Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN NILAI LAJU ENDAP DARAH (LED)

PADA PETUGAS SPBU DI WILAYAH

PADALARANG

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

DELIANA MUTA’AALIYA MUHLIS

411115119

PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN D-III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan pesatnya kebutuhan akan bahan bakar untuk

kebutuhan transfortasi masyarakat di Indonesia,kini terdapat banyak sekali

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di seluruh

pelosok Indonesia . SPBU merupakan prasarana umum yang disediakan

distributor bahan bakar minyak (BBM) dan disediakan bagi masyarakat luas

guna memenuhi kebutuhan bahan bakar juga merupakan lokasi penyimpanan

dan penyaluran bahan bakar minyak langsung ke konsumen (ritel), SPBU

hanya dikhususkan untuk kionsumen kendaraan bermotor (Risdiyanta, 2004).

Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang

beroperasi ini akan menyebabkan peningkatan pada konsentrasi

pencemarnya sehingga dikhawatirkan membahayakan kesehatan manusia

dan mempengaruhi kualitas udara apabila pencemaran akibatnya melebihi

ambang batas yang ditentukan (Muziansyah, Sebayang, & Sulistyorini, 2015).

Pekerja SPBU diperkirakan mempunyai resiko untuk terpapar

langsung oleh emisi gas buangan timbal yang dapat berasal dari kendaraan

bermotor yang datang ke SPBU maupun uap yang berasal dari bahan bakar

yang ada di SPBU tersebut. Hal ini dapat terjadi karena umumnya para

pekerja SPBU tersebut bekerja tanpa proteksi diri yang memadai. Pemaparan

timbal pada pekerja harus diperhatikan karena dapat menyebabkan anemia

dan kerusakan sel-sel darah ( Laila & Shofwati, 2013).

1
2

Emisi gas buangan kendaraan bermotor salah satunya yaitu timbal

(Pb). Pb merupakan senyawa toksik, dimana efek paparan Pb bisa terjadi

tanpa gejala yang jelas. Efek paparannya bersifat kronis sehingga semakin

lama seseorang terpapar maka akan terjadi peningkatan dosis kumulatif

secara progresif. Paparan Pb yang berlangsung lama dapat mengakibatkan

gangguan terhadap berbagai sistem organ seperti darah, system syaraf,

ginjal, system reproduksi dan saluran cerna biasanya efek peningkatan nilai

Pb dalam darah seperti peningkatan risiko hypertensi, penyakit ginjal,

gangguan kognitif dan atau kemunduran fungsi kognitif secara cepat serta

risiko reproduktif ( Laila & Shofwati, 2013).

Rata–rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorpsi oleh paru – paru,

kemudian sebanyak 30–40% timbal (Pb) diabsorbsi melalui saluran

pernapasan akan masuk ke aliran darah. Pb yang masuk ke sirkulasi darah

dan lebih dari 99% akan berikatan dengan eritrosit, maka akan terjadi

gangguan eritrosit menyebabkan hemolisa eritrosit dan menghambat

pembentukan hemoglobin (Williams & Bursom, 1985). Timbal

menyebabkan defisiensi enzim G-6PD dan penghambatan enzim pirimidin-

5’-nukleotidase. Hal ini menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit dan

meningkatkan kerapuhan membran eritrosit, sehingga terjadi penurunan

jumlah eritrosit (Yusniar, Setiani, & Setyoningsih, 2016).

Berdasarkan paparan di atas bahwa emisi buangan gas bermotor dapat

menyebabkan turunnya masa hidup eritrosit dan meningkatkan kerapuhan

membran eritrosit sehingga terjadi penurunan jumlah eritrosit maka peneliti

ingin memahami lebih mendalam tentang gambaran nilai LED pada petugas
3

SPBU yang terpapar emisi buangan gas kendaraan bermotor. (Yusniar,

Setiani, & Setyoningsih, 2016).

Laju endap darah (LED) adalah reaksi non spesifik dari tubuh.

Laju endap darah biasanya tetap dalam batas normal yaitu pada batas-

batas penyakit-penyakit infektif setempat yang kecil. Laju endap darah

normal dapat memberi jaminan dokter untuk menyampaikan pada pasiennya

bahwa tidak ada penyakit organ yang serius (Yusniar, Setiani, &

Setyoningsih, 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini

adalah : Bagaimana gambaran nilai LED pada petugas SPBU di wilayah

Padalarang. Adapun yang menjadi alasan mengapa permasalahan yang

akan diteliti berkaitan dengan nilai LED, karena nilai LED merupakan salah

satu parameter dari berbagai parameter yang digunakan untuk mendiagnosa

suatu penyakit.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai LED

pada petugas SPBU di wilayah Padalarang.

D. Pembatasan Masalah

1. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 30 orang petugas SPBU di wilayah

Padalarang yang telah bekerja lebih dari 1 tahun

2. Bahan penelitian yang digunakan yaitu darah

3. Pemeriksaan LED dilakukan dengan menggunakan metode westergren.


4

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian terhadap nilai LED pada petugas

SPBU di wilayah Padalarang dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat khususnya pemeriksaan LED di

bidang Hematologi.

b. Bagi Petugas SPBU

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan informasi nilai LED

terhadap kesehatan petugas SPBU dan menjadi langkah selanjutnya

dalam penanganan kesehatan petugas SPBU dan juga agar senantiasa

mengikuti Prosedur Oprasional standar kerja dan menjaga keselamatan

dalam menjalankan tugas diharapkan resiko terpapar emisi kendaraan

bermotor dapat dihindari semaksimal mungkin.


5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SPBU

SPBU merupakan tempat penyimpanan dan penyaluran bahan

bakar selain itu SPBU juga merupakan salah satu sumber paparan timbal.

Karena ditempat inilah kendaran bermotor mengisi bahan bakar bagi

kendaraannya. Paparan timbal yang ada di SPBU ini berasal dari

kendaraan bermotor yang sebagian besar menggunakan bensin premium

yang mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL) atau Tetra Methyl Lead, yang

berfungsi menambah bilangan oktan agar mesin tidak menggelitik. Melalui

pembakaran 98% TEL akan diubah menjadi bromida timah hitam yang

akan dilepaskan dalam bentuk uap yang mengandung logam berat timbal

yang akan memperburuk kualitas udara dan risiko terjadinya akumulasi

timbal dalam tubuh manusia ( Laila & Shofwati, 2013).

Gambar 2.1 Stasiun Pengisian Gambar 2.2 Alur penyediaan dan


Bahan Bakar Umum (SPBU) pendistribusian BBM di seluruh
wilayah Indonesia

5
6

B. Emisi Kendaraan Bermotor

Emisi gas kendaraan bermotor merupakan akibat dari terjadinya

proses pembakaran yang tidak sempurna, dan mengandung timbal/timah

hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),

oksida sulfur (SO2 ), hidrokarbon (HC), dan karbon monoksida (CO)

(BPLH DKI Jakarta, 2013).

C. Dampak Emisi Kendaraan Bermotor

Sebagaimana kita ketahui bersama, emisi gas buangan

Kendaraan bermotor menyebabkan terjadinya pencemaran udara

terhadap kehidupan dan lingkungan. Pencemaran udara merupakan

perubahan komposisi udara dari keadaan normal, mengakibatkan

terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia (Ismiyati, Marlita, &

Saidah, 2014).

Paparan timah hitam atau timbal (Pb) berlebihan merupakan

masalah penting di dunia dan merupakan risiko kesehatan lingkungan

utama yang dihadapi berbagai negara baik di negara maju maupun di

negara berkembang. Timbal merupakan salah satu pencemar udara yang

bersumber dari buangan asap kendaraan bermotor. Timbal masuk ke

dalam tubuh manusia melalui berbagai cara antara lain adalah melalui

pernafasan (inhalasi), saluran cerna, bahkan saluran kontak dermal.

Namun jalur penting untuk paparan Pb terhadap manusia adalah melalui

pernafasan (inhalasi) ( Laila & Shofwati, 2013).

Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor

bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan

sumber emisi pencemaran udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar


7

Minyak) bensin dalam motor akan selalu mengeluarkan senyawa-

senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP

(debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksidaoksida sulfur)

(BPLH DKI Jakarta, 2013). (santos & dkk, 2005)

Kadar timbal yang tinggi di udara juga dapat mengganggu

pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan

dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah,

yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya

seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain, sedang keracunan Pb

bersifat akumulatif. Keracunan gas CO timbul sebagai akibat

terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang

lebih besar dibanding dengan oksigen (O2 ) terhadap Hb menyebabkan

fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu

(BPLH DKI Jakarta, 2013). Selaras dengan itu, berkurangnya penyediaan

oksigen ke seluruh tubuh, apabila tidak segera mendapat udara segar,

akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian.

Sementara, bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H2S dapat

merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan

(Ismiyati, Marlita, & Saidah, 2014).

Paparan terkontrol terhadap diesel knalpot dapmeningkatkan derajat

koagulasi dan trombosis. Iskemia juga telah diproduksi secara eksperimental

oleh paparan diesel dalam double blind randomized crossover terpapar 20

orang dengan sebelumnya infark miokard sampai 1 jam dari diesel encer knalpot

atau udara yang disaring (Mills et al 2007)


8

D. Laju Endap Darah

1. Definisi

Laju endap darah (LED) juga disebut erythrocyte sedimentation

rate (ESR) atau sedimentation rate (sed rate) adalah kecepatan

pengendapan sel-sel eritrosit ke dasar tabung berisi darah dengan

antikoagulan dalam waktu satu jam, dinyatakan dalam satuan mm per

jam. LED menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara

eritrosit dan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukan dalam

tabung berlumen kecil dan diletakan tegak lurus akan menunjukan

pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang disebut dengan LED.

Nilainya pada keadaan normal relative lebih kecil karena pengendapan

eritrosit disebabkan karena gravitasi diimbangi oleh tekanan keatas

(Ibrahim,dkk 2006)

Pemeriksaan LED adalah salah satu pemeriksaan hematologi yang

rutin diusulkan oleh para klinisi sebagai penunjang diagnosis penyakit,

karena selain prosedur pemeriksaan LED relatif mudah dan sederhana,

biayanya cukup ekonomis, tetapi masih memiliki aspek klinik penting

untuk membantu menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit,

serta evaluasi hasil penatalaksaan (Bridgen,1999)

Peningkatan LED pada keadaan patologis menunjukkan adanya suatu

proses inflamasi atau infeksi dalam tubuh seseorang, baik

inflamasi/infeksi akut maupun kronis, serta dapat menunjukkan adanya

proses kerusakan jaringan tubuh yang luas, misalnya pada penderita

penyakit autoimun atau proses keganasan. Tinggi rendahnya nilai LED

sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh seseorang, terutama saat terjadi


9

radang. Namun ternyata orang yang mengalami anemia,kehamilan dan

para lansia pun memiliki nilai LED yang tinggi, sehingga orang normal pun

bisa memiliki LED tinggi dan sebaliknya bila nilai LED normal pun belum

tentu tidak ada masalah. Dengan demikian pemeriksaan LED masih

termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik

dan anamnesis dari dokter (Ibrahim,dkk 2006).

2. Proses LED

LED diatur oleh keseimbangan antara faktor-faktor pengendapan

terutama fibrinogen dan faktor-faktor penolak pengendapan yaitu muatan

negative dari eritrosist (potensial zeta). Ketika sebuah proses inflamasi

hadir, tingginya proorsi fibrinogen dalam darah menyebabkan sel-sel

darah merah menempel satu sam lain yang disebut rouleaux, yang

menetap lebih cepat (Ibrahim dkk, 2006).

Proses LED dapat dibagi dalam 3 tinggkatan yaitu pertama ialah

tingkatan penggumpalan yang menggambarkan periode eritrosit

membentuk rouleaux dan sedikit sedimentasi. Kedua ialah tingkatan

pengendapan cepat, yaitu eritrosit mengendap secara tetap dan lebih

cepat. Pada tahap ketiga yaitu tahap pemadatan, pengendapan

gumpalan eritosit mulai melambat karena terjadi pemadatan eritosit yang

mengendap (Ibrahim dkk, 2006).


10

Gambar 2.3 Proses Laju Endap Darah


(LED)

3. Cara Pemeriksaan LED

Pemeriksaan LED menggunakan metode Westergren adalah

pemeriksaan LED yang telah dinyatakan dan dipublikasikan sebagai

metode pemeriksaan LED rujukan pertama oleh International Council for

Standardization in Haematology (ICSH) pada tahun 1973, serta

digunakan secara luas di seluruh dunia. Pemeriksaan LED metode

Westergren hingga saat ini masih digunakan secara luas walaupun telah

banyak dipublikasikan metode-metode pemeriksaan LED lebih baru hasil

revisi (INorderson, 2004).

4. Fungsi Pemeriksaan LED

LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat

selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan

jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan

kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli

hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi

oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat

(Norderson, 2004).

Pada cara westergren nilai normal LED untuk wanita yaitu 0-15

mm/jam dan untuk pria yaitu 0-10 mm/jam.faktor-faktor yang dapat


11

mempengaruhi LED adalah faktor eritrosist, faktor plasma dan faktor

teknik. Jumlah eritrosit /ul darah yang kurang dari normal, ukuran

eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah

beraglutinasi akan menyebabkan LED cepat. Pembentukan rouleaux

tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar

fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan rouleaux

sehingga LED cepat, sedangkan kadar albumin yang tinggi

menyebabkan LED lambat (Norderson, 2004).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif,

yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat gambaran LED pada

petugas SPBU. Adapun langkah – langkah yang akan dilakukan pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Informed consent dan kuisioner

Persiapan pengambilan sampel

Pengambilan dan pengolahan


sampel

Pemeriksaan LED

Hasil dan pengolahan data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Langkah-


langkah Penelitian

12
13

2. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas penelitian ini yaitu petugas SPBU.

2. Variabel terikat

Variabel terikat penelitian ini yaitu nilai Laju Endap Darah (LED).

3. Definisi Oprasional

Adapun definisi oprasional variabel penelitian ini yaitu seperti

terlihat pada tabel 3.1 di bawah ini

Tabel 3.1 definisi oprasional variabel penelitian

Variabel Definisi

Petugas SPBU Merupakan seseorang yang bekerja di

SPBU

LED Kecepatan sedimentasi eritrosit dalam

darah yang belum membeku, dengan

satuan mm/jam.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu petugas SPBU

yang berada di wilayah Padalarang

2. Sampel

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah petugas SPBU

yang berada di daerah Padalarang berjumlah 30 orang


14

C. Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti tertera pada tabel

3.2.

Tabel 3.2. Alat – alat yang digunakan dalam penelitian.

No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah alat


A1 Bulb - 3 buah
l 2 Botol sampel 10 mL 30 buah
a3 Disposable syiringe 3 mL 30 buah
B4 Rak tabung westergren - 8 buah
a5 Tabung Westergren 0-200 mm 30 buah
h6 Tourniquet karet 5 buah
a

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini seperti tertera pada tabel 3.3

Tabel 3.3 bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah

1 Kapas alcohol Antiseptic 30 buah

2 Kapas - Sekupnya

3 Natrium Cytrat 3,8 % @400 ul

4 Plester - 30 buah

5 Whole blood Vena @ 1,6 mL

D. Prosedur Penelitian

1. Cara pengambilan darah vena ( WHO, 2010: 18-19).

a. Menyiapkan peralatan seperti jarum suntik dan tabung vacuum.

b. Membersihkan tangan dengan antiseptik.


15

c. Mengidentifikasi dan mempersiapkan pasien.

d. Memilih lokasi, sebaiknya pada derah antecubital (tikungan siku)

e. Memasang tourniquet sekitar 4-5 jari di atas tempat yang ditusuk

f. Meminta pasien untuk membentuk kepalan sehingga pembuluh

darah lebih terlihat.

g. Mengenakan sarung tangan.

h. Mensterilkan lokasi yang akan ditusuk dengan menggunakan

alcohol 70 % isopropyl selama 30 detik dan biarkan kering

sepenuhnya ( 30 detik ).

i. Pegang lengan pasien dan menempatkan ibu jari di bawah tempat

yang akan ditusuk

j. Masukan jarum suntik dengan cepat pada sudut 30 derajat.

k. Setelah pengambilan darah cukup, lepaskan tourniquet sebelum

menarik jarum suntik.

l. Menarik jarum dengan lembut dan kemudian memberikan pasien

kasa bersih atau kapas kering untuk digunakan pada lokasi yang

ditusuk.

m. Membuang ajrumsuntik yang telah digunakan atau peralatan

pengambilan darah kedalam wadah yang tahan benda tajam.

n. Buang benda tajam dan pecahan kaca ke dalam wadah benda

tajam. Tempatkan benda yang dapat meneteskan darah atau

cairan tubuh ke dalam limbah infeksius.

o. Lepaskan sarung tangan dan memasukannya ke dalam limbah

umum. Kemudian membersihkan tangan. Jika menggunakan

sabun an air, keringkan tangan dengan handuk.


16

2. Pemeriksaan LED

a. Prinsip ( Wirawan, dkk, 1996:10).

Laju Endap Darah (LED) mengukur kecepatan pengendapan sel

darah merah di dalam plasma. Satuannya adalah mm/jam.

b. Cara Kerja (Gandasoebrata, 2011:38)

1) Ambil 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% dengan mikropipet lalu

masukan kedalam tabung vial.

2) Tambahkan darah vena yang sudah ada sebanyak 1,6 ml

kedalam tabung vial sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran

dan campurlah baik-baik.

3) Hisaplah darah itu ke daalm pipet westergren sampai garis

bertanda 0 mm, kemudian biarkan pipet itu dalam posisi tegak

lurus dalam rak westergren selama 60 menit.

4) Bacalah tingginya lapisan plasma dengan menggunakan skala

pada tabung westergren laporkanlah angka itu sebagai nilai

LED.

E. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari pemeriksaan nilai LED pada petugas

SPBU di wilayah Padalarang yang sudah didapat kemudian diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Seluruh data ini kemudian

dianalisa dan diolah untuk ditarik kesimpulan.


17

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini yaitu bertempat di

laboratorium Hematologi Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2018


18

Laila, N. N., & Shofwati, i. (2013). Kadar Timbal Darah dan Keluhan Kesehatan

pada Operator SPBU Wanita. 41-49.

D'Heru. (2013). Live Blood Analysis. Jakarta: PT Gramedia.

Dwilestari , H., & Oginawati, K. (2012). Analisis Hematologi Dampak Paparan

Timbal pada Pekerja Pengecatan Mobil Informal di Karasak,Bandung.

Ismiyati, Marlita, D., & Saidah, D. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas

Buang. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 01

No. 03, 241-248.

Muziansyah, D., Sebayang, S., & Sulistyorini, R. (2015). Model Emisi Gas

Buangan Kendaraan Bermotor Akibat Aktivitas Transportasi (Studi

Yusniar, Setiani, O., & Setyoningsih, O. S. (2016). Hubungan antara Paparan

Timbal (Pb) dengan Laju Endap Darah pada Pekerja Bagian Pengecatan

Industri Karoseri di Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 852-861.

Anda mungkin juga menyukai