Anda di halaman 1dari 30

GAMBARAN NILAI INDEKS ERITROSIT PADA PEGAWAI MEKANIK

MOTOR DI KOTA CIMAHI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH

ANISA NURDIAH SAFARANI

411116018

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN (D-III)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2019
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, sektor otomotif telah menyerap tenaga kerja hingga 1,3

juta orang. Mereka bekerja di industri perakitan, komponen, showroom,

bengkel, dan purna jual. Orang yang dalam pekerjaan sehari-hari selalu

berhubungan dengan asap kendaraan seperti mekanik bengkel motor

akan mendapat paparan emisi kendaraan jauh lebih banyak dari orang

yang tidak berhubungan dengan asap kendaraan dalam pekerjaannya.

Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)

tahun 1992 di beberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan

Surabaya) menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan

sumber utama pencemaran udara dan polutan tertinggi yang dihasilkan

adalah gas CO sebesar 97,68% (Suryono, 2017).

Perkembangan pesat dalam dunia industri tidak lepas dari berbagai

macam penggunaan bahan kimia. Disisi lain, industri otomotif dapat

menghasilkan polutan atau bahan kimia seperti timbal ( Pb ) dari asap

knalpot dan bensin yang mengandung benzene. Pb yang terhirup oleh

manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung di

dalam darah. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat

terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik

diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan

1
2

merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang

terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-

kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran

pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung

akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh

karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Di dalam tubuh Pb

dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik (Santi,

2001).

Penggunaan benzene dalam bahan bakar bensin menimbulkan

berbagai masalah, mulai dari masalah limbah, pencemaran udara,

hingga masalah pengaruh penggunaan bahan berbahaya bagi

kesehatan pekerja dan manusia di lingkungan sekitar. Bensin

mengandung senyawa benzene ( C6H6 ) yang berfungsi untuk

meningkatkan nilai oktan dalam bahan bakar bensin. Dampak yang

ditimbulkan akibat paparan benzene secara akut, yaitu menyebabkan

gangguan pada sistem saraf, kurangnya suplai oksigen ke otak, pusing,

denyut jantung yang cepat, sakit kepala, tremor, kebingungan dan juga

pingsan. Paparan benzene secara kronis dapat menyebabkan

penurunan produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia

(Sipayung, Suryanto, & Megawati, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008,

anemia merupakan kondisi seseorang dengan kadar hemoglobin (Hb),

hematokrit (Ht) dan jumlah sel darah merah menurun hingga berada di
3

bawah nilai normal sesuai dengan ketetapan nilai batas ambang

menurut usia dan jenis kelamin. Anemia merupakan gejala yang terjadi

akibat satu atau lebih kombinasi dari tiga mekanisme dasar berikut:

kehilangan darah, penurunan produksi eritrosit dan peningkatan

destruksi eritrosit. Salah satu pemeriksaan anemia adalah Indeks

Eritrosit (WHO, 2008).

Nilai eritrosit Rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga

Indeks eritrosit/ sel darah merah merupakan bagian dari pemeriksaan

laboratorium hitung darah lengkap (Complete blood count) yang

memberikan keterangan mengenai ukuran rata-rata eritrosit dan

mengenai banyaknya hemoglobin (Hb) per eritrosit (Yayan, 2010).

Indeks eritrosit terdiri atas : isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV :

mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata), berat (MCH :

mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata),

konsentrasi (MCHC : mean corpuscular hemoglobin concentration atau

kadar hemoglobin eritrosit rata-rata), Indeks eritrosit dipergunakan

secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang

dalam membedakan berbagai macam anemia (Riswanto, 2009).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wahyu Kurniawan (2008)

adalah Hasil penelitian didapat rerata kadar Pb darah adalah 1,828 μg/dl

profil darah mencakup kadar Hb, hematokrit, eritrosit, MCV, MCH,

MCHC masih dalam batas normal, variabel plumbum dalam darah


4

berhubungan dengan kadar leukosit dan trombosit dengan nilai p-value

masing-masing 0,034 dan 0,022 dengan nilai rho 0,341 dan rho 0,365.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas dirumuskan permasalahan

sebagai berikut “ Bagaimana Gambaran Nilai Indeks Eritrosit Pada

Pegawai Mekanin Motor di Kota Cimahi? “

C. Pembatasan Masalah

1. Pada pemeriksaan kali ini jumlah sampel yang digunakan 30

orang dari darah vena Pegawai Mekanik Motor

2. Metode pemeriksaan menggunakan alat canggih Hematology

Analyzer

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

Nilai Indeks Eritrosit pada Pegawai Mekanik Motor di Kota Cimahi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai MCV pada Pegawai Mekanik Motor di

Kota Cimahi

b. Untuk mengetahui nilai MCH pada Pegawai Mekanik Motor di

Kota Cimahi

c. Untuk mengetahui nilai MCHC pada Pegawai Mekanik Motor

di Kota Cimahi
5

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi

ilmiah mengenai ilmu kesehatan khususnya di bidang hematologi.

2. Manfaat Khusus

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi mengenai nilai indeks eritrosit pada Mekanik Motor,

sehingga para Mekanik Motor dapat lebih waspada terhadap bahan

– bahan kimia yang ada di tempat bekerjanya.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mekanik Motor

Di Indonesia, sektor otomotif telah menyerap tenaga kerja hingga 1,3

juta orang. Mereka bekerja di industri perakitan, komponen, showroom,

bengkel, dan purna jual. Orang yang dalam pekerjaan sehari-hari selalu

berhubungan dengan asap kendaraan seperti mekanik bengkel motor

akan mendapat paparan emisi kendaraan jauh lebih banyak dari orang

yang tidak berhubungan dengan asap kendaraan dalam pekerjaannya.

Asap kendaraan yang tidak sempurna pembakarannya akan

menghasilkan gas-gas berbahaya seperti timbal (Pb) atau timah hitam.

Banyaknya Timbal yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas mesin

kendaraan, dimana kualitas mesin kendaraan semakin baik, semakin

rendah timbal yang dihasilkan (Bakta, 2006).

Tenaga mekanik bengkel yang sering disebut montir adalah

seseorang yang bekerjanya memperbaiki, memasang, atau

memodifikasi kendaraaan bermotor. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan

yang sering terpapar bahan – bahan kimia . resiko tersebut berasal dari

bensin, oli bekas, air aki dan bahan kimia lain yang ada di perbengkelan

(Daryanto, 2010).

Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)

tahun 1992 di beberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan

6
7

Surabaya) menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan

sumber utama pencemaran udara dan polutan tertinggi yang dihasilkan

adalah gas CO sebesar 97,68% (Suryono, 2017).

Di sisi lain, industri otomotif termasuk bengkel menghasilkan

bermacam-macam polutan atau bahan kimia seperti timbal atau (Pb)

dari asap knalpot , bensin mengandung benzena dan karbon monoksida

yang dihasilkan oleh kendaraan yang diperbaiki karena pekerja mekanik

ini bekerja pada bagian mesin kendaraan yang merupakan sumber

langsung pembakaran pada kendaraan yang dapat mengganggu

kesehatan tubuh (Santi, 2001).

B. Zat Polutan Yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor

1. Timbal atau Pb

Gas-gas berbahaya seperti timbal dapat masuk ke dalam tubuh

melalui saluran pernapasan, sebagian besar timbal akan menumpuk di

sel darah merah (eritrosit), sisanya akan terakumulasi di sumsum tulang

dan jaringan lunak yang kemudian akan mengganggu proses

hematopoesis. Hematopoesis atau proses pembentukan darah terjadi di

dalam sumsum tulang pada orang dewasa sehingga jika terjadi

gangguan pada sumsum tulang akan mempengaruhi pembentukan sel

sel darah (Bakta, 2006).

Pajanan melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan

terutama oleh Pb karbonat dan Pb sulfat. Masukan Pb 100 hingga 350

μg/hari dan 20 μg/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap Pb dapat


8

menimbulkan gangguan kesehatan. Maka sejalan dengan lama dan

tingkat pemaparan terhadap partikel Pb, maka hal tersebut dapat

menimbulkan gangguan kesehatan salah satunya adalah gangguan

profil darah (Kurniawan, 2008)

2. Benzene

Benzene adalah cairan bening, tidak berwarna, mudah terbakar,

dengan bau seperti gas yang dapat dikukus dan mengalir. Benzene

adalah senyawa organik yang ditemukan di udara karena pembakaran

batu bara dan minyak, uap bensin, asap kendaraan, asap, api dari kayu

dan sumber lainnya. Penyebab utama pencemaran lingkungan adalah

oleh industri benzena. Benzene dalam darah yang beredar memasuki

jaringan dan jaringan lemak menyimpan sebagian darinya. Ekskresi zat

ini juga dilakukan sebaliknya, ini berarti ditransmisikan ke paru-paru oleh

darah dan melalui kapiler, dan ditempatkan dalam keseimbangan

dengan udara di dalam rongga paru-paru dan dengan demikian ditolak

(Salehiforouz, Vahdati, Malekirad, & Edalatmanesh, 2017).

Beberapa bukti menunjukkan bahwa benzena dapat menjadi

penyebab hal berikut:

1. Leukemia limfositik akut dan kronis

2. Limfoma Non-Hodgkin

3. Multiple myeloma

4. Anemia karena disfungsi organ hematopoietik


9

Pada keracunan benzen kronis, pengujian sumsum tulang kadang-

kadang mungkin normal, dan dalam beberapa kasus bersifat aplastik

atau hiperplastik. Gejala dan efek samping termasuk sakit kepala,

pusing, kelelahan, kehilangan nafsu makan, merasa tidak enak badan,

kemarahan, pendarahan hidung, dan bentuk pendarahan lainnya. Efek

akut benzena meliputi kantuk, pusing, sakit kepala, anestesi dan tremor,

mual, kejang, insomnia, stimulasi lambung, dan peningkatan denyut

jantung dan koma (SA, 2008)

3. Karbon Monoksida

Gas karbon monoksida (CO) merupakan parameter pencemaran

udara yang sangat perlu diperhatikan karena merupakan polutan yang

sangat berbahaya dari kendaraan bermotor, tentunya dapat

mengganggu kesehatan manusia. Kendaraan bermotor merupakan

sumber utama CO terutama pada kendaraan yang sudah tua, karena

mesin kendaraan kurang berfungsi secara baik. ( K.T., Setiawan, B. &

Nurimaniwathy, 2008).

Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan

ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala dan

mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat,

rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot,

gangguan pada system kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada

kematian (Mukono, 2010).


10

Ketika terdapat gas karbon monoksida (CO), maka CO akan

mengikat hemoglobin lebih kuat sehingga menghambat oksigen

berikatan dengan hemoglobin. HbCO yang masuk ke dalam tubuh dapat

terakumulasi dalam darah sampai ke konsentrasi yang dapat

membahayakan nyawa (Mukono, 2010).

Pekerja di bidang otomotif seperti pekerja bengkel mempunyai risiko

terpajan polutan lebih tinggi dibanding dengan pekerja yang bekerja di

dalam ruangan seperti pekerja cleaning service. Pemeriksaan

Laboratorium yang dibutuhkan dalam bidang Hematologi adalah Indeks

Eritrosit. Pada pemeriksaan ini untuk mengetahui klasifikasi macam –

macam anemia. Sehingga untuk itu Indeks eritrosit Mean Cospuscular

Volume ( MCV ) digunakan untuk mengetahui besar ukuran sel, Mean

Cospuscular Hemoglobin ( MCH ), Mean Cospuscular Hemoglobin

Concentration ( MCHC ) digunakan untuk mengetahui ukuran, bentuk

dan warna dari eritrosit (Mukono, 2010).

C. Anemia

1. Definisi

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah

atau hemoglobin kurang dari normal.Anemia merupakan salah satu

kelainan darah yang sering terjadi kerika sel darah merah (eritrosit)

dalam tubuh menjadi sangat rendah (Proverawati, 2011).

Anemia dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara diantaranya

adalah klasifikasi morfologik yang berdasarkan morfologi eritrosit pada


11

pemeriksaan apus darah tepi atau dengan melihat indeks eritrosit

dengan menggunakan alat hematology analyzer. Pada dasarnya gejala

anemia timbul akibat berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa

oleh darah ke jaringan (Bakta I. , 2015).

Adapun skema timbulnya anemia daoat dilihat pada Gambar 2.1

(Bakta I. , 2015)

Eritrosit / Hemoglobin menurun

Kapasitas angkut oksigen menurun

Anoreksia organ target Mekanisme kompensasi tubuh

Gejala Anemia

Gambar 2.1 Skema Timbulnya Anemia (Bakta I. , 2015)

2. Klasifikasi Anemia

Secara morfologis dan indeks – indeksnya : (Helen, 2001)

1) Makrositik Normokrom

Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah

besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Dikatakan

normokrom karena konsentrasi pada hemoglobin normal ( MCV

meningkat ; MCHC normal). Ada dua jenis anemia makrositik yaitu :


12

a. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12,

asam folat dan gangguan sintesis DNA.

b. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang

dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.

2) Mikrositik Hipokrom

Anemia mikrositik hipokrom, dimana mikrositik yang berarti kecil

dan hipokrom yang berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah

yang kurang dari normal (MCV kurang;MCHC kurang). Disebabkan

oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme

serta gangguan metabolisme besi lainnya.

a) Anemi hiperkrom : MCH > 34 pg atau MCHC > 36 gr/dl

b) Anemi hipokrom : MCH < 27 pg atau MCHC < 32 gr/dl

c) Anemi normokrom : MCH 27 - 3 pg atau MCHC 32 – 36

gr/dl

d) Anemi makrositer : MCV > 100 fl

e) Anemi mikrositer : MCV < 80 fl

f) Anemi normositer : MCV 80 – 100 fl

3) Normositik Normokrom

Dimana bentuk dan ukuran sel darah merah normal, dan

mengandung hemoglobim dalam jumlah normal (MCV

normal;MCHC normal).

D. Indeks Eritrosit

1. Definisi Indeks Eritrosit


13

Nilai eritrosit Rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga

Indeks eritrosit/ sel darah merah adalah batasan untuk ukuran dan isi

hemoglobin eritrosit. Indeks eritrosit dipergunakan secara luas dalam

mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang dalam membedakan

berbagai macam anemia (Kemenkes, 2011).

Indeks eritrosit terdiri atas isi / volume atau ukuran eritrosit MCV (

mean corpuscular volume atau volume eritrosit rata-rata ), berat MCH (

mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata ),

konsentrasi MCHC ( mean corpuscular hemoglobin concentration atau

kadar hemoglobin eritrosit rata-rata ). Indeks eritrosit dipergunakan

secara luas dalam mengklasifikasi anemia atau sebagai penunjang

dalam membedakan berbagai macam anemia (Riswanto, 2009).

Indeks eritrosit dapat ditetapkan dengan dua metode, yaitu manual

dan elektronik (automatik) menggunakan hematology analyzer. Untuk

dapat menghitung indeks eritrosit secara manual diperlukan data kadar

hemoglobin(Hb), hematokrit (Ht)/Packed Cell Volume (PCV), dan hitung

eritrosit (E) (Riswanto, 2009).

2. Jenis – Jenis Indeks Eritrosit

a. Jenis Pemeriksaan

1) Mean Corpuscular Volume (MCV)

Besaran ini mencerminkan volume rata-rata sel darah merah,

mikrositik (ukuran kecil), normositik (ukuran normal), dan makrositik

(ukuran besar).. Dengan perhitungan : (Sacher, 2004)


14

Penurunan nilai mengindikasikan mungkin terjadi anemia

mikrositik, anemia defisiensi besi (ADB), malignansi, artritis

reumatoid, hemoglobinopati (talasemia, anemia sel sabit,

hemoglobin C), keracunan timbal, radiasi. Seangkan penurunan nilai

mengindikasikan kemungkinan anemia makrositik, aplastik,

hemolitik, pernisiosa; penyakit hati kronis; hipotiroidisme

(miksedema); pengaruh obat (defisiensi vit B12, antikonvulsan,

antimetabolik) (Riswanto, 2009)

2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Besaran ini dihitung secara otomatis pada penghitung elektronik

tetapi juga dapat ditentukan apabila hemoglobin dan hitung sel darah

merah diketahui. MCH mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam

eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. Besaran ini dinyatakan

dalam pikogram (pg = 10-12 gram) dan dapat dihitung dengan

mambagi jumlah hemoglobin per liter darah dengan jumlah sel darah

merah per liter (Sacher, 2004)

MCH dijumpai meningkat pada anemia makrositik-normokromik

atau sferositosis, dan menurun pada anemia mikrositik-normokromik

atau anemia mikrositik-hipokromik (Riswanto, 2009).


15

3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concertration (MCHC)

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER).

Besaran ini juga dihitung dengan penghitung elektronik setelah

pengukuran hemoglobin dan perhitungan hematokrit. MCHC

dinyatakan dalam satuan persen (%). Mean Corpuscular

Hemoglobin Concertration (MCHC) dapat ditentukan secara manual

dengan membagi hemoglobin per desiliter darah dengan hematokrit.

Nilai rujukan berkisar dari 32 sampai 36% (Sacher, 2004).

Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik,

defisiensi zat besi serta talasemia (Riswanto, 2009).

b. Nilai Normal Indeks Eritrosit

Menurut Kementrerian Kesehatan Republik Indonesia (2011 : 9-

12 ), nilai normal pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan jumlah

sel darah merah tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1 Nilai Normal Pemeriksaan Hematologi

Jenis Normal

Pemeriksaan Laki – Laki Perempuan

Hemoglobin 13 – 18 g/dL 12 – 16 g/dL

Hematokrit 40% - 50% 355 – 45%


16

Jumlah Sel 4,4 – 5,6 x 106 3,8 – 5,0 x 106

Darah Merah sel/mm3 sel/mm3

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011 : 13 –

14 ), nilai normal indeks eritrosit adalah :

1) MCV : 80 – 100 fL

2) MCH : 28 – 34 pg

3) MCHC: 32 – 36 g/dL
17

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metodelogi penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

crossectional. Penelitian ini akan dilakukan dengan tahapan seperti

terlihat pada Gambar 3.1 Skema kerja penelitian berikut :

Inform Consent dan Kuisioner

Persiapan Alat dan Bahan

Pengambilan Sampel Darah

Pemeriksaan Indeks Eritrosit dengan Hematology


Analyzer

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Skema Kerja Penelitian

B. Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Indeks Eritrosit

Variabel Bebas : Pegawai Mekanik Motor

C. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel penelitian seperti terlihat pada

tabel 3.1 di bawah ini.


18

Tabel 3.1 Definisi Opersional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala

1 Indeks suatu nilai rata- Hematology Nominal

Eritrosit rata yang dapat Analyzer

memberi

keterangan

mengenai rata-

rata eritrosit dan

mengenai

banyaknya

hemoglobin per-

eritrosit.

2 Pegawai Pekerja di bidang Pengolahan Persenta

Mekanik Mekanik Motor Data se

Motor yang secara tidak

langsung terpapar

bahan kimia

seperti Timbal,

Benzene dan CO2


19

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yanng akan diteliti.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para Pegawai Mekanik

Sepeda Motor di Kota Cimahi.

2. Sampel

Sampel pada penelitian kali ini sebanyak 30 orang Pegawai

Mekani Motor di Kota Cimahi.

3. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini tercantum dalam

tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.1 Alat – Alat yang digunakan dalam penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

Hematology Analyzer Mindray BC 1800 1 unit


1.

Spuit 3 ml ± 30 unit
2.

Tabung Vakum K3EDTA ± 30 unit


3.

Torniquet Karet 2 buah


4.
20

4. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini tercantum

dalam tabel 3.3 dibawah ini :

Tabel 3.3 Bahan – Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

Alcohol Swab 70% 1 box


1.

Bahan Kontrol Low, Nom, High 3 Level


2.

Darah 3 ml
3. ± 30 Sampel

Kapas Kering - Secukupnya


4.

Plester - Secukupnya
5.

E. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Darah Vena

Menurut WHO ( 2010 ) tata cara pengambilan darah vena yang

baik adalah sebagai berikut :

a. Alat dan Bahan yang akan digunakan disiapkan termasuk

jarum suntik dan tabung vakum.

b. Cuci tangan sebelum melakukan pengambilan darah vena (

jika menggunakan sabun dan air, keringkandengan handuk ).

c. Pasien disiapkan dan diidentifikasi.


21

d. Pilih bagian vena, sebaiknya pada daerah antecubital ( lipatan

siku ).

e. Tornikuet dipasang sekitar 4-5 jari di atas vena yang akan di

tusuk.

f. Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya sehingga vena

lebih terlihat.

g. Sarung tangan ( handscoon ) digunakan.

h. Vena lengan yang akan ditusuk dibersihkan dengan isopropil

70% selama 30 detik dan biarkan kering sepenuhnya selama

30 detik.

i. Jangkar vena dengan memegang lengan pasien dengan

menempatkan ibu jari di bawah area vena yang akan ditusuk.

j. Vena ditusuk dengan menggunakan jarum dengan membentuk

sudut 30 cderajat. Setelah darah yang didapat terasa cukup

lepaskan tornikuet sebelum mencabut spuit dan jarumnya.

k. Jarum ditarik secara perlahan dan kemudian letakan kapas

kering untuk digunakan di area bekas tusukan tadi.

l. Jarum suntik atau peralatan pengambilan darah yang telah

digunakan dibuang ke dalam wadah yang tahan terhadap

benda tajam.

m. Label dan formulir diperiksa dengan tepat.


22

2. Pemeriksaan Indeks Eritrosit Menggunakan Alat Hematology

Analyzer

Metode : Spektrofotometri, Impedance flowcytometry, dan VCS (

Volume, Conductivity, and laser light scattering ).

Prinsip : Pengukuran sinar monokromatik oleh suatu larutan pada

panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan

monokromator prisma dengan warna tertentu yang akan di deteksi

oleh detector fototube, digunakan untuk mengukur kadar Hb

dalam dalar dengan mengubah fero menjadi ferri.

Sel darah melewati aperture yang memiliki elektroda beraliran

listrik konstan pada kedua sisinya, saat terjadi perubahan tekanan

listrik antara kedua elektroda maka timbul pulsa listrik, jumlah

pulsa listrik yang terukur per satuan waktu (frekuensi pulsa)

dideteksi sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut.

Volume, konduktivitas dan hamburan cahaya laser digunakan

secara bersamaan pada setiap sel yang melewati aperture ( celah

sempit ). Volume (V) diperoleh dari pengukuran impedansi listrik,

Konduktifitas (C) mwngukur ukuran inti dan kepadatan setiap sel,

sedangkan Hamburan (S) cahaya laser mendeteksi struktur

internal, granularitas, dan karakteristik permukaan sel serta

memberikan informasi mengenai bentuk dan struktur sel (Mengko

R, Wahid A, & Barasbha T, 2013).


23

Cara Kerja :

a. Hubungkan kabel power ke stabilisator ( stavo ), hidupkan alat

( saklar on/off berada di kana atau kiri atas alat ).

b. Alat akan self check, lalu pesan “please wait” akan muncul

dilayar.

c. Alat akan langsung otomatis melakukan self check kemudian

background check.

d. Pastikan alat dalam keadaan ready.

e. Lakukan QC ( quality control ) dengan melakukan pemeriksaan

pada bahan kontrol dengan tiga level yaitu low, normal, high.

Nilai yang didapat dihitung dan dilihat apakah kontrol tersebut

masuk atau tidak. Apabila kontrol telah masuk maka alat sudah

siap memeriksa sampel.

f. Sampel darah dalam tabung harus dipastikan sudah homogen

antara darah dan antikoagulan.

g. Tekan tombol Whole Blood “WB” pada layar.

h. Tekan kolom ID dan masukan nomor sampek, lalu tekan enter.

i. Posisikan probe alat masuk ke mulut tabung hingga dasar

tabung dan pastikan sampel sudah homogen.

j. Tekan tombol di belakang probe, sehingga alat akan

menghidap sampel untuk diproses di alat.

k. Hasil akan keluar dan ditampilkan di layar LCD yang kemudian

akan di print out langsung oleh alat.


24

F. Pengumpulan Data

Data penelitian ini berasal dari hasil wawancara, pengisian

kuesionerdan dan ditunjang pemeriksaan laboratorium terhadap indeks

eritrosit yang meliputi MCV, MCH dan MCHC. Kemudian data yang

diperoleh dilakukan pengolahan data.

H. Etika Penelitian

1. Prinsip Menghormati Harkat Martabat Manusia ( Respect of Person

Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat

martabat manusia sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan

berkehendak atau memilih dan sekaligus betanggung jawab secara

pribadi terhdap keputusannya sendiri. Secara mendasar prinsip ini

bertujuan untuk menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa

manusia yang mampu memahami pilihan pribadinya untuk mengambil

keputusan mandiri (self determination), dan melindungi manusi yang

otonominya terganggu dan kurang, mempersyaratkan bahwa manusia

yang berketergantungan (independent) atau rentan (vulnerable) perlu

diberikan perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (ham

and abuse).

2. Prinsip Berbuat Baik (Beneficence) dan tidak Merugikan (Non

Beneficence)

Prinsip etik terbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain

dailakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian


25

minimal. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian kesehatan

dimaksudkan membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan yang

sesuai untuk diaplikasikan kepada manusia.

a. Resiko penelitian harus wajar (reasonable) disbanding

manfaat yang diharapkan.

b. Desin penilitian harus memenuhi persyaratan ilmiah

(Scientifically sound)

c. Cara peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus

mampu menjaga kesejahteraan subjek penelitian.

d. Prinsip do no ham (no maleficent-tidak merugikan) yang

menentang segala tindakan dengan sengaja merugikan

subjek yang bermanfaat, maka sebaiknya jangan merugikan

orang lain. Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek

peneliti tidak diperlukan sebagai sarana dan memberikan

perlindungan terhadap tindakan penyalahgunaan.

3. Prinsip Keadilan (Justice)

Prinsip etik keadilan mengaju pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan

moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik

keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata

(distributivejustice) yang mempersyaratkan pembagian seimbang

(equitable), dalam hal beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari

keikutsertakan dalam penelitian. Ini dilakukan dengan cara


26

memperhatikan distribusi usia dan gender, status ekonomi, budaya dan

pertimbangan etik. Perbedaan dalam distribusi beban manfaat yang

dapat dibenarkan jika didasarkan pada perbedaan yang relevan secara

moral antara orang yang diikutsertakan. Salah satu perbedaan

perlakuan tersebut adalah kerentanan (vumerality). Kerentanan adalah

ketidak mampuan untuk melindungi kepentingan diri sendiri dan

kesulitan memberi persetujuan, kurangnya kemampuan menentukan

pilihan untuk memperoleh pelayanan atau keperluan lain yang mahal,

atau karena tergolong yang muda atau berkedudukan rendah pada

hirarki kelompoknya. Untuk itu diperlukan khusus untuk melindungi hak

dan kesejahteraan subjek yang rentan.

I. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan di Tempat peristirahatan

pegawai mekanik motor. Sedangkan pemeriksaan sampel dilaksanakan

di Laboratorium Hematology STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi.


DAFTAR PUSTAK

K.T., Setiawan, B., B., & Nurimaniwathy. (2008). Penurunan Konsentrasi CO dan

NO2 Pada Emisi Gas Buang Menggunakan, Arang Tempurung Kelapa

yang Disisipi TiO2.

A. Israr, Y. (2010). Mencari Penyebab Anemia dengan Nilai Eritrosit Rata-Rata. 18

Nopember 2013.

Bakta, I. (2006). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Bakta, I. (2015). Hematologi Kurikulum Inti. Jakarta: EGC.

Daryanto. (2010). Keselamatan Kerja Peralatan Bengkel dan Perawatan Mesin.

CV Alfabeta.

Helen, V. (2001). 3uku saku bidan. Jakarta: EGC.

Kemenkes. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta.

Kurniawan, W. (2008). HUBUNGAN KADAR Pb DALAM DARAH DENGAN

PROFIL DARAH PADA MEKANIK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA

PONTIANAK. ( TESIS ).

Mengko R, Wahid A, & Barasbha T. (2013). Instrumen Laboratorium Klinik.

Bandung: ITB.

Mukono, H. J. (2010). Toksikologi Lingkungan. Airlangga University.

Proverawati, A. (2011). Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Riswanto. (2 Desember 2009). Indeks Eritrosit. 18 Nopember 2013.

Riswanto. (2009, Desember 2). Indeks Eritrosit. Retrieved November 18, 2013,

from http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/indeks-eritrosit.html

SA, H. (2008). Departement of Health, Goverment of South Australia. 25 Juli 2012.


Sacher, R. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Buku

Kedokteran EGC.

Salehiforouz, B., Vahdati, A., Malekirad, A. A., & Edalatmanesh, M. A. (2017,

August). Evaluation of Hematological Indices of Workers Exposed to

Benzene. World Family Medicine, 12(6).

Santi, D. N. (2001). Pencemaran Udara Oleh Timbal (Pb) Serta Penanggulannya.

Retrieved from Digitized By USU Digital Library:

http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-Devi3.pdf

Sipayung, L. P., Suryanto, D., & Megawati, E. R. (2016, Juni). Korelasi Paparan

Benzene Dengan Gambaran Complete Blood Count Karyawan SPBU X

Dan Y. JURNAL MKMI, 12(2).

Suryono. (2017). Gambaran Konsentrasi Karbon Monoksida Dalam Darah (COHb)

Pada Mekanik General Repair Servis Dan Suku Cadang Dealer Otomotif

Makassar. Kesehatan Masyarakat, 3(3).

WHO. (2008). Worldwide Prevalence of Anaemia. Geneva, Switzerland: World

Health Organization.

WHO. (2010). WHO Guidelines on Drawing Blood. Best Practices in Phlebotomy,

18 - 19.

Yayan, A. I. (2010, April 19). Mencari Penyebab Anemia dengan Nilai Eritrosit

Rata-Rata. Online. Retrieved November 18, 2013, from

http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/19/mencari-penyebab-

anemia-dengan-nilai-eritrosit-rata-rata/

Anda mungkin juga menyukai