatif
Sumber: Data Primer Diolah, 2022.
Faktor internal Faktor eksternal
X = Kekuatan + Kelemahan Y = Peluang + Ancaman
X = 1,72 + 1,2 Y = 2,15 + 0,85
X = 2,92 Y = 3,00

Berdasarkan Tabel diatas menunjukan hasil dari perhitungan faktor internal


dan eksternal, untuk faktor internal meliputi kekuatan di tambah kelemahan dengan
nilai kekuatan memperoleh nilai sebesar 1,72 dan kelemahan memperoleh nilai
sebesar 1,2 dengan hasil faktor internal sebesar 2,92. Untuk faktor eksternal meliputi
peluang di tambah ancaman dengan nilai peluang memperoleh nilai sebesar 2,15 dan
ancaman memperoleh nilai sebesar 0,85 dengan hasil faktor eksternal 3,00.

69
O
(2,92; 3,00)
3
Kuadran III Kuadran I
Stabilisasi 2 Pertumbuhan
(Support a Agresif
1
Turnaround) (Support a
0
Agressive) S
W -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1
Kuadran IV Kuadran II
Survival/ -2 Orientasi Keluar
Defensif(Suppor (Support a
t a Devensive) -3 Diversific )
T
Gambar 6. 11 Grafik IFAS EFAS

Berdasarkan gambar 6.11 saat ini agroindustri gula merah tebu berada pada
posisi/kuadran I (Support an Agressive). Posisi ini menunjukan bahwa agroindustri
gula merah tebu di UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso merupakan situasi yang
menguntungkan. Agroindustri gula merah tebu memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus di terapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Support
an Aggressive).

70
STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
1. Harga dapat bersaing 1. Quality control masih
2. Bahan baku melimpah sederhana
3. Pengalaman lama dalam 2. Kurangnya jangkauan
IFAS pemasaran
berusaha
4. Cita rasa khas 3. Bahan baku bersifat
musiman
4. Kurangnya ketersediaan
EFAS modal
5. Promosi kurang
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Ketersediaan tenaga 1. Memanfaatkan 1. Peningkatan
kerja ketersediaan lahan dan keterampilan teknis
2. Ketersediaan lahan bahan baku yang agroindustri untuk
dan bahan baku melimpah. peningkatan produk
3. Produk sejenis 2. Memanfaatkan SDM 2. Melakukan promosi dan
dipasaran masih tenaga kerja untuk potensi pengenalan produk
jarang pengembangan melalui sosial media
4. Pasar terbuka luas 3. Menambah jumlah yang sekarang semakin
produksi maju

THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T


1. Terdapat produk gula 1. Meningkatkan kualitas 1. Memperluas jangkauan
merah lain meskipun gula merah tebu agar lebih pemasaran
berbeda bahan baku baik dari para pesaing
2. Kurangnya bimbingan 2. Dengan pengalaman yang
dari pemerintah dimiliki produsen, proses
3. Perubahan iklim produksi dilakukan pada
waktu yang tepat meskipun
kondisi iklim yang tidak
menentu
Gambar 6. 12 Matriks SWOT Pengembangan Agroindustri Gula Merah Tebu di
UD Bumi Asih Kabupaten Bondowoso
Sesuai posisi strategi yang diperoleh pada kuadran I maka prioritas strategi
difokuskan pada strategi Strengths – Opportunity (SO) yaitu menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk memanfaatkan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang
eksternal sebanyak-banyaknya.
Berdasarkan Gambar 6.12 dapat ditentukan formulasi strategi inti (Core
Strategy) yang dapat dijadikan sebagai strategi pengembangan di UD Bumi Asih
Kabupaten Bondowoso adalah sebagai berikut:

71
i. Memanfaatkan ketersediaan lahan dan bahan baku yang melimpah. Hal ini
dikarenakan turut menentukan perhitungan usaha, produktivitas, serta
penerimaan dan pendapatan usaha lebih baik dan lebih maksimal.
ii. Memanfaatkan SDM tenaga kerja. Hal ini dikarenakan tenaga kerja
tersedia dengan cukup dari segi jumlah maupun dari segi kualitasnya yaitu
kualitas yang dapat memahami tingkat kematangan nira sehingga dari
memanfaatkan SDM tenaga kerja agroindustri UD Bumi Asih menjadi
salah satu strategi yang tepat.
iii. Menambah jumlah produksi hingga 10%. Hal ini dikarenakan pasar terbuka
luas dan produksi sejenis dipasaran masih jarang sehingga dari menambah
jumlah produksi agroindustri UD Bumi Asih menjadi salah satu startegi
yang tepat.
iv.

72
V. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :
1. Agroindustri gula merah tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso menguntungkan sebesar Rp. 48.472.870/ periode
produksi.
2. Penggunaan biaya pada agroindustri di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen
Kabupaten Bondowoso sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,50/periode
produksi.
3. Fakto-faktor produksi yang berpengaruh positif dan signifikan pada
agroindustri gula merah tebu di UD Bumi Asih Desa Wonokusumo
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso terdiri dari harga tebu, sedangkan
tenaga kerja dan jumlah tebu berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap produksi gula merah tebu.
4. Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri
gula merah tebu di Desa Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso maka dapat disimpulkan strategi yang tepat dalam upaya
pengembangan adalah strategi Strengths – Opportunity (SO). Dengan
program sebagai berikut :
a) Memanfaatkan ketersediaan lahan dan bahan baku yang melimpah.
b) Memanfaatkan SDM tenaga kerja
c) Menambah jumlah produksi

7.2 Saran

Berdasarkan permasalahan, pembahasan, dan kesimpulan yang ada maka


dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
73
1. Bagi pelaku usaha untuk meningkatkan jumlah produksi, dapat diupayakan
dengan mengevaluasi tingkat kematangan tebu yang baik, sehingga meskipun
terjadi kenaikan harga tebu yang disebabkan oleh kualitas/tingkat kematangan
tebu yang baik maka agroindustri akan tetap dapat menjalankan usahanya.
2. Pelaku usaha membutuhkan bimbingan dari pemerintah dalam hal quality control
dari proses pengolahan hingga proses pengemasan untuk dapat dipasarkan
dengan menjamin kualitas dari produk gula merah tebu tersebut. Sehingga
agroindustri bisa mengoptimalkan proses produksi karena sudah ada standar yang
ditentukan untuk menjalankan proses produksi,

74
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Y. S., & Waluyati, L. R. (2019). Analisis nilai tambah dan strategi
pengembangan agroindustri gula merah di Kabupaten Madiun. Jurnal Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis.

Apriawan, dkk.2015. Analisis Produksi Tebu dan Gula di PT Perkebunan Nusantara


VII (Persero).Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Ayesha, I. (2017). Analisis Efisiensi Usaha Gula Tebu di Desa Lindung Jaya
Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Jurnal Of Social and Economics,
2(2), 164-171

Darmiati, Nur, T.M. (2017). Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pengolahan Gula
Merah Tebu di Desa Suka Makmur Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener
Meriah (Studi Kasus Usaha Bapak Edi). Jurnal Sains Pertanian, 1(10), 807-815.

Dewi, S.R., N. Izza., D.A. Agustiningrum., D.W. Indriani., Y. Sugiarto., D.M


Maharani dan R. Yulianingsih. 2014. Pengaruh Suhu Pemasakan Nira dan
Kecepatan Pengadukan terhadap Kualitas Gula Merah Tebu. Teknologi
Pertanian.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. I. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Husain Umar, (2010). Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta; Rajawali


Press

Hidayah, M. Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Gula Merah Tebu pada
Agroindustri UD. Bumi Asih Wonokusumo Kecamatan Tapen Kabupaten
Bondowoso. Doctoral dissertation, Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, dan W. Rumini. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Tebu. Eska Media, Jakarta

James, G. 2004. Sugarcane, Second Edition. Blackwell Science Ltd a Blackwell


Publishing Company.

Kamarudin, A, P,. & Hikmah. (2022). Analisis Fakror Faktor Yang Mempengaruhi
Produksi Gula Merah Tebu Di Kilang Zahratul Azhar Kampung Blang

75
Mancung Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Sosiologi
Pertanian dan Agribisnis

Kuncoro, Mudrajad. (2005). Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.


Erlangga; Jakarta.

Latief, A.S., Syarief, R., Pramudya, B., Muhadiono. 2010. Peningkatan mutu gula
tumbu melalui metode sulfitasi dalam laboratorium. Gema Teknologi,

Marpaung, Yanto, dkk. 2011. Perkembangan Industri Gula Indonesia Dan Urgensi
Swasembada Gula Nasional. Indonesian Journal of Agricultural Economics.

Prasetya, N. 2016. Pembuatan Gula Merah Dari Tebu. JNEP

Purfadila, S., & Andriani, D. R. (2018). Analisis Peramalan Produksi dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Gula Kristal Putih pada Pabrik Gula
Modjopanggong Kabupaten Tulungagung. Jurnal Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis.

Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka.

Rosyidi, S. 1998. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi.


Jakarta: Radja grafindo

RIFA, A. Strategi Pengembangan Usaha Industri Gula Merah Tebu di Kabupaten


Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata.

Rukajat, A. (2018). Pendekatan penelitian kualitatif (Qualitative research approach).


Deepublish.

Siagian. Sondang P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Subaktilah, Y., Kuswardani, N., & Yuwanti, S. (2018). Analisis SWOT: Faktor
internal dan eksternal pada pengembangan usaha gula merah tebu (Studi Kasus
di UKM Bumi Asih, Kabupaten Bondowoso). Jurnal Agroteknologi.

Sugiyono, F. X. (2017). Neraca pembayaran: Konsep, Metodologi dan


penerapan (Vol. 4). Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank
Indonesia.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian Edisi


Revis. PT. Gajah Grafindo Persada. Jakarta.
76
Soekartawi. (2016). Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press

United States Department of Agriculture. 2018. Classification for Kingdom Plantae


Down to Species Saccharum officinarum L. (Online)
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=display&classid
=SAOF

Widyatama, Dery Fauzan. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pendapatan Pedagang Sembako Di Pasar Besar Kota Malang. Jurnal Ilmiah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Indonesian Economic
Studies.

Yunitasari, D., Hakim, D., Juanda, B., Nurmalina, R., 2015. Menuju Swasembada
Gula Nasional: Model Kebijakan untuk meningkatkan Produksi Gula dan
Pendapatan Petani Tebu di Jawa Timur. J. Ekon. dan Kebijak. Publik \

Yamit, Z. 2002. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : Ekonisia.

Zulfahri. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Rakyat Di Desa Massamaturu


Kecamatan Polong bangkeng Utara Kabupaten Takalar. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Makassar. Makassar

77
LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Identitas Responden


Nama Jumlah
Nama Pemilik Umur Alamat Usaha Alamat Rumah Pemilik Pendidikan Pemilik Lama Usaha
Usaha Pengurus
UD Bumi
Asih Edi Bambang Mahrus 53 Desa Wonokusumo Desa Wonokusumo S2 10 Tahun 5

78
Lampiran 1. 2 Biaya Bahan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

periode I untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 58.000 69.600.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 74.508.000

periode II untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 60.000 72.000.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 76.908.000

periode III untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 60.000 72.000.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 76.908.000

79
periode IV untuk sarana produksi gula merah tebu
No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.300 Ku 62.000 80.600.000
2 Minyak kelapa 13 Botol 24.000 312.000
3 Air kapur 26 Kg 10.000 260.000
4 kayu bakar 13 Pick up 100.000 1.300.000
5 Solar 195 Liter 7.000 1.365.000
6 Plastik ukuran 5kg 2.080 1.000 2.080.000
Total 85.917.000

periode V untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 64.000 76.800.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 81.708.000

periode VI untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.300 Ku 66.000 85.800.000
2 Minyak kelapa 13 Botol 24.000 312.000
3 Air kapur 26 Kg 10.000 260.000
4 kayu bakar 13 Pick up 100.000 1.300.000
5 Solar 195 Liter 7.000 1.365.000
6 Plastik ukuran 5kg 2.080 1.000 2.080.000
Total 91.117.000

80
periode VII untuk sarana produksi gula merah tebu
No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 68.000 81.600.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 86.508.000

periode VIII untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 68.000 81.600.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 86.508.000

periode IX untuk sarana produksi gula merah tebu


No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.200 Ku 68.000 81.600.000
2 Minyak kelapa 12 Botol 24.000 288.000
3 Air kapur 24 Kg 10.000 240.000
4 kayu bakar 12 Pick up 100.000 1.200.000
5 Solar 180 Liter 7.000 1.260.000
6 Plastik ukuran 5kg 1.920 1.000 1.920.000
Total 86.508.000

81
periode X untuk sarana produksi gula merah tebu
No Bahan Jumlah Satuan Harga satuan Total
1 Tebu 1.300 Ku 70.000 91.000.000
2 Minyak kelapa 13 Botol 24.000 312.000
3 Air kapur 26 Kg 10.000 260.000
4 kayu bakar 13 Pick up 100.000 1.300.000
5 Solar 195 Liter 7.000 1.365.000
6 Plastik ukuran 5kg 2.080 1.000 2.080.000
Total 96.317.000

Total Jumlah Biaya Bahan Dalam 1 Kali Produksi Selama 5


756.399.000
bulan

82
Lampiran 1. 3 Biaya Tenaga Kerja Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Biaya Tenaga Kerja Periode I


Dalam Keluarga (DK) Luar Keluarga (LK) Harian
N Jumlah Jumlah Biaya Total Total
tenaga kerja Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah
O (Orang) (Orang) (Rp/TK/ Biaya Biaya/Periode
(L) (P) (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
840.000
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000
840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000
1.680.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000
1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000
Total 420.000 5.040.000

Biaya Tenaga Kerja Periode II


Dalam Keluarga (DK) Luar Keluarga (LK) Harian
N Jumlah Jumlah Biaya Total Total
tenaga kerja Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah
O (Orang) (Orang) (Rp/TK/ Biaya Biaya/Periode
(L) (P) (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

83
Biaya Tenaga Kerja Periode III
Dalam Keluarga (DK) Luar Keluarga (LK) Harian
Jumlah Jumlah Biaya Total Total
NO tenaga kerja Laki-laki Perempuan Laki- Perempuan Jumlah
(Orang) (Orang) (Rp/TK/ Biaya Biaya/Periode
(L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

Biaya Tenaga Kerja Periode IV


Dalam Keluarga (DK) Luar Keluarga (LK) Harian
N Jumlah Jumlah Biaya Total Total
tenaga kerja Laki-laki Perempuan Laki- Perempuan Jumlah
O (Orang) (Orang) (Rp/TK/ Biaya Biaya/Periode
(L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
910.000
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000
910.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000
1.820.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000
1.820.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000
Total 420.000 5.460.000

84
Biaya Tenaga Kerja Periode V
Dalam Keluarga
Luar Keluarga (LK) Harian
(DK)
Jumlah Jumlah Total
NO tenaga kerja Biaya Total
Laki- Perempuan (Orang) Laki- Perempuan (Orang) Jumlah Biaya/Periode
(Rp/TK/ Biaya
laki (L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

Biaya Tenaga Kerja Periode VI


Dalam Keluarga
Luar Keluarga (LK) Harian
(DK)
N Jumlah Jumlah Total
tenaga kerja Biaya Total
O Laki- Perempu (Orang) Laki- Perempuan (Orang) Jumlah Biaya/Periode
(Rp/TK/ Biaya
laki (L) an (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000 910.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000 910.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000 1.820.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000 1.820.000
Total 420.000 5.460.000

85
Biaya Tenaga Kerja Periode VII
Dalam Keluarga
Luar Keluarga (LK) Harian
(DK)
Jumlah Jumlah Total
NO tenaga kerja Biaya Total
Laki- Perempuan (Orang) Laki- Perempuan (Orang) Jumlah Biaya/Periode
(Rp/TK/ Biaya
laki (L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

Biaya Tenaga Kerja Periode VIII


Dalam Keluarga (DK) Luar Keluarga (LK) Harian
Jumlah Jumlah Biaya Total Total
NO tenaga kerja Laki-laki Perempuan Laki- Perempuan Jumlah
(Orang) (Orang) (Rp/TK/ Biaya Biaya/Periode
(L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

86
Biaya Tenaga Kerja Periode IX
Dalam Keluarga
Luar Keluarga (LK) Harian
(DK)
Jumlah Jumlah Total
NO tenaga kerja Biaya Total
Laki- Perempuan (Orang) Laki- Perempuan (Orang) Jumlah Biaya/Periode
(Rp/TK/ Biaya
laki (L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 12 70.000 70.000 840.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 12 70.000 140.000 1.680.000
Total 420.000 5.040.000

Biaya Tenaga Kerja Periode X


Dalam Keluarga
Luar Keluarga (LK) Harian
(DK)
Jumlah Jumlah Total
NO tenaga kerja Biaya Total
Laki- Perempuan (Orang) Laki- Perempuan (Orang) Jumlah Biaya/Periode
(Rp/TK/ Biaya
laki (L) (P) laki (L) (P) Hari
Hari) (Rp/Hari)
1 Penggilingan tebu 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000 910.000
2 Pemasakan nira 0 0 0 1 0 1 13 70.000 70.000 910.000
3 Penyetakan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000 1.820.000
4 Pengemasan 0 0 0 2 0 2 13 70.000 140.000 1.820.000
Total 420.000 5.460.000

Total Jumlah Biaya Tenaga Kerja 51.660.000

87
Lampiran 1. 4 Biaya Lain-lain Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Biaya lain-lain periode I


No Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 3.159.000
Total 4.447.500

Biaya lain-lain periode II


Satua
No Bahan Jumlah n Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 3.217.500
Total 4.506.000

Biaya lain-lain periode III


No Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 3.432.000
Total 4.720.500

88
Biaya lain-lain periode IV
No Bahan Jumlah Satua Harga Satuan Total
n
1 Tali Rafia 130 Unit 5.000 650.000
2 Karung 156 Unit 4.000 624.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 3.969.000
Total 5.355.500

Biaya lain-lain periode V


No Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 4.173.000
Total 5.461.500

Biaya lain-lain periode VI


Satua
No Bahan Jumlah n Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 130 Unit 5.000 650.000
2 Karung 156 Unit 4.000 624.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 5.082.000
Total 6.468.500

Biaya lain-lain periode VII


No Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 4.699.500
89
Total 5.988.000

Biaya lain-lain periode VIII


Satua
No Bahan Jumlah n Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 4.758.000
Total 6.046.500

Biaya lain-lain periode IX


No Bahan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 120 Unit 5.000 600.000
2 Karung 144 Unit 4.000 576.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 4.227.600
Total 5.516.100

Biaya lain-lain periode X


Satua
No Bahan Jumlah n Harga Satuan Total
1 Tali Rafia 130 Unit 5.000 650.000
2 Karung 156 Unit 4.000 624.000
3 Listrik 70 m 105.000 52.500
4 Air 40 m3 120.000 60.000
5 Biaya angkut Kg 300 4.284.000
Total 5.670.500

Total Jumlah Biaya Lain-lain Dalam 10 Periode Selama 5


54.180.600
Bulan

90
Lampiran 1. 5 Biaya Penyusutan Alat Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
Umur
Jumlah Penyusutan/ penyusutan/
No Peralatan Jumlah Harga satuan ekonomis/tahu Penyusutan/tahun
investasi 5bulan periode
n
1 Tungku 1 12.000.000 12.000.000 20 600.000 90.226 9.023
2 Wajan 10 1.200.000 12.000.000 8 1.500.000 90.226 9.023
Bak pemanas
3 penampung nira 2 1.300.000 2.600.000 8 325.000 19.549 1.955
4 Bak kayu 2 1.000.000 2.000.000 5 400.000 15.038 1.504
Bak penampung
5 nira 1 2.500.000 2.500.000 20 125.000 18.797 1.880
6 Mesin pengaduk 2 2.000.000 4.000.000 8 500.000 30.075 3.008
7 Mesin pemeras 2 60.000.000 120.000.000 12 10.000.000 902.256 90.226
8 Alat cetak 1000 2.000 2.000.000 5 400.000 15.038 1.504
9 Diesel 40 pk 2 25.000.000 50.000.000 10 5.000.000 375.940 37.594
10 Mesin penyedot 2 1.500.000 3.000.000 4 750.000 22.556 2.256
Total Biaya Tetap 205.500.000 18.875.000 1.579.699 157.970

91
Lampiran 1. 6 Biaya Tetap Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Biaya Penyusutan Biaya Penyusutan


No
Alat selama 5 bulan Alat per periode
produksi
1.579.699 157.970
1

92
Lampiran 1. 7 Biaya Variabel Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Bahan Biaya Lain-lain


Tenaga
No Periode Jumlah
Minyak Plastik kerja
Tebu Kelapa Air Kapur Kayu Bakar Solar Ukuran 5kg Tali Rafia Karung Listrik Air Biaya Angkut

1 Periode 1. 1-15 Juni 69.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.159.000 83.995.500

2 Periode 2. 16-30 Juni 72.000.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.217.500 86.454.000

3 Periode 3. 1-15 Juli 72.000.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.432.000 86.668.500

4 Periode 4. 16-31 Juli 80.600.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 3.969.000 96.732.500

5 Periode 5. 1-15 Agustus 76.800.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.173.000 92.209.500

6 Periode 6. 16-31 Agustus 85.800.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 5.082.000 103.045.500
Periode 7. 1-15
7 September 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.699.500 97.536.000
Periode 8. 16-30
8 September 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.758.000 97.594.500

9 Periode 9. 1-15 Oktober 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.227.600 97.064.100
Periode 10. 16-31
10 Oktober 91.000.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 4.284.000 107.447.500

792.600.00
Jumlah 0 2.952.000 2.460.000 12.300.000 12.915.000 19.680.000 51.660.000 6.150.000 5.904.000 525.000 600.000 41.001.600 948.747.600

Rata-rata 79.260.000 295.200 246.000 1.230.000 1.291.500 1.968.000 5.166.000 615.000 590.400 52.500 60.000 4.100.160 94.874.760

93
94
Lampiran 1. 8 Total Biaya Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Bahan Biaya Lain-lain


Tenaga
No Periode Jumlah
Minyak Plastik kerja
Tebu Kelapa Air Kapur Kayu Bakar Solar Ukuran 5kg Tali Rafia Karung Listrik Air Biaya Angkut

1 Periode 1. 1-15 Juni 69.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.159.000 83.995.500

2 Periode 2. 16-30 Juni 72.000.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.217.500 86.454.000

3 Periode 3. 1-15 Juli 72.000.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 3.432.000 86.668.500

4 Periode 4. 16-31 Juli 80.600.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 3.969.000 96.732.500

5 Periode 5. 1-15 Agustus 76.800.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.173.000 92.209.500

6 Periode 6. 16-31 Agustus 85.800.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 5.082.000 103.045.500
Periode 7. 1-15
7 September 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.699.500 97.536.000
Periode 8. 16-30
8 September 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.758.000 97.594.500

9 Periode 9. 1-15 Oktober 81.600.000 288.000 240.000 1.200.000 1.260.000 1.920.000 5.040.000 600.000 576.000 52.500 60.000 4.227.600 97.064.100
Periode 10. 16-31
10 Oktober 91.000.000 312.000 260.000 1.300.000 1.365.000 2.080.000 5.460.000 650.000 624.000 52.500 60.000 4.284.000 107.447.500

792.600.00
Jumlah 0 2.952.000 2.460.000 12.300.000 12.915.000 19.680.000 51.660.000 6.150.000 5.904.000 525.000 600.000 41.001.600 948.747.600

Rata-rata 79.260.000 295.200 246.000 1.230.000 1.291.500 1.968.000 5.166.000 615.000 590.400 52.500 60.000 4.100.160 94.874.760

95
Lampiran 9.
No Total Biaya/periode
1 84.153.470
2 86.611.970
3 86.826.470
4 96.890.470
5 92.367.470
6 103.203.470
7 97.693.970
8 97.752.470
9 97.222.070
10 107.605.470
total 950.327.299

96
Lampiran 1. 9 Produksi Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih
N
Total Produksi/Periode
o Keterangan Produksi kg/Hari
1 Periode 1. 1-15 Juni 810 10530
2 Periode 2. 16-30 Juni 825 10725
3 Periode 3. 1-15 Juli 880 11440
4 Periode 4. 16-31 Juli 945 13230
5 Periode 5. 1-15 Agustus 1070 13910
6 Periode 6. 16-31 Agustus 1210 16940
7 Periode 7. 1-15 September 1205 15665
8 Periode 8. 16-30 September 1220 15860
9 Periode 9. 1-15 Oktober 1084 14092
10 Periode 10. 16-31 Oktober 1020 14280
Total 136.672

Lampiran 1. 10 Penerimaan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih


Total
No Keterangan Produksi kg/Hari Produksi/Periode Harga Per kg Total (Rp/Periode
1 Periode 1. 1-15 Juni 810 10530 10.500 110.565.000
2 Periode 2. 16-30 Juni 825 10725 10.500 112.612.500
3 Periode 3. 1-15 Juli 880 11440 10.500 120.120.000
4 Periode 4. 16-31 Juli 945 13230 10.500 138.915.000
5 Periode 5. 1-15 Agustus 1070 13910 10.500 146.055.000
Periode 6. 16-31
6 Agustus 1210 16940 10.500 177.870.000
Periode 7. 1-15
7 September 1205 15665 10.500 164.482.500
Periode 8. 16-30
8 September 1220 15860 10.500 166.530.000
9 Periode 9. 1-15 Oktober 1084 14092 10.500 147.966.000
Periode 10. 16-31
10 Oktober 1020 14280 10.500 149.940.000
Total 136.672 1.435.056.000

97
Lampiran 1. 11 Keuntungan Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

TR

No Produksi/periode Harga Penerimaan/ Total Keuntungan/periode


(kg) (Rp/Kg) periode biaya/periode

1 10530 10.500 110.565.000 84.153.470 26.411.530


2 10725 10.500 112.612.500 86.611.970 26.000.530
3 11440 10.500 120.120.000 86.826.470 33.293.530
4 13230 10.500 138.915.000 96.890.470 42.024.530
5 13910 10.500 146.055.000 92.367.470 53.687.530
6 16940 10.500 177.870.000 103.203.470 74.666.530
7 15665 10.500 164.482.500 97.693.970 66.788.530
8 15860 10.500 166.530.000 97.752.470 68.777.530
9 14092 10.500 147.966.000 97.222.070 50.743.930
10 14280 10.500 149.940.000 107.605.470 42.334.530
Total keuntungan selama 5 bulan produksi 484.728.700

98
Lampiran 1.13 Efisiensi Biaya Agroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Penerimaan (TR) Biaya (TC)


No R/C ratio
Total
Total Rp/Periode Biaya/periode
1 110.565.000 84.153.470 1,31
2 112.612.500 86.611.970 1,30
3 120.120.000 86.826.470 1,38
4 138.915.000 96.890.470 1,43
5 146.055.000 92.367.470 1,58
6 177.870.000 103.203.470 1,72
7 164.482.500 97.693.970 1,68
8 166.530.000 97.752.470 1,70
9 147.966.000 97.222.070 1,52
10 149.940.000 107.605.470 1,39

99
Lampiran 1.14 Regresi Fungsi Cobb-Douglass Agroindustri Gula Merah Tebu di UD
Bumi Asih Kabupaten Bondowoso
Produksi Harga beli tebu Tenaga kerja Jumlah tebu
Kg Rp HOK Kw
LN_Y LN_X1 LN_X2 LN_X3
9,34 4,24 1,62 7,09
9,36 4,28 1,62 7,09
9,42 4,28 1,62 7,09
9,56 4,39 1,70 7,17
9,61 4,34 1,62 7,09
9,81 4,45 1,70 7,17
9,73 4,40 1,62 7,09
9,75 4,40 1,62 7,09
9,70 4,40 1,62 7,09
9,64 4,51 1,70 7,17

Lampiran 14

100
101
Lampiran 1. 15 Analisis SWOT Aagroindustri Gula Merah Tebu di UD Bumi Asih

Narasumber
No Faktor Internal Jumlah Bobot Rating Bobot x Rating
1
Kekuatan (Strengths)
1 Harga dapat bersaing 3 3 0,12 3 0,36
2 Bahan baku melimpah 4 4 0,16 4 0,64
3 Pengalaman lama dlm berusaha 3 3 0,12 3 0,36
4 Cita rasa khas 3 3 0,12 3 0,36
Sub Total 13 1,72
Kelemahan (Weakness)
1 Quality control masih sederhana 2 2 0,08 2 0,16
2 Kurangnya jangkauan pemasaran 2 2 0,08 2 0,16
3 Bahan baku bersifat musiman 3 3 0,12 3 0,36
4 Kurangnya ketersediaan modal 3 3 0,12 3 0,36
5 Promosi kurang 2 2 0,08 2 0,16
Sub Total 12 1,2
Total 25 2,92

102
Narasumber
No Faktor Eksternal Jumlah Bobot Rating Bobot x Rating
1
Peluang (Opportunities)
1 Ketersediaan tenaga kerja 4 4 0,2 4 0,8
2 Ketersediaan lahan dan bahan baku 3 3 0,15 3 0,45
3 Produk sejenis dipasaran masih jarang 3 3 0,15 3 0,45
4 Pasar terbuka luas 3 3 0,15 3 0,45
Sub Total 13 2,15
Ancaman (Threats)
1 Terdapat produk gula merah lain meskipun berbeda bahan baku 3 3 0,15 3 0,45
2 Kurangnya bimbingan dan pembinaan dari pemerintah 2 2 0,1 2 0,2
3 Perubahan iklim 2 2 0,1 2 0,2
Sub Total 7 0,85
Total 20 3

103
Lampiran 1. 12 Dokumentasi

104
105

Anda mungkin juga menyukai