TINJAUAN UMUM
2) Sekretariat
1. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah
salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan obat publik dan
perbekalan kesehatan. Tujuan perencanaan kebutuhan obat publik dan
perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk
program kesehatan yang telah ditetapkan.(9)
Proses perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan
diawali dari data yang disampaikan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan
obat puskesmas menggunakan metode konsumsi berdasarkan pemakaian
obat satu tahun terakhir dilihat dari LPLPO, obat yang diajukan puskesmas
di susun dalam rencana kebutuhan obat (RKO). RKO diserahkan ke
instalasi farmasi di kabupaten/kota yang selanjutnya dikompilasi menjadi
rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota
yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya. Selanjutnya dalam
perencanaan kebutuhan buffer stok pusat maupun provinsi dengan
menyesuaikan terhadap kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan di
kota dan tetap mengacu kepada DOEN.
Dalam perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
diperlukan koordinasi dan keterpaduan sehingga pembentukan tim
perencana obat terpadu merupakan suatu kebutuhan dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana melaui koordinasi,
integritas dan sinkronisasi antar instansi yang terkait dengan perencanaan
obat disetiap kota.(9)
Tim perencana obat dan perbekalan kesehatan terpadu di kota
dibentuk melalui surat keputusan walikota.
26
mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis, jika ada
obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik,
hindari penggunaan obat kombinasi dan memilih obat berdasarkan obat
pilihan dari penyakit yang prevalensinya tinggi. (9)
b. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian
setiap bulan dari masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan/
puskesmas selama setahun, serta untuk menentukan stok optimum.(9)
c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat.
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang berat yang
harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di Instalasi Farmasi kota
maupun unit pelayanan kesehatan dasar (PKD). Masalah kekosongan obat
atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata hanya
berdasarkan informasi yang teoritis kebutuhan pengobatan. Dengan
koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu,
maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat waktu dan
mutu yang terjamin. (9)
Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui metoda
konsumsi yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya dan metoda morbiditas yang didasarkan pola penyakit,
perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).(9)
1) Metode konsumsi
Didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk
menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi
perlu diperhatikan hal-hal seperti pengumpulan dan pengolahan data, analisa
data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan dan
penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.(9)
Rumus :
A = (B + C + D) - E
Keterangan :
A = Rencana Pengadan
28
2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan proses untuk
penyediaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Pengadaan
obat dan perbekalan kesehatan dilaksanakan oleh dinas kesehatan provinsi
dan kota.(9) Fungsi pengadaan merupakan usaha-usaha dan kegiatan-
29
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan pemelihara
dengan cara menetapkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat.(9)
Tujuan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk:
a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Kegiatan penyimpanan obat meliputi : (9)
a. Pengaturan Tata Ruang
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperlukan pengaturan tata
ruang gudang yang baik. Adapun faktor - faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam merancang gudang adalah sebagai berikut : (9)
1) Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata. Gudang
menggunakan sistem satu lantai dan sebaiknya tidak menggunakan sekat-
sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat
maka perlu diperhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah
gerakan.(9)
Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat : (9)
a) Arus garis lurus, pola gudang obat dalam garis lurus dimana untuk
arus penerimaan terpisah dengan arus pengeluaran.
b) Arus U, pola gudang obat mengikuti pola huruf U dimana arus
penerimaan terpisah dengan arus pengeluaran.
c) Arus L, pola gudang obat mengikuti pola huruf L dimana arus
penerimaan terpisah dengan arus pengeluaran
33
3. Distribusi
Kegiatan distribusi obat di unit pengelola obat publik dan perbekalan
kesehatan kabupaten/kota terdiri dari :
a. Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk kebutuhan
pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan.
b. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat program
seperti program obat TBC, HIV dan Kusta.
Kegiatan distribusi obat dilakukan dari gudang pengelola obat publik
dan perbekalan kesehatan kabupaten/kota kepada masing – masing
puskesmas sesuai prosedur yang berlaku.
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. (12)
Sub-sub unit di puskesmas dan jaringannya antara lain: (12,13)
1) Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
2) Puskesmas pembantu.
3) Puskesmas keliling
4) Posyandu
5) Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).(12)
f. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(12) Penarikan
sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM. (12)
Penarikan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh menteri. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai apabila produk tidak memenuhi
persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu
pengetahuan, dan/atau dicabut izin edarnya. (12)
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak laik pakai
(karena rusak/kadaluarsa), maka perlu dilakukan langkah – langkah sebagai
berikut : (14)
42
2.2.2.4.1. Pembinaan
Pembinaan dilakukan terhadap segala kegiatan yang berhubungan
dengan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diarahkan untuk :
(15)
2.2.2.4.2. Pengawasan
Pengawasan pada dinas kesehatan kabupaten/kota merupakan
pengawasan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berhubungan
dengan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.(15) Dalam
melaksanakan tugas pengawasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
pengawas melakukan fungsi: (15)
1. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan sediaan
farmasi dan alat kesehatan untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil
contoh dan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
2. Membuka dan meneliti kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat
keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan perdagangan sediaan farmasi dan alat kesehatan, termasuk
menggandakan atau mengutip keterangan tersebut.
4. Memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain.
Apabila hasil pemeriksaan oleh tenaga pengawas menunjukkan
adanya dugaan atau patut diduga adanya pelanggaran hukum di bidang
sediaan farmasi dan alat kesehatan segera dilakukan penyidikan oleh
penyidik yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (15)
Tindakan Administratif hasil pengawasan : (15)
1. Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap sarana
kesehatan dan tenaga kesehatan yang melanggar hukum di bidang
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
2. Tindakan administratif dapat berupa: (15)
a. Peringatan secara tertulis
47
d. Pengalaman kerja
1) Pernah/sedang menduduki jabatan pengawas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun, atau sedang menduduki jabatan
fungsional yang stingkat atau lebih tinggi dari jabatan
Pengawas sesuai dengan bidang tugas jabatan yang akan
diduduki dan
2) Memiliki pengalaman jabatan dalam bidang kesehatan secara
kumulatif sekurang-kurangnya selama 4 (empat) tahun.
4. Kepala Seksi
a. Ringkasantugas jabatan :
Melaksanakan penyiapan bahan perumusankebijakan operasional
pelaksanaan kebijakan operasional, monitoring evaluasi dan
pelaporan dibidang yang menjadi lingkup tugas di Dinas
Kesehatan.
b. Pangkat/Golongan:
Penata tingkat 1/Golongan IIIb, atau penata/Golongan IIIa dengan
sekurang-kurangnya 2 tahun masa kerja golongan.
c. Pendidikan:
Sarjana strata 1/ kesehatan/D IV kesehatan yang sesuai dengan
bidang tugas
d. Pengalaman kerja:
1) Memiliki pengalaman jabatan pelaksana dalam bidang
kesehatan secara kumulatif sekurang-kurangnya selama 4
tahun.
2) Menduduki jabatan fungsional yang setingkat dengan jabatan
pelaksana sesuai dengan bidang tugas jabatan yang akan
diduduki.
e. Pelatihan penjenjangan:
Telah mengikuti dan lulus Diklat kepemimpinan IV atau paling
lambat harus di penuhi 1 (satu) tahun setelah menduduki jabatan.
f. Pelatihan teknis:
51