Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor selama satu tahun (2012) di DIY mencapai 131.281 unit dan
pertumbuhannya setara dengan 7,5 % pertahun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebih
lanjut apabila dihitung dari rata-ratanya, maka pertumbuhan perbulan mencapai hampir 11 ribu unit.
Hal ini menyebabkan kemacetan dan tundaan arus lalu lintas yang menyebabkan ketidak nyamanan
bagi pengguna jalan dan menambah kesemrawutan kota. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor, gas buang kendaraan bermotor sebagi sumber polusi udara pada kota-kota besar
juga mengalami peningkatan dimana kontribusinya telah mencapai 60-70%.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, tentunya peningkatan angka pertumbuhan kendaraan bermotor di
perkotaan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu direduksi yang diharapkan memberikan
implikasi pada penurunan emisi gas buang kendaraan. Tata cara dan proses reduksi tersebut tentunya
membutuhkan beberapa mekanisme bertahap dan tegas melalui pembatasan jumlah kendaraan, serta
pemberian intervensi lanjut melalui mekanisme pengenaan pajak kendaraan bermotor pada saat
melakukan perpanjangan atau pembuatan STNK.

Mekanisme pengenaan pajak tersebut saat ini menjadi perhatian serius dengan diterbitkannya Surat
Edaran melalui Radiogram Kementerian Dalam Negeri Nomor 660/108/SJ tentang Uji Emisi Gas Buang
dan Tingkat Kebisingan tertanggal 3 Januari 2014 dimana setiap perpanjangan STNK kendaraan
mensyaratkan dilakukannya pengujian emisi untuk mengurangi tingkat polusi. Hal ini menjadi salah satu
bentuk mekanisme kebijakan yang didalam penerapannya memerlukan kajian dan pertimbangan,
dikarenakan kendaraan bermotor selain memberikan implikasi negatif terhadap meningkatnya emisi gas
buang kendaraan dan berpotensi menimbulkan pencemaran udara, namun peningkatan jumlah
kendaraan memberikan implikasi terhadap semakin meningkatnya pendapatan asli daerah yang
merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Didalam artikel ini
tentunya akan diulas tentang beberapa hal terkait dengan dukungan Pemda DIY terhadap kebijakan
pengendalian emisi melalui mekanisme pengenaan pajak kendaraan bermotor, meliputi dampak
pencematan, uji emisi sebagai prasyarat pengenaan pajak, alternatif solusi, dukungan program
pemerintah dan rekomendasi.

Kata Kunci : Polusi Udara, Emisi Gas Buang, STNK

1 Latar Belakang
Polusi udara di wilayah perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia termasuk Yogyakarta beberapa
tahun belakangan ini mempunyai kondisi yang sudah memprihatinkan. Udaranya telah dipenuhi oleh
asap yang mengandung gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan. Salah satu pemicu utama dari kondisi
tersebut adalah jumlah kendaraan bermotor dan

meningkatnya kemacetan. Akibat dari ini, maka emisi gas buang meningkat dan berpotensi menurunkan
kualitas udara.

Sebagai sumber utama polusi udara di perkotaan, kendaraan bermotor telah meningkat jumlahnya
dengan tajam dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Demikian pula pertumbuhan di DIY,
menurut BPS DIY (2013) pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor selama satu tahun (2012) mencapai
131.281 unit. Bila dilihat pertumbuhannya, maka setara dengan 7,5 % pertahun dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Jika dihitung rata-rata, maka pertumbuhan perbulan mencapai hampir 11 ribu unit,
hal ini menyebabkan kemacetan dan tundaan arus lalu lintas yang menyebabkan ketidak nyamanan
bagi pengguna jalan dan menambah kesemrawutan kota.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, kontribusi gas buang kendaraan bermotor
sebagai sumber polusi udara pada kota-kota besar juga telah meningkat. Pada saat ini kontribusinya
telah mencapai 60-70%. Kontibusi sebesar ini adalah merupakan kontribusi pencemar udara yang paling
dominan. Sumber pencemar lainnya, yakni cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, dan sisanya
berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dan lain-lain.

Kendaraan bermotor mengeluarkan berbagai jenis gas maupun partikel yang terdiri dari berbagai
senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup melalui
hidung dan mempengaruhi masyarakat yang berada dijalan raya dan sekitarnya. Selain itu gas buang
kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya dan pengguna jalan lain
langusng terpapar dengan emisi gas buang dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang
tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal maupun yang melakukan kegiatan di sekitar
jalan raya yang padat lalu lintasnya, seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, polisi lalu lintas,
dan penjaja makanan sering terkena dampak asap kendaraan bermotor yang mengandung bahan
pencemar.

Telah banyak studi yang menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara
perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi) penyakit pernapasan. Menurut Tri Tugaswati di banyak
kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di
sekitar jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara serta dampak terhadap kesehatan yang
disebabkan oleh terakumulasinya cemaran udara dari hari ke hari. Gangguan kesehatan misalnya kanker
pada paru-paru atau organ tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut
maupun khronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain
sperti paru, misalnya sistem syaraf.

Berkaitan dengan hal-hal diatas, artikel ini mencoba mengulas dampak pencemaran udara yang
diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar minyak terhadap
lingkungan, serta pengintegrasian syarat lulus uji emisi

gas buang dalam proses perpanjangan STNK.

2 Pengertian Emisi Gas Buang

Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin
pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Sisa hasil pembakaran
berupa air (H2O), gas CO atau disebut juga karbon monooksida yang beracun, CO2 atau disebut juga
karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca, NOx senyawa nitrogen oksida, HC berupa senyawa
Hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses pembakaran serta partikel lepas.

Udara yang terdapat pada atmosfir bumi utamanya terdiri Oxigen (O2) =21% volume, Nitrogen (N2)
=78% volume dan sisanya 1% terdiri dari bermacam-macam gas diantaranya : Argon (AR)=0.94% volume
dan karbon dioksida (CO2). Masing masing gas sangat bermanfaat, misalnya O2 brmanfaat sekali untuk
manusia dan CO2 untuk tumbuh-tumbuhan. Namun akibat dari pencemaran gas buang kendaraan, asap
pabrik dan pesawat terbang maka udara kita menjadi kotor karena timbulnya gas monoxida (CO), Oxide
of Nitrogen (Nox), Sulfur Dioxida (SO2) dan lain-lain, substansi yang tidak berguna terebut dinamakan
polusi udara.

Polusi Udara di atas dalam bentuk gas, bentuk lainnya adalah partikel(padat) misalnya debu, partikel
karbon dan partikel lainnya. Makalah ini akan membahas polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor
yang berupa gas maupun partikel (karena 70% Polusi udara disebabkan sumber yang bergerak) dan
dampak polusi terhadap kesehatan dan lingkungan.
Polusi kendaraan bermotor pada umumnya disebabkan terjadinya proses pembakaran yang tidak
sempurna di dalam mesin, artinya tidak semua bahan bakar yang masuk ke dalam mesin terbakar habis
atau masih ada bahan bakar yang tidak terbakar. Bahan bakar yang tidak terbakar ini keluar bersama gas
buang melalui knalpot ke udara bebas. Gas yang tidak terbakar mengandung gas CO, Nox dan SO2. Gas
tersebut tidak baik untuk pernafasan karena beraacun dan berbahaya bagi manusia, hewan maupun
tumbuh-tumbuhan. Proses pembakaran tidak sempurna pada mesin disebabkan kurang kontrolnya
mesin terhadap perawatan berkala seperti tidak normalnya kerja busi, kotornya saringan udara, kualitas
bensin yang tidak baik, system pengapiannya tidak baik dan sebagainya.

3 Dampak Emisi Gas Buang

Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon
monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan
partikulat debu termasuk timbel (PB). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbel organik,
dilepaskan keudara karena adanya penguapan dari sistem bahan bakar. Lalu lintas kendaraan bermotor,
juga dapat meningkatkan kadar partikular debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan
rem.

Salah satu zat yang dikeluarkan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor adalah gas karbon dioksida
(CO2). Karbon dioksida jika diabaikan maka konsentrasinya akan terakumulasi di atmosfer dan
berpotensi menyebabkan pemanasan global dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan perubahan
iklim yang berbahaya bagi kehidupan manusia.

Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35% terhadap pemanasan global
dan sejalan dengan emisi CO2 yang dari waktu ke waktu yang terus meningkat. Lebih lanjut emisi gas
buang juga memberikan pengarun terhadap kesehatan manusia dan gangguan metabolisme tubuh. Hal
ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna
lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan/aktivitas penduduk.

4 Dampak Pencemaran Udara

Menurut Yudi Agus Prabowo (2013), walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari
senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbondioksida dan uap air, tetapi didalamnya
terkandung juga senyawa lain dengan jumlah gas buang yang cukup besar yang dapat membahayakan
kesehatan maupun lingkungan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas
buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai
oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Kadar partikulat debu
juga dapat meningkat oleh karena lalu lintas kendaraan bermotor. Dalam hal ini, partikulat berasal dari
permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang terkandung
dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu reaksi, misalnya dengan
sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.

Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga dilingkungan jalan raya, dan
ada pula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di atmosfer kadangkala berlangsung dalam
suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau
lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah
nitrogen monoksida (NO) yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen
dioksida (NO2) yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa
hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan fotokimi
(photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal sumber (kota), tetapi
dapat terbentuk dipinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini tergantung pada kondisi reaksi dan
kecepatan angin.

Gambar 1 Dampak Emisi Gas Buang Kendaraan

Emisi kendaraan yang mencemari udara dan lingkungan dapat mengganggu kesehatan masyarakat,
terutama bagi warga yang tinggal di kota besar, yang bermukim di daerah industri dan padat lalulintas
kendaraan bermotor. Akibat polusi maka timbul asap dan uap yang berbau dan akan mempengaruhi
pernafasan, penciuman, penglihatan, badan menjadi lemas, IQ berkurang dan bila dibiarkan terus akan
mengakibatkan kematian massal. Akibat itu tidak hanya berdampak pada manusia saja tetapi juga pada
hewan dan tumbuhan. Ketika polusi timbul maka gas khususnya hydrocarbon (HC) dan Nox tertimbung
di udara maka akan menahan sinar matahari dan terjadilah reaksi photochemical dan akan membentuk
substansi kimia dan oksigen lain terutama O3 (ozon) yang merupakan oksidan paling kuat sifatnya
mengakibatkan fenomena smog atau asapkabut.

5 Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Sebagai Prasyarat Perpanjangan STNK


Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 660/108/SJ tanggal 3 Januari 2014 kepada para Gubernur, Walikota
dan Bupati di seluruh Indonesia perihal uji emisi Gas Buang Kendaraan ini didasarkan pada surat dari
Kementrian Lingkungan hidup berkaitan dengan persyaratan lulus uji emisi untuk perpanjangan STNK,
berdasarkan beberapa hal antara lain sebagai berikut ;

Hasil evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup telah terjadi penurunan kualitas udara perkotaan yang
sekitar 60 persennya dikontribusi oleh polusi udara dari sektor transportasi (khususnya dari emisi gas
buang kendaraan bermotor). Polusi udara ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kualitas lingkungan
hidup dan kesehatan masyarakat sebagai akibat polusi udara dari sektor transportasi tersebut.

Didalam ketentuan ketentuan Pasal 210 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, ditetapkan bahwa “Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi dijalan wajib memenuhi
persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan”. Untuk memenuhi ketentuan
tersebut setiap kendaraan bermotor wajib melakukan pengujian laik jalan (termasuk pengujian terhadap
emisi gas buang kendaraan bermotor) yang dilakukan oleh unit kerja Sistem Administrasi Manunggal
Satu Atap yang dikoordinasi oleh aparat kepolisian setempat dan melibatkan aparat Pemerintah Daerah.

Dalam rangka mengurangi polusi udara dari sektor transportasi dihimbau agar dalam setiap pemberian
perpanjangan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor ( STNK) perlu dilakukan pengujian terhadap
emisi gas buang kendaraan bermotor dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai