Anda di halaman 1dari 9

Vol. 11 No.

4
DOI: 10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

STUDY CROSS SECTIONAL: KADAR HbCO PADA DARAH MEKANIK BENGKEL


SEPEDA MOTOR DI SURABAYA

The HbCO Concentration on Blood of Motorcycle Mechanic Workshop in Surabaya - A Cross-


Sectional Study
Citra Ayuningtyas Abstrak
Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, Jalan Pekembangan pada sistem transportasi menyumbang pencemaran udara termasuk karbon
Mulyorejo Kampus C Unair, monoksida. Peningkatan jumlah kendaraan roda dua diikuti oleh peningkatan jumlah bengkel
Surabaya, 60115 motor yang menyediakan jasa perawatan, aktivitas yang tinggi di bengkel motor dapat
menyebabkan kadar CO di udara bengkel menjadi lebih tinggi dan akan mudah terhirup dan
Corresponding Author: bereaksi sehingga dapat membentuk HbCO dalam darah pekerja. Penelitian ini betujuan untuk
citra.ayuningtyas- menganalisis pengaruh antara kadar karbon monoksida yang ada di udara bengkel dan
2015@fkm.unair.ac.id kebiasaan merokok pekerja terhadap kadar karboksi hemoglobin dalam darah pekerja mekanik
bengkel. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan responden
sebanyak 18 orang pekerja mekanik bengkel motor yang berjenis kelamin laki-laki. Responden
Article Info dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan umur, masa kerja, lama kerja, penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), dan status gizi. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa
Submitted : 01 July 2019 mayoritas responden berusia 25-36 tahun (38,9%), masa kerja ≥ 5 tahun (55,6%), seluruh
In reviewed : 20 July 2019 responden memiliki lama kerja 8 jam per hari, memiliki kebiasaan merokok (72,2%), tidak
Accepted : 22 Oktober 2019 menggunakan APD (88,9%), dan status gizi normal (47,2%). Berdasarkan hasil uji statistik,
Available Online:31 Oktober 2019 diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kadar CO di udara dan kebiasaan merokok dengan
kadar HbCO pekerja (p<0,05). Disarankan bagi pekerja untuk mengurangi kebiasaan merokok,
meningkatkan gaya hidup sehat, dan menggunakan masker untuk mengurangi paparan
Kata kunci: Karbon Monoksida, pencemar yang masuk ke tubuh.
Mekanik, Rokok
Abstract
Keywords: Carbon Monoxide,
Mechanic, Cigarettes Carbon monoxide was one of the indicators of air pollution that most often comes from motor
vehicles. Indirectly, increasing the number of motorcycles would be followed by an increase in
the number of workshops that provide maintenance services. The process of maintenance and
repair in the workshop causes carbon monoxide (CO) levels in the air to be higher from the
Published by Fakultas Kesehatan
standard so it was easily inhaled by workers and the internal mechanism reacts became
Mayarakat Universitas Airlangga carboxyhemoglobin (HbCO). This study aims to analyze the effect of CO levels in the workshop
air and smoking habits of workers on HbCO levels in the blood of workshop mechanic workers.
This research was an observational analytic study with 18 respondents as workshop mechanic
workers who were male. Respondents in this study were identified based on age, years of
service, length of work, use of Personal Protective Equipment (PPE), and nutritional status.
The results showed that most respondents aged 25-36 years -old (38,9%), had a year of service
≥ 5 years (55,6%), had smoking habits (72,2%), did not use PPE (88,9%) and had a normal
nutritional status (47,2%). CO levels in the air had a significant correlation on HbCO levels
(p <0,000) as well as smoking habits also had a significant correlation on HbCO levels (p
<0,000). It was recommended for workers to reduce smoking habits, improved healthy
lifestyles, and used masks to reduce exposure to pollutants.

PENDAHULUAN karena itu ketersediaan udara yang bersih


menjadi sangat penting bagi keberlangsungan
Udara merupakan komponen penting kehidupakan makhluk hidup khususnya
dalam menunjang kehidupan makhluk hidup manusia. Namun, seiring perkembangan ilmu
yang ada di bumi (Faroqi, dkk, 2017). Oleh pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

terdapat dampak negatif yaitu dapat keracunan karbon monoksida adalah 38,91 per
menimbulkan peningkatan aktivitas manusia. 100.000.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia Peningkatan jumlah kendaraan roda dua
dapat menghasilkan limbah yang menimbulkan yang sangat signifikan juga diiringi oleh
penurunan kualitas lingkungan (Puspita, dkk, perkembangan jumlah bengkel yang
2016). Pencemaran lingkungan timbul akibat menyediakan jasa perawatan (Basri, dkk, 2017).
aktivitas manusia misalnya pencemaran yang Tingginya aktivitas di dalam bengkel mampu
diakibatkan dari industri pabrik, kendaraan meningkatkan jumlah pencemar, salah satunya
bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, gas karbon monoksida di udara (Seprianto &
dan peristiwa alam. Sainab, 2015). Keberadaan gas karbon
Udara memiliki beragam komponen gas monoksida tersebut berasal dari aktivitas
dan uap air yang mengelilingi atmosfer bumi pekerja mekanik yang terbiasa menyalakan
yang setiap komponen tersebut tidak selalu mesin di dalam ruangan bengkel sehingga emisi
berada dalam keadaan konstan. Artinya gas kendaraan akan berkumpul dalam ruangan.
komponen tersebut dapat berubah bergantung Hal tersebut didukung dengan kurangnya
pada banyak faktor, salah satunya aktivitas yang ventilasi atau sistem pertukaran udara yang
dilakukan oleh manusia. Pencemaran udara kurang baik di dalam ruangan (Dewanti, 2018).
dapat diartikan sebagai masuknya atau Kadar karbon monoksida yang tinggi di
dimasukkannya zat, energi dan komponen lain udara dapat mempengaruhi kesehatan manusia.
yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas Karbon monoksida yang masuk ke dalam tubuh
udara sehingga mempengaruhi kesehatan manusia akan bereaksi dengan hemoglobin dan
manusia. Pencemaran udara yang terjadi saat terbentuk karboksihemoglobin atau HbCO.
ini salah satunya sangat dipengaruhi oleh Karbon monoksida dan oksigen yang masuk ke
pekembangan transportasi baik laut, darat, dalam tubuh akan saling bersaing untuk
maupun udara (Abidin & Purqon, 2016). mengikat hemoglobin. Akan tetapi sifat karbon
Diantara ketiga transportasi tersebut, monoksida yang lebih mudah berikatan dengan
transportasi darat memiliki peningkatan jumlah hemoglobin menyebabkan kadar hemoglobin
yang sangat signifikan. Jumlah kendaraan yang berikatan dengan oksigen menjadi
bermotor yang dimiliki masyarakat di Indonesia berkurang, sehingga menyebabkan hipoksia
menunjukkan peningkatan, berdasarkan data arteri (WHO, 2010). Bengkel merupakan salah
BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2016 satu lingkungan kerja yang memiliki berisiko
menunjukkan kendaraan bermotor baik memiliki konsentrasi karbon monoksida yang
kendaraan berjenis mobil penumpang, mobil bis, tinggi. Hal tersebut dikarenakan asap kendaraan
mobil barang, maupun sepeda motor mencapai bermotor yang berada di ruangan bengkel.
129.281.079 unit. Berdasarkan data yang sama, Ruangan bengkel cenderung terletak di dalam
kepemilikan sepeda motor mendominasi dengan dan memiliki sirkulasi udara yang kurang baik.
jumlah mencapai 105.150.082 unit (BPS, 2017) Konsentrasi CO yang ada di bengkel kendaraan
Peningkatan jumlah angka kendaraan bermotor ditemukan mencapai 600mg/m3 dan
bermotor tersebut juga diiringi dengan karbon monoksida yang ada di darah para
peningkatan emisi gas karbon yang ada di pekerja bengkel tersebut adalah lima kali lebih
udara. Karbon monoksida (CO) merupakan tinggi dari kadar normal. Selain itu kadar HbCO
penyumbang terbesar dalam pencemaran udara darah dapat meningkat apabila memiliki
yang bersumber dari buangan gas kendaraan kebiasaan merokok. Asap rokok merupakan
bermotor. Karbon monoksida adalah salah satu hasil dari pembakaran rokok. Pembakaran rokok
parameter pencemaran udara yang perlu tersebut menghasilkan emisi yaitu sisa hasil
diperhatikan karena bentuk karbon monoksida pembakaran berupa karbon monoksida dan
berbentuk gas yang tidak terlihat, tidak berbau, karbon dioksida (Rizaldy & Sabri, 2016).
tidak berasa, tidak menyebabkan iritasi, akan Berdasarkan hasil uraian mengenai
tetapi jika dalam konsentrasi yang tinggi dapat dampak kardar HbCO dalam darah terhadap
menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kesehatan manusia tersebut peneliti
kematian, sehingga karbon monoksida sering menganggap bahwa penelitian mengenai
disebut silent killer (ATSDR, 2012). Penelitian di pengaruh kadar karbon monoksida di udara
Kota Wuhan, China menyebutkan bahwa bengkel dan kebiasaan merokok terhadap kadar
terdapat beberapa kejadian akibat keracunan HbCO dalam darah pekerja mekanik bengkel
karbon monoksida termasuk karbon monoksida motor di Surabaya perlu dilakukan. Hal tersebut
dalam bencana kebakaran, kebocoran gas, gas dilakukan agar dapat menjadi pertimbangan baik
cair, pembakaran batu bara atau arang. Kasus untuk pemilik bengkel maupun pekerja sehingga
keracunan karbon monoksida juga terjadi di Iran, timbul kesadaran agar memperhatikan risiko
berdasarkan penelitian diperkirakan insiden kesehatan yang dihadapi dalam lingkungan
kerja.

301
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

METODE PENELITIAN Hasil penelitian akan dianalisis


menggunakan tenik regresi linier sederhana
Jenis penelitian ini adalah observasional
untuk mengetahui pengaruh antara kadar
analitik. Penelitian ini menggunakan pendekatan
karbon monoksida di udara bengkel dengan
cross sectional yaitu dengan observasi dan
kadar karboksihemoglobin serta pengaruh
pengumpulan data sekaligus yang dilakukan
antara kadar karboksihemoglobin dengan
pada suatu waktu, selain untuk mengetahui
kebiasaan merokok. Uji regresi linier sederhana
konsentrasi karbon monoksida yang ada di
digunakan karena jenis data yang digunakan
udara bengkel motor resmi di Surabaya dan
bersifat kontinyu dan data bersifat normal
dampak atau efek yang ditimbulkan yaitu
setelah dilakukan uji normalitas. Penyajian hasil
peningkatan kadar HbCO dalam darah pekerja
analisis data berupa tabel dan narasi.
dengan melakukan pengamatan dan
Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik
pengukuran pada sampel. Data primer didapat
FKM Unair dengan sertifikat No:
dengan metode kuesioner dan wawancara yang
121/EA/KEPK/2019.
dilakukan dengan pekerja mekanik sebagai
responden penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar HbCO dan gas CO didapat dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium. Populasi Gambaran Umum Bengkel Resmi AHASS di
dalam penelitian ini merupakan seluruh pekerja Kecamatan Sukolilo
mekanik bengkel motor resmi yang berada di Penelitian ini dilakukan pada lokasi di
dalam wilayah Kecamatan Sukolilo Surabaya bengkel resmi AHASS yang terletak di
yang berjumlah 21 orang. Sampel diambil Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Jumlah
secara purposif yang memenuhi kriteria inklusi populasi bengkel resmi yang terdaftar dalam PT
sehingga didapatkan sampel penelitian sejumlah AHASS di wilayah Kecamatan Sukolilo adalah 5
18 orang sebangai kelompok terpapar dan 18 bengkel dengan pekerja mekanik motor
pekerja administrasi sebagai kelompok tidak sebanyak 29 orang. Berdasarkan kriteria inklusi
terpapar, sehingga jumlah seluruh responden yang telah ditentukan dari 5 bengkel tersebut
yang diteliti sebanyak 36 orang. terdapat 3 bengkel AHASS dengan jumlah
Pengambilan sampel udara dilakukan pada sampel terpapar sebanyak 18 orang pekerja
ruangan bengkel yang menjadi tempat bekerja mekanik yang seluruhnya berjenis kelamin laki-
mekanik. Pengukuran bengkel dilakukan dengan laki dan 18 pekerja laindi bidang administrasi
menggunakan alat CO Monitor TSL. sebanyak 18 orang, sehingga keseluruhan
Pengambilan sampel udara mempertimbangkan sampel yang diteliti sebanyak 36 pekerja. Lokasi
lokasi yang dapat mewakili konsentrasi gas CO penelitian terdiri atas tiga lokasi bengkel, yaitu
pada setiap lokasinya. Pengambilan sampel bengkel A, bengkel B, dan bengkel C. Kriteria
darah dilakukan satu kali dan dilakukan oleh inklusi pada penelitian ini adalah bengkel resmi
teknisi laboratorium. Pengambilan sampel diukur yang terdaftar dalam PT AHASS, terletak dalam
dengan menggunakan metode pengukuran wilayah Kecamatan Sukolilo, dan bersedia
sesaat, alat ukur gas CO dipaparkan selama 10 berpartisipasi dalam penelitian sebagai
menit pada setiap titik (Dewanti, 2018). responden.
Metode wawancara dilakukan untuk Ketiga bengkel tersebut beroperasi pada
mendapatkan data primer yang diperlukan yaitu jam yang sama yaitu pagi hari pada pukul 08.00
gambaran umum lokasi penelitian dan sampai dengan sore hari pukul 16.00 WIB
karakteristik yang dimiliki oleh responden. sehingga seluruh responden memiliki lama kerja
Karakteristik yang diidentifikasi dalam penelitian sama yaitu 8 jam perhari. Bengkel tidak memiliki
ini adalah umur, lama kerja dalam satu hari, ventilasi yang memadai sehingga pertukaran
masa kerja , kebiasaan merokok yaitu jumlah udara di dalam ruangan bengkel tidak berjalan
batang rokok yang dihabiskan dalam satu hari dengan baik, selain itu ketiga bengkel memiliki
oleh pekerja yang merokok. Pada pekerja yang jarak yang dekat dengan jalan raya sehingga
memiliki kebiasaan merokok dibedakan menjadi gas pencemar yang bersumber dari kepadatan
tiga kategori yaitu perokok ringan yaitu pekerja lalu lintas dapat masuk ke ruangan bengkel.
yang mengkonsumsi kurang dari 10 batang
rokok perhari, perokok sedang adalah pekerja Karakteristik Responden
yang mengkonsumsi 11–20 batang rokok per Responden dalam penelitian ini terbagi
hari, dan perokok berat merupakan pekerja yang menjadi tiga lokasi penelitian yaitu responden
mengkonsumi lebih dari 20 batang rokok perhari pada bengkel A, responden pada bengkel B, dan
(Sudaryanto, 2016). Variabael yang diukur responden pada bengkel C. Pada bengkel A
dalam penelitian ini yaitu penggunaan APD dan terdapat 7 orang responden, pada bengkel B
status gizi pekerja yang dibedakan menjadi terdapat 4 orang responden, dan pada bengkel
underweight, normal, overweight, dan obesitas C terdapat 7 orang responden, sehingga jumlah
(Profil Kesehatan Indonesia 2013). keseluruhan responden adalah sebanyak 18

302
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

orang sedangkan kelompok tidak terpapar terdiri Jumlah Persentase


Variabel
atas 18 pekerja administrasi yang juga terbagi (orang) (%)
dalam tiga bengkel tersebut, sehingga seluruh Overweight 13 36,1
responden berjumlah 36 orang. Obesitas 5 13,9
Berdasarkan hasil penelitian, responden
memiliki usia yang berada pada rentang usia 26- Kadar Gas CO dalam Bengkel
35 tahun. Rentang usia tersebut merupaka Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
kategori usia produktif karena batas usia (SNI) 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas
produktif di Indonesia adalah terletak pada (NAB) zat kimia di udara tempat kerja, kadar
kategori usia 15–64 tahun (Profil Kesehatan karbon monoksida (CO) adalah sebesar 25
Indonesia, 2016).Seluruh responden pada mg/m3 (Badan Standarisasi Nasional, 2005).
penelitian ini memiliki lama kerja yang sama Berdasarkan hasil pengukuran yang telah
yaitu 8 jam dalam satu hari. Pada variabel dilakukan di tiga bengkel yang menjadi lokasi
penelitian yaitu masa kerja, terdapat sebanyak penelitian menunjukkan bahwa seluruh hasil
16 responden memiliki masa kerja ≥ 5 tahun dan pengukuran karbon monoksida di udara pada
16 responden lain memiliki masa kerja < 5 tahun. lokasi penelitian telah memenuhi baku mutu
Masa kerja akan menentukan lama paparan gas yang ditentukan yaitu karbon monoksida di
CO yang diterima oleh pekerja. Keluhan udara kurang dari 25 mg/m3.
kesehatan pada seseorang akan nampak pada
papaan gas CO dalam jangka panjang yaitu Tabel 2
lebih dari 5 tahun, efek dari paparan karbon Hasil Pengukuran Kadar CO
monoksida pada kematian akibat penyakit Kadar CO
jantung di antara 5529 jembatan dan petugas Lokasi Pengukuran
(ppm)
terowongan Kota New York pada periode 1952– Bengkel A 15,1
1981 , ditemukan bahwa terdapat peningkatan Bengkel B 11,4
risiko di antara petugas terowongan secara Bengkel C 10,5
signifikan dalam waktu lebih dari lima tahun Ruang Administrasi Bengkel A 2,9
terpapar (ATSDR, 2012). Ruang Administrasi Bengkel B 2,7
Pada variabel penggunaan Alat Pelindung Ruang Administrasi Bengkel C 2,4
Diri (APD), sebagian besar responden yaitu 14
(77,8 %) tidak menggunakan APD saat bekerja. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil
Pekerja memutuskan untuk tidak menggunakan pengukuran kadar CO yang berbeda pada setiap
APD karena adanya rasa ketidaknyamanan saat bengkel sebagai lokasi penelitian. Perbedaan
menggunakan masker sebagai APD saat hasil pengukuran tersebut dapat dipengaruhi
bekerja. Sebagian besar responden berada di oleh faktor lain seperti suhu, kelembabapan dan
dalam kategori status gizi normal yaitu memiliki kecepatan angin pada lokasi tersebut yang tidak
Indeks Massa Tubuh yang berada pada rentang diteliti (Kurniawati & Nurullita, 2017). Selain itu
angka antara 18-24,9. paparan gas karbon monoksida juga dapat
Tabel 1 diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan
Karakteristik Responden bermotor yang bersumber dari kepadatan lalu
Jumlah Persentase lintas disekitar lokasi penelitian serta jarak
Variabel antara jalan raya dengan bengkel tersebut.
(orang) (%)
Umur Pada bengkel A memiliki jarak yang paling
15-25 7 19,44 dekat dengan jalan raya dengan kepadatan lalu
26-35 14 38,9 lintas yang tinggi terutama pada saat jam aktif
36-45 5 13,9 yaitu jam berangkat kantor dan pulang kantor
46-55 5 13,9 artinya sering terjadi kemacetan lalu lintas di
Masa Kerja daerah bengkel tersebut yang dapat
< 5 tahun 16 44,4 meningkatkan gas pencemar salah satunya
≥ 5 tahun 20 55,6 adalag gas karbon monoksida. Selain itu pada
Lama Kerja bengkel A juga tidak memiliki sistem pertukaran
< 8 jam 0 0 udara yang baik. Sedangkan pada bengkel B
≥ 8 jam 36 100 memiliki jarak cukup jauh dengan jalan raya dan
Penggunaan APD kepadatan lalu lintas tidak tinggi serta bengkel ini
Tidak 32 88,9 memiliki 1 jendela sebagai ventilasi udara. Pada
Menggunakan bengkel C memiliki jarak dengan jalan raya yang
4 11,1
APD jauh dan kepadatan lalu lintas rendah selain itu
Status Gizi pada bengkel C juga dilengkapi dengan 3 sistem
Underweight 1 2,8 pertukaran udara berupa jendela namun tiga
Normal 17 47,2 jendela tersebut berukuran kecil.

303
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

Pernyataan tersebut sejalan dengan Kadar HbCO


Responden
penelitian lain yang mengemukakan bahwa dalam darah (%)
terdapat hubungan antara kadar karbon A11 5,01
monoksida yang ada di udara dengan kepadatan A12 7,09
lalu lintas (Anggarani, dkk, 2016). Setiap proses A13 6,54
pembakaran yang tidak sempurna baik yang A14 5,21
berasal dari proses alam maupun aktivitas yang A15 6,17
dilakukan oleh manusia yang didalamnya A16 5,89
memiliki kandungan bahan bakar dengan unsur A17 5,03
karbon akan menghasilkan gas pencemar yaitu A21 6,08
karbon monoksida (CO) . Kegiatan manusia A22 5,12
yang paling banyak menghasilkan gas A23 5,63
pencemar berupa karbon monoksida adalah A24 6,76
proses pembakaran mesik, perlatan yang A31 5,36
berbahan bakarr gas, minyak, kayu, dan batu A32 5,71
bara, serta pembuangan limbah padat (Wu & A33 5,09
Wang, 2005). A34 6,40
A35 5,52
A36 6,01
Kadar Karboksihemoglobin (HbCO) dalam
A37 5,75
Darah
Rerata 5,8
Kadar karboksihemoglobin atau HbCO
yang diukur melalui pengambilan sampel dalam
darah merupakan penunjuk adanya kadar Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat
karbon monoksida di dalam tubuh manusia diketahui bahwa seluruh responden yang
(ATSDR, 2012). Pemeriksaan kadar HbCO berjumlah 18 orang pada kelompok tidak
dalam darah adalah indikator yang paling baik terpapar dalam penelitian ini diketahui
dalam menunjukan current exposure mempunyai kadar karbon monoksida dalam
(pemaparan sekarang) hal ini berlaku pada darah melebihi standar yang telah ditentukan
seseorang yaitu dalam hal ini pekerja yang American Conference of Governmental
terpapar karbon monoksida (Khairina, 2019). Industrial Hygienist (ACGIH) yaitu kurang dari
Standar atau nilai ambang batas kadar 3,5 % (American Conference of Governmental
karboksihemoglobin dalam darah yang Industrial Hygienist, 2001).
ditetapkan oleh American Conference of Berdasarkan hasil pengukuran kadar
Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) karbon monoksida dalam darah tersebut, kadar
adalah sebesar < 3,5 % (American Conference HbCO dalam darah yang paling rendah
of Governmental Industrial Hygienist, 2001). menunjukkan angka sebesar 5,01% sedangkan
Karbon monoksida merupakan gas kadar karboksihemoglobin paling tinggi
berbahaya yang keberadaannya sangat sulit mencapai angka 7,09%. Berdasarkan hasil
untuk teridentifikasi karena karbon monoksida perhitungan didapatkan bahawa ata-rata kadar
memiliki sifat unik yaitu sifat yang tidak memiliki karbon monoksida dalam darah atau HbCO
bau, tidak berasa, dan tidak memiliki warna, dalam darah pekerja mekanik bengkel motor
sehingga gas karbon monoksida dapat AHASS Surabaya sebagai kelompok terpapar
menimbulkan gangguan kesehatan bahkan yang menjadi responden penelitian ini adalah
kematian yang dianggap terjadi secara tiba-tiba 5,8%.
atau mendadak (Sugiarti, 2015). Karbon Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat
monoksida mempengaruhi kondisi tubuh diketahui bahwa terdapat 6 responden yang
manusia melalui sistem hipoksia akibat memiliki kadar karboksihemoglobin (HbCO)
kurangnya gas oksigen di dalam jaringan organ diatas 3,5%, sedangkan 12 responden lainnya
penting manusia, organ tubuh yang paling memiliki kadar HbCO dibawah 3,5 %.
merasakan dampaknya adalah jantung dan otak Berdasarkan hasil pengukuran kadar HbCO
(Dewanti, 2018). tersebut, kadar HbCO dalam darah yang paling
rendah menunjukkan angka sebesar 2,33 %
sedangkan kadar karboksihemoglobin paling
tinggi mencapai angka 4,72 %.
Tabel 3
Kadar HbCO dalam Darah pada Kelompok Terpapar
Rata-rata kadar karbon monoksida dalam
darah pekerja administrasi bengkel motor
AHASS Surabaya yang menjadi responden

304
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

dalam kelompok tidak terpapar dalam penelitian lebih dari 20 batang dalam satu hari (Dewanti,
ini adalah 3,4%. 2018).
Penelitian lain yang telah dilakukan Tabel 5.
menyebutkan bahwa faktor yaitu umur, lama Kebiasaan Merokok
kerja, dan kebiasaan merokok pada pekerja Kebiasaan Jumlah
Persentase (%)
akan memengaruhi kadar karbon monoksida di Merokok (orang)
dalam darah (Basri, dkk, 2017). Namun, selain Tidak Merokok 9 25
faktor tersebut terdapat faktor lain yang dapat Perokok ringan 21 58,3
mempengaruhi kadar karboksihemoglobin Perokok sedang 5 13,9
(HbCO) dalam darah, faktor tersebut adalah Perokok berat 1 2,8
jenis kelamin, kebiasaan merokok, kadar
hemoglobin, dan kadar gas CO yang terdapat di Pada tabel 5 tersebut dapat diketahui
lingkungan. bahwa sebagian besar responden pada
penelitian ini memiliki kebiasaan merokok yaitu
Tabel 4 sebanyak 30 orang merupakan pekerja yang
Kadar HbCO dalam Darah pada Kelompok Tidak Terpapar mempunyai kebiasaan merokok sedangkan
Kadar HbCO hanya terdapat 9 responden yang tidak
Responden
dalam darah (%) mempunyai kebiasaan merokok. Responden
AA1 4,72 yang mempunyai kebiasaan merokok sebagian
AA2 2,90 besar berada dalam kategori kelompok perokok
AA3 3,45 ringan yaitu sebanyak 21 orang (58,3%)
AA4 3,47 responden dengan konsumsi rokok sebanyak 11
AA5 2,89 sampai 20 batang dalam sehari. Terdapat 5
AA6 3,01 orang (13,9%) responden yang tergolong
AB1 3,48 perokok sedang dan terdapat sebanyak 1 orang
AB2 2,01 (2,8%) responden merupakan perokok dalam
AB3 4,49 kategori perokok berat.
AB4 3,97
Merokok merupakan kebiasaan yang
AB5 4,43
sangat umum dilakukan oleh masyarakat
AB6 2,33
Indonesia. Kebiasaan merokok tetap dilakukan
AC1 2,79
di Indonesia karena kebiasan ini masih dianggap
AC2 4.96
wajar oleh masyarakat walaupun memiliki
AC3 2,72
dampak yang buruk bagi kesehatan. Jumlah
AC4 3,09
AC5 4,50
perokok terus bertambah salah satunya karena
AC6 3,09
perilaku merokok masih dapat dimaklumi oleh
masyarakat di Indonesia (Rizaldy & Sabri, 2016).
Rerata 3,4

Kadar Karbon Monoksida di Udara dan Kadar


Kebiasaan Merokok HbCO Darah
Variabel kebiasaan merokok dalam Karbon monoksida yang terdapat di
penelitian ini dapat dilihat melalui perilaku lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh melalui
merokok pada responden. Variabel kebiasaan sistem pernapasan atau inhalasi yaitu hidung
merokok dalam penelitian ini dapat diketahuai dan menyebar melalui membran alveolar
dengan metode wawancara yang dilakukan bersama dengan oksigen. Setelah larut dalam
kepada pekerja mekanik motor. darah, gas karbon monoksida akan berikatan
Kriteria kebiasaan merokok pada penelitian dengan hemoglobin membentuk HbCO atau
ini dibedakan menjadi empat kategori yaitu tidak karboksihemoglobin. Ikatan yang terbentuk baik
merokok, perokok ringan, perokok sedang, dan ikatan yang terbentuk antara karbon monoksida
perokok berat. Pada setiap kategori tersebut dan hemoglobin maupun oksigen dan
dihitung berdasarkan jumlah batang rokok yang hemoglobin terjadi dalam kecepatan yang sama
dihabiskan atau dikonsumsi dalam 1 hari oleh namun dengan kekuatan ikatan yang berbeda.
pekerja, kategori pertama yaitu tidak merokok Ikatan antara gas CO dengan hemoglobin
artinya responden tidak mengkonsumsi rokok, memiliki kekuatan 245 kali lebih kuat
sedangkan untuk responden yang merokok, dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan
dibedakan menjadi perokok ringan yaitu hemoglobin. Artinya kedua gas tersebut akan
mengkonsumsi kurang dari 10 batang dalam saling bersaing untuk dapat membentuk ikatan
satu hari, perokok sedang yaitu perokok yang dengan hemoglobin namun tidak seperti oksigen
mengkonsumsi 11–20 batang dalam satu hari yang ikatannya lemah dan mudah lepas, gas
dan perokok berat yaitu perokok yang merokok karbon monoksida mampu mengikat hemoglobin
lebih kuat dan lama (WHO, 2010).

305
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

Analisis pengaruh kadar karbon monoksida karbon monoksida adalah pembakaran pada
di udara bengkel terhadap kadar HbCO dalam mesin, peralatan berbahan bakar gas, minyak,
darah dilakukan dengan uji statistik yaitu uji kayu, atau batu bara, dan pembuangan limbah
regresi linier sederhana. Berikut merupakan padat. Selain itu penggunaan rokok atau kayu
hasil uji statistik: bakar untuk kegiatan memasak merupakan
contoh akumulasi CO dalam ruangan yang
Tabel 6 tertutup (Wu & Wang, 2005).
Analisis Pengaruh Kadar CO di Udara terhadap Kadar Analisis yang digunakan untuk mengetahui
HbCO dalam darah Pekerja Mekanik Bengkel Motor pengaruh kebiasaan merokok terhadap kadar
AHASS Surabaya HbCO dalam darah dalam penelitian ini
Kadar CO di Udara dilakukan dengan cara uji statistik. Uji statistik
CI yang digunakan adalah uji regresi linier
Variabel
β t Þ Skor Skor sederhana dengan hasil sebagai berikut :
atas bawah
Kadar Tabel 7
3,276 8,889 0,000 2,527 4,025
HbCO Analisis Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kadar
*
p < 0,05 (signifikan/berpengaruh) HbCO dalam darah Pekerja Mekanik Bengkel Motor
AHASS Surabaya
Pada tabel 5 diketahui bahwa kadar karbon Kadar HbCO Darah
monoksida yang terdapat di udara memiliki CI
Variabel
pengaruh terhadap kadar HbCO dalam darah β t Þ Skor Skor
pekerja karena nilai signifikan p<0,05. Pajanan Atas Bawah
yang diterima oleh tiap – tiap individu yang Kebiasaan
0,220 9,786 0,000 0,152 0,263
berada pada bengkel yang sama di asumsikan Merokok
mirip, dan pengukuran pajanan dilakukan 1 kali *
p < 0,05 (signifikan/berpengaruh)
per bengkel untuk seluruh pekerja yang ada di
bengkel yang sama. Penelitian ini sejalan Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa
dengan Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdapat pengaruh antara kebiasaan merokok
lain yang menyebutkan bahwa konsentrasi CO dengan kadar HbCO dalam darah pekerja
yang ada di bengkel kendaraan bermotor mekanik bengkel motor AHASS Surabaya.
ditemukan mencapai 600 mg/m3 dan karbon Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang
monoksida yang ada di dalam darah para menyebutkan bahwa kadar karboksihemoglobin
pekerja bengkel tersebut adalah lima kali lebih akan meningkat pada perokok. Kadar karbon
tinggi dari kadar normal (Wardhana, 2004). monoksida dalam darah pada bukan perokok
Dengan kata lain, Kadar CO yang tinggi di adalah 0,81% sedangkan kadat HbCO pada
lingkungan dapat meningkatkan kada HbCO perokok dapat mencapai 5,33% (Khudaverdyan
dalam darah. Penelitian lain juga menyebutkan & Vaseashta, 2013). Selain itu penelitian lain
bahwa kadar karbon monoksida yang ada di juga menyebutkan hal yang sama bahwa
lingkungan memiliki pengaruh terhadap kadar terdapat perbedaan antara kadar HbCO dalam
HbCO dalam darah pekerja, artinya semakin darah pada perokok dan bukan perokok, kadar
tinggi kadar karbon monoksida di lingkungan, HbCO dalam darah pada perokok lebih tinggi
semakin tinggi pula kadar HbCO dalam darah dibandingkan dengan bukan perokok.
(Wicaksono, 2018).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kadar HbCO dan Kebiasaan Merokok
Terdapat tiga unsur komponen yang Peningkatan jumlah kendaraan bermotor
terkandung dalam asap rokok sebagai hasil dari terutama kendaraan roda saat ini berasosiasi
pembakaran putung rokok yaitu gas karbon dengan tingginya gas pencemar yang timbul
monoksida, nikotin, dan tar yang dapat terhirup akibat emisi gas kendaraan bermotor, salah
masuk kedalam tubuh perokok aktif maupun satunya adalah gas karbon monoksida.
pasif. Sekitar 3-5% asap yang dihasilkan oleh Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa
pembakaran rokok tersebut terdiri atas gas CO seluruh lokasi penelitian yang terletak pada tiga
oleh karena itu kebiasaan merokok pada pekerja lokasi bengkel memiliki kadar karbon monoksida
mekanik motor dapat memperburuk kadar CO di dibawah standar baku mutu yang telah
udara bengkel, terlebih lagi apabila merokok ditetapkan. Akan tetapi seluruh pekerja mekanik
saat bekerja dan berada di dalam ruangan. Hasil sebagai kelompok terpapar memiliki kadar
pembakaran yang tidak sempurna dari proses HbCO yang tinggi dan melewati kadar yang telah
alam mengandung bahan bakar karbon akan ditentukan. Berdasarkan uji statistik yang
menghasilkan gas karbon monoksida. Aktivitas dilakukan terdapat pengaruh antara kadar gas
manusia yang paling banyak menghasilkan gas karbon monoksida di udara dengan kada HbCO

306
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

dalam darah pekerja mekanik bengkel motor. Waterplace, Surabaya. Jurnal Kesehatan
Selain itu uji statistik juga dilakukan untuk Lingkungan, Vol. 10, No.1, Januari, 59–69.
mengetahui pengaruh antara kebiasaan http://dx.doi.org/10.20473/jkl.v10i1.2018.5
merokok dengan kadar HbCO dalam darah 9-69
pekerja yang juga menunjukkan pengaruh. Faroqi, A., Halim, D. K., Sanjaya, M., & Ph, D. W. S.
Pemilik bengkel sangat disarankan
(2017). Perancangan Alat Pendeteksi Kadar
melakukan pengukuran rutin untuk memantau
Polusi Udara Menggunakan Sensor Gas MQ-7
kadar gas CO yang ada di bengkel, selain itu
bengkel membutuhkan sistem sirkulasi udara Dengan Teknologi Wireless HC-05. Jurnal
yang memadai sehingga gas pencemar tidak Istek, Vol. 10, No.2, Juli, 33–47.
berkumpul di dalam ruangan, penyediaan alat http://journal.uinsgd.ac.id
pelindung diri berupa masker juga sangat Khairina, M. (2019). The Description of CO Levels,
dibutuhkan oleh pekerja. Saran juga diberikan COHb Levels, And Blood Pressure of
untuk pekerja mekanik motor agar memulai gaya Basement Workers X Shopping Centre,
hidup sehat dan mengurangi kebiasaan Malang. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 11,
merokok, serta meningkatkan kesadaran No.2, April, 150-157.
mengenai penggunaan alat pelindung diri https://doi.org/10.20473/jkl.v11i2.2019.150
berupa masker untuk meminimalkan konsentrasi
-157
gas pencemar termasuk gas CO yang masuk ke
Khudaverdyan, D., Vaseashta, A. (2013). Advanced
dalam tubuh.
Sensors for Safety and Security. Springer.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-7003-
DAFTAR PUSTAKA 4
Kurniawati, I. D., & Nurullita, U. (2017). Indikator
Abidin, J., & Purqon, A. (2016). Pemodelan Polusi
Pencemaran Udara Berdasarkan Jumlah
Udara dengan Gaussian Plume. Prosiding
Kendaraan Dan Kondisi Iklim (Studi di
Seminar Nasional Inovasi Dan Pembelajaran
Wilayah Terminal Mangkang dan Terminal
Sains, 444–452.
Penggaron Semarang). Jurnal Kesehatan
American Conference of Governmental Industrial
Masyarakat Indonesia, Vol. 12, No.2,
Hygienist, & (ACGIH). (2001). Carbon
Oktober, 19–24.
monoxide. in: Threshold Limit Values for
https://jurnal.unimus.ac.id
Chemical Substances and Physical Agents and
Profil Kesehatan Indonesia. (2014). Profil
Biological Exposure Indices.
Kesehatan Indonesia 2013.
Anggarani, D. N., Rahardjo, M., & Nurjazuli. (2016).
https://doi.org/10.1088/0305-
Hubungan Kepadatan Lalu Lintas dengan
4470/14/8/037
Konsentrasi COHB pada Masyarakat Berisiko
Profil Kesehatan Indonesia. (2016). Profil
Tinggi di sepanjang jalan Nasional Kota
Kesehatan RI 2015. In Profil Kesehatan
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.
Indonesia Tahun 2015.
4, No.2, April, 139–148. http://ejournal-
https://doi.org/10.1111/evo.12990
s1.undip.ac.id
Puspita, I., Ibrahim, L., & Hartono, D. (2016).
ATSDR. (2012). Toxicological Profile for Carbon
Pengaruh Perilaku Masyarakat Yang Bermukim
Monoxide.
Di Kawasan Bantaran Sungai Terhadap
https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp20
Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar
1.pdf
Kota Tarakan. Jurnal Manusia Dan
Badan Standarisasi Nasional. (2005). Nilai Ambang
Lingkungan, Vol. 23, No.2, Juli, 249–258.
Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja.
https://doi.org/10.22146/jml.18797
In Standar Nasional Indonesia.
Rizaldy, A. B., & Sabri, Y. S. (2016). Hubungan
Basri, S., Mallapiang, F., Ibrahim, I. A., Ibrahim, H.,
Perilaku Merokok dengan Ketahanan
& Basri, S. (2017). Gambaran Konsentrasi
Kardiorespirasi ( Ketahanan Jantung-Paru )
Karbon Monoksida Dalam Darah ( COHb ) Pada
Siswa SMKN I Padang. Jurnal Kesehatan
Mekanik General Repair Servis Dan Suku
Andalas, Vol. 5, No. 2, Juni, 325–329.
Cadang Dealer Otomotif Makassar. Higiene,
https://doi.org/10.25077/jka.v5.i2.p%25p.2
Vol. 3, No.3, 177–184. http://journal.uin-
016
alauddin.ac.id
Seprianto, S., & Sainab, S. (2015). Studi Kadar CO
BPS. (2017). Perkembangan Jumlah Kendaraan
Udara & Kadar COHb Darah Karyawan
Bermotor Menurut Jenis, 1949-2016.
Mekanik Otomotif Bengkel Perawatan &
Dewanti, R. I. (2018). Darah Serta Keluhan
Perbaikan Suzuki PT. Megahputera Sejahtera
Kesehatan Di Basement Apartemen

307
Jurnal Kesehatan Lingkungan/10.20473/jkl.v11i4.2019.300-308 Vol. 11 No. 4 Oktober 2019 (300-308)

Makassar 2009. Jurnal Bionature, Vol. 16, Quality:Selected Pollutants.


No.1, April 49–53. www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0
https://doi.org/10.35580/bionature.v16i1.15 009/128169/e94535.pdf
69 Wicaksono, R. R. (2018). Faktor yang Berhubungan
Sudaryanto, W. T. (2016). Hubungan Antara dengan Kadar COHb pada Petugas Parkir Plaza
Derajat Merokok Aktif, Ringan, Sedang Dan X Surabaya. Jurnal Enviscience, Vol. 1, No.1,
Berat Dengan Kadar Saturasi Oksigen Dalam September, 1-12.
Darah (SpO2 ). Interest : Jurnal Ilmu https://doi.org/10.30736/jev.v1i1.88
Kesehatan, Vol. 6, No.1, Mei, 51–61. Wu, L., & Wang, R. (2005). Carbon
https://jurnalinterest.com Monoxide:Endogenous Production,
Sugiarti. (2015). Gas Pencemar Udara Dan Physiological Function, and Pharmacological
Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. Jurnal Applications. Pharmacological, Vol. 57, No.4,
Chemical, Vol. 10, No.1, 50–58. December, 585–630.
Wardhana, W. . (2004). Dampak Pencemaran http://doi.org/10.1124/pr.57.4.3
Lingkugan. Yogyakarta: Andi Publisher.
WHO. (2010). WHO Guidelines for Indoor Air

308

Anda mungkin juga menyukai