Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

“Pengelolaan Simplisia Daun Suji”

Dosen Pengampu : Ellistiawati Laos , S. Farm., Apt.

Disusun oleh :

Marcelino Brevian Pitres Sanggono

201948201019

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA(YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

i
PROGRAM STUDI FARMAS
SORONG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin,rahmat,dan hikmat-nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum farmakognosi dengan baik. laporan dengan judul “Pengelolaan
Simplisia Daun Suji”

ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi laporan praktikum pertama


semester keempat untuk mata kuliah Farmakognosi.

Melalui laporan ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu
memahami prinsip dan pembuatan simplisia.
Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen farmakognosi, yaitu Ibu
Ellistiawati Laos , S. Farm., Apt.

yang bersedia membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan


laporan Praktikum Farmakognosi ini.

Saya berharap agar Jurnal yang telah saya susun ini dapat memberikan
pemahaman bagi pembaca dan penulis lain. Saya juga berharap agar jurnal
ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Sorong, 21 Juli 2021


penyusun

i
Marcelino B.P. Sanggono

201948201022

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT.......................................................................3

BAB II................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4

2.1 SIMPLISIA...............................................................................................4

2.2 DAUN SUJI..............................................................................................5

2.3 PEMBUATAN SIMPLISIA......................................................................10

BAB III..........................................................................................................17

ALAT DAN BAHAN.........................................................................................17

3.1 ALAT :....................................................................................................17

3.2 BAHAN :.................................................................................................17

ii
3.3. Cara Kerja.............................................................................................18

BAB IV.............................................................................................................19

PEMBAHASAN...............................................................................................19

BAB V..............................................................................................................23

PENUTUP.......................................................................................................23

5.1 KESIMPULAN........................................................................................24

5.2 SARAN...................................................................................................25

5.3 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, suhu
pengeringan tidak lebih dari 60 C.( BPOM 2014)

Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung
bahaya kimia, mikroorganisme, dan bahaya fisik, serta mengandung zat aktif
yang berkhasiat.Ciri simplisia yang baik adalah dari kondisi kering ( kadar <
10%), untuk simplisia daun bila di remas bergemerisik dan berubah menjadi
serpihan, simplisia Bunga bila di remas bergemerisik dan berubah menjadi
sepihan atau mudah di patahkan, dan simplisia buah dan rimpang (irisan) bila
diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak
berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya.(Herawati, Nuraida,
dan Sumarto 2012).

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang


menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi snyawa
kandungan, kontminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia
sebagai produk olahan , variasi senyawa kandungan dapat di perkecil, diatur
atau di konstankan. ( Depkes RI,2000).

Tanaman suji merupakan tanaman yang relatif mudah ditemukan di berbagai


Negara karena tanaman ini tidak terlalu membutuhkan perlakuan khusus
dalam pertumbuhan dan perkembangbiakannya, yang terpenting pada
daerah pertumbuhannya tersebut tersedia cukup pasokan air. Di Indonesia,
suji tumbuh dengan sangat baik dan bahkan secara liar. Produksi tanaman
1
suji di Indonesia sepanjang 8 tahun terakhir disajikan pada Tabel I.1. [Badan
Pusat Statistik, 2011]

Tabel I.1 Produksi Tanaman Suji di Indonesia

Tahun Produksi (ton)

2003 2.553.020

2004 1.778.582

2005 1.131.621

2006 905.039

2007 2.041.962

2008 1.845.490

2009 2.262.505

Produktivitas dan ketersediaan tanaman suji di Indonesia dari tahun ke tahun


sangat besar, terutama di daerah Jawa Tengah. Hal ini mendorong ide untuk
meningkatkan pemanfaatan suji sebagai salah satu potensi lokal Indonesia
yang patut diperhitungkan. Konon kabarnya, keberadaan tanaman suji di
Indonesia bahkan mencapai produktivitas tertinggi dibandingkan kawasan
Asia Tenggara lainnya.

Daun suji dapat memberikan warna hijau serta aroma harum pada bahan
pangan. Inilah yang menjadi salah satu kelebihan yang ditawarkan dari
penggunaan tanaman suji sebagai bahan aditif makanan karena selain
menyajikan tampilan fisik yang baik serta menciptakan aroma khas yang
dapat meningkatkan selera konsumen untuk memakannya. Namun,
pemanfaatan suji sebagai pewarna pangan masih terbatas pada skala rumah

2
tangga saja. Pemanfaatan dan pengolahan daun suji menjadi produk yang
lebih komersial masih belum berkembang, padahal potensi pemanfaatan suji
sebagai zat pewarna alami ini sangat besar, bahkan bila didukung dengan
pengembangan teknologi yang tepat oleh tenaga-tenaga ahli,potensi
Indonesia untuk menjadi negara pemasok isolat pewarna pangan dari daun
suji terbuka lebar. Bila diteliti lebih lanjut, senyawa aktif klorofil yang
menyebabkan warna hijau pada daun suji ini pun memiliki banyak khasiat
kesehatan. Namun ketidakstabilan senyawa ini membutuhkan proses lebih
lanjut untuk diubah menjadi berbagai senyawa turunan dan kemudian dapat
dikonsumsi oleh manusia dan pemanfaatan klorofil sebagai suplemen
kesehatan tersebut tidak menjadi fokus kajian penelitian ini, walaupun
dengan keberhasilan isolasi klorofil secara tidak langsung dapat membuka
lebar pangsa pasar produk-produk kesehatan.

Sudah saatnya, Indonesia kembali membudidayakan penggunaan zat warna


alami terlebih untuk penambahan zat di makanan. Mengingat iklim Indonesia
yang tergolong tropis, banyak sekali tanaman dan hewan yang dapat hidup
dan beradaptasi dengan baik. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan
modal yang baik sebagai sumber bahan baku pembuatan berbagai zat warna
alami.

1.2 . TUJUAN DAN MANFAAT

. TUJUAN

3
 Mahasiswa mampu memahami prinsip dan melakukan
pembuatan simpiisia.
 Untuk mengetahui khaziat dari daun suji
 Untuk mengetahui kandungan daun suji

MANFAAT

1) Membantu mahasiswa mengetahui cara pembuatan simplisia

2) Membantu mahasiswa agar dapat mengetahui khaziat deari


daun suji

3) Membantu mahasiswa agar dapat mengetahui kandungan dari


daun suji

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SIMPLISIA

4
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, suhu
pengeringan tidak lebih dari 60 C.( BPOM 2014)

Jenis- Jenis Simplisia:

1. Simplisia nabati: simplisia berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan


atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel dengan cara tertentu
dipisahkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tumbuhan yang belum berupa zat kimia
murni.
2. Simplisia hewani: simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
3. Simplisia mineral (pelikan): simplisia yang berupa mineral (pelikan)
yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.

Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung
bahaya kimia, mikroorganisme, dan bahaya fisik, serta mengandung zat aktif
yang berkhasiat.Ciri simplisia yang baik adalah dari kondisi kering ( kadar <
10%), untuk simplisia daun bila di remas bergemerisik dan berubah menjadi
serpihan, simplisia Bunga bila di remas bergemerisik dan berubah menjadi
sepihan atau mudah di patahkan, dan simplisia buah dan rimpang (irisan) bila
diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak
berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya.(Herawati, Nuraida,
dan Sumarto 2012).

Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang


menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi snyawa

5
kandungan, kontminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian simplisia
sebagai produk olahan , variasi senyawa kandungan dapat di perkecil, diatur
atau di konstankan. ( Depkes RI,2000).

Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dapat di produk siap konsumsi
langsung dapat di pertimbangkan 3 komponen untuk menyususn parameter
standar umum:

1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3


parameter mutu umum suatu bahan ( material), yaitu kebenaran jenis
(indentifikasi), kemurnian ( bebas dari kontaminasi kimia dan biologis)
serta aturan penstabilan ( wadah penyimpanan dan trasportasi).
2. Simplisia sebagai bahan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
di upayakan memenuhi 3 paradigma produk kefarmasian, yaitu
Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia,
yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
(Depkes RI,2000).

Standarisasi simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai


bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang
ditetapkan sebelumnya standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa
simplisia yang akan di gunakan yang tercantum dalam monografi tebintan
resmi Departemen Kesehatan ( material medika Indonesia). Sedangkan
sebagai produk yang langsung dikonsumsi( jamu,serbuk dan sebagainya).

Masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan


peraturan yang berlaku.( Depkes RI, 2000).

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:

6
1. Pengumpulan bahan baku
2. Sortasi basa
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepekan
8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu ( Depkes RI, 1985)

2.2 DAUN SUJI


Tanaman Suji (Pleomelea angustifolia)

7
 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Dracaena
Jenis : Dracaenangustifolia
Nama dagang : Suji

 Nama Daerah

Jawa : Suji(Sunda,Sumatera), Sujen(Jawa) Sulawesi :


Tawaang Im Bolai (Minahasa) Maluku : Pendusta utan
(Ambon), Ngose kolotidi (Temate)

 Morfologi Tanaman

Habitus : Perdu, tinggi 6-8 m Batang : Tegak, berkayu,


beralur melintang, putih kotor Daun : : Tunggal.berseling,
lanset.ujung meruncing,pangkal memeluk batang, tepi rata,
panjang 16 20 cm, lebar 3-4 cm, pertulangan sejajar, hijau
tua. Bunga : Majemuk, di ujung cabang, bentuk tandan,
putih keunguan. Buah : Bulat, diameter ± 1 cm, hijau. Biji :

8
Bulat, putih bening. Akar : Tunggang, putih kotor. Sinonim :
Pleomele angustifolia N.E. Brown

 Ekologi dan Penyebaran

Penyebaran tanaman ini meliputi kawasan India, Birma


(Myanmar), Indonesia, cina, cina bagian selatan, Thailand,
Filipina, Jawa, Sulawesi, Maluku, New Guinea, Australia
Bagian Utara. Suji akan tumbuh sumbuh hingga ketinggian
100 meter di atas permukaan laut, dan menyukai daerah
penggunungan atau dekat aliran air sungai kecil. Tanaman
ini sudah banyak ditanam di pekarangan rumah penduduk
dengan potongan rimpangnya atau sebagai pagar hidup,
namun belum di tanam dalam skala besar atau perkebunan.
( Suseno, 2013 hal 201, Widyaningrum, 2011 hal 1069).

 Kegunaan

Daun suji berkhasiat untuk mengobati beri-beri, disentri,


keputihan, galakta gogum, dan kencing nanah. Sedangkan
akarnya berkhasiat untuk nyeri lambung, penawar racun dan
kencing nanah.
(widyaningrum, 2011 hal 1026, mahfud, 2013).

 Kandungan Kimia

9
Daun suji memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin,
flavonoid, tannin, polifenol klorofil a dan b. klorofil a
mengandung atom Mg yang di ikat dengan N dari 2 cincin
pirol dengan ikatan kofalen serta oleh dua atom N dari 2
cincin pirol lain melalui ikatan koordinat yaitu N dari pirol
yang menyumbangan pasangan elektronnya pada Mg.
dalam proses pengolahan pangan, perubahan yang paling
umum terjadi iyalah penggantian atom maknesium dengan
atom hydrogen yang membentuk feofitin di tandai dengan
perubahan warna dari hijau menjadi coklat olive yang suram.
Klorofil bersifat peka terhadap cahaya, suhu dan oksigen.
( Winarno 1991 hal 173-174).

2.3 PEMBUATAN SIMPLISIA

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain


tergantung pada :

 Bagian tanaman yang digunakan.


 Umur tanaman yang digunakan.
 Waktu panen.
 Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif


di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada

10
saat pagi hari jam 7 sampai jam 8 pagi, karena kalau lewat dari jam 8
tanamannya akan melakukan proses fotosintesis. bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

2. SORTASI BASAH

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-


bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya
harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. PENCUCIAN

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya


yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian
agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier
(1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari
jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah
mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air
yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat
pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah

11
Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan
simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan
pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

4. PERAJANGAN

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.


Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat
yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa
yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama
perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi
antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar
matahari selama satu hari.

12
5. PENGERINGAN

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam
simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang
dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan
simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan
yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak
itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses
metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.
Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun
1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih
dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi
enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan
simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil
penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung
bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau


menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama
proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan
bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama
proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan
sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan
selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan
terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering

13
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh
irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi,
atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan
bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut,
sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan
selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau
kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara


pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai
90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia
yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300
sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan
mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan,
sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada
bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan.
Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan.
Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada
dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah
dan buatan.

a. Pengeringan Alamiah.

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk


mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji
dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia

14
merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara
membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan
aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung
kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang
udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan
atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan
sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology
Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat
pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut
ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu.
Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap
tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika
tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong
yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk
mengeringkan simplisia.

Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari


langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa
aktif mudah menguap.

b. Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar


matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban,
tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah
sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu,

15
kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam
ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah
disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan
suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang
cukup baik.

Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia


dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan
waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk
penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering
dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat
pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam
waktu 6 sampai 8 jam.

Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada


jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia
yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4
sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama
penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

6. SORTASI KERING

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan
sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada
sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik.
Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada

16
rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-
partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang

BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT :
Timbangan digital

Oven

Gunting

Pisau

Tisu

Keranjang

Loyan

17
Nampang

Plastik

3.2 BAHAN :
Air

Daun suji

3.3 CARA KERJA

 Pengumpulan Daun Suji Untuk Dijadikan Bahan Baku Simplisia


 Sortasi Basah Untuk memisahkan kotoran dari Daun Suji
 Penimbangan daun suji menggunakan timbangan digital dengan
berat sebelum pengeringan adalah 3,82 kg
 Pencucian daun suji dengan menggunakan air yang mengalir
 Perajangan atau pemotongan daun suji menggunakan gunting
dan pisau
 Pengeringan daun suji dengan menggunakan Sinar matahari

18
BAB IV

PEMBAHASAN
Tanaman Suji merupakan tanaman yang banyak ditemukan diIndonesia
dengan nama ilmiah Draecaena angustifolia

Daun suji berbentuk memanjang meruncing seperti pita berwarna


kehijauan denganukuran panjang 16-20 cm, lebar 2-4 cm dan dengan
pertulangan dan yang sejajar. Bunga tanaman suji bertandan atau melalai
dengan panjang sekitar50 cm. Buahnya berbentuk bulat lonjong dengan
warna hijau kekuningandan bagian dalam biji berwarna putih. Akar tanaman
suji merupakan akartunggang berwarna putih.

Daun suji memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid,


tannin, polifenol klorofil a dan b. klorofil a mengandung atom Mg yang di ikat
dengan N dari 2 cincin pirol dengan ikatan kofalen serta oleh dua atom N dari

19
2 cincin pirol lain melalui ikatan koordinat yaitu N dari pirol yang
menyumbangan pasangan elektronnya pada Mg.

Daun suji berkhasiat untuk mengobati beri-beri, disentri, keputihan,


galakta gogum, dan kencing nanah. Penyebaran tanaman suji ini meliputi
kawasan India, Birma (Myanmar), Indonesia, cina, cina bagian selatan,
Thailand, Filipina, Jawa, Sulawesi, Maluku, New Guinea, Australia Bagian
Utara. Suji akan tumbuh sumbuh hingga ketinggian 100 meter di atas
permukaan laut, dan menyukai daerah penggunungan atau dekat aliran air
sungai kecil.

Pada praktikum kali ini alat dan bahan yang di gunakan yaitu, timbangan
digital, pisau, tisu, nampang, keranjang, plastik, gunting,dan bahannya
adalah daun suji seberat 3,82 kg dan air.

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, suhu
pengeringan tidak lebih dari 60 C.( BPOM 2014)

Jenis simplisia terbagi menjadi 3 bagian yaitu, simplisia nabati, simplisia


hewani, dan simplisia mineral ( pelican).

Menurut Depkes RI (1989) secara umum simplisia dapat dibuat melalui


beberapa tahapan, dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan sortasi kering serta pengepakan dan
penyimpanan. Pengumpulan bahan baku (waktu panen) merupakan hal
yang harus diperhatikan, karena ini akan berpengaruh pada kandungan
senyawa (metabolit sekunder) yang terdapat pada tanaman tersebut. waktu
panen yang tepat adalah pagi hari jam 7 samapi jam 8 karena jikalau lewat
dari jam 8 maka tumbuhan tersebut akan melakukan proses fotosintesis.cara
pengambilangnya adalah terhitung dari 5 daun yang ke atas pucuk daun,
disaat bagian tanaman yang di panen mengandung kadar senyawa aktif pada

20
jumlah besar. Kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran
dan bahan asing seperti tanah, rumput, kerikil atau bagian tanaman lainnya
yang telah rusak yang nantinya dapat mempengaruhi mutu simplisia.
Dilanjutkan dengan pencucian untuk menghilangkan pengotor seperti tanah
dan mikroba yang menempel pada bagian tanaman. Pencucian ini dilakukan
dengan menggunakan air bersih sebnayak 3 kali untuk memastikan bahwa
tanaman tersebut telah benar-benar bersih dari pengotornya.

Selanjutnya perajangan yang bertujuan untuk memperluas permukaan


simplisia sehingga proses pengeringan akan lebih cepat dan efektif. Selain itu
akan mempermudah dalam proses pengepakan ataupun penggilingan.
Kemudian simplisia tersebut dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar
air pada simplisia (kadar air kurang dari 10 %), karena untuk menghalangi
terjadinya reaksi enzimatik yang dapat mengkatabolisme zat-zat aktif pada
simplisia. Selain itu pengeringan juga berujuan untuk menghalangi proses
pembusukan yang dapat disebabkan oleh jamur, kapang dan bakteri. Setelah
itu masuk ke tahap sortasi kering untuk memisahkan bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang masih tertinggal dan terakhir yaitu
pengepakan dan penyimpanan.

Selanjutnya, setelah simplisia telah benar-benar kering, dilanjutkan dengan


memisahkan simplisia dari zat pengotoryang mungkin masih tertinggal atau
bagian tanaman yang rusak pada simplisia tersebut, sehingga nantinya
didapatkan simplisia dengan kualitas baik. Simplisia tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah disediakan. Sebaiknya
simplisia dalam wadah tersebut diberi silika agar nantinya air yang masih
terkandung dalam simplisia bisa diserap dan juga untuk mencegah
munculnya jamur dalam simplisia yang nantinya akan mempengaruhi kualitas
simplisia itu sendiri. Adapun simplisia yang telah dibuat dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

21
Pada praktikum kali ini saya menggunakan tanaman daun suji. Hal ini karena
kandungan zat alkoloid di dalam tanaman ini di percaya mampu
menyembuhkan berbagai penyakit salah satunya batuh berdarah.

Kerajaan Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Liliopsida

22
Ordo Asparagales

Ruscaceae

(Dracaenaceae)

Genus Dracaena

Spesies D. angustifolia

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
2. Tahap-tahap dalam pembuatan simplisia meliputi pengumpulan
bahan, penyortiran basah, pencucian, pengirisan dan
pengeringan,penyortiran kering,penyimpanan, dan pengolahan
3. Daun suji memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid,
tannin, polifenol klorofil a dan b. klorofil a mengandung atom Mg yang
di ikat dengan N dari 2 cincin pirol dengan ikatan kofalen serta oleh

23
dua atom N dari 2 cincin pirol lain melalui ikatan koordinat yaitu N dari
pirol yang menyumbangan pasangan elektronnya pada Mg.
4. Simplisia sebagai bahan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
di upayakan memenuhi 3 paradigma produk kefarmasian, yaitu
Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).

5.2 SARAN

Tumbuhan merupakan sumber dari obat-obatan yang digunakan


dalam pengobatan berbagai penyakit, saat ini sejumlah besar obat
yang dikembangakn terbuat dari tanaman.

Maka harus ada penelitian lebih lanjut tanaman obat daun suji supaya
mengetahui dengan jelas manfaat dan kandungan dari daun suj.

Karena sampai saat ini tanaman obat tersebut jika digunakan untuk
mengobati secara tradisional da penggunaan, takarannya pun masih
belum jelas karena masih mengikuti aturan secara turun temurun dari
nenek moyang, dan cara penggunaan penggunaan daun suji di setiap
daerah masih berbeda-beda.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan


Republic Indonesia

Anonim. 1995.Farmakope Indonesia Edisi Iv.Jakarta : Departemen


Kesehatan Republic Indonesia.

Arfandi, A. 2013. Proses Pembentukan Feofitin Daun Suji sebagai Bahan


Aktif

Photosensitizer Akibat Pemberian Variasi Suhu. Pillar Of Physics, 1(1) : 68-


76.

BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan


Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Bpom Jakarta.

25
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Tradisional, Departemen Kesehatan Republik Indonesian, Jakarta 9-16

Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012, Cara Produksi Simplisia Yang Baik,
Seafast Center, Bogor,10-11

26

Anda mungkin juga menyukai