Anda di halaman 1dari 7

Dampak polusi terhadap kesehatan 

manusia
1. Defisiensi oksigen dalam tubuh dapat menyebabkan seseorang sakit kepalapusing.
Udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika dihirup seseorang akan
menimbulkan keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolonat mengakatkan kematian.
Kandungan karbon monoksida yang mencapai 0.1.% di udara dapat mengakibatkan
kematian.

2. Penipisan lapisan ozon dapat menyebabkan terjadinya kanker kulit (terutama untuk
orang yang berkulit putih) dan kerusakan mata (katarak).

3. Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit, diantaranya ialah penyakit kulit, kolera, dan disentri.

4. Ketika menghirup udara yang tercemar timah, maka timah dapat terabsorpsi kedalam
darah dan terakumulasi di dalam hati, ginjal, dan tulang yang akan mengganggu proses
metabolisme tubuh, bahkan dapat menimbulkan kematian.

5. Konsentrasi merkuri tertinggi terdapat di ginjal, hati, dan otak, sehingga dapat
menyebabkan manusia mengalami kehilangan sensasi, menjadi buta yang berasal dari ikan
yang dikonsumsi dari teluk Minamata di Jepang, bahkan dapat menyebabkan cacat janin
pada ibu hamil yang mengkonsumsi ikan tersebut.

6. Kadmium yang masuk ke tubuh manusia melalui udara (pernafasan) menyebabkan


kerusakan ginjal dan meningkatnya tekanan darah (hipertensi).

Parameter kualitas limbah Pencemaran lingkungan dapat diukur dengan parameter kualitas
limbah. Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran yang sudah
terjadi di lingkungan. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara
lain adalah BOD, COD, DO, dan pH. Pengukuran fisik dapat dilakukan dengan
memperhatikan warna, bau, dan rasa air sungai, kecepatan laju air dengan bola pingpong,
penetrasi cahaya, dalam dan lebar sungai dan lainnya.

Manakala pengukuran biologi dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman dan


kelimpahan organisme air seperti plankton, benthos, serangga air, moluska, ikan dan
lainnya sehingga diperoleh data yang valid. Pengukuran ketiga metode (faktor fisik, kimia
dan biologi) merupakan metode paling tepat dan akurat dalam menentukan parameter
kualitas perairan.

BOD (Biochemical oxygen demand)

BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
yang hidup di perairan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalamnya. Apabila
kandungan oksigen dalam air menurun, maka kemampuan mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan bahan organik tersebut juga menurun.

BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme
selama kurun waktu dan pada temperatur tertentu (biasanya lima hari pada suhu 20°C).
Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan oksigen terlarut akhir. BOD
merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair.

COD (Chemical oxygen demand)

COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam
air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi. Indikator ini umumnya digunakan pada
limbah industri.

DO (Dissolved oxygen)

DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat diakibatkan oleh
pencemaran air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air
terganggu. Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO
penting dan berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah.

pH

Nilai pH limbah cair adalah ukuran kemasaman atau kebasaan limbah. Air yang tidak
tercemar memiliki pH antara 6.5-7.5. Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air
yang memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat masam, sedangkan air yang
memilki pH lebih besar dari pH normal akan bersifat basa. Perubahan pH air tergantung
pada polutan air tersebut. Air yang memiliki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran
pH normal tidak sesuai untuk kehidupan bakteri asidofil atau organisme lainnya.

GAS Carbon Monoksida (CO)

Efek terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Terhadap kesehatan, gas CO merupakan gas yang berbahaya untuk tubuh karena daya ikat
gas CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila gas CO darah
(HbCO) cukup tinggi, maka akan mulai terjadi gejala antara lain pusing kepala (HbCO
10%), mual dan sesak nafas (HbCO 20%), gangguan penglihatan dan konsentrasi menurun
(HbCO 30%) tidak sadar, koma (HbCO 40-50%) dan apabila berlanjut akan dapat
menyebabkan kematian. Pada paparan menahun akan menunjukkan gejala gangguan
syaraf, infark otak, infark jantung dan kematian bayi dalam kandungan. Gas CO yang
tinggi di dalam darah dapat berasal dari rokok dan asap dari kendaraan bermotor.Terhadap
lingkungan udara dalam ruangan, gas CO dapat pula merupakan gas yang menyebabkan
building associated illnesses, dengan keluhan berupa nyeri kepala, mual, dan muntah.

DAMPAK PENCEMAR LOGAM BERAT Pb, Hg dan Cd TERHADAP


KESEHATAN.

1.Dampak Terhadap Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat

  Timbal (Pb).

Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb
adalah sekitar 10-25 ug/100 ml. Pada penelitian yang dilakukan di industri proses daur
ulang aki bekas, Suwandi (1995) menemukan bahwa kadar Pb udara di daerah terpapar
pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah tidak terpapar  pada malan
hari (0,0299 mg/m3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rerata kadar Pb Blood ( Pb-B ) di daerah
terpapar 170,44 ug/100 ml dan di daerah tidak terpapar  sebesar 45,43 ug/100 ml. Juga
ditemukan bahwa semakin tinggi kadar Pb-B, semakin rendah kadar Hb nya.

            Pada penelitian mengenai kadar Pb di udara ambien dan hubungan antara kadar Pb-
B dengan IQ anak sekolah, Susanto (1997) menemukan bahwa kadar Pb udara ambien di
daerah penelitian sebesar 0,00103 mg/m3, masih dibawah nilai baku mutu yang besarnya
0,060 mg/m3. Didapatkan pula bahwa kadar Pb-B anak SD di kawasan tertib lalu-lintas
(sekitar 39,73 ug/100 ml) lebih tinggi dari kadar Pb-B di luar kawasan tertib lalu lintas
(16,30 ug/100 ml). Tidak di temukan pula perbedaan yang bermakna antara IQ anak
sekolah SD di kawasan tertib lalu lintas  dan di luar kawasan tertib lalu lintas.           
Mukono dkk. yang pada tahun 1991 meneliti status kesehatan dan kadar Pb-B karyawan
SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum) di Jawa Timur, menemukan bahwa pemeriksaan
darah lengkap pada karyawan SPBU dengan penjualan bensin kurang dari 8 ribu liter lebih
baik dari karyawan SPBU yang menjual bensin lebih dari 10 ribu liter per hari. Didapatkan
pula bahwa rerata kadar Pb-B karyawan SPBU sebesar 77,59 ug/100 ml.

Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :

Gangguan pada sistem syaraf.

Susunan syaraf merupakan jaringan yang sangat peka terhadap bahan pencemar Pb.
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa 
encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang
tubuh dan neuropathy perifer.

Gangguan pada sistem urogenetal .

Bahan pencemar Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati


irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus.
Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

Gangguan pada sistem reproduksi

Sistem reproduksi dapat pula terganggu fungsinya akibat terpapar oleh logam berat Pb.
Gangguan terhadap sistem reproduksi dapat berupa keguguran, kesakitan dan kematian
janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan
cacat kromosom. Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan
kadar yang rendah yang  berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .

Gangguan pada sistem hemopoitik.

Unsur hemopoitik yang peka terhadap paparan Pb adalah hemoglobin yang menyebabkan
terjadinya anemia.  Efek paparan Pb tersebut menyebabkan terjadinya terjadinya
penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam
serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino
Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek
dominan dari keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan
CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari
keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan industri dengan kadar
Pb-B (kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml.

Gangguan pada sistem syaraf.

            Anak –anak lebih peka terhadap paparan Pb, utamanya organ  otak lebih sensitif
pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat
menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul  adalah rasa malas,
gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi
dan menurunnya kecerdasan.

            Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 ug/100 ml dapat timbul
gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy.
Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah
tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai
terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya
akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa
hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai
18 tahun.

            Untuk melihat hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ (Intelegance Quation) telah
dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial ekonomi
dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 ug/ml ternyata
mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan sampel yang kadar Pb-B kurang
dari 40 ug/ml. Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak adanya 
hubungan antara Pb-B dan IQ.

Gambaran klinis akibat keracunan Pb terhadap gangguan syaraf perifer dapat berupa
semutan dan kulit terasa tebal. Keracunan kronis Pb akan meningkatkan kematian yang
disebabkan oleh kelainan cerebro vasculer. Efek keracunan timbal (Pb) terhadap saluran
pencernaan berupa abdominal colic. Efek negatif terhadap liver adalah meningkatnya
enzym SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).

Masyarakat dapat terpapar oleh Pb  melalui pencemaran udara, air dan tanah serta dapat
pula masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman, obat-obatan, rokok dan terpapar
oleh cat. Paparan kronis oleh Pb dapat menyebabkan tertimbunnya Pb dalam organ atau
jaringan dan cairan tubuh. Dalam keadaan ini dapat terdeteksi adanya  Pb dalam urine,
feces, keringat ,rambut dan kuku.

            Logam berat Pb yang terdeteksi dalam darah merupakan indikator penting akibat
paparan dan seberapa jauh akibat/efek yang ditimbulkan. Paparan oleh Pb yang cukup
tinggi di industri dapat memberikan gangguan cerebrovaskular seperti perdarahan otak,
trombosis, dan arterio sclerosis.. Karyawan industri dengan masa kerja 20 tahun dan
terpapar timbal dengan kadar yang cukup tinggi menunjukkan kadar timbal dalam urine
sebanyak 100 - 250 ug/liter. Pada pria yang bekerja selama 15 tahun pada pabrik aki dan
pengecoran Pb yang kadar Pb udaranya melebihi 0,15 ug/m3 dapat timbul hipertensi.

            Implikasi klinik akibat tercemar oleh Pb dapat ditunjukan oleh hubungan antara
dosis-efek dan dosis-respon. Hubungan antara dosis-efek ditunjukkan oleh besarnya dosis
dengan intensitas yang spesifik pada seseorang. Sebagai contoh adalah bagaimana
hubungan antara Pb-B (kadar Pb di dalam darah) dengan persentasi inhibisi dari ALAD
(Amino Levulinic Acid Dehydratase) dalam darah. Sedangkan hubungan dosis-respon
ditunjukkan oleh hubungan antara dosis paparan dengan proporsi populasi penduduk yang
terkena efek paparan.

2. Dampak Terhadap Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat

    Merkuri (Hg).       

Studi epidemiologi menunjukkan  bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar
di sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah tercemar atau makanan yang
berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri.
Pada tahun 1968 Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata,
dan pada tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata. Pada saat terjadi
epidemi, kadar Hg pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 ug/kg berat basah dan di
sungai Agano sebesar 10 ug/kg berat basah.

Diagnose keracunan Hg dengan pemeriksaan urine, darah, kuku dan rambut

Keracunan Hg yang sering disebut sebagai mercurialism banyak ditemukan di negara


maju, misalnya Mad Hatter’s Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg yang
diderita oleh karyawan di Alice Wonderland, Minamata Disease yang merupakan suatu
outbreak keracunan Hg pada penduduk makan ikan yang terkontaminasi oleh Hg

di Minamata Jepang, dan kejadian ini dikenal sebagai Minamata Disease. Penyakit lain
yang disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink Disease yang terjadi di Guatemala dan
Rusia yang merupakan outbreak keracunan Hg akibat mengkonsumsi  padi-padian yang
terkontaminasi oleh Hg.

            Kadar Hg di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg berkisar antara 20-
50 ng/m3. Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50 ng/m3, dalam waktu tiga hari
banyaknya Hg yang terhisap oleh paru sebesar 1 µg/hari. Gejala klinis yang timbul,
tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari gejala yang paling
ringan yaitu parestesia sampai gejala yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan
dapat menyebabkan kematian. Paparan oleh Hg (biasanya berupa metil merkuri) pada saat
prenatal akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebral palsy maupun
retardasi mental. Keracunan ini dapat terjadi jika pada ibu hamil yang mengkonsumsi
daging binatang yang diberi pakan padi-padian yang disemprot fungisida yang
mengandung metil merkuri.

            Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran


pencernaan, gangguan kardiovasculer, kegagalan ginjal akut maupun shock. Pada
pemeriksaan laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan
kerusakan membran sel.

Metil maupun etil merkuri merupakan racun yang dapat mengganggu susunan syaraf pusat
(serebrum dan serebellum) maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer dapat berupa
parastesia, hilangnya  rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi
menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya pendengaran. Keracunan merkuri
dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal yaitu terjadinya proteinuria. Pada karyawan
yang terpapar kronis oleh fenil dan alkil merkuri dapat timbul dermatitis. Selain
mempunyai efek pada susunan syaraf, Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri
berupa insomnia, nervus, kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi.

Pada dasarnya besarnya risiko akibat terpapar oleh Hg, tergantung dari sumber Hg di
lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan
dosis-respon.

3. Dampak Terhadap Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat

    Cadmium (Cd).   

Oksida dari kadmium  adalah logam yang toksisitasnya tinggi. Sebagian besar kontaminasi
oleh kadmium pada manusia melalui makanan dan rokok. Waktu paruh kadmium kira-kira
10-30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang
lain.

Logam cadmium dalam tubuh manusia terutama akan  dieleminasi melalui urine. Hanya
sedikit kadmium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi factor diet sep
erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn). Proporsi yang
besar adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara 10-40% tergantung keadaan fisik
wilayah Uap kadmium sangat toksis dengan lethal dose melalui pernafasan diperkirakan
10 menit terpapar sampai dengan 190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan
dapat menimbulkan kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah  sakit di dada, nafas
sesak (pendek), batuk-batuk dan lemah.

Paparan akut oleh kadmium (Cd) akan menyebabkan gejala nausea (mual), muntah, diare,
kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan
kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular (Ragan & Mast 1990).

Dosis mematikan (lethal dose) secara akut diperkirakan sekitar 500 mg/kg untuk dewasa
dan efek dosis akan nampak jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware, 1989)

Gejala akut akibat keracunan  Cd (cadmium).

Gejala akut :

  Sesak dada, kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest ), nafas
pendek, nafas terengah-engah , distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang
paru-paru. diserta sakit kepala dan menggigil kemungkinan .dapat diikuti kematian.

     Gejala kronis:

  Nafas pendek, kemampuan mencium bau menurun., berat badan menurun dan gigi terasa
ngilu serta berwarna kuning keemasan.Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan
yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.

 
 

Anda mungkin juga menyukai