DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL JANNAH SUTANTO
70200117046
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman menjadikan kendaraan bermotor dan mobil
menjadi transportasi yang selalu digunakan oleh masyarakat.Berdasarkan data BPS
(2016) Perkembangan kendaraan bermotor dari tahun ke tahun di Indonesia
mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sekitar 81,5%
kendaraan bermotor yang paling banyak di Indonesia hingga mencapai 98,88 juta
unit, sehingga wajar jika keberadaan bengkel respirasi sepeda motor dan mobil
menjadi sangat mudah dijumpai. Maka semakin bertambahlah bengkel sepeda motor
dan mobil yang dipergunakan oleh masyarakat untuk pelayanan servis (perbaikan dan
perawatan) yang dilakukan oleh para mekanik motor. Pelayanan bengkel yang
dilakukan mulai dari perawatan yaitu servis ringan, tune up, spare parts, sampai
servis besar (turun mesin), dan terdapat pula penggantian pelumas/oli
Berdasarkan proses pelayanan yang dilakukan pada bengkel sepeda motor dan
mobil pastinya tidak terlepas dari berbagai bahan-bahan kimia baik yang beracun dan
juga berbahaya. Salah satu bahan kimia beracun dan berbahaya yang sering
ditemukan pada bengkel sepeda motor dan mobil yaitu benzene. Benzena merupakan
zat kimia yang tidak berwarna atau berwarna kuning cerah dalam wujud cair pada
suhu kamar (Indrayani, 2019). Benzena memiliki aroma manis (senyawa aroamtik),
memiliki sifat toksik, mencemari lingkungan sekitar dan memiliki sifat mudah
terbakar (CDC, 2013). Risiko kesehatan akibat paparan benzene pada pekerja bengkel
sepeda motor dan mobil inilah yang kemudian perlu mendapatkan perhatian.
Pada tahun 1980 di Indonesia tercatat jumlah kasus keracunan akibat benzene
akibat paparan rerata sebesar 26,7 ppm dan berdasarkan hasil uji coba Balai Besar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar tahun 2020 terdapat 4 perusahaan
dengan jumlah 7 lokasi pengukuran, 100% melampaui nilai ambang batas (NAB)
yang ditetapkan (Syafar dan Wahab, 2015). Penelitian terdahulu terdapat tiga kasus
leukemia pada pekerja mekanik bengkel mobil rutin menggunakan bensin untuk
membersihkan tangan mereka untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaannya.
Adanya pajanan benzena yang diterima mekanik pada penelitian Yunita 2016
menjelaskan 57,1% mekanik mengalami keracunan benzene dari kadar fenol
dalam urin pada 16 pekerja bengkel sepeda motor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Apa saja identifikasi bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) pada tempat kerja
bengkel sepeda motor dan mobil dan dari mana sajakah sumbernya ?
2. Bagaimana jalur paparan pada manusia dan mekanisme B3 (Benzena) masuk ke
dalam tubuh?
3. Bagaimana biomarker dari B3 (Benzena) tersebut ?
4. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan ?
5. Berapa NAB/TLV dari B3 (Benzena) tersebut ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapaun tujuan penulisannya adalah:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) pada
tempat kerja bengkel sepeda motor dan mobil dan sumbernya
2. Mahasiswa dapat memahami jalur paparan pada manusia dan mekanisme B3
(Benzena) masuk ke dalam tubuh
3. Mahasiswa dapat mengetahui biomarker dari B3 (Benzena)
4. Mahasiswa dapat mengetahui efek yang ditimbulkan dari paparan B3 (Benzena)
5. Mahasiswa dapat mengetahui NAB/TLV dari B3 (Benzena)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi B3 pada Bengkel Sepeda Motor dan Mobil dan Sumbernya
Bengkel sepeda motor dan mobil tidak terlepas dari bahan-bahan kimia yang
beracun dan juga berbahaya baik indoor maupun outdoor. Paparan bahan kimia yang
mudah terpajan oleh pekerja bengkel sepeda motor dan mobil yaitu dalam ruangan
(indoor). Hal ini terjadi karena dibandingkan outdoor, pencemar indoor dapat terjebak
dan tidak terjadi pengenceran.Selain itu, sebagian besar pekerja biasanya dihabiskan
di dalam ruangan tertentu. Adapun bahan kimia beracun dan berbahaya (B3) yang
terdapat di area indoor pada bengkel sepeda motor dan mobil yaitu:
1. Benzena
Sumber paparan benzene indoor yang terbesar adalah emisi kendaraan
bermotor dan mesin atau peralatan dengan bahan bakar fosil yang dapat memasuki
ruangan (Governmen of Canada). Sumber lain yang patut menjadi perhatian adalah
rokok, material bangunan, furniture, dsb (WHO, 2010). Sumber benzene juga dapat
dijumpai dari kontak langsung mekanik terhadap bensin, oli, cat mobil dan cairan
pendingin yang ada di sepeda motor ataupun mobil, uap kendaraan, uap bensin dan
majun.
2. Timbal (Pb) atau timah hitam
Limbah yang dihasilkan dari perbengkelan berupa limbah padat dan limbah
cair.Sumber paparan timbal (Pb) pada bengkel sepeda motor dan mobil bersumber
dari limbah cair bengkel.Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa oli
bekas, bahan ceceran, pelarut/pembersih dan air.Bensin merupakan salah satu
sumber polutan/limbah dari timbal karena bensin mengandung salah satu zat yaitu
timbal (Pb). Bahan pelarut pada umumnya mudah sekali menguap sehingga
keberadaanya dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara (Nadeak, 2016)
Limbah B3 padat meliputi limbah logam yang dihasilkan dari kegiatan usaha
perbengkelan seperti skrup, potongan logam, lap kain yang terkontaminasi oleh
pelumas bekas maupun pelarut bekas. Sedangkan limbah cair meliputi oli bekas,
pelarut atau pembersih, H2SO4dari aki bekas.
3. Toluen
Toluen merupakan salah satu bahan kimia dari golongan organic solvent yang
berbahaya bagi kesehatan yang dapat ditemuka pada tiner cat yaitu pada bengkel
pengecatan mobil.Target organ utama dari paparan toluene adalah sistem saraf
pusat (SSP), bentuk ekskresi dari paparan toluen adalah asam hipurat urin
(Agustina, 2016).
4. Cadmium
Paparan cadmium berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Selain itu paparan cadmium dapat bersumber dari
pengelasan.Cadmium digunakan di berbagai bidang seperti pelapisan logam,
peleburan dan pemurnian zink (Zn) pengelasan, pewarna, baterai, minyak pelumas,
bahan bakar, pupuk dan pestisida.Cadmium dapat meyebabkan gagal ginjal
(Santoso, 2019).
5. Chromium
Paparan Chromium berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Cadmium dapat meyebabkan iritasi kulit, hidung,
salaruan nafas atas.
6. Plumbum dan Merkuri
Paparan Plumbum dan Merkuri berasal dari dempul dan cat yang bersifat
toksik dan merupakan bahan karsinogenik.Plumbum dan Merkuri menyebabkan
fibrosis dalam jangka panjang menyebabkan kanker.
7. Arcylic Resin
Paparan Arcylic Resin berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Arcylic Resin menyebabkan asma.
8. Isocynate
Paparan Isocynate berasal dari dempul dan cat yang bersifat toksik dan
merupakan bahan karsinogenik.Isocynate menyebabkan menurunnya kapasitas
vital paru-paru.
Bahan beracun dan berbahaya yang akan saya bahas lebih lanjut pada bengkel sepeda
motor dan mobil yaitu Benzena.:
Benzena
Benzena merupakan zat kimia yang tidak berwarna atau berwarna kuning
cerah dalam wujud cair pada suhu kamar. Benzena memiliki aroma yang manis
(senyawa aromatic) dan memiliki sifat mudah terbakar (CDC, 2013). Kebanyakan
orang mulai dapat mencium aroma benzene di udara dengan konsentrasi 60 ppm dan
dapat mengenali bahwa aroma tersebut merupakan benzene pada konsentrasi 100
ppm. Paparan singkat (5 – 10 menit) terhadap benzene dengan kadar sangat tinggi di
udara (10.000 – 20.000 ppm) diyakini dapat mengakibatkan kematian (Indrayani,
2019). Kadar yang lebih rendah (700 – 3.000 ppm) dapat meyebabkan kantuk, pusing,
detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, kebingungan, dan hilang
kesadaran.Paparan jangka panjang terhadap benzene dapat menyebabkan kanker
organ pembentukan darah (Leukimia) (ATSDR, 2007).International Agency of
Cancer Research(IARC) dan Environmental Protection Agency(EPA)
mengklasifikasikan benzena sebagai Carcinogenic to Human yang artinya agen ini
dapat menyebabkan kanker pada manusia(U.S. EPA, 2000).
Pekerjaan paling berisiko terpapar benzene adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan reparasi kendaraan bermotor dan juga bermobil. Biasanya para
mekanik melayani jasa reparasi sepeda motor dan mobil selama minimal 8 jam per
hari, dan selama itu pula mereka berisiko terhadap paparan benzene yang berasal dari
emisi ataupun uap bahan bakar sepeda motor. Besarnya risiko yang diterima oleh
individu akibat paparan risk agent sangat bergantung pada dua factor besar, yakni
factor keterpaparan dan factor kerentanan. Faktor keterpaparan berhubungan dengan
karakteristik paparan risk agent yang meliputi konsentrasi paparan, cara pemajanan,
durasi pajanan, dan frekuensi pajanan. Sedangkan factor kerentanan individu berarti
respon tiap-tiap individu terhadap risk agent yang dipengaruhi oleh imunitas. Hal
inilah yang menyebabkan dua individu berbeda dengan factor keterpaparan yang sama
dapat menimbulkan efek yang berbeda pada individu yang terpapar.
Sumber pajanan benzene yang terakumulasi di udara tempat kerja (bengkel)
yang utama diketahui berasal dari bahan bakar sepeda motor (bensin) berupa
premium, pertalite, dan pertamax. Kandungan benzene yang tedapat pada bahan bakar
dapat lepas ke udara melalui dua kemungkinan yakni peguapan bahan bakar yang
diletakkan di wadah terbuka dan melalui sisa pembakaran mesin sepeda motor.
Benzena dapat masuk ke dalam tubh melalui 3 jalur yakni melalui inhalasi,
absorbsi kulit/mata, dan melalui ingesti. Rute utama paparan benzene di bengkel
adalah melalui inhalasi, dan sebagian kecil melalui absorbs berupa percikan pada
mata dan ingesti. Hal ini dapat terjadi karena mekanik tidak menggunakan APD
berupa pelindung pernapasan dan tidak menggunakan sarung tangan yang memadai
saat bersentuhan langsung dengan bensinyang digunakan untuk membersihkan
onderdil sepeda motor.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan.Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, U. 2016.Hubungan Toluen dengan Asam Hipurat Urin dan Keluhan SSP pada Pekerja
Bengkel (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
ATSDR. 2007. Toxicological Profilr for Benzene
Bestari, E. M. 2019. Pengaruh Pajanan Benzena Terhadap Profil Darah Dan Keluhan Kesehatan
(Studi Pada Pekerja Mekanik Bengkel Motor AHASS di Kota Kediri) (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Bestari, E. M. (2019). Source of Benzene, Characteristics and Hemoglobin Levels of AHASS
Mechanical Workers at Kediri City. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, 11(4), 293-299.
Cahyana, G. H., Sukrisna, A., & Mulyani, T. (2017).Hubungan Paparan Xylene Dan Methyl Hippuric
Acid Pada Pekerja Informal Pengecatan Mobil Di Karasak, Bandung. Creative Research
Journal, 1(01), 79-94.
CDC. 2013. Fact About Benzene
canada/services/environmental-workplace-health/reports-publications/air-quality/benzene-indoor-
Darwis, D., Mubarak, M., & Anita, S. Risiko Paparan Benzena Terhadap Kandungan Fenol Dalam
Urin Pekerja Pengecatan Mobil Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Tahun
2017. Dinamika Lingkungan Indonesia, 5(1), 40-47.
Febyan, A. W., Linardi, M., Hudyono, J., & Okupasi, D. K. (2015).Pengaruh Pajanan Benzena
terhadap Timbulnya Leukemia Mieloid Akut pada Pekerja yang Terpajan. J Kedokt, 1-14.
Government of Canada. 2013. Benzene inIndoor Air.
Indrayani, R., Pujiati, R. S., & Rusdianto, A. A. (2019).Faktor Keterpaparan Benzena Pada Mekanik
Di Bengkel Sepeda Motor. IKESMA, 15(1).
Jalai, A., Ramezani, Z., Ebrahim, K., 2016. Urinary Trans,trans-muconic acid is Not a Reliable
Biomarker for Low Level Environmental and Occupational Benzene Exposures. Journal Safety
and Health at Work, [e-Journal] 8: pp. 220-225
Katadata.2017. Berapa Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia
Keputusan Direktur JenderalMinyak dan Gas Bumi. 2006. Keputusan Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi No. 3674K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan
Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan di Dalam Negeri
Luthfi, M., dkk. 2018. Uji Komposisi Bahan Bakar dan Emisi Pembakaran Pertalite dan
Premium. Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta 2018, 10.01. 67-729]
Musthari., 2016. Korelasi Paparan Benzena Melalui Pengukuran Kadar Trans-Trans Muconic Acid
(tt-MA) Dengan Kadar Enzim Transaminase Dan Total Protein Pada Pekerja SPBU
Pertamina Kota Medan. Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nadeak, E. S., Aldo, N., & Horiza, H. (2015).Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Limbah Cair
Bengkel Kendaraan Bermotor Di Kota Tanjungpinang Tahun 2014. Jurnal Bahana Kesehatan
Masyarakat (Bahana of Journal Public Health), 13(3), 181-189.
Noerhalimah, T. (2019). Analisis Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Kadar Malondialdehid
(Mda) Pada Pekerja Bengkel Pengecatan Mobil Di Surabaya (Doctoral dissertation,
Universitas Airlangga).
Yuniati, I. (2016). Hubungan Praktik Kerja, Pajanan Benzena dan Kebiasaan Merokok dengan
Konsentrasi Benzena dalam Urin (Studi pada Pekerja Bengkel di Kecamatan Tembalang
Semarang) (Doctoral dissertation, UNIMUS).
Saadatuddaroini, S., & Keman, S. (2019).Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja Terhadap Kadar T, T-
Moconic Acid Urin Pekerja Terpapar Benzena Di Pertambangan Minyak Tradisional
Bojonegoro. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 8(1), 115-123.
Santoso, S., Lestari, S., Prayoga, L., Kamsinah, K., & Rochmatino, R. (2019).Efek Paparan Kadmium
(Cd) Terhadap Fungsi Ginjal Pekerja Bengkel Las. Kesmas Indonesia: Jurnal Ilmiah
Kesehatan Masyarakat, 11(1), 1-8.
U.S. EPA. 2000. Benzene; CASRN 71-43-2.
Yafar, M., Wahab A. W., 2015.Analysis of Benzene Concentration Effects at Workplace To The
Phenol Concentration In Urine Of Painting Workshop Saadatuddaroini dan Soedjajadi Keman,
Korelasi Masa Kerja, Jam Kerja… 123 Labors In Makassar, Indonesia. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research [e-Journal] 21(2): pp. 439-445