Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI INDUSTRI

BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3) (BENZENA) DI BENGKEL SEPEDA


MOTOR DAN MOBIL

DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL JANNAH SUTANTO
70200117046

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang
telahmelimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “BAHAN
BERACUN DAN BERBAHAYA (B3) (BENZENA) DI BENGKEL SEPEDA MOTOR
DAN MOBIL” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini berisi tentang hal yang
berhubungan dengan bahan-bahan beracun dan berbahaya yang terdapat di bengkel serta
dampak bagi kesehatan apabila para pekerja terpapar oleh benzene.
Secara garis besar lingkup makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab Imengenai
fenomena secara para pekerja bengkel sepeda motor dan mobil yang terpapar oleh bahan-
bahan beracun dan berbahaya di tempat kerja. Bab II mengenai pembahasan hasil identifikasi
B3 di bengkel sepeda motor dan mobil, jalur paparan pada manusia serta mekanisme masuk
ke dalam tubuh, biomarker dari B3 (Benzena), efek yang ditimbulkan dari benzene, dan
NAB/TLV dari Benzena.Bab IV berupa kesimpulan dari paparan pembahasan serta saran.
penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kemajuan selanjutnya.

Samata, 29 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman menjadikan kendaraan bermotor dan mobil
menjadi transportasi yang selalu digunakan oleh masyarakat.Berdasarkan data BPS
(2016) Perkembangan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun di Indonesia
mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 81,5%
kendaraan bermotor yang paling banyak di Indonesia hingga mencapai 98,88 juta
unit, sehingga wajar jika keberadaan bengkel respirasi sepeda motor dan mobil
menjadi sangat mudah dijumpai. Maka semakin bertambahlah bengkel sepeda motor
dan mobil yang dipergunakan oleh masyarakat untuk pelayanan servis (perbaikan dan
perawatan) yang dilakukan oleh para mekanik motor. Pelayanan bengkel yang
dilakukan mulai dari perawatan yaitu servis ringan, tune up, spare parts, sampai
servis besar (turun mesin), dan terdapat pula penggantian pelumas/oli

Berdasarkan proses pelayanan yang dilakukan pada bengkel sepeda motor dan
mobil pastinya tidak terlepas dari berbagai bahan-bahan kimia baik yang beracun dan
juga berbahaya. Salah satu bahan kimia beracun dan berbahaya yang sering
ditemukan pada bengkel sepeda motor dan mobil yaitu benzene. Benzena merupakan
zat kimia yang tidak berwarna atau berwarna kuning cerah dalam wujud cair pada
suhu kamar (Indrayani, 2019). Benzena memiliki aroma manis (senyawa aroamtik),
memiliki sifat toksik, mencemari lingkungan sekitar dan memiliki sifat mudah
terbakar (CDC, 2013). Risiko kesehatan akibat paparan benzene pada pekerja bengkel
sepeda motor dan mobil inilah yang kemudian perlu mendapatkan perhatian.

Pada tahun 1980 di Indonesia tercatat jumlah kasus keracunan akibat benzene
akibat paparan rerata sebesar 26,7 ppm dan berdasarkan hasil uji coba Balai Besar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar tahun 2020 terdapat 4 perusahaan
dengan jumlah 7 lokasi pengukuran, 100% melampaui nilai ambang batas (NAB)
yang ditetapkan (Syafar dan Wahab, 2015). Penelitian terdahulu terdapat tiga kasus
leukemia pada pekerja mekanik bengkel mobil rutin menggunakan bensin untuk
membersihkan tangan mereka untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaannya.
Adanya pajanan benzena yang diterima mekanik pada penelitian Yunita 2016
menjelaskan 57,1% mekanik mengalami keracunan benzene dari kadar fenol
dalam urin pada 16 pekerja bengkel sepeda motor.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, bahan beracun


dan berbahaya pada tempat kerja bengkel sepeda motor dan mobil perlu dikaji dan
akan dibahas pada pembahasan berikut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Apa saja identifikasi bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) pada tempat kerja
bengkel sepeda motor dan mobil dan dari mana sajakah sumbernya ?
2. Bagaimana jalur paparan pada manusia dan mekanisme B3 (Benzena) masuk ke
dalam tubuh?
3. Bagaimana biomarker dari B3 (Benzena) tersebut ?
4. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan ?
5. Berapa NAB/TLV dari B3 (Benzena) tersebut ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapaun tujuan penulisannya adalah:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) pada
tempat kerja bengkel sepeda motor dan mobil dan sumbernya
2. Mahasiswa dapat memahami jalur paparan pada manusia dan mekanisme B3
(Benzena) masuk ke dalam tubuh
3. Mahasiswa dapat mengetahui biomarker dari B3 (Benzena)
4. Mahasiswa dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari paparan B3 (Benzena)
5. Mahasiswa dapat mengetahui NAB/TLV dari B3 (Benzena)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi B3 pada Bengkel Sepeda Motor dan Mobil dan Sumbernya
Bengkel sepeda motor dan mobil tidak terlepas dari bahan-bahan kimia yang
beracun dan juga berbahaya baik indoor maupun outdoor. Paparan bahan kimia yang
mudah terpajan oleh pekerja bengkel sepeda motor dan mobil yaitu dalam ruangan
(indoor). Hal ini terjadi karena dibandingkan outdoor, pencemar indoor dapat terjebak
dan tidak terjadi pengenceran.Selain itu, sebagian besar pekerja biasanya dihabiskan
di dalam ruangan tertentu. Adapun bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) yang
terdapat di area indoor pada bengkel sepeda motor dan mobil yaitu:
1. Benzena
Sumber paparan benzene indoor yang terbesar adalah emisi kendaraan
bermotor dan mesin atau peralatan dengan bahan bakar fosil yang dapat memasuki
ruangan (Governmen of Canada). Sumber lain yang patut menjadi perhatian adalah
rokok, material bangunan, furniture, dsb (WHO, 2010). Sumber benzene juga dapat
dijumpai dari kontak langsung mekanik terhadap bensin, oli, cat mobil dan cairan
pendingin yang ada di sepeda motor ataupun mobil, uap kendaraan, uap bensin dan
majun.
2. Timbal (Pb) atau timah hitam
Limbah yang dihasilkan dari perbengkelan berupa limbah padat dan limbah
cair.Sumber paparan timbal (Pb) pada bengkel sepeda motor dan mobil bersumber
dari limbah cair bengkel.Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa oli
bekas, bahan ceceran, pelarut/pembersih dan air.Bensin merupakan salah satu
sumber polutan/limbah dari timbal karena bensin mengandung salah satu zat yaitu
timbal (Pb). Bahan pelarut pada umumnya mudah sekali menguap sehingga
keberadaanya dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara (Nadeak, 2016)
Limbah B3 padat meliputi limbah logam yang dihasilkan dari kegiatan usaha
perbengkelan seperti skrup, potongan logam, lap kain yang terkontaminasi oleh
pelumas bekas maupun pelarut bekas. Sedangkan limbah cair meliputi oli bekas,
pelarut atau pembersih, H2SO4dari aki bekas.
3. Toluen
Toluen merupakan salah satu bahan kimia dari golongan organic solvent yang
berbahaya bagi kesehatan yang dapat ditemuka pada tiner cat yaitu pada bengkel
pengecatan mobil.Target organ utama dari paparan toluene adalah sistem saraf
pusat (SSP), bentuk ekskresi dari paparan toluen adalah asam hipurat urin
(Agustina, 2016).
4. Cadmium
Paparan cadmium berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Selain itu paparan cadmium dapat bersumber dari
pengelasan.Cadmium digunakan di berbagai bidang seperti pelapisan logam,
peleburan dan pemurnian zink (Zn) pengelasan, pewarna, baterai, minyak pelumas,
bahan bakar, pupuk dan pestisida.Cadmium dapat meyebabkan gagal ginjal
(Santoso, 2019).
5. Chromium
Paparan Chromium berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Cadmium dapat meyebabkan iritasi kulit, hidung,
salaruan nafas atas.
6. Plumbum dan Merkuri
Paparan Plumbum dan Merkuri berasal dari dempul dan cat yang bersifat
toksik dan merupakan bahan karsinogenik.Plumbum dan Merkuri menyebabkan
fibrosis dalam jangka panjang menyebabkan kanker.
7. Arcylic Resin
Paparan Arcylic Resin berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Arcylic Resin menyebabkan asma.
8. Isocynate
Paparan Isocynate berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Isocynate menyebabkan menurunnya kapasitas
vital paru-paru.
Bahan beracun dan berbahaya yang akan saya bahas lebih lanjut pada bengkel sepeda
motor dan mobil yaitu Benzena.:
Benzena
Benzena merupakan zat kimia yang tidak berwarna atau berwarna kuning
cerah dalam wujud cair pada suhu kamar. Benzena memiliki aroma yang manis
(senyawa aromatic) dan memiliki sifat mudah terbakar (CDC, 2013). Kebanyakan
orang mulai dapat mencium aroma benzene di udara dengan konsentrasi 60 ppm dan
dapat mengenali bahwa aroma tersebut merupakan benzene pada konsentrasi 100
ppm. Paparan singkat (5 – 10 menit) terhadap benzene dengan kadar sangat tinggi di
udara (10.000 – 20.000 ppm) diyakini dapat mengakibatkan kematian (Indrayani,
2019). Kadar yang lebih rendah (700 – 3.000 ppm) dapat meyebabkan kantuk, pusing,
detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, kebingungan, dan hilang
kesadaran.Paparan jangka panjang terhadap benzene dapat menyebabkan kanker
organ pembentukan darah (Leukimia) (ATSDR, 2007).International Agency of
Cancer Research(IARC) dan Environmental Protection Agency(EPA)
mengklasifikasikan benzena sebagai Carcinogenic to Human yang artinya agen ini
dapat menyebabkan kanker pada manusia(U.S. EPA, 2000).
Pekerjaan paling berisiko terpapar benzene adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan reparasi kendaraan bermotor dan juga bermobil. Biasanya para
mekanik melayani jasa reparasi sepeda motor dan mobil selama minimal 8 jam per
hari, dan selama itu pula mereka berisiko terhadap paparan benzene yang berasal dari
emisi ataupun uap bahan bakar sepeda motor. Besarnya risiko yang diterima oleh
individu akibat paparan risk agent sangat bergantung pada dua factor besar, yakni
factor keterpaparan dan factor kerentanan. Faktor keterpaparan berhubungan dengan
karakteristik paparan risk agent yang meliputi konsentrasi paparan, cara pemajanan,
durasi pajanan, dan frekuensi pajanan. Sedangkan factor kerentanan individu berarti
respon tiap-tiap individu terhadap risk agent yang dipengaruhi oleh imunitas. Hal
inilah yang menyebabkan dua individu berbeda dengan factor keterpaparan yang sama
dapat menimbulkan efek yang berbeda pada individu yang terpapar.
Sumber pajanan benzene yang terakumulasi di udara tempat kerja (bengkel)
yang utama diketahui berasal dari bahan bakar sepeda motor (bensin) berupa
premium, pertalite, dan pertamax. Kandungan benzene yang tedapat pada bahan bakar
dapat lepas ke udara melalui dua kemungkinan yakni peguapan bahan bakar yang
diletakkan di wadah terbuka dan melalui sisa pembakaran mesin sepeda motor.
Benzena dapat masuk ke dalam tubh melalui 3 jalur yakni melalui inhalasi,
absorbsi kulit/mata, dan melalui ingesti. Rute utama paparan benzene di bengkel
adalah melalui inhalasi, dan sebagian kecil melalui absorbs berupa percikan pada
mata dan ingesti. Hal ini dapat terjadi karena mekanik tidak menggunakan APD
berupa pelindung pernapasan dan tidak menggunakan sarung tangan yang memadai
saat bersentuhan langsung dengan bensinyang digunakan untuk membersihkan
onderdil sepeda motor.

B. Jalur Paparan dan Mekanisme Benzena Masuk Ke Dalam Tubuh Manusia


Jalur paparan benzene masuk ke dalam tubuh manusia melalui tiga jalur yakni:
melalui inhalasi, absorbs mata/kulit, dan melalui ingesti. Melalui inhalasi, dampak
keracunan akut dapat ditimbulkan oleh level risiko minimal (MRLs) benzene sebesar
0.009 ppm selama ≤ 14 hari, sedangkan dampak paparan kronis dapat timbul oleh
MRLs benzene sebesar 0.003 ppm dengan durasi selama ≥1 tahun. Organ utama yang
menjadi target pajanan akut adalah sistem hematopoetik, sistem saraf, dan sistem
imun. Target dari pajanan kronis pada level rendah adalah darah dan sistem
pembentukan darah (ATSDR, 2007).
Waktu pajanan menunjukkan lamanya mekanik terpapar benzene di tempat
kerja (bengkel) dalam sehari dengan satuan jam. Pajanan benzene pada mekanik
dikethaui berkaitan dengan aktivitas pekerjaannya dalam melakukan perbaikan sepeda
motor dan mobil. Waktu pajanan sama dengan lamanya waktu pelayanan bengkel.
Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 pasal 77 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan standar jam kerja bahwa a). 7 jam dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam
seminggu untuk 6 hari kerja dalam seminggu, atau b). 8 jam kerja dalam 1 hari atau
40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Ketentuan standar
ini digunakan untuk meminimalisir paparan benzena yang diterima pekerja agar tidak
terjadi gangguan kesehatan serius.
Benzena adalah karsinogenik pada manusia melalui paparan inhalasi (darwis,
2017). Benzena yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit akan mengalami
metabolism yang utama menjadi benzene epoksida. Di dalam hati, benzene epoksida
merupakan senyawa yang tidak stabil dan akan segera mengalami perubahan
membentuk fenol yang akan dikeluarkan melalui urin.
Inhalasi adalah jalur yang paling penting dari penyerapan benzene selama
pajanan berlangsung.Manusia menyerap 30-52% dari benzena yang dihirup,
tergantung pada konsentrasi benzene, durasi pajanan dan pernapasan.Namun,
penyerapan benzena melalui kulit tidak terlalu besar, karena benzene menguap
dengan cepat pada tekanan uap yang tinggi.Oleh karena itu, di bawah kondisi kerja
normal, penyerapan benzena melalui kulit mungkin tidak begitu berpengaruh.Benzena
dapat menjadi toksik kalau tertelan, terinhalasi, dan terabsorpsi melalui kulit.Studi
menunjukkan benzena diserap secara efisien bila tertelan (mendekati 100 persen),
diikuti oleh inhalasi (50 persen) dan pada tingkat lebih rendah melalui kulit.Benzena
tidak disimpan dalam tubuh untuk waktu yang lama. Dalam waktu 48 jam setelah
pajanan, sebagian besar benzena atau bahan kimia yang telah keluar dari
tubuh.Benzena dapat ditransmisikan dari darah ibu ke janin.Penelitian pada hewan
yang telah menunjukkan berat bayi lahir rendah, pembentukan tulang yang terlambat,
dan kerusakan sumsum tulang ketika hewan pada kondisi hamil menghirup benzene
(Febyan, 2015).
Senyawa benzena yang masuk ke dalam tubuh berbentuk uap melalui inhalasi
(sistem pernapasan) akan diabsorpsi oleh organ paru-paru dengan jumlah sekitar 40–
50% dari keseluruhan kadar benzena yang masuk tubuh. Ketahanan paru dalam
mengabsorpsi benzena sekitar 50% untuk beberapa jam paparan antara 2–100 cm 3/m3
(ATSDR, 2007). Uap benzena yang ditemukan di bengkel yang berasal dari oli,
bensin, dan sebagainya dapat mengakibatkan pekerja menghirup secara simultan
tanpa adanya alat pelindung diri yang dipergunakan.Sehingga benzena dapat
terabsorpsi ke dalam darah yang sebelumnya telah diabsorpsi pada jaringan lemak
karena sifat benzena yang larut dalam.Distribusi benzena ke seluruh tubuh ke dalam
jaringan lemak, sum-sum tulang dan urin memiliki porsi 20% lebih besar daripada ke
darah.Kemudian, benzena akan berada ke dalam hati dan terjadi proses metabolisme
dan menghasilkan produk dengan cincin terbuka berupa asam t,t-muconic acid yang
merupakan senyawa racun bagi sumsum tulang. Setelah itu, senyawa tersebut
diekskresikan melalui urin dengan jumlah 1,6% dari total senyawa metabolit benzena
(ATSDR, 2007). Kadar t,t-muconic acid urin yang ditemukan pada pekerja dengan
dosis paparan benzena tingkat rendah berhubungan secara linear dengan kadar
paparan benzena tertimbang waktu Total Weight Average (TWA).
C. Biomarker dari Benzena
Biomarker merupakan pengukuran parameter biologis sebagai indikasi adanya
paparan senyawa toksik.Salah satu biomarker dari pajanan benzene yaitu fenol. Proses
pembentukan fenol dari benzene yaitu ketika pajanan benzene masuk ke dalam hati,
maka benzone epoksida yang tekah diubah akan mengalami perubahan menjadi fenol
yang nantinya akan dikeluarkan melalui urin. Fenol dalam urin merupakan salah satu
biomarker untuk pemaparan benzene (Darwis, 2017).Batas normal fenol urin
seseorang adalah < 20 mg/L. Kandungan fenol urin yang melebihi standar harus
diwaspadai terhadap kejadian keracunan, karena merupakan gambaran tingkat
pemaparan terhadap benzene.Semakin tinggi kandungan fenol dalam urin dapat
diasumsikan semakin berat tingkat paparan benzene.Oleh karena itu kandungan fenol
digunakan sebagai indicator biologic atas paparan benzene pada tenaga kerja.
Beberapa tes dapat menunjukkan jika penderita telah terpajan benzena.Ada tes
untuk mengukur benzena dengan metode pernapasan.Tes ini harus dilakukan segera
setelah terpajan. Benzena juga dapat diukur dalam darah, namun karena benzena
menghilang dengan cepat dari darah, tes ini hanya berguna untuk pajanan yang baru
saja terjadi. Metode analisis standar terakhir untuk benzena di udara, air, tanah,
makanan, asap, sampel biologis, produk minyak bumi mengandalkan kromatografi
gas (GC) dengan api atau deteksi foto ionisasi, atau gas kromatografi-mass
spectrometry (GC-MS). Salah satu cara untuk menilai kerusakan genetik adalah
dengan mengukur mutasi pada gen-gen tertentu, seperti glycophorin. Peningkatan
kadar "gene-duplicating" mutasi GPA ditemukan pada pekerja yang terpajan benzena.
Metabolit awal benzena yaitu benzena oksida (BO), bereaksi dengan residu cysteinyl
dalam hemoglobin (Hb) dan albumin (Alb) untuk membentuk hasil ikatan protein
(BO-Hb dan BO-Alb), yang diduga menjadi biomarker tertentu pajanan benzena.Bois
FY dkk menyatakan terdapat konsentrasi benzena di udara yang dihembuskan, di
dalam darah vena, dan fenol pada urin, dari tiga sukarelawan yang terpajan benzena
dalam ruang inhalasi selama 4 jam.Di dalam tubuh, benzena dimetabolisme menjadi
produk yang disebut metabolit.Metabolit tertentu dapat diukur dalam urin.Asam
metabolit Sphenylmercapturic dalam urin merupakan indikator yang sensitif terhadap
pajanan benzena. Namun, tes ini (monitoring biologi) harus dilakukan segera setelah
terpajan benzena dan bukan merupakan indikator utama untuk mengetahui seberapa
banyak benzena yang telah terpajan, karena metabolit mungkin terdapat dalam urin
dari sumber yang lain (Febyan, 2015).
Terdapat beberapa biomarker paparan lingkungan yang dapat digunakan untuk
mengetahui kadar paparan benzena yang dapat diterima tubuh. Senyawa metabolit t,t-
mukonic acid merupakan indikator biomarker yang lebih sensitif dan spesifik dalam
biomonitoring biologi, terutama untuk konsentrasi rendah benzena (Musthari, 2016).
t,tmuconic acid urin adalah salah satu hasil metabolit minor dari paparan benzena di
tempat kerja. Metabolit tersebut direkomendasikan oleh ACGIH sebagai biomarker
untuk paparan benzena di tempat kerja (> 0,25 ppm) dengan nilai batas indeks
paparanbiologis 500 μg/g kreatinin (Jalai A et al, 2016). Senyawa t,t-muconic acid
dalam urin telah terbukti meningkat dengan adanya paparan benzena mulai dari < 0,1
ppm sampai 20 ppm.

D. Efek yang Ditimbulkan dari Paparan Benzena


Besar kecilnya jam kerja berhubungan dengan efek yang ditimbulkan,
terutama jumlah kadar benzene yang masuk ke dalam tubuh seorang pekerja. Menurut
Environmental protection agency, bahwa kadar benzena sebesar 4 ppm di udara kerja
dapat menghasilkan sebuah kasus leukimia tambahan dari 10.000 orang yang terpapar
sepanjang hidup (ATSDR, 2006).
Paparan benzene dalam kandungan yang tinggi menyebabkan efek narkotik
dan iritasi pada mata dan saluran napas, paparan jangka panjang dengan kandungan
rendah dapat berakibat supresi sumsum tulang dan dapat dihubungkan dengan
kejadian leukemia atau gangguan sel darah lainnya.Benzena ditemukan di dalam
campuran beberapa pelarut.Benzena adalah senyawa yang mudah menguap, dan
terpapar secara luas dalam bentuk uap menyebabkan kerusakan susunan syaraf pusat,
sistem hematopoietic, sistem kekebalan tubuh, dan saluran pencernaan. Kontak yang
lama dengan kulit akan menyebabkan kerusakan kulit mirip akibat terbakar, dan
beberapa pekerja menjadi lebih sensitive.
Studi Epidemiologi yang dilakukan oleh Putra (2003) terhadap para pekerja
yang terpapar benzene dalam periode waktu yang lama menunjukkan bertambahnya
pekerja yang menderita kanker, terutama kanker darah (leukimia). Partikel cat dalam
aktivitas pengecatan terdiri dari berbagai macam bahan kimia berbahaya seperti VOC
(volatile organic compound) yang biasanya berupa solvent atau tiner, resin, timbal,
kromium, kadmium, kobalt, merkuri, isosianat dan hidrokarbon. Bahan-bahan
tersebut bersifat toksik dan merupakan bahan karsinogenik (Darwis, 2017).
E. NAB/TLV dari Benzena
Nilai Ambang Batas (NAB)/threshold Limit Value adalah standar daktor
Paparan benzene di lingkungan kerja sudah diatur nilai ambang batasnya. Di
Indonesia, nilai ambang batas (NAB) dari benzene sebesar 0.5 ppm. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor
PER/13/MEN/X2011 tentang nilai ambang batas factor fisika dan kimia di tempat
kerja dan menurut NIOSH, nilai ambang batas dari benzene adalah 0.01 ppm.
Menurut SNI Benzena termasuk kedalam zat kimia yang diperkirakan karsinogen
untuk manusia (suspected human carcinogen) dengan NAB 32 mg/m3 (SNI, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, sehingga dapat disimpulkan:
Tempat kerja pada bengkel sepeda motor dan mobil tidak terlepas dari bahan-
bahan kimia baik yang beracun dan juga berbahaya seperti benzene, timbal (Pb),
Toluen, Cadmium, Chormium, Plumbum dan Merkuri, Arcylic Resin, Isocynate, dsb
yang bersumber dari limbah baik padat maupun cair, alat dan bahan pada
perbengkelan. Jalur paparannya dapat melalui inhalasi (pernapasan), kulit dan ingesti.
Benzena di dalam hati akan melakukan perubahan menjadi benzene epoksida
(senyawa tidak stabil) lalu mengalami perubahan menjadi fenol yang akan disalurkan
ke urin. Fenol inilah yang akan menjadi biomarker (pengukuran parameter biologi)
untuk mengetahui ada tidaknya kandungan zat benzene di dalam tubuh. Efek yang
ditimbulkan dar pajanan benzene apabila melebihi NAB (32 mg/m 3) atau sebesar 0.5
ppm maka tubuh akan mengalami gangguan sisitem saraf pusat, sistem imun, sistem
hematopoietic, dsb.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, U. 2016.Hubungan Toluen dengan Asam Hipurat Urin dan Keluhan SSP pada Pekerja
Bengkel (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
ATSDR. 2007. Toxicological Profilr for Benzene

Bestari, E. M. 2019. Pengaruh Pajanan Benzena Terhadap Profil Darah Dan Keluhan Kesehatan
(Studi Pada Pekerja Mekanik Bengkel Motor AHASS di Kota Kediri) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Bestari, E. M. (2019). Source of Benzene, Characteristics and Hemoglobin Levels of AHASS
Mechanical Workers at Kediri City. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, 11(4), 293-299.
Cahyana, G. H., Sukrisna, A., & Mulyani, T. (2017).Hubungan Paparan Xylene Dan Methyl Hippuric
Acid Pada Pekerja Informal Pengecatan Mobil Di Karasak, Bandung. Creative Research
Journal, 1(01), 79-94.
CDC. 2013. Fact About Benzene

canada/services/environmental-workplace-health/reports-publications/air-quality/benzene-indoor-

Darwis, D., Mubarak, M., & Anita, S. Risiko Paparan Benzena Terhadap Kandungan Fenol Dalam
Urin Pekerja Pengecatan Mobil Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun
2017. Dinamika Lingkungan Indonesia, 5(1), 40-47.
Febyan, A. W., Linardi, M., Hudyono, J., & Okupasi, D. K. (2015).Pengaruh Pajanan Benzena
terhadap Timbulnya Leukemia Mieloid Akut pada Pekerja yang Terpajan. J Kedokt, 1-14.
Government of Canada. 2013. Benzene inIndoor Air.

Indrayani, R., Pujiati, R. S., & Rusdianto, A. A. (2019).Faktor Keterpaparan Benzena Pada Mekanik
Di Bengkel Sepeda Motor. IKESMA, 15(1).
Jalai, A., Ramezani, Z., Ebrahim, K., 2016. Urinary Trans,trans-muconic acid is Not a Reliable
Biomarker for Low Level Environmental and Occupational Benzene Exposures. Journal Safety
and Health at Work, [e-Journal] 8: pp. 220-225
Katadata.2017. Berapa Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia

Keputusan Direktur JenderalMinyak dan Gas Bumi. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi No. 3674K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan
Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan di Dalam Negeri
Luthfi, M., dkk. 2018. Uji Komposisi Bahan Bakar dan Emisi Pembakaran Pertalite dan
Premium. Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta 2018, 10.01. 67-729]
Musthari., 2016. Korelasi Paparan Benzena Melalui Pengukuran Kadar Trans-Trans Muconic Acid
(tt-MA) Dengan Kadar Enzim Transaminase Dan Total Protein Pada Pekerja SPBU
Pertamina Kota Medan. Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nadeak, E. S., Aldo, N., & Horiza, H. (2015).Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Limbah Cair
Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Jurnal Bahana Kesehatan
Masyarakat (Bahana of Journal Public Health), 13(3), 181-189.
Noerhalimah, T. (2019). Analisis Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Kadar Malondialdehid
(Mda) Pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil Di Surabaya (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga).
Yuniati, I. (2016). Hubungan Praktik Kerja, Pajanan Benzena dan Kebiasaan Merokok dengan
Konsentrasi Benzena dalam Urin (Studi pada Pekerja Bengkel di Kecamatan Tembalang
Semarang) (Doctoral dissertation, UNIMUS).
Saadatuddaroini, S., & Keman, S. (2019).Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja Terhadap Kadar T, T-
Moconic Acid Urin Pekerja Terpapar Benzena Di Pertambangan Minyak Tradisional
Bojonegoro. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 8(1), 115-123.
Santoso, S., Lestari, S., Prayoga, L., Kamsinah, K., & Rochmatino, R. (2019).Efek Paparan Kadmium
(Cd) Terhadap Fungsi Ginjal Pekerja Bengkel Las. Kesmas Indonesia: Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11(1), 1-8.
U.S. EPA. 2000. Benzene; CASRN 71-43-2.

WHO.2010. WHO Guidelines for Indoor Air Quality: Selected Pollutants.

Yafar, M., Wahab A. W., 2015.Analysis of Benzene Concentration Effects at Workplace To The
Phenol Concentration In Urine Of Painting Workshop Saadatuddaroini dan Soedjajadi Keman,
Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja… 123 Labors In Makassar, Indonesia. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research [e-Journal] 21(2): pp. 439-445

Anda mungkin juga menyukai