Anda di halaman 1dari 6

PENYEHATAN UDARA

“ PERATURAN PEMERINTAH PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA,


IDENTIFIKASI SUMBER – SUMBER PENCEMARAN UDARA, HASIL
PEMERIKSAAN EMISI YANG DILAKUKAN BLH”

DISUSUN OLEH :

DINDA RISTIANI PUTRI

P07133117012

SEMESTER III

DIII SANITASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGAKARTA

2018/2019
PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN


1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan makhluk


hidup dan keberadaan benda-benda lainnya. Sehingga udara merupakan sumber
daya alam yang harus dilindungi untuk hidup dan kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatannya harus dilakukan
secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan
yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang
diinginkan maka pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting untuk
dilakukan.

Pencemaran udara diartikan dengan turunnya kualitas udara sehingga


udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaaanya yang akhirnya tidak
dapat digunakan lagi sebagaimana mcstinya sesuai dengan fungsinya. Dalam
pencemaran udara selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran
udara yaitu sumber yang bergerak (umumnya kendaraan bermotor) dan sumber
yang tidak bergerak (umumnya kegiatan industri) sedangkan pengendaliannya
selalu terkait dengan serangkaian kegiatan pengenda1ian yang bermuara dari
batasan baku mutu udara. Dengan adanya tolok ukur baku mutu udara maka akan
dapat dilakukan pcnyusunan dan penetapan kegiatan pengendalian pencemaran
udara. Penjabaran kegiatan pengendalian pencemaran udara nasional merupakan
arahan dan pedoman yang sangat penting untuk pengendalian pencemaran udara
di daerah. Disamping sumber bergerak dan sumber tidak bergerak seperti tersebut
di atas, terdapat emisi yang spesifik yang penanganan upaya pengendaliannya
masih belum ada acuan baik di tingkat nasional maupun intemasional. Sumber
emisi ini adalah pesawat terbang, kapal laut, kereta api, dan kendaraan berat
spesifik lainnya. Maka penggunaan sumber-sumber emisi spesifik tersebut di atas
harus tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan hidup.
Mengacu kepada Undang-undang Pengelolalaan Lingkungan Hidup
ditetapkan bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya
keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup
dengan mempertimbangkan generasi kini dan yang akan datang serta
terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Pengendalian
pencemaran udara mengacu kepada sasaran tersebut sehingga pola kegiatannya
terarah dengan tetap mempertimbangkan hak dan kewajiban serta peran serta
masyarakat. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa hak setiap anggota masyarakat
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang diikuti dengan kewajiban untuk
memelihara dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Sehingga setiap orang
mempunyai peran yang jelas di dalam hak dan kewajibannya mengelola
lingkungan hidup. Dalam peraturan pemerintah ini juga diatur hak dan kewajiban
setiap anggota masyarakat serta setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan agar dalam
setiap langkal1 kegiatannya tetap menjaga dan memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup.

Pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan yang


berintikan :

a. inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan berbagai


kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara;
b. penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang digunakan
sebagai tolok ukur pengendalian pencemaran udara;
c. penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk perencanaan
pengalokasian kegiatan yang berdampak mencemari udara;
d. pemantauan kualitas udara baik ambicn dan emisi yang diikuti dengan
evaluasi dan analisis;
e. pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran udara;
f. peran masyarakat da1am kepedulian terhadap pengenda1ian pencemaran
udara;
g. kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan terpadu
dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah lingkungan;
h. penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non-teknis da1am
pengenda1ian pencemaran udara secara nasional.

Identifikasi Sumber- Sumber Pencemaran Udara di Daerah Istimewa


Yogyakarta

Polusi udara di wilayah perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia


termasuk Yogyakarta beberapa tahun belakangan ini mempunyai kondisi yang
sudah memprihatinkan. Udaranya telah dipenuhi oleh asap yang mengandung gas-
gas yang berbahaya bagi kesehatan. Salah satu pemicu utama dari kondisi tersebut
adalah jumlah kendaraan bermotor dan meningkatnya kemacetan. Akibat dari ini,
maka emisi gas buang meningkat dan berpotensi menurunkan kualitas udara.

Sebagai sumber utama polusi udara di perkotaan, kendaraan bermotor


telah meningkat jumlahnya dengan tajam dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir. Demikian pula pertumbuhan di DIY, menurut BPS DIY (2013)
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor selama satu tahun (2012) mencapai
131.281 unit. Bila dilihat pertumbuhannya, maka setara dengan 7,5 % pertahun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dihitung rata-rata, maka
pertumbuhan perbulan mencapai hampir 11 ribu unit, hal ini menyebabkan
kemacetan dan tundaan arus lalu lintas yang menyebabkan ketidak nyamanan bagi
pengguna jalan dan menambah kesemrawutan kota.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, kontribusi gas


buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara pada kota-kota besar juga
telah meningkat. Pada saat ini kontribusinya telah mencapai 60-70%. Kontibusi
sebesar ini adalah merupakan kontribusi pencemar udara yang paling dominan.
Sumber pencemar lainnya, yakni cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%,
dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga,
pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Hasil Pemeriksaan Emisi yang Dilakukan BLH

Dari data yang dimiliki Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY, pada 2014
lalu, indeks kualitas udara DIY ada di angka 82,01. Tahun berikutnya, indeks
kualitas udara DIY meningkat jadi 90,56. Pada 2016, angkanya turun jadi 86,39.
Lalu pada 2017, indeks kualitas udara DIY meningkat kembali menjadi 88,08.
Kualitas udara sebuah daerah ada dalam kategori buruk jika angkanya di bawah
74. Jika indeksnya ada di antara 74 dan 82, sebuah daerah punya kualitas udara
baik. Daerah disebut punya kualitas udara sangat baik apabila indeks udara 82
sampai 90.

Hasil Penelitian Pre dan Post test, Selisih, Penurunan Kadar Emisi Gas
Buang Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan Arang Aktif Sebesar 50
gram Pada Kensdaraan Motor Honda di Balai Lingkungan Hidup Yogyakarta
2009. Rata – rata konsentrasi kadar emisi gas buang karbon monoksida (CO)
sebelum penambahan sebesar 5,49 persen, sedangkan setelah diadakan
penambahan dengan arang aktif diperoleh hasil rata – rata sebesar 5,35 persen.
Dengan demikian terjadi penurunan rata – rata sebesar 0,14 persen atau dengan
prosentase penurunan rata – rata sebesar 2,57 persen, jika dibandingkan dengan
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang standard baku mutu
sumber bergerak kendaraan bermotor yaitu 4,5 persen berarti emisi masih berada
diatas standard baku mutu yaitu 5,35 persen.

Hasil Penelitian Pre dan Post test, Selisih, Penurunan Kadar Emisi Gas
Buang Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan Arang Aktif Sebesar 100
gram Pada Kendaraan Motor Honda di Balai Lingkungan Hidup Yogyakarta
2009. Rata – rata konsentrasi kadar emisi gas buang karbon monoksida (CO)
sebelum penambahan sebesar 5,49 persen, sedangkan setelah diadakan
penambahan dengan arang aktif diperoleh hasil rata – rata sebesar 4,33 persen.

Dengan demikian terjadi penurunan rata – rata sebesar 1,16 persen atau
dengan prosentase penurunan rata – rata sebesar 21,29 persen, jika dibandingkan
dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang standard baku
mutu sumber bergerak kendaraan bermotor yaitu 4,5 persen berarti emisi sudah
memenuhi atau dibawah standard baku mutu yaitu 4,33 persen. Hasil Penelitian
Pre dan Post test, Selisih, Penurunan Kadar Emisi Gas Buang Karbon Monoksida
(CO) dengan Penambahan Arang Aktif Sebesar 150 gram Pada Kendaraan Motor
Honda di Balai Lingkungan Hidup Yogyakarta 2009. Rata – rata konsentrasi
kadar emisi gas buang karbon monoksida (CO) sebelum penambahan sebesar 5,49
persen, sedangkan setelah diadakan penambahan dengan arang aktif diperoleh
hasil rata – rata sebesar 3,00 persen. Dengan demikian terjadi penurunan rata –
rata sebesar 2,49 persen atau dengan prosentase penurunan rata – rata sebesar
45,68 persen, jika dibandingkan dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang standard baku mutu sumber bergerak kendaraan bermotor
yaitu 4,5 persen berarti emisi sudah memenuhi atau dibawah standard baku mutu
yaitu 3,00 persen.

Anda mungkin juga menyukai