Anda di halaman 1dari 28

SELAMAT DATANG

• Sosialisasi kesehatan jiwa remaj a


• Tentang penurunan tingkat stresor bagi peserta didik

• DINAS KESEHATAN
• KABUPATEN KERINCI
• KASI P2PTM DAN KESWA

1
KESEHATAN JIWA REMAJA

BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KERINCI

NS. GUSMUNARDI.S.Kep
2
BIODATA

• Nama : Ns.Gusmunardi. S.Kep


• Riwayat pendidikan : DIII Keperawatan YBIS Kerinci
• : Stikes Syedza Saintika Padang Profesi Ners Syedza Saintika P
adang

• Riwayat Pekerjaan : Dinas Kesehatan Kab Mukomuko Prov Bengkulu 2010 s/d
2015
• : Puskesmas Kersik Tuo 2016 s/d 2018
• : Dinas Kesehatan Kab Kerinci 2018 s/d Sekarang

• Email : gusmunardiskepners@gmail.com
• Hp : 082372259541

3
REMAJA

• Masa remaja merupakan masa ‘serba t


anggung’  Masa peralihan dari anak
ke dewasa)
• Masa pubertas
• Terjadi perubahan baik secara biologis,
psikologis, dan juga emosional
• Memicu terjadinya perselisihan dengan
orangtua dan lingkungan sekitar
• Dapat berdampak negatif terhadap per
kembangan diri/identitas diri.

4
Masa remaja umumnya berlangsung a
ntara usia 10 dan 20 tahun (WHO)
Masa remaja awal 10 – 14 tahun
Masa remaja akhir 15 – 20 tahun

5
Perubahan yang terjadi di masa remaja
• Perubahan biologis
– Pematangan alat kelamin sehingga siap repr
oduksi.
– Perkembangan seks primer (yaitu perkemb
angan alat kelamin yang merupakan alat re
produksi)
– Perkembangan seks sekunder misalnya per
ubahan buah dada pada perempuan, pertu
mbuhan rambut di daerah kelamin, ketiak,
dan khusus pada pria: rambut di wajah), ds
b
– Pubertas pada perempuan biasanya satu - 1
.5 – 2 tahun lebih cepat pada pria
– Perubahan fisik berupa tinggi dan berat bad
an
6
• Perubahan psikoseksual
– Produksi hormon laki dan hormon perempuan me
mpengaruhi fungsi otak, perasaan, emosi, doronga
n seks, dan perilaku.
– Mulai timbul orientasi seksual

7
• Perkembangan kognitif dan kepribadian
– Cara pikir menjadi lebih abstrak, mulai bersifat kon
septual, dan berorientasi ke masa depan.
– Perkembangan moral dan etik
– Pematangan identitas diri sebagai awal pembentu
kan kepribadian

8
• Pembentukan identitas diri
– Membentuk identitas diri yang mantap

– Siapakah saya?  Kemanakah arah hidup saya?


– Unsur yang memegang peran penting dalam pembentukan identitas di
ri adalah; pembentukan suatu rasa kemandirian, peran seksual, identifi
kasi gender, dan peran sosial seta perilaku.
– Salah satu upaya remaja untuk menumbuhkan kemandiriannya seringk
ali memicu timbulnya sikap yang berlawanan / bertentangan dengan o
rangtua atau lingkungan sekitar.

9
– Tanda remaja yang mempunyai identitas diri yang s
ehat adalah; kemampuan untuk bersikap fleksibel d
an sekaligus tumbuh serta dapat menyesuaikan diri
terhadap pelbagai situasi baru dalam kehidupannya

– Penting bagi keluarga untuk dapat berempati’, men


gerti, mendukung, dan dapat berkomunikasi dua ar
ah dengan remaja sehingga tidak menimbulkan kon
flik dalam pematangan identitas diri  Rumah adal
ah landasan dasar’ dan ‘dunianya adalah sekolah’

10
AKHIR MASA REMAJA
– Terbentuk identitas diri yang baik  Walaupun ter
pisah dari orangtuanya, tetapi tetap mempunyai o
bjek relasi yang dekat dengan keluarganya

– Tetap membutuhkan dukungan orangtua, terutam


a dalam menghadapi krisis

11
• Pembentukan moral
– Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewaji
ban yang diterima
– Apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersamaan tetapi
saling konflik, maka seseorang akan mengambil keputusan untuk mem
ilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya
– Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbent
uklah suatu konsep moralitas yang lebih mantap
– Pembentukan ini didukung oleh nilai (values) orangtua, agama, dan nil
ai-nilai yang berlaku di masyarakat pada umumnya
– Standar moral: tidak membahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, s
erta berlandasakan hak asasi manusia

12
Perilaku berisiko tinggi
 Perilaku yang terus menerus membahayakan bagi dir
i sendiri atau orang lain sehingga dapat menjurus me
njadi PERMASALAHAN yang cukup serius

1. Masalah kejiwaan
2. Gangguan jiwa

13
Faktor yang melatarbelakangi

Psikologik

Biologik

Sosial-budaya

14
1. Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi

Rasa takut, rendah diri, rasa tidak aman – apapun penyebabnya baik faktor sebjektif, ada
stressor atau gabungan ke duanya).

Keinginan untuk memastikan identitas atau peran seksualnya, desakan teman sebaya,
takut dikatakan penakut, banci, kuno, tidak mengikuti ‘trend’, ‘anak mami’; karena belum
mantap pembentukan identitasnya.

Merasa yakin bahwa dirinya hebat, mau mencoba semua hal untuk mengetahui sampai
dimana batas kemampuannya, serta menganggap maut sebagai hal yang tidak perlu
ditakuti.

15
(2) Perilaku terus menerus yang berisiko tin
ggi

Adanya perasaan tertekan, depresi, atau cemas.

Pengalaman traumatik di masa lampau, seperti penelantaran, kekerasan baik fisik, seksual,
atau emosional.

Stres lingkungan luar tetapi tidak ditanggapi dari orangtua karena merasa kawatir dihakimi
atau dipersalahkan, akibatnya ia merasa tidak ‘at home’ walaupun ia berada di rumahnya
sendiri.

16
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi
(3)
• Merasa dirinya berbeda dengan remaja lain atau diperlakukan
diskriminatif

• Imitasi terhadap tindak kekerasan yang dialami atau dilihatnya 


Ada mal-persepsi

17
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi (4)
• Tidak mampu mengatasi desakan teman sebaya serta tidak ada keberania
n untuk mengatakan ‘tidak’

• Penanaman nilai-nilai ‘kami vs kita’ terhadap orang atau kelompok lain ya


ng berbeda

Membuat remaja merasa tidak mempunyai tempat untuk


mengungkapkan perasaan, pikiran, dan kekawatirannya sehingga
mereka mendekatkan diri dengan kelompok yang salah namun
mau menerima mereka

18
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi  Gangguan Jiwa
(5)
• Gangguan tingkah laku yang sudah mulai terlihat sejak kecil dengan gejala;
– Kejam terhadap binatang
– Suka bermain api
– Dan kondisi ini akan bertambah parah sesuai dengan bertambahnya usia

• Gangguan perilaku terkait dengan gangguan organik (misalnya adanya ker


usakan otak), ditunjukkan dengan gejala perilaku implusif, cepat marah, da
n mudah teriritasi dengan lingkungan sekitar Seringkali disertai juga de
ngan disabilitas intelektual

19
Perilaku terus menerus yang berisiko tinggi  Gangguan Jiwa
(6)

• Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas


• Gangguan Mood
• Penyalahgunaan zat dan non-zat
• Gangguan belajar, misalnya gangguan membaca, gangguan berhitung
, dan gangguan menulis.
• Taraf kecerdasan ambang (borderline IQ)

Jika tidak di deteksi semasa kecil maka anak diperlakukan sebagai anak
bandel, bodoh, nakal, malas, dan aneh  Memicu timbulnya perilaku
pemberontakan dan bersikap antisosial untuk memperlihatkan eksistensi
diri  Penurunan kualitas hidup

20
Apa yang dapat dilakukan?
• Berempati dengan remaja tanpa menghakimi, tanpa sikap apriori, dan ma
u menerima mereka apa adanya.
• Bahas tentang disfungsi serta dampak bagi masa depan jika mereka melak
ukan perbuatan berisiko tinggi.
• Bahas potensi positif yang ada dalam diri remaja, hindari kritik dan cela.
• Ajak remaja untuk merasakan bagaimana perasaan nya jika ia bertukar te
mpat dengan orangtuanya.
• Bahas bagaimana ia dapat menggunakan nilai-nilai luhurnya, baik dari ora
ngtua, agaman tradisi, untuk membina dirinya secara mantap dan cukup fl
eksibel.

21
Apa yang dapat dilakukan? (2)

• Dukung kemandirian diri remaja disertai dengan penegasan ta


nggung jawab untuk menerima masa depannya
• Bantu remaja untuk menyadari bahwa apapun pilihannya ada
konsekuensi yang harus dibayarnya.
• Bahas pentingnya komunikasi dan diskusi dua arah yang terbuk
a tentang persahabatan, pacaran, hubungan seks, dan kesehat
an reproduksi dan berikan fakta-fakta yang mendukung.
• Ciptakan suasana rumah yang nyaman dan aman bagi remaja

22
Apa yang dapat dilakukan? (3)
• Berikan informasi yang tepat dan diskusi deng
an remaja mengenai zat-zat yang menimbulka
n ketergantungan dan bahayanya bagi kesehat
an mereka.
• Bantu remaja untuk berani berkata ‘tidak’ terh
adap segala sesuatu yang berbahaya atau tida
k bermanfaat bagi dirinya.

23
Apa yang dapat dilakukan? (4)

• Implementasi Pelatihan Keterampilan Hid


up (Life Skills Training) bagi remaja

24
25
PENJARINGAN Buku Catatan Kesehatan
BUKU RAPOR KE KESEHATAN Berisi lembar catatan
kesehatan:
SEHATANKU DAN • Identitas
PEMERIKSAAN • Hasil penjaringan
(BUKU CATATAN) BERKALA kesehatan:
 Buku rapor  Px kuesioner
kesehatanku  Riw kes anak
dipergunakan untuk  Riw imunisasi
mencatat hasil  Riw kes keluarga
penjaringan  Gaya hidup
kesehatan dan  Kes mental 
pemeriksaan berkala SDQ
 Pencatatan dilakukan  Kes intelegensia
oleh guru dan tenaga  Px fisik
Puskesmas  Tanda vital
 Rujukan bila  Status gizi
diperlukan  Kebersihan diri
 Sekolah  Tajam penglihatan
menginformasikan  Tajam pendengaran
hasil pemeriksaan  Gigi mulut
kesehatan pada  Alat bantu
orang tua • Hasil pemeriksaan di
 Tindak lanjut oleh fasilitas kesehatan 26
orang tua dan guru • Pemberian tablet tambah
It’s easier to build a strong child than to fix a broken
man….. - F.Douglas

27
Terima Kasih

ANAK DAN REMAJA


SEHAT JIWA BERASAL DARI
KELUARGA SEHAT
TIDAK ADA KESEHATAN TANPA KESEHATAN JIWA
(THERE IS NO HEALTH WITHOUT MENTAL HEALTH)

28

Anda mungkin juga menyukai