Anda di halaman 1dari 16

SEDIAAN GALENIKA

EKSTRAKTA

Pengertian Extracta
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau
cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di
luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979).
Extracta biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat pengering, misalnya kapur
tohor. (Anonim, 1979). Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya
dan apabila mengandung bahan mudah menguap harus disimpan dalam botol yang
disumbat rapat.(Pharmacope Nederland)

Jenis-jenis extracta
Extracta dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
- Ekstrak kering (Siccum)
- Ekstrak Kental (Spissum)
- Ekstrak cair (Liquidum)

a. Ekstrak Kering (Siccum)


Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk serbuk yang didapatkan
dari penguapan oleh pelarut yang digunakan untuk ekstraksi. substansi ekstrak kering
yaitu eksipien (bahan pengisi), stabilizers (penstabil), dan preservative (bahan
pengawet). Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Standardisasi dari pembuatan ekstrak kering adalah kesesuaian bahan material,
kesesuaian menggunakan bahan inert, atau ekstrak kering dari bagian tumbuhan yang
digunakan untuk pengolahan. Penggunaan pelarut disesuaikan dengan jumlah dan
monografinya. (USP 30-NF25 topic 565)
Ekstrak kering (Extracta sicca) dibagi dalam dua bagian, yaitu:
1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan etanol dan karena tidak larut
sepenuhnya dalam air. Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum Rhei.
2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya antara lain Ekstraktum Aloes,
Ekstraktum Opii, Ekstraktum Ratanhiae. (Van Duin, 1947)

b. Ekstrak Kental (Spissum)


Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang memiliki tingkat
kekentalan di antara ekstrak kering dan ekstrak cair. Suatu ekstrak kental diartikan
dengan ekstrak dengan kadar air antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae
diizinkan kadar air sebanyak 35%. (Van Duin, 1947)
Ekstrak kental didapatkan dari penguapan sebagian dari pelarut, air, alkohol, atau
campuran hidroalkohol yang digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi. Ekstrak
semisolid mengandung antimicrobial atau bahan pengawet lainnya yang sesuai.
Ekstrak semisolid terdiri dari bahan yang sama dengan ekstrak kering yang dapat
digunakan sebagai obat-obatan atau suplemen, tetapi masing-masing memiliki
keuntungan dan kerugian. (USP 30-NF25 topic 565)
Pada ekstrak kental, yang terpisah adalah:
1. Extractum Filicis, yang dibuat dengan perkolasi dengan eter, setelah itu eter
dihilangkan sama sekali dengan penyulingan. Dalam Farmakope dinyatakan bahwa
sebelum Ekstractum Filicis harus diaduk terlebih dahulu.
2. Extractum Cannabis indicae, yang dibuat dengan etanol 90% dan mungkin tidak
mengandung jumlah air yang berarti. Jika ekstrak ini pada waktu pengolahan harus
dilarutkan, maka untuk itu kita harus memakai etanol 90%.

Ekstrak lainnya dapat digolongkan dengan jelas dalam dua golongan:


a. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan dengan air,
contoh: Ekstrak Belladonnae, Extractum Visci albi, Extractum Hyoscyami.
b. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum liquiritae, Extractum
Gentianae, Extractum Taraxaci. (Van Duin, 1947)

c. Ekstrak cair (Liquidum)


Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak
dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan
aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau
bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan
Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai. (Farmakope
Indonesia Edisi III, hal 7)
Ekstrak cair dibuat dengan cara perkolasi. Biasanya juga mengikuti proses maserasi.
Proses pembuatan mencakup konsentrasi bagian yang ditambah air selama
penyaringan oleh uap atau penyulingan pada temperature di bawah 60°. (USP 30-
NF25 topic 565)
Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae liquidum, Extractum Hepatis liquidum
(Van Duin, 1947)

Keuntungan dan Kerugian Extracta


Keuntungan :
1. Zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang
mempunyai kadar tinggi
2. Zat berkhasiat lebih mudah diatur dosisnya.
3. Untuk menstandardisasi kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu,
keamanan, dan khasiat produk akhir (Moh.Anief, 2010)
4. Penggunaan ekstrak dibandingkan dengan simplisia asalnya adalah bisa lebih
simple dari segi bobot, pemakaian ekstrak lebih sedikit dibandingkan dengan bobot
tumbuhan asalnya.
5. Dengan adanya teknologi ekstrak ini, biasanya pihak yang diuntungkan
diantaranya industri bidang obat tradisional dari segi keseragaman mutu hasil produk
jadinya, dan pemerintah dari sisi keamanan dan khasiat produk jadi (Anonim, 2005).
Kerugian
1. Pada pembuatan ekstrak tidak semua zat berkhasiat dapat tersari dalam
pelarutnya. (Anonim, 2005).

ISOLASI
Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur
sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Tumbuhan
mengandung ribuan senyawa sebagai metabolit primer dan metabolit sekunder.
Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami mengisolasi senyawa metabolit
sekunder,karena dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu
senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi senyawa tertentu maka
dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi
tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan
sebaliknya senyawaa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
(Harborne, 1987)

Di alam senyawa kimia umumnya terdapat dalam bentuk campuran, oleh sebab itu
diperlukan pemisahan, fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran
zat tersebut, pemisahan dilakukan tehnik yang bermacam macam seperti kromatografi
(KKt, KLT, KCKT, KCV, KK, KGC) dan ekstraksi cair-cair. terkadang digunakan
kombinasi keduanya, seringkali dilakukan secara berulang-ulang agar didapat fraksi
zat yang lebih banyak.
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:
1. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut
yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut
kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).

2. Kromatografi
Kromatograsi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan perbedaan
migrasi komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak. pemisahan ini
dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia umum dari molekul seperti :
1. kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)
2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus
(adsorbsi/penjerapan)
3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian)

FRAKSINASI
Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan golongan
utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi
merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen berdasarkan perbedaan
kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung dalam tumbuhan.
Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat dalam
ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika digunakan
air sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat polar,
termasuk senyawa yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar misalnya
heksan, maka senyawa yang terekstraksi bersifat non polar dalam ekstrak. Pada
prakteknya dalam melakukan fraksinasi digunakan dua metode yaitu dengan
menggunakan corong pisah dan kromatografi kolom.
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair
untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase
pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak tercampur.
Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa organiklipofilik
seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun etilasetat. Kebanyakan
pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur
halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari fraksi, fraksi yang lebih berat
akan berada pada bagian dasar sementara fraksi yang lebih ringan akan berada di atas.
Tujuannya untuk memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan
yang lain. Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non
polar akan masuk ke pelarut non polar.
Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola, mempunyai
penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam
laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun
teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3 L. Dalam skala
industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.
Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan kedalam
corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan
digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini
kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan.
Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung.
Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan
dengan mengontrol keran corong.
Kromatografi Kolom
Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara :
1. Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan
cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka komponen-
komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan
ada interaksi antara komponen dengan adsorben
2. Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur -
Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak.
Karena fase diam memberikan daerah yang sangat luas bagi fase gerak, maka
pemisahan berlangsung lebih baik.
Penyiapan kolom
Pemilihan ukuran kolom a. Tergantung jumlah sampel yang akan dipisahkan,
perbandingan adsorben-cuplikan (30:1) b. Perbandingan panjang dengan diameter
kolom (10-15:1) c. Untuk sampel yang multikomponen yang mempunyai afinitas
yang sama terhadap adsorben maka dipilih kolom yang panjang, sedangkan untuk
komponendengan afinitas yang berbeda terhadap adsorben maka dipilih kolom yang
pendek.
Cara melakukan adsorben ke dalam kolom: 1. Metode kering 2. Metode basah 3.
Metode bubur/lumpuran
Penggunaan kolom
1. Sebelum dilakukan elusi, kolom dibasahi dulu dengan sejumlah fase gerak yang
akan digunakan.
2. Sampel dimasukkan ke dalam kolom dalam bentuk padat maupun cair Sampel
bentuk padat : • Dicampur dengan adsorben sampai merata, kemudian dengan hati-
hati dimasukkan ke dalam kolom yang sudah berisi adsorben • Pada
kromatografipartisi, sampel dilarutkan dalam fase diam, kemudian dicampur dengan
bahan penyangga, baru ditempatkan di atas adsorben Sampel bentuk cair :
Dilarutkan/dicampur dengan fase gerak, kemudian dengan hati-hati dimasukkan ke
dalam kolom yang sudah berisi adsorben.
3. Setelah sampel masuk kolom, biasanya dilakukan pencucian terlebih dahulu baru
dielusi dengan fase gerak. Untuk mendapatkan hasil elusi yang baik, umunya
kecepatan fase gerak diatur 1-5 ml/menit.
4. Setelah elusi selesai, kromatogram dapat dideteksi dengan : - Berdasarkan warna
sampel, bila yang dielusi berwarna - Dengan sinar UV 366nm - Disemprot dengan
larutan/reagen penampak bercak
KONSENTRASI
Konsentrasi adalah istilah umum untuk menyatakan banyaknya bagian zat terlarut
dan pelarut yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi dapat dinyatakan secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Untuk ukuran secara kualitatif, konsentrasi
larutan dinyatakan dengan istilah larutan pekat (concentrated) dan encer (dilute).
Kedua isitilah ini menyatakan bagian relatif zat terlarut dan pelarut dalam larutan.
Larutan pekat berarti jumlah zat terlarut relatif besar, sedangkan larutan encer berarti
jumlah zat terlarut relatif lebih sedikit. Biasanya, istilah pekat dan encer digunakan
untuk membandingkan konsentrasi dua atau lebih larutan.
Dalam ukuran kuantitatif, konsentrasi larutan dinyatakan dalam g/mL (sama seperti
satuan untuk densitas). Namun, dalam perhitungan stoikiometri satuan gram diganti
dengan satuan mol sehingga diperoleh satuan mol/L. Konsentrasi dalam mol/L atau
mmol/mL dikenal dengan istilah molaritas atau konsentrasi molar.

Macam Macam Konsentrasi Larutan (Kimia) – Dibawah ini merupakan beberapa


macam larutan beserta konsentrasi larutan dalam kimia
1. FRAKSI MOL
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah
mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A dan 7 mol zat terlarut B. maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
* XA + XB = 1

2. PERSEN BERAT
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
- gula = 5/100 x 100 = 5 gram
– air = 100 – 5 = 95 gram
3. MOLALITAS (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air!
- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
4. MOLARITAS (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
5. NORMALITAS (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :
N = M x valensi
FARMAKOTERAPI, FARMAKOKINETIK OBAT
kata kata kedokteran / farmasi memiliki sedikit kemiripan,namun berbeda
jauh artinya.
beberapa kata yang sering digunakan & artinya sebagai berikut :

-Farmakologi : adalah ilmu yang mempelajari pengaruh senyawa obat melalui


proses Kimia khususnya melalui reseptor bila digunakan oleh mahluk hidup
definisi obat sendiri adalah suatu senyawa yang digunakan untuk
mencegah,mengobati,mendiagnosa gangguan,atau membuat kondisi tertentu

- Farmakognosi : bagian dari ilmu farmasi yang khusus mempelajari sifat


tanaman untuk tujuan pengobatan

– Farmakologi Klinik : ilmu yang mempelajari efek obat terhadap manusia

- Farmakodinamik : ilmu yang mempelajari efek dan fisiologi obat serta


mekanisme cara kerja obat untuk tujuan pengobatan

– Farmakokinetik : ilmu yang mempelajari nasib Obat dari mulai


Absorbsi,distribusi,metabolismenya dan terakhir askresinya

– Farmakoterapi : ilmu yang mempelajari penggunaan obat untuk tujuan


terapi /mencegah dan mengobati penyakit

- Farmako Ekonomi : ilmu yang mempelajari Hubungan Obat dan nilai


ekonomis yang dihasilkan oleh obat itu sendiri.

adapun dalam hal absorbsi obat :


definisi absorbsi itu sendiri adalah Jumalah obat yang berhasil masuk ke
peredaran darah dengan jumlah obat pada wal pemberian.
adabeberapa istilah sbb :
- Bio Ekuivalensi : jika 2 macam obat yang sama,debrikan dengan cara yang
sama,diabsorbsi sama cepatnya,dan memberikan efek terapi yang sama pula
– Bio availabilitas : perbandingan anatara jumlah obat yang masih aktif
terhadap jumlah obat yang berhasil diabsorbsi.

adapun factor yang mempengaruhi Bio Avaibilitas Obat sbb :


1.factor obat itu sendiri
– sifat fisikokimia nya/ bentuk molekulnya
– Formaulasi Obat : ukuran partikel,bentuk bubuk /kristal
2.factor penderita itu sendiri
– kepatuhan pasien untuk minum obat
– adanya gangguan saluran pencernaan
– Gerak peristaltik usus
3. Interaksi dalam saluran cerna
– adanya makanan / susu
-Adanya efek lainnya juga
Farmakoterapi adalah terapi menggunakan obat berdasarkan jenis penyakit
dan kondisi penderita. Berikut adalah beberapa kelompok obat dan
fungsinya.

Kelompok obat dan fungsinya


N Kelompok Obat Fungsi
o

1 Antiinfeksi Untuk mengobati luka, infeksi

Antibiotika Menghambat atau membunuh


mikroorganisme yang
merugikan bagi kesehatan
tubuh manusia maupun hewan

Sulfa/sulfonamidum Suatu obat yang berasal dari


senyawa kimia yang digunakan
untuk menghambat atau
membunuh mikroorganisme
yang merugikan

Fungisidum/Anti Untuk menghambat/ mencegah


Fungal infeksi jamur sistematik &
sebagai antijamur untuk infeksi
dermatofit & mukokutan

Zat warna Menghambat mikroorganisme


yang merugikan bagi kesehatan

2 Anthelmentika Untuk memusnahkan cacing


(cacing kremi, cacing pita &
tambang) dalam tubuh manusia

3 Antihistamin Mencegah gejala alergi, hay


fever

4 Antiinflamasi Untuk mengobati atau


menghilangkan rasa nyeri pada
sendi

5 Anti alergi Untuk mengobati/


menghilangkan rasa alergi

6 Antitusif Untuk batuk kering

7 Antipiretik Penurun panas

8 Antidiuritika hipertensi ringan sampai sedang

9 Anti diarrhea Untuk mengobati diare

10 Anti parasitica Mengobati tumor, kanker

11 Anti spasmodic Merelaksasikan otot


12 Anti hipertensi Menurunkan tekanan darah
yang melebihi normal

13 Anti Hemoragik untuk anti hemoragik

14 Anti Oksidan Menangakap radikal bebas yang


masuk ke dalam tubuh yan
dapat menyebabkan kanker dan
penuaan dini

15 Anti irritant Mencegah/ mengobati iritasi

16 Anti Vertigo Menghilangkan rasa nyeri pada


kepala, mual

17 Antidota Untuk mengeluarkan racun

18 Acpectorian Untuk mencairkan &


mengeluarkan lendir saat batuk

19 Vasilatator Untuk memperlebar pembuluh


darah

20 Laksatif Obat yang dapat mempercepat


gerakan peristaltik usus sebagai
refleks rangsangan terhadap
dinding usus sehingga dapat
menyebabkan pembuangan air
besar

21 Anti Depresan Perbaikan pada gejala depresi

22 Anti reumatika Menekan penyakit reumatik

23 Anti virus Menghambat penyakit yang


disebabkan oleh virus

24 Antasid Menetralkan asam lambung


berlebih

25 Metabolic Untuk memelihara, fungsi


metabolisme normal

26 Anastetika, Menghilangkan rasa nyeri


transquilizer,
sedative

27 Anti tympani obat kejang

28 Anti tetani Mengobati tetanus

29 Hormon Untuk menurunkan kadar gula


dalam darah

30 Laxansia, stimulant pencahar perut setelah operasi


rumen

Aplikasi Obat
Dalam pemakaian obat, kita harus memperhatikan aplikasinya. Hal
ini ditinjau dari komposisi obat, sifat obat dan tujuan pemberian obat. Adapun
aplikasi pemakaian obat adalah :

Aplikasi parenteral
Aplikasi oral secara parenteral adalah melalui suntikan. Keterbatasan
obat parenteral konvensional yang dapat mengurangkan indeks terapi ialah
distribusi obat yang didistribusikan ke seluruh badan hingga menyebabkan
pemborosan, metabolisme yang segera dalam hati dan ekskresi yang lebih cepat
di ginjal.

Aplikasi Per-oral
Bentuk sediaan obat ini merupakan bentuk sediaan obat untuk sistemik
yang mudah digunakan, murah dan banyak digunakan. Keuntungan daripada
bentuk sediaan obat ini ialahmudah dan nyaman digunakan, area absobsi luas,
banyak pembuluh darah, pelepasan obat diperpanjang dan pelepasan obat
terkontrol dalam jangka waktu tertentu mengurangi frekuensi pemberian obat.
Namun demikian, terdapat juga kerugian untuk bentuk sediaan obat ini yaitu dari
variabilitas kecepatan dan jumlah obat diabsorbsi, reaksi tambahan dan pH
lambung yang sangat asam.

Aplikasi Obat Topical


Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal
pada kulit atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina
dan rectum. Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai