B. SPBU
Menurut Wikipedia: Stasiun pengisian bahan bakar adalah tempat di
mana kendaraan-kendaraan dapat diisikan dengan bahan bakar. Di
Indonesia, stasiun pengisian bahan bakar dikenal dengan nama
SPBU (singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dan
juga pom bensin. Di Medan, SPBU disebut galon.
BAB III
Hasil Analisis Dan Pembahasan
A. Analisis Data
SPBU yang ada di Kota Purwokerto sebanyak 9 SPBU yang ada di
Purwokerto yang terbangun semunaya terletak di dekat jalan raya
utama yang melintasi akses jalur transportasi di Kota Purwokerto di
sepanjang Jl Gerilya, Jl Jendral Soedirman, Jl Suparjo Rustam, Jl
Prof. Dr Hr Bunyamin, Jl laksamana Yos sudarso, Jl suparjo Rustam,
San Jl Sokaraja.
Data Hasil Penelitian Terhadap Responden
NO Kode
Sampel Kadar
Pb Darah (g/dl)
Jenis
Kelamin Usia Masa
Kerja Banyaknya Bahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kualitatif beberapa komponen resiko dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Resiko kontaminasi Pb pada pekerja SPBU dapat diidentifikasikan
antara lain:pekerja SPBU telah bekerja selama lebih dari 3 tahun,
perilaku pelanggan SPBU yang tidak mematikan kendaraan bermotor
ketika akan mengisi bahan bakar, lokasi SPBU berada didaerah yang
mempunyai tingkat polusi tinggi karena jumlah kendaraan disekitar
jalan tersebut tinggi. Selain itu, pekerja SPBU tidak menggunakan
APD (masker) dalam bekerja.
2. Analisis Resiko Kontaminasi Pb pada pekerja SPBU adalah pekerja
yang tidak menggunakan APD (masker) dalam melakukan pengisian
bahan bakar mempunyai resiko tinggi terpapar Pb yang terhirup
melalui saluran pernapasan
3. Manajemen Resiko Konataminasi dilakukan dengan adanya
peraturan mengenai penggunaan masker bagi pekerja SPBU dan
perlu adanya pemasangan plakat mengenai larangan menyalakan
mesin kendaraan ketika melakukan pengisian bahan bakar.
4. Publikasi Resiko untuk mengurangi kontaminasi Pb dapat
dilakukan melalui website, surat kabar dan leaflet serta media lainya
B. Saran
1. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan tingkat resiko yang
representatif perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dampak
kontaminasi Pb dalam darah pada pekerja SPBU.
2. Adanya aturan yang mewajibkan bagi pekerja SPBU menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) berupa masker pada saat bekerja dan
pemberian sanksi bagi yang melanggarnya.
3. Teguran kepada para pelanggan yang tidak mematikan mesin
kenadaraannya pada saat pengisian BBM (Bahan Bakar Minyak)
Bahaya adalah sumber risiko, tetapi bukan risiko itu sendiri. Bahaya lingkungan adalah segala zat,
organisme atau energi yang mempunyai kapasitas atau potensi menimbulkan cedera, sakit atau mati.
Cedera, sakit atau mati tidak akan terjadi akibat bahaya lingkungan, kecuali kondisi-kondisi tertentu
yang spesifik. Bahaya lingkungan terdiri dari:
Kajian analisis risiko lingkungan adalah bersifat prediktif (kilas depan), berdasarkan dosis-respon,
dapat diekstrapolasi ke populasi lain, dan merupakan basis ilmiah untuk manajemen dan komunikasi
risiko.
Analisisi Risiko Kesehatan Lingkungan memiliki karakteristik antara lain yaitu
burden of proof adalah bahwa industri harus menunjukkan keamanan produknya kepada regulator,
bukan regulator yang harus membuktikan bahayanya.
ARKL dikembangkan dari Risk Analysis Paradigm (NRC, 1983), dimana Risk Analysismengkaji efek
kesehatan bahaya fisik, kimiawi dan biologis lingkungan. Kajian efek kesehatan disebut health risk
assessment (HRA) sedangkan kajian efek lingkungan disebutecological risk assessment (ERA). HRA
dipakai untuk menilai dan atau menaksir risiko kegiatan yang telah, sedang dan akan terjadi. Dan kini
HRA berkembang menjadienvironmental health risk assessment (EHRA) atau disebut ARKL.
Hasil studi ARKL berupa :
Zona aman dan tidak aman menurut risk agent, tingkat risiko, dan populasi terpajan.
Pilihan-pilihan pengelolaan risiko menurut berbagai skenario faktor pemajanan.
Surveilans dan model monitoring kesehatan lingkungan.
Rumusan baku mutu kesehatan lingkungan.
Rumusan komunikasi risiko dengan promosi perilaku hidup sehat dan pengendalian faktorfaktor risiko lingkungan fisik dan sosial.
Analisis Risiko adalah sebuah usaha untuk menganalisis berapa besar kemungkinan risiko yang akan
terjadi pada suatu kegiatan manusia, sedangkan usaha yang dilakukan untuk mengurangi risiko
sering disebut sebagai manajemen risiko. Analisis risiko dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Langkah kualitatif ditandai dengan analisis tentang penyebab kejadian dari awal hingga
terjadinya suatu kecelakaan, Analisis kualitatif dilakukan dengan menggolongkan tingkat resiko
berdasarkan hirarki probabilitas risiko dan tingkat risiko akibat dampak. Sedangkan langkah
kuantitatif dilakukan dengan menghitung kemungkinan terjadinya suatu risiko, dalam analisa
kuantitatif digunakan angka dan perhitungan matematis dalam menentukan tingkat risiko. Data
dapat diperoleh dari database, pengalaman sebelumnya, eksperimen, literature, dan pemodelan.
Teknik dasar dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan yaitu :
Karakterisasi risiko
Dalam karakterisasi risiko, dibedakan antara risiko kanker dan non-kanker. Risiko non-karsinogenik
dinyatakan sebagai Risk Qoutient (RQ), dapat dihitung dengan membagi asupan (Ink) dengan dosis
referensi (RfD). Sedangkan untuk risiko karsinogenik dinyatakan sebagai Excess Cancer Risk
(ECR), dihitung dengan mengalikan asupan (Ik) dengan CSF (Cancer Slope Factor).
Analisis dosis-respon
Sebuah tindakan untuk menetapkan kuantitas toksisitas risk agent untuk setiap spesi kimianya.
Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (RfD) untuk efek non-karsinogenik. Sedangkan untuk
efek karsinogenik toksisitas dinyatakan sebagai CSF(Cancer Slope Factor).
Analisis pajanan
Analisis pajanan digunakan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agent (inhalasi, ingesi,dan
absorbsi), untuk mengenali karakteristik antropometri dan pola aktivitas segmen-segmen populasi
berisiko, dan untuk menghitung asupan (intake) risk agent yang diterima setiap segmen populasi
berisiko.
Salah satu contoh analisis risiko adalah analisis risiko pemukiman. Dalam analisis risiko pemukiman,
hal yang umum dianalisa adalah lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas tanah daerah
pemukiman, prasarana dan sarana, serta penghijauan. Analisis risiko pemukiman dapat dilakukan
berdasarkan persyaratan kesehatan lingkungan pemukiman. Persyaratan kesehatan lingkungan
pemukiman adalah ketentuan teknis yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni atau
masyarakat yang bermukim dan atau masyarakat sekitar dari bahaya dan ganguan kesehatan.