Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb) MELALUI JALUR INHALASI

PADA OPERATOR DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KOTA


KENDARI TAHUN 2016 (STUDI DI SPBU TIPULU, WUA-WUA,
ANDUONOHU DAN SPBU LEPO-LEPO).

Ece Almunjiat1 Yusuf Sabilu2 Ainurafiq3


123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
ecealmunjiat@yahoo.co.id yusufsabilu@yahoo.com izainurafiq@gmail.com3
1 2

ABSTRAK
Petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan kelompok pekerja yang
memiliki risiko terpapar dengan bahan kimia yang berbahaya, khususnya timbal dari bensin dan
emisi gas kendaraan bermotor yang sedang menunggu antrian pengisian bahan bakar ataupun
kendaraan yang akan berangkat setelah selesai mengisi bensin. Posisi SPBU yang berada dekat
jalan raya memudahkan petugas terpapar dengan polutan timbal dari asap kendaraan yang
melaju di jalan raya.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tingkat risiko pajanan
timbal (Pb) terhadap kesehatan operator di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Tipulu,
Wua-Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2016. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL), yang digunakan untuk menilai dan melakukan prediksi yang akan terjadi akibat adanya
pajanan zat berbahaya, dalam hal ini adalah timbal (Pb) yang digunakan sebagai salah satu
komponen dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pengambilan sampel secara total sampling.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 56 orang operator yang bekerja di 4 SPBU kota Kendari
yaitu SPBU Tipulu, Wua-Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo. Data sekunder terkait dengan
konsentrasi timbal (Pb) di 4 lingkungan kerja cenderung sama yaitu 0,003 mg/m3 yang dilakukan
pada satu titik pengukuran, nilai ini masih berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) konsentrasi
3
timbal (Pb) di udara yaitu 2,0 mg/m . Hasil penelitian menunjukkan dari 56 orang responden
(operator SPBU) belum memiliki risiko kesehatan, hal ini dikarenakan besarnya intake yang
masuk kedalam tubuh jauh berada dibawah nilai ambang batas sehingga RQ G 1.
Kata Kunci: Logam Berat Timbal (Pb), Operator SPBU, Tingkat Risiko

ABSTRACT
Operator of the General Fuel Filling Stations (Gas Station) is a group of workers that was
at risk of exposure to hazardous chemicals, particularly of lead from gasoline and emissions of
motor vehicle that are in waiting line queues for refueling or vehicles that will leave after
completed refueling. The position of the gas stations that was located near to the highway can
makes the operator easier to be exposed to lead pollutants from exhaust gas of oncoming vehicle
on the main road. This research was made to describe the characteristics of the risk exposure
level of lead (Pb) to the health condition of the operator at the General Fuel Filling Stations (Gas
Station) Tipulu, Wua- Wua, Anduonohu and gas stations-Lepo Lepo Kendari 2016. This research
was an analytical research that using Environmental Health Risk Analysis (EHRA) design, which
was used to assess and predict of what would occur as a result of the exposure to harmful
substances, that was lead (Pb) which was used as one of the composition in fuel oil and the
sampling method in this research was an exhautive sampling . The sample in this study was 56
operators whom working at 4 gas stations in Kendari that is gas stations Tipulu, Wua-Wua,
Anduonohu and gas stations-Lepo Lepo. The secondary data which is related to the concentration
of lead (Pb) in 4 work environments was tend to be similar, that is 0,003mg/m3 which were
conducted at a measuring point, the value was below the Threshold Limit Value (TLV) of the lead
3
concentration (Pb) in air that is 2,0 mg/m . The results showed that the 56 respondents (gas
station operators) did not had health risks related to lead exposure, this was because the amount
}( ]Œ ]vš l }( o šZŒ}µPZ šZ } Ç Á • uµ Z o}Á šZ šZŒ •Z}o À oµ ÁZ] Z šZ ZY Á • G íX
Keywords: Heavy Metal Lead (Pb), gas stations operator, Risk Level

1
PENDAHULUAN pencemaran di Desa Cinangka berasal dari
Berdasarkan pemantauan dari peleburan aki bekas, dengan kadar timbal di
pencemaran udara tertinggi di perkotaan, tanah mencapai 270.000 ppm (part per
emisi transportasi terbukti sebagai million), hal ini menunjukkan bahwa kadar
penyumbang pencemaran udara tertinggi di timbal telah melampaui nilai ambang batas
Indonesia yakni sekitar 85%. Sebagian besar yang di tetapkan oleh WHO yaitu 400 ppm.
kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi Selain itu juga, kadar timbal dalam darah
gas buang yang buruk, akibat perawatan penduduk setempat mencapai rata-rata
yang kurang memadai ataupun dari 36,62 mcg/dL, dengan kadar tertinggi yaitu
penggunaan bahan bakar (bensin) dengan 65 mcg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas kurang baik (Gusnita, 2012). kadar timbal dalam darah penduduk
Sumber polutan merupakan unsur kimia setempat telah melampaui nilai ambang
dari gas buang kendaraan transportasi batas yang ditetapkan WHO yaitu 10
terdiri dari unsur O3 (ozon), CO (carbon mcg/Dl4.
monoksida), N02 (natrium dioksida), SO2 Data dari Badan Lingkungan Hidup
(sulfur dioksida), PM10 (particulate matter Provinsi Sulawesi Tenggara tentang
1
10) dan Timbal (Pb) . pencemaran timbal (Pb) di Kota Kendari,
Dengan adanya urbanisasi dan pada tahun 2012 diperoleh hasil <0,0007
3
peningkatan pesat jumlah kendaraan di µg/m , kemudian pada tahun 2013
3
sebagian kota-kota besar, maka akan meningkat yaitu <0,002 µg/m , dan pada
adanya peningkatan polusi udara. Untuk tahun 2014 juga semakin meningkat yaitu
3
memenuhi kebutuhan masa kini, semakin sebesar 0,009 µg/m . Nilai ambang batas
banyak Stasiun Pengisian Bahan Bakar (NAB) untuk timbal (Pb) di udara yaitu 2
Umum (SPBU) yang mendapatkan izin untuk µg/m3. Meskipun dari hasil tersebut
didirikan. Disamping itu pula dengan pencemaran udara khususnya pencemaran
meningkatnya pendirian SPBU, perekrutan timbal (Pb) di Kota Kendari masih dibawah
pekerja ikut meningkat. Itu dikarenakan ambang batas, tetapi setiap tahun
penggunaan bensin sebagai bahan bakar konsentrasi timbal (Pb) terus meningkat
utama pada kendaraan bermotor. Efek dari sehingga tidak menutup kemungkinan
emisi kendaraan bermotor adalah untuk kedepannya pencemaran timbal akan
merupakan masalah yang besar. Pajanan semakin meningkat dan berbahaya5.
dari bensin (minyak bumi) dan knalpot yang Timbal (Pb) atau timah hitam
menyebabkan masalah kesehatan yang merupakan salah satu zat yang dapat diukur
dapat mengurangi kemampuan paru-paru2. sebagai Total Suspended Particulate (TSP).
Timbal adalah racun kumulatif yang Keberadaan timbal (Pb) di udara ambien
mempengaruhi beberapa sistem tubuh dan diketahui dapat menyebabkan dampak
sangat berbahaya bagi anak-anak. buruk bagi kesehatan manusia, diantaranya
Diperkirakan sekitar 600.000 kasus baru mengganggu biosintensis hemoglobin dan
yang mengakibatkan cacat intelektual pada menyebabkan anemia, menyebabkan
anak-anak setiap tahunnya dan diperkirakan kenaikan tekanan darah, kerusakan ginjal,
143.000 kematian per tahunnya dengan gangguan sistem saraf merusak otak dan
jumlah kasus paling banyak di negara menurunkan IQ serta konsentrasi dan
berkembang. Sekitar satu setengah dari menurunkan fertilitas pria melalui
penyakit yang disebabkan timbal terjadi di perusakan sperma. Timbal (Pb) terdapat
Asia Tenggara, dengan sekitar seperlima di pada bensin dalam bentuk tetra ethyl lead
daerah Pasifik Barat dan Timur (C2H5)4 Pb yang berfungsi sebagai zat adiktif
3
Mediterania . untuk meningkatkan bilangan oktan mesin
Di indonesia, tahun 2014 kasus kendaraan6.
keracunan timbal terjadi di Desa Cinangka, Timbal dapat masuk ke dalam tubuh
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. manusia melalui tiga cara yaitu melalui
Berdasarkan laporan Komite Pembebasan absorbsi di kulit, absorbsi melalui saluran
Bensin bertimbal (KPBB) bahwa pernafasan dan absorbsi melalui saluran

2
pencernaan. Jika hal tersebut terbatas adanya pajanan zat berbahaya, dalam hal
hanya pada area kontak, maka disebut ini adalah timbal (Pb) yang digunakan
sebagai efek lokal, namun jika zat-zat sebagai salah satu komponen dalam Bahan
tersebut diabsorbsi masuk ke dalam Bakar Minyak (BBM). Untuk desain
sirkulasi darah, maka zat itu akan dibawa ke penelitian dimulai dari pengumpulan data
berbagai organ yang terdapat di dalam sekunder terkait dengan proses kerja yang
tubuh dan menyebabkan efek sistemik. meliputi konsentrasi timbal (Pb) di udara
Selain itu timbal yang masuk ke tubuh dan jumlah operator yang terlibat.
manusia selanjutnya dapat menimbulkan Kemudian penulis melakukan pengumpulan
berbagai macam gangguan, seperti data primer terkait dengan waktu pajanan,
gangguan hematologi, gangguan saraf, frekuensi pajanan, durasi pajanan operator
gangguan kardiovaskuler dan gangguan terhadap bahan kimia timbal (Pb) serta
7
reproduksi . berat badan operator.
Analisis risiko kesehatan lingkungan Penelitian ini dilaksanakan pada
merupakan penilaian atau penaksiran risiko bulan Februari tahun 2016. Populasi dalam
kesehatan yang bisa terjadi di suatu waktu penelitian ini adalah seluruh operator SPBU
pada populasi manusia berisiko. Kajian yang bekerja hingga saat penelitian
prediktif ini menghasilkan karakteristik dilaksanakan. Jumlah populasi operator
risiko secara kuantitatif, pilihan-pilihan yang bekerja di SPBU Tipulu Kota Kendari
manajemen risiko dan strategi komunikasi yaitu berjumlah 16 orang, di SPBU Wua-wua
untuk meminimalkan risiko tersebut. Data Kota Kendari Yaitu Berjumlah 16 orang,
kualitas lingkungan yang bersifat agent jumlah operator yang bekerja di SPBU
specific dan site specific, karakteristik Anduonohu yaitu berjumlah 14 orang dan
antropometri dan pola aktivitas populasi jumlah operator yang bekerja di SPBU Lepo-
8
terpajan dibutuhkan untuk kajian ini . Lepo adalah 10 orang. Jadi, jumlah seluruh
Petugas Stasiun Pengisian Bahan populasi adalah 56 orang. Teknik
Bakar Umum (SPBU) merupakan kelompok pengambilan sampel pada penelitian ini
pekerja yang berperan penting dalam adalah total sampling.
membantu pelayanan dan penyediaan
kebutuhan bahan bakar untuk transportasi HASIL
masyarakat. Namun petugas ini juga Karakteristik Umum Responden
memiliki risiko terpapar dengan bahan Umur Responden
kimia yang berbahaya, khususnya timbal Distribusi responden berdasarkan
dari bensin dan emisi gas kendaraan umur operator di Stasiun Pengisian Bahan
bermotor yang sedang menunggu antrian Bakar Umum (SPBU) Tipulu, Wua-Wua,
pengisian bahan bakar ataupun kendaraan Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
yang akan berangkat setelah selesai mengisi Kendari Tahun 2016 di sajikan pada tabel 1:
bensin. Posisi SPBU yang berada dekat jalan Tabel 1 Distribusi Responden Menurut
raya memudahkan petugas terpapar Umur di Stasiun Pengisian Bahan Bakar
dengan polutan timbal dari asap kendaraan Umum (SPBU) Tipulu, Wua-Wua,
yang melaju di jalan raya. Stasiun pengisian Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Tahun
bahan bakar umum (SPBU) merupakan 2016.
prasarana umum yang di sediakan oleh PT. No Kelompok Jumlah Persentase
Pertamina untuk masyarakat luas guna Umur (Tahun) (n) (%)
9
memenuhi kebutuhan bahan bakar . 1 Umur
Produktif 34 60,71
METODE (25-55)
Jenis penelitian ini merupakan 2 Non 39,29
penelitian analitik dengan menggunakan Produktif 22
desain Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (<25&>55)
(ARKL), yang digunakan untuk menilai dan Total 56 100
melakukan prediksi yang akan terjadi akibat Sumber : Data Primer 2016

3
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa Tabel 3 Distribusi Waktu Pajanan (tE)
dari 56 responden, sebagian besar Petugas Opertor di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
responden berada pada kelompok umur Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
produktif 25-55 tahun yaitu 34 orang (60,71 Kendari Tahun 2016.
%), sedangkan yang terendah berada pada No Waktu Jumlah Persentase
kelompok umur non produktif <25 & >55 Pajanan (n) (%)
tahun yaitu 22 orang (39,29 %). 1 Gô i ulZ Œ] 56 100
Jenis Kelamin 2 >8 jam/hari 0 0
Distribusi responden berdasarkan Total 56 100
jenis kelamin di Stasiun Pengisian Bahan Sumber : Data Primer 2016
Bakar Umum (SPBU) Tipulu, Wua-Wua, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo kota dari 56 responden dapat diketahui bahwa
Kendari tahun 2016 disajikan pada tabel 2 : semua petugas operator SPBU (100%)
Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Jenis l Œi G8 jam/hari.
Kelamin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Frekuensi Pajanan (fE)
Umum (SPBU) Tipulu, Wua-Wua, Berdasarkan informasi keseluruhan,
Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota dapat ditentukan frekuensi pajanan dalam
Kendari Tahun 2016. satu tahun yaitu 336 hari/tahun untuk
No Jenis Jumlah Persentase operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
Kelamin (n) (%) Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo.
1 Laki-Laki 36 64,29 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pajanan (fE)
2 Perempuan 20 35,71 Petugas Opertor di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
Total 56 100 Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
Sumber : Data Primer 2016 Kendari Tahun 2016.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 56 No Frekuensi Jumlah Persentase
responden dapat diketahui bahwa pekerja Pajanan (n) (%)
operator yang berjenis kelamin laki-laki jauh 1 Gîñì 56 100
lebih banyak yaitu 36 orang (64,29%), hari/tahun
sedangkan pekerja operator yang berjenis 2 >250 0 0
kelamin perempuan jauh lebih sedikit yaitu hari/tahun
20 orang (35,71%). Total 56 100
Pola Pekerjaan Sumber : Data Primer 2016
Konsentrasi Timbal (Pb) di Udara Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 56
Berdasarkan data sekunder responden dapat diketahui bahwa semua
menunjukkan bahwa konsentrasi timbal petugas operator SPBU (100%) bekerja >250
(Pb) di udara lingkungan kerja SPBU Tipulu, hari/tahun.
Wua-Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo Lepo Durasi Pajanan (Dt)
kota Kendari masih berada jauh di bawah Distribusi Durasi Pajanan (Dt) Pada
nilai ambang batas yaitu 0,003 mg/m3. Operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
Waktu Pajanan (tE) Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
Waktu pajanan di dapatkan Kendari Tahun 2016 disajikan pada tabel 5 :
berdasarkan perhitungan sistem shift yang Tabel 5 Distribusi Durasi Pajanan (Dt) Pada
berlaku atau yang telah ditetapkan Operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
perusahaan serta waktu untuk melayani Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
pembelian BBM dalam satu hari. Satuan Kendari Tahun 2016.
yang dipakai adalah jumlah keterpajanan No Durasi Jumlah Persentase
operator terhadap timbal (Pb) dalam Pajanan (n) (%)
jam/hari. 1 Gïì š Zµv 56 100
Distribusi Waktu Pajanan (tE) Petugas 2 >30 tahun 0 0
Operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
Total 56 100
Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
Sumber : Data Primer 2016
Kendari Tahun 2016 disajikan pada tabel 3 :

4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Pemajanan (Exposure Assessment)
dari 56 responden dapat diketahui bahwa Analisis pajanan adalah mengukur
• uµ ‰ šµP • }‰ Œ š}Œ ~íìì9• l Œi Gïì jumlah pajanan timbal (Pb) kedalam tubuh
tahun. operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
Berat Badan (Wb) Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo kota
Variabel berat badan (Wb) operator Kendari tahun 2016 dengan menggunakan
diukur berdasarkan hasil pengukuran persamaan:
langsung dengan menggunakan timbangan % T 4 T P' T B' T &P
+=
berat badan. Wb x t avg
Berikut disajikan tabel distribusi Perhitungan intake pajanan
berat badan (Wb) operator di SPBU Tipulu, dilakukan pada pajanan realtime, 3 tahun
Wua-Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo dan lifetime. Yang membedakan pajanan
kota Kendari tahun 2016. realtime, 3 tahun dan lifetime adalah nilai
Tabel 6 Distribusi Berat Badan (Wb) durasi pajanan, yakni pada pajanan realtime
Operator Laki-Laki di SPBU Tipulu, Wua- durasi yang diperhitungkan adalah durasi
Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota sebenarnya atau lama responden telah
Kendari Tahun 2016. bekerja di SPBU tersebut. Pada pajanan 3
No Berat badan Jumlah Persentase tahun, nilai durasi yang digunakan adalah
operator (n) (%) durasi batas waktu maksimal kontrak kerja
laki-laki karyawan berdasarkan UU RI No. 13 Tahun
1 Normal 5 13,89 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan
Hóì<P pada pajanan lifetime yakni 30 tahun.
2 Tidak normal 31 86,11 Hasil penelitian menunjukkan nilai
<70 Kg intake pajanan realtime, 3 tahun dan
Total 36 100 pajanan lifetime pada responden pertama
Sumber : Data Primer 2016 berturut-turut yaitu 0.00004 ; 0,00007 ; dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 0,00034
dari 36 responden operator berjenis Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
kelamin laki-laki dapat diketahui bahwa 5 Karakteristik risiko dapat diketahui
operator (13,89%) memiliki berat badan dengan membagi nilai intake dengan nilai
normal, sedangkan operator yang memiliki RfD atau RfC sebagai berikut:
berat badan tidak normal yaitu 31 +JP=GA
43 = mg
responden (86,11%). 4B% Pb = 0,0493 kg /hari
Tabel 7 Distribusi Berat Badan (Wb)
Hasil penelitian menunjukkan nilai
Operator Perempuan di SPBU Tipulu, Wua-
RQ dari seluruh responden yaitu pada
Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
pajanan realtime tidak terdapat operator
Kendari Tahun 2016.
(0%) dengan nilai RQ > 1 dan 56 responden
No Berat badan Jumlah Persentase
(100%) dengan nilai RQ G íX Pajanan 3 tahun
operator (n) (%)
tidak terdapat operator (0%) dengan nilai
laki-laki
RQ > 1 dan 56 responden (100%) dengan
1 Normal 0 0
nilai RQ G íX Pajanan lifetime tidak terdapat
Hññ <P
operator (0%) dengan nilai RQ > 1 dan 56
2 Tidak normal 20 100 responden (100%) dengan nilai RQ G íX
<55 Kg
Kesimpulannya, seluruh operator pada
Total 20 100 pajanan realtime, 3 tahun dan lifetime
Sumber : Data Primer 2016 belum ada yang berisiko mengalami efek
Hasil penelitian juga menunjukkan kesehatan akibat pajanan timbal (Pb)
bahwa dari 20 responden operator berjenis melalui jalur inhalasi.
kelamin perempuan dapat diketahui bahwa
semua operator (100%) memiliki berat
badan tidak normal yaitu tidak normal <55
Kg.

5
Estimasi Risiko Kesehatan Operator SPBU dapatkan hasil yang cenderung sama yaitu
3
Akibat Pajanan Timbal (Pb) 0,003 mg/m .
Hasil perhitungan estimasi intake Dibandingkan dengan Nilai Ambang
pajanan, didapatkan nilai pajanan realtime, Batas (NAB) dalam Peraturan Pemerintah
3 tahun, dan lifetime secara berturut-turut Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999,
adalah 4 x 10-5 mg/kg/hari, 7 x 10-5 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
-4
mg/kg/hari, dan 3,77 x 10 mg/kg/hari. Baku Mutu Lingkungan (BML) untuk timbal
3
Nilai estimasi risk quotient (RQ) pada (Pb) di udara adalah sebesar 2,0 mg/m ,
populasi operator yang terpajan timbal (Pb) konsentrasi timbal (Pb) dilingkungan kerja
untuk pajanan realtime, 3 tahun dan SPBU Tipulu, Wua-Wua, Anduonohu dan
lifetime secara berturut-turut adalah SPBU Lepo-Lepo kota Kendari ini masih
0,0811, 0,141 dan 0,764. Dari nilai-nilai berada di bawah Nilai Ambang Batas (NAB)
tersebut diketahui bahwa pada semua yang ditetapkan untuk pajanan selama 8
pajanan di populasi ini belum mengalami jam kerja per hari11.
risiko kesehatan akibat pajanan timbal (Pb) Partikel timbal yang terdapat dalam
melalui jalur inhalasi. asap kendaraan bermotor berukuran 0,02t
Manajemen Risiko 1,00 µm, dengan masa tinggal di udara
Dari hasil perhitungan estimasi untuk mencapai 4-40 hari. Partikel yang sangat
efek kesehatan akibat pajanan timbal (Pb) kecil ini memungkinkan timbal terhirup dan
pada operator SPBU bahwa semuanya masuk sampai ke paru paru. Timbal dalam
diketahui belum mengalami risiko bentuk gas akan masuk ke dalam tubuh dan
12
kesehatan akibat pajanan timbal (Pb) dapat terikat di dalam darah .
melalui jalur inhalasi. Namun, apabila Durasi Pajanan Pada Operator
diketahui salah satu populasi berisiko Durasi pajanan atau lama kerja
(RQ>1) sehingga diperlukan suatu operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua,
manajemen risiko untuk melindungi Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo kota
populasi tersebut. Kendari rata-rata 4,04 tahun dengan 1
1) Penentuan konsentrasi aman (C) orang yang baru bekerja selama 4 bulan dan
4B% T 9> T P=RC 1 orang telah bekerja selama 15 tahun.
%=
R x f E x Dt Masa kerja sangat mempengaruhi pajanan
2) Penentuan Frekuensi Pajanan Aman (fE) dan nilai intake yang kemudian dapat
4B% T 9> T P=RC menimbulkan risiko kesehatan. Menurut
fE = Undang-undang Republik Indonesia No.13
C x R x Dt
3) Penentuan Durasi Pajanan Aman (Dt) tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
4B% T 9> T P=RC mengisyaratkan batas waktu maksimal 3
&P = tahun bagi pengusaha untuk
C x R x B'
mempekerjakan karyawan, secara tidak
DISKUSI langsung hal ini memberikan perlindungan
Konsentrasi Pajanan Timbal (Pb) di Udara kepada operator SPBU terhadap pajanan
Timbal (Pb) adalah logam yang dan nilai intake senyawa kimia dalam waktu
termasuk ke dalam kelompok logam berat yang lebih lama.
karena mempunyai massa jenis lebih besar Berat Badan Operator (Wb)
dari 5 g/cm3. Timbal dalam keseharian lebih Dalam analisis risiko, berat badan
dikenal dengan nama timah hitam, dalam akan mempengaruhi besarnya nilai risiko
bahasa ilmiahnya dinamakan Plumbum, dan dan secara teoritis semakin berat badan
logam ini disimbolkan dengan Pb10. seseorang maka semakin kecil
Dari hasil pengukuran yang dilakukan kemungkinannya untuk risiko mengalami
oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) nilai gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini,
konsentrasi timbal (Pb) di 4 lingkungan kerja dari uji dengan menggunakan microsoft
yaitu SPBU Tipulu, Wua-Wua, Anduonohu excel dapat disimpulkan bahwa tidak ada
dan SPBU Lepo-Lepo kota Kendari dengan perbedaan proporsi besar risiko gangguan
masing-masing satu titik pengukuran di kesehatan antara responden yang memiliki

6
berat badan Hóì <P vP v Œ •‰}v v Ç vP posisi bekerja operator SPBU pun
memiliki berat badan kurang dari 70 Kg mempengaruhi pajanan timbal,
untuk operator laki-laki, begitupula dengan berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa
responden operator perempuan tidak ada petugas operator SPBU cenderung
perbedaan proporsi besar risiko gangguan menghadap kepada tangki kendaraan saat
kesehatan antara responden yang memiliki pengisian dan berdiri statis, hal ini
berat badan Hññ <P vP v Œ •‰}v v Ç vP memungkinkan timbal (Pb) yang menguap
memiliki berat badan kurang dari 55 Kg. langsung terhirup oleh petugas operator
Berat badan dalam analisis risiko SPBU15.
akan mempengaruhi besarnya nilai risiko. Karakteristik Risiko (Risk Characterization)
Sesuai dengan perhitungan matematis, Berdasarkan dari perhitungan
besar RQ akan berbanding terbalik dengan didapatkan semua operator (100%) belum
berat badan, artinya semakin kecil berat memiliki risiko kesehatan, hal ini
badan seseorang maka besar risiko RQ dikarenakan besarnya intake yang masuk
individu tersebut akan semakin besar dan kedalam tubuh jauh berada dibawah nilai
seharusnya semakin tinggi berat badan ambang batas sehingga RQ G íX
responden maka jumlah responden Sebenarnya tidak ada batas terendah
memiliki RQ >1 akan lebih sedikit13. Hal ini yang aman terhadap pajanan senyawa kimia
sejalan dengan penelitian yang menyatakan untuk mendapatkan risiko kesehatan. WHO
bahwa berat badan memiliki hubungan memberikan peringatan bahwa setiap
yang signifikan dengan tingkat risiko14. peningkatan konsentrasi timbal (Pb) di
3
Analisis Pemajanan (Exposure Assessment) udara sebesar 1µg/m menyebabkan
Besarnya nilai intake berbanding hipertensi pada 70 ribu dari 1 juta pria
lurus dengan nilai konsentrasi bahan kimia, berusia 20-70 tahun. Di Boston terhadap
frekuensi pajanan, dan durasi pajanan, yang anak-anak umur >10 tahun, setiap
dapat diartikan semakin besar nilai tersebut peningkatan 10µg/dl dapat menurunkan
maka akan semakin besar asupan 5,8 point tingkat kecerdasan. Di Australia
seseorang. Asupan berbanding terbalik anak-anak usia pelajar yang berumur 4
dengan nilai berat badan, yaitu semakin tahun, setiap peningkatan kadar timbal
besar berat badan maka akan semakin kecil (Pb) di udara ambient mempengaruhi uji
risiko kesehatan. mental, menurunkan kemampuan
Dalam perhitungan ini, membaca, berbicara dan tingkat
16
menggunakan periode waktu rata-rata kecerdasan .
selama 30 tahun untuk orang dewasa. Nilai Estimasi Risiko Kesehatan Populasi
risiko (RQ) dengan paparan inhalasi Operator SPBU Tipulu, Wua-Wua,
diperhitungkan setelah diketahui nilai RfC. Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo Kota
Pada penelitian ini, nilai berat badan Kendari Akibat Pajanan Timbal (Pb)
tidak terlalu spesifik menggambarkan Melalui Jalur Inhalasi
perbedaan nilai intake dari pajanan timbal Hasil perhitungan estimasi Risk
(Pb), namun yang sangat mempengaruhi Quotient (RQ) terhadap populasi operator
intake disini adalah durasi pajanan, terlihat pompa BBM, pada pajanan realtime, 3
dari hasil perhitungan bahwa semakin lama tahun dan pajanan lifetime secara berturut-
operator bekerja maka nilai intake akan turut adalah sebesar 4 x 10-5 ; 7 x 10-5 ; dan
-4
semakin besar sehingga risiko untuk 3,77 x 10 . Dari nilai-nilai tersebut dapat
mendapatkan efek yang merugikan disimpulkan bahwa populasi operator
kesehatan akan semakin tinggi pula. pompa BBM belum mengalami risiko
Timbal (Pb) memiliki sifat mudah kesehatan akibat pajanan timbal (Pb)
menguap ke udara bebas sehingga apabila melalui jalur inhalasi.
suatu sumber pajanan dibiarkan secara Manajemen Risiko
terus menerus terbuka disuatu tempat Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
maka semakin besar konsentrasi timbal (Pb) (ARKL) pada prinsipnya harus dilakukan
yang ada disuatu lingkungan kerja, sehingga dalam bentuk pengelolaan risiko jika nilai

7
RQ>1. Manajemen risiko yang dapat lebih dari 3 tahun. Berdasarkan
dilakukan yaitu menurunkan konsentrasi Undang-undang Republik Indonesia
pajanan (C), mengurangi waktu kontak, No. 13 Tahun 2003 tentang
diantaranya dapat dilakukan dengan Ketenagakerjaan yang
mengurangi lama pajanan (tE), mengurangi mengisyaratkan batas waktu
frekuensi pajanan (fE) dan mengurangi maksimal 3 tahun bagi pengusaha
durasi pajanan (Dt). untuk mempekerjakan karyawan.
Menurunkan konsentrasi pajanan b. Perlu dilakukan pemeriksaan udara
yang aman dilakukan dengan mengganti secara berkala untuk mengetahui
nilai intake dengan nilai RfC, sedangkan nilai kondisi tingkat konsentrasi timbal
komponen lain yang digunakan sesuai (Pb) di tempat kerja.
dengan keadaan saat sampling. Nilai RfC c. Mempertegas peraturan mematikan
dianggap sebagai nilai asupan aman mesin kendaraan saat mengantri dan
sehingga didapatkan nilai konsentrasi aman. mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa d. Perlu dilakukan penyuluhan dan
seluruh operator di SPBU Tipulu, Wua-Wua, pelatihan kepada pekerja bagaimana
Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo pada posisi aman saat bekerja dan
pajanan realtime, 3 tahun dan pajanan pemeliharaan personal hygiene.
lifetime belum mengalami risiko kesehatan e. Perlu disediakan Alat Pelindung Diri
(RQ G í• l] š ‰ i v v š]u o ~W • u o oµ] (APD) kepada operator berupa
jalur inhalasi. masker dan sarung tangan untuk
mengurangi kontak pajanan timbal
SIMPULAN (Pb).
Berdasarkan hasil penelitian yang 2. Bagi Pemerintah atau Departemen
dilakukan, maka dapat disimpulkan Tenaga Kerja dan Transmigrasi
beberapa hal, yaitu: Selalu memantau Nilai Ambang
1. Konsentrasi rata-rata timbal (Pb) di Batas (NAB) yang telah ditetapkan untuk
lingkungan kerja SPBU Tipulu, Wua- konsentrasi timbal (Pb) di lingkungan
Wua, Anduonohu dan SPBU Lepo-Lepo kerja, karena konsentrasi yang sedikit
cenderung sama yaitu 0,003 mg/m3. pun berpotensi menimbulkan efek
2. Waktu pajanan rata-rata operator kesehatan terhadap operator SPBU yang
terhadap pajanan timbal (Pb) di telah ditetapkan saat ini yaitu 2,0
3
lingkungan kerja yaitu 8 jam/hari. mg/m .
3. Frekuensi pajanan rata-rata operator 3. Bagi Operator SPBU
terhadap pajanan timbal (Pb) di a. Selalu menjaga kebersihan personal
lingkungan kerja dalam satu tahun yaitu sehingga dapat mengurangi pajanan
336 hari/tahun. timbal (Pb) ke dalam tubuh, seperti
4. Durasi pajanan rat-rata operator mencuci tangan dengan sabun
terhadap pajanan timbal (Pb) di sebelum dan sesudah bekerja
lingkungan kerja adalah 4 tahun. ataupun sebelum dan sesudah
5. Berat badan rata-rata operator di 4 makan.
SPBU yaitu 55 kg. 4. Bagi Mahasiswa atau Peneliti
6. Dari hasil perhitungan per individu dapat Dalam penelitian ini masih
disimpulkan bahwa seluruh operator terdapat kekurangan karena adanya
belum berisiko efek kesehatan terhadap keterbatasan dalam penelitian dan ada
pajanan timbal (Pb) (RQG1). beberapa hal yang perlu disempurnakan,
antara lain:
a. Perlunya penelitian lebih lanjut
SARAN dengan memperbesar sampel dari
1. Bagi Manajemen SPBU semua SPBU di kota Kendari,
a. Menetapkan masa kerja karyawan sehingga hasil serta manajemen
(operator SPBU) agar tidak boleh

8
risiko yang didapat mewakili populasi 8. Djafri, D. 2014. Prinsip dan Metode
operator SPBU di kota Kendari. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan.
b. Dapat dilakukan penelitian dengan Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
menganalisis kadar atau konsentrasi Volume 8. No. 2. Hal 99-103.
bahan kimia di setiap operator 9. Kawatu, P. A. T., & J. A. Rorong. 2009.
sehingga analisis lebih spesifik Analisis Kadar Timbal Darah dan
menggambarkan risiko pekerja. Penyakit Hipertensi pada Petugas
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di
DAFTAR PUSTAKA Kota Manado. Jurnal. Volume 2 No. 2.
1. Roza, V., Mirna, I.,& Anita, S. 2015. Hal. 126-130.
Korelasi Konsentrasi Particulate Matter 10. Palar, H. 2008. Pencemaran dan
(PM10) di Udara dan Kandungan Timbal Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta.
(Pb) Dalam Rambut Petugas SPBU di Jakarta.
Kota Pekanbaru. Jurnal Dinamika 11. Undang-Undang Republik Indonesia No.
Lingkungan Indonesia. Volume 2. No. 1. 13 Tahun 2003 Tentang
Hal. 52-60. Ketenagakerjaan Indonesia.
2. Setiawan, I., Hariyono, W. 2011. 12. Naria, E., 2005. Mewaspadai Dampak
Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Bahan Pencemar Timbal (Pb) di
Vital Paru Operator Empat Stasiun Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Komunikasi Penelitian.Volume 17. No 4.
Kota Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Halaman 67-70.
Masyarakat. Volume 5. No. 3. Hal. 162- 13. Rahayu, A., Daud, A., Anwar. 2014.
167. Analisi Risiko Kadmium Dalam Kerang
3. World Health Organization. 2015. Lead Darah pada Masyarakat di Wilayah
Poisoning and Health. Retrieved from Pesisir Kota Makassar. Fakultas
http://www.who.int/gho/phe/chemical_ Kesehatan Masyarakat. Universitas
safety/lead_exposure_text/en/ Hasanuddin.
4. Komite Penghapusan Bensin Bertimbal 14. Purnomo, A., Purwana, R. 2008. Dampak
(KPBB). 2013. Genosida Ekologi: Dampak Cadmium Dalam Ikan Terhadap
Pencemaran Udara dari Peleburan Aki Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Bekas. www.kpbb.org. Diakses Tanggal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 3
19 Februari 2016. No. 2.
5. Badan Lingkungan Hidup Sulawesi 15. Susilowati Betty, 2011, Resiko Kesehatan
Tenggara. 2014. Data Evaluasi Kualitas Terhadap Pajanan Benzene terhadap
Udara Perkotaan. Kendari. Industri Sepatu Kulit Di PIK Pulogadung
6. Irianto, K. 2013. Pencegahan dan 2011. Skripsi, Depok.
Penanggulangan Keracunan Bahan 16. WHO. World Health Stastistics. ITALY:
Kimia Berbahaya. CV Yrama Widya. the World Health Organization; 2013.
Bandung.
7. Priyanto. 2009. Toksikologi, Mekanisme,
Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko.

Anda mungkin juga menyukai