PENDAHULUAN
kesehatan yang meliputi aspek kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan dan
1
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dengan berpedoman pada
merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
Pidie tahun 2018-2022. Renstra ini menjadi dasar untuk menyusun Rencana
Kerja Dinas Kesehatan secara bertahap selama lima tahun agar lebih terarah
dan berkesinambungan.
Renstra Dinas Kesehatan memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan
Pembangunan Nasional.
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2
d. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan Tata Cara
Pembangunan Daerah.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 741 tahun 2008 tentang Standar
organisasi.
3
Agar lebih terfokus dan terarahnya Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN
Pelayanan SKPD
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil
Hidup Strategis.
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis
SASARAN RPJM
5
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
7
2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
D. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi.
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa
E. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer.
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
3. Seksi Mutu Pelayanan Tradisional.
F. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari
1. Seksi Kefarmasian.
2. Seksi Alat Kesehatan dan Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
3. Seksi Sumber Daya MAnusia Kesehatan.
G. Kelompok Fingsional
H. Unit Pelaksana Tehnis Dinas (UPTD)
8
Gambar1. Struktur Orgamnisasi Dinas Kesehatan
Kepala Dinas
Kelompok Fungsional
Sekretaris
Subbag Subbag
Subbag
Keuangan dan
Program, Hukum,
Pengelola Aset
Informasi dan Kepegawaian
Humass dan Umum
Pengendalian Penyakit
Seksi Kesehatan Seksi Pencegahan dan Seksi Mutu Seksi Sumber Daya
UPTD
UPTD
UPTD
9
Uraian Tugas masing-masing pejabat struktural di atas adalah sebagai berikut :
A. Kepala Dinas Kesehatan
Mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pembinaan pelayanan
kesehatan, pengembangan sumber daya kesehatan dan kefarmasian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan mengkoordinir secara
komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi
aspek kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan dan peningkatan kualitas
laporan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie mempunyai fungsi:
1. Merumuskan kebijakan umum di bidang kesehatan
2. Menyusun rencana dan progrom kesehatan.
3. Merumuskan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
4. Merumuskan dsan menyusun rencana kerja tahunan, jangka menengah
dan jangka panjang.
5. Penyusunan program dan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
6. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian dibidang kesehatan
meliputi bidang peningkatan upaya kesehatan, pencegahan penyakit,
penyehatan lingkungan dan pemukimam, pelayanan pengobatan,
promosi kesehatan, pemulihan kesehatan dan penelitian kesehatan
serta pelayanan konseling trauma.
7. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang peningkatan sumber daya
tenaga kesehatan, registrasi dan akreditasi tenaga dan sarana
kesehatan.
8. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan
program-program kesehatan.
10
9. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum yang meliputi
perencanaan, pendataan, kepegawaian, keuangan, peralatan,
organisasi dan ketatalaksanaan.
10. Pelaksanaan pembinaan operasional di bidang kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
11. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait
lainnya dan instansi Dinas kesehatan Kabupaten dibidang kesehatan.
12. Pembinaan UPTD.
13. Pembinaan kelompok fungsional.
B. Sekretariat
Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan
dan pemberian dukungana administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan dinas. melakukan pembinaan dan pengelolaan administrasi
umum, perlengkapan, peralatan, kerumahtanggaan, perpustakaan,
keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, hukum, hubungan masyarakat
dan koordinasi penyusunan program kerja, serta pelayanan administrasi
kepada semua satuan kerja dilingkungan Dinas.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:
1. Pembinaan dan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga, penataan arsip dan
dokumentasi serta organisasi dan ketatalaksanaan.
2. Penyusunan rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang serta
pengkajian dan evaluasi secara berkala.
3. Penyusunan program kerja dan kegiatan, pengumpulan dan pengobatan
data serta penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan.
4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan.
5. Penyiapan data, informasi dan hubungan masyarakat.
6. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dinas.
11
7. Pelaksanaan koordinasi dengan bidang dan unit pelaksana teknis dinas
dalam bidang penyusunan program dan evaluasi serta pelaporan.
Sekretaris dibantu 3 (tiga) orang kepala Sub Bagian yang terdiri dari :
12
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dibantu 3 (tiga) orang Kepala Seksi
yang terdiri dari:
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat melaksanakan tugas
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantaun, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat.
2. Seksi promosi dan Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan tugas
penyiapan perumusan dan pelaksaan kebijakan operasional, bimbingan
dan teknis dan supervisi, serta pematauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang promosi dan pemberdayaan masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga
melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah
raga.
13
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
2. Penyiaan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans dan imunisasi,
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas seuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dibantu 3
(tiga) orang Kepala Seksi yang terdiri dari:
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bembingan kenis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
Surveilans dan Imunisasi.
2. Seksi Pencegahan dan Pengandalian Penyakit Menular melaksanakan
tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan upervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan
pelaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang pencegahan dan pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
14
E. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang Pelyanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, bidang Pelayanan Kesehatan
menyelenggarankan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
serta pelayanan kesehatan tradisional;
4. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
serta pelayanan kesehatan tradisional;dan
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan dibantu 3 (tiga) orang Kepala
Seksi yang terdiri dari:
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan primer.
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan Rujukan.
15
3. Seksi Mutu pelayanan Tradisional melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan tradisional.
16
2. Seksi Alat Kesehatandan Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga
melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanakan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang Alat Kesehatan dan PKRT.
3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
17
Fungsional Staf
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Tabel 2.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Pangkat
A B C d Jumlah
/Golongan
IV 17 1 1 0 19
I 1 2 15 8 26
Jumlah 1562
18
Tabel 2.4
Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi
Pendidikan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2017
19
2.3.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Dinas
Kesehatan Kabupaten Pidie seperti terlihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5
Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan Di Kabupaten Pidie Tahun 2017
20
6. Program kefarmasian dan alat kesehatan.
7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular.
8. Program standarisasi pelayanan kesehatan.
9. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin.
10. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana
dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya.
11. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana
dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-
paru/rumah sakit mata.
12. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata.
13. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita.
14. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia.
15. Program penurunan angka kematian anak.
16. Program kesehatan ibu.
17. Program pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
18. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya.
19. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan
anak.
Lingkungan Eksternal
A. Peluang (Opportunity)
1. Adanya dukungan swasta, LSM/NGO’s dan masyarakat yang
bergerak dibidang kesehatan.
2. Adanya Dinas, Departemen dan Lembaga terkait lainnya dalam
mendukung program dan kegiatan
3. Adanya Komitmen Anggota Legislatif yang kuat untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan
4. Adanya Komitmen Pimpinan Daerah yang kuat untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan
B. Ancaman (Threat)
1. Belum maksimalnya sumber daya yang dimiliki pihak swasta,
LSM/ NGO’s dan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait dalam setiap
pelaksanaan proyek
3. Tidak tercapainya hasil pengawasan anggaran dan pelayanan
yang maksimal.
22
4. Bencana Alam (Gempa Bumi, Longsor, Banjir, dan lain-lain)
5. Keterlambatan Juklak maupun Juknis untuk kegiatan yang dibiayai oleh
pemerintah pusat
6. Keterbatasan Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk mendukung
program dan kegiatan
23
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
a. Angka Kematian
24
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat
menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat suatu
wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di bidang
kesehatan. Tingkat kematian secara umum sangat berhubungan erat
dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat
diketahui secara langsung dan tidak langsung. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas adalah sosial ekonomi,
pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan,
upaya kesehatan dan fertilitas
25
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi
perkembangan fungsi dan organ janin.
Grafik 3.1
26
2. Angka Kematian Anak Balita
Grafik 3.2
27
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Yang dimaksud dengan kematian ibu adalah kematian perempuan
pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh dl.
28
Tercatat pada tahun 2017 jumlah kematian ibu di Kabupaten Pidie
sebanyak 16 kasus (195 per 100.000 kelahiran hidup). Oleh karena itu
harus dilakukan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dimana
salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya promosi
kesehatan dan akses pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu nifas yang
merata.
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui rutin melaksanakan pembinaan
kepada ibu hamil dengan pemasangan stiker P4k dan Audit Maternal
Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian
tersebut.
b. Angka Kesakitan
1. Tuberkulosis.
Penanggulangan penyakit tuberkulosis menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan Pemerintah
Indonesia di seluruh puskesmas yang diitegrasikan dalam pelayanan
kesehatan dasar. Tujuan dari program Pemberantasan TB Paru adalah
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan
29
penyakit tuberkulosis, memutuskan mata rantai penularan serta mencegah
terjadinya MDR Tuberkulosis. Target program ini ialah tercapainya
penemuan pasien baru TB BTA Positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan
menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta
mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat
prevalensi dan kematian akibat tuberkulosis.
CNR (Case Notification Rate) Kabupaten Pidie adalah 223 orang atau
51,5 per 100.000 penduduk.
30
4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)
TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari
pasien akan meninggal setelah 5 tahun. Keberhasilan pelaksanaan program
penanggulangan TB Paru dapat diukur dari pencapaian angka kesembuhan
penderita.
31
Grafik 3.3
32
memerlukan respirator sehingga biaya perawatan yang lebih mahal karena
cacat fisik yang menetap.
Grafik 3.4
Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan kematian AIDS
Kabupaten Pidie 2017
34
8. Kasus Diare Ditangani
Peyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti lndonesia karena morbiditas dan mortalitas
yang masih tinggi. Pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari
terserangnya penyakit diare, dimana tidak hanya berdampak pada
penderitanya akan tetapi juga berpotensi dalam penyebaran terhadap
keluarganya.
35
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat
menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,
mata dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indicator
eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate
(NCDR).
Di Kabupaten Pidie jumlah kusta kasus baru pada anak umur 0-14
tahun berjumlah 9 kasus, sedangka penderita cacat tingkat II yaitu 4
kasus.
a. Difteri
Penyakit difteri tengah mewabah dan menjadi sorotan, banyak daerah
di Indonesia telah melaporkan kasus ini. Bahkan pemerintah lewat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan hal ini sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB). Untuk menanggulangi wabah difteri yang terjadi
di Indonesia, pemerintah mengadakan pemberian ORI ( Outbreak Response
Immunization) atau imunisasi penanganan kejadian luar biasa pada daerah
yang terkena kasus difteri. Karena tak sedikit kasus difteri yang berujung
dengan kematian.
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di
selaput lendir hidung dan tenggorokan. Bakteri yang menginfeksi bernama
Corynebacterium diphtheriae. Umumnya penyakit difteri diawali dengan
rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya kelenjar
getah bening. Namun gejala khas dari difteri adalah munculnya sebuah
selaput berwarna putih keabuan di sekitar bagian belakang tenggorokan.
Selaput ini bernama pseudomembran yang dapat berdarah jika dikelupas.
Kondisi ini mungkin akan menyebabkan rasa sakit saat menelan. Pada
beberapa kasus, gejala ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.
Difteri sangat mudah menular dari seorang yang sebelumnya telah
terinfeksi. Salah satu media penularan bakteri ini adalah melalui udara,
yaitu saat pengidap difteri batuk atau bersin. Selain itu, interaksi langsung
dengan luka akibat difteri juga dapat menularkan virus. Penyakit ini
termasuk mematikan karena dapat menyebabkan infeksi nasofaring yang
bisa berdampak kesulitan bernapas dan menyebabkan kematian. Selain itu,
difteri juga bisa menyebabkan komplikasi yang serius.
37
Bakteri penyebab difteri bekerja dengan cara membunuh sel-sel sehat
dalam tenggorokan dengan racun yang ia hasilkan, sehingga sel-sel
tersebut mati. Kumpulan sel mati ini kemudian membentuk lapisan abu-abu
pada tenggorokan. Racun dari bakteri juga dapat menyebar ke aliran
darah, sehingga menyebabkan jantung, ginjal dan sistem saraf menjadi
rusak.
Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin
penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Idealnya, vaksin ini diberikan
minimal tiga kali seumur hidup sejak berusia dua tahun. Vaksin ini akan
efektif jika diberikan setiap 10 tahun.
Jadi sebenarnya bukan penyakit baru, penyakit lama yang harusnya
sudah hilang dengan vaksinasi, tapi karena ada kelompok-kelompok anti
vaksinasi sehingga penyakit ini muncul kembali.
Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane
Soepardi menjelaskan sejak tahun 1990-an, kasus difteri di Indonesia ini
sudah hampir tidak ada, baru muncul lagi pada tahun 2009.
Sejak Januari sampai dengan Desember 2017 Kabupaten Pidie
tercatat 12 kasus difteri.
b. Pertusis
Penyakit pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
Bordetella Pertusis. Pertusis merupakan penyakit yang toxin mediated,
toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar saluran napas atas)
akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran sekret
saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumoni. Tahun 2017
di kabupaten Pidie tidak ditemukan adanya kasus Pertusis.
c. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan
Clostridium Tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan
kematian. Upaya pengendalian penyakit Tetanus Neonatorum yaitu untuk
38
mencapai status eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Pada tahun 2017 di
Kabupaten Pidie tidak ditemukan adanya kasus Tetanus Neonatorum.
d. Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada
balita, anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus
campak. Penularan campak dapat terjadi melalui udara yang
terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi.
Adapun gejala penyakit campak yaitu: demam, bercak kemerahan,
batuk pilek, conjuctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada
muka, leher kemudian keseluruh tubuh. Komplikasi Campak : diare hebat,
peradangan telinga dan pneumonia.
Jumlah kasus campak di Kabupaten Pidie tahun 2017 yaitu 323 kasus,
tingginya kasus campak karena masih banyak bayi/balita yang tidak
melakukan imunisasi serta masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran
masyarakat untuk melakukan imunisasi.
e. Polio
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan bahwa
setiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Polio Sedunia. Bukan
tanpa alasan WHO menetapkan hari besar ini. Melalui Hari Polio Sedunia,
WHO ingin mengingatkan masyarakat, terutama para orang tua, betapa
pentingnya mengimunisasi anak agar terhindar dari penyakit polio.
Meski Indonesia telah dinyatakan bebas polio sejak tahun 2014,
namun WHO masih meminta kita untuk melakukan upaya vaksinasi,
mengingat adanya importasi virus liar.
Penyakit polio disebabkan oleh virus yang bernama poliovirus (PV).
Virus ini umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus tersebut. Selain
melalui kotoran, virus polio juga dapat menyebar melalui tetesan cairan
yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam tubuh manusia,
39
virus polio akan menjangkiti tenggorokan dan usus. Namun dalam
beberapa kasus, infeksi virus polio dapat menyebar ke aliran darah,
kemudian menyerang sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
f. Hepatitis B
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2017, ujarnya, 7,1%
penduduk Indonesia mengidap hepatitis B. Setiap tahun terdapat 5,3 juta
ibu hamil. Sementara itu, hepatitis B (HBsAg) reaktif pada ibu hamil rata-
rata 2,7%. Dengan begitu, setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi
yang 95% berpotensi mengalami hepatitis kronis pada 30 tahun kemudian.
Kemenkes menargetkan pada 2018 60% kabupaten/kota melakukan
deteksi dini hepatitis B. Selanjutnya 90% kabupaten/kota melakukan
deteksi dini hepatitis B pada 2019 sehingga pada 2022 ditargetkan
penularan hepatitis dari ibu hamil ke anak dapat diputus.
40
penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum,
kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap
kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan
pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah
kehilangan nyawa.
Jumlah kasus DBD pada tahun 2017 adalah 357 kasus,. Kematian
akibat DBD pada tahun ini sebanyak 1 kasus dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 0,3 %. Incidence rate DBD pada tahun 2017 adalah 83 per
100.000 penduduk.
41
Angka kesakitan malaria untuk Kabupaten Pidie diukur dengan Annual
Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2017 ditemukan kasus penyakit
malaria positif sebanyak 5 orang dengan hasil pemeriksaan laboratorium
dan RDT. Berdasarkan capaian API/1000 penduduk, penyakit malaria di
Kabupaten Pidie tahun 2017 relatif terkendali, yaitu dengan capaian API
0,2/1000. Sedangkan angka kematian akibat penyakit malaria nol.
3. Filariasis.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasist berupa cacing
filaria yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu wuchereria bancrofti, brugia
malayi dan brugia timori. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit
infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit
ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan
kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur
hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, sehingga dapat
menimbulkan stigma sosial.
C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi
Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
c. Keadaan Lingkungan
44
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun
2012 diperoleh bahwa jumlah rumah sehat di Kabupaten Pidie hanya
sebanyak 49,0%, jumlah keluarga yang memiliki jamban keluarga hanya
78,1%, jumlah keluarga yang memiliki tempat pembungan sampah
sebanyak 73,6%, jumlah keluarga yang memiliki pengolahan air limbah
41,7%, sementara tempat-tempat umum pengolahan makanan yang sehat
baru mencapai angka 77,68%. Meskipun demikian semua keluarga
memiliki akses terhadap air bersih.
c. Upaya Kesehatan
Tabel 3.4
Data pelayanan Kesehatan
No Jenis Pelayanan Kesehatan Persentase
1. Kunjungan ibu hamil (K1) 93,0 %
2. Kunjungan ibu hamil (K4) 76,99 %
3. Persalinan yang ditolong Tenaga 79,03 %
kesehatan
4. Bumil Risti yang ditangani 39,37%
5 ASI Eksklusif 12,94%
6 KB Baru 76,22%
7 KB Aktif 82,95%
8 Neonatal Risti.komplikasi ditangani 11,71%
9 Kunjungan Neonatal lengkap 92,05%
10 Imunisasi campak bayi 73,46%
11 Desa UCI 39,45%
45
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pelayanan
sudah dilakukan. Sebagian besar cakupan dari pelayanan yang diberikan
belum mencapai target yang sudah ditetapkan dalam standar pelayanan
minimal (SPM) bidang kesehatan.
46
penting kesehatan bagi sirinya sendiri dan juga bagi lingkungan sekitar
mereka.
47
efisien, meningkatkan partisipasi perempuan dan kelompok rentan dam
pembangunan ; membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah untukmemulihkan kepercayaan public; meningkatkan
partisipasi public dalam proses pengambilan kebijakan public.
c. Meningkatkan Kualitas masyarakat yang berdaya saing global
(PENDIDIKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA)
Masyarakat yang memiliki derajat atau taraf kepandaian , kecakapan
dan pribadi yang baik sebagai warga masyarakat atau warga Negara
yang dapat dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara; mengedepankan pembangunan sumber daya manusia
berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan dan penerapan
menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastuktur yang
maju dalam bidang pendidikan;meningkatkan pembinaan kualitas
sumber daya manusia melalui penyelenggaraan pendidikan ang unggul
dan berkualitas, membuka akses dan menjunjung nilai kesetaraan tanpa
diskriminasi, pendidikan islami, melaksanakan standar pelayan minimal
dan standar nasional pendidikan yang didukung dengan perencanaan ,
pengganggaran, pengelolaan, mekanisme dan system kerja, sarana dan
infrastruktur, sumber daya, kurikulum dan segala kewenangan tingkat
pemerintah kabupaten.
d. Meningkatkan kualitas hidup, derajat kesehatan dan kesejahteraan yn
berkeadilan (KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL)
Mening katkan pembangunan kabupaten Pidie, mengurangi kesenjangan
social secara menyeluruh, berpihak kepada masyarakat, kelompok dan
daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran secara drastis, menyediakan akses yang saa bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan social serta sarana dan
prasarana ekonomi , serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai
aspek termasuk gender; meningkatkan standar pelayanan dan derajat
kesehatan yang terintegrasi; meningkatkan derajat kehidupan
48
perempuan, kelompok disabilitas, kelompok pemuda, dan memberikan
perhatian dan jaminan perlindungan kepada ibu,bayi, balita dan anak-
anak.
e. Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan (PERTANIAN,
PERKEBUNAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN)
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam sektor pertanian ,
perikanan dan peternakan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan,
peningkatan produktifitas dan nilai tambah produksi: menurunkan angka
kemiskinan dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat melalui
pemberdayaan ekonomi di sector pertanian, perikanan , kelautan dan
ketahanan pangan.
f. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi, industry dan potensi wisata yang
kreatif dan kompetitif (EKONOMI, INDUSTRI DAN PARIWISATA)
Memperkuat perekonomian domestic berbasis keunggulan kabupaten
dan potensi ekonomi gampong menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun sistem produksi, distribusi dan pelayanan dengan
pengelolaan sumber daya ekonomi local, potensi wisata dan industri
kreatif.
g. Mewujudkan penataan kota,pengembangan wilayah , infrastruktur dan
aksebilitas daerah yang berkualitas dan terintegrasi ( PEMBANGUNAN
WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR)
Peningkatan infrastruktur berkualitas dan aksebilitas daerah yang
terintegrasi serta memastikan pembangunan yang berkelanjutan,
meningkatkan infrastruktur melalui partisipasi masyarakat dengan
menumbuhkan semangat masyarakat dengan slogan Meusigrak
Kabupaten pidie.
h. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan lestari yang
berkelanjutan dan penanggulangan bencana ( SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN)
Memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat
menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan
dan kegunaan sumber daya alam lingkungan hidup dengan tetap
49
menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan dalam kehidupan pada
masa kini dan masa depan secara berkelanjutan, melalui pemanfaatan
ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegitan social
ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi
sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan ; memberi keindahan dan kenyamanan
kehidupan; penanggulangan bencana serata meningkatkan pemeliharaan
pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar
pembangunan.
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut diatas untuk Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie bertanggung jawab dalam pencapaian Misi ke 4 RPJMD
2017-2022 yaitu :Meningkatkankualitas hidup, derajat kesehatan dan
kesejahteraan yang merata dan berkeadilan (KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL).
Tujuan yang akan dicapai adalah mewujudkan kualitas dan derajat
kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan Pidie sehat dan
sejahtera, dengan sasaran yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan akses Pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang berkualitas , merata dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat .
2. Meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Pidie..
52
a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000
penduduk.
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index -API) dari 2 menjadi 1
per 1.000 penduduk.
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi
dibawah 0,5%.
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%.
e. Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%;
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000penduduk.
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat
sosial ekonomi sertagender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untukkesehatan dalam rangka mengurangi
risiko finansial akibatgangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutamapenduduk
miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari
50% menjadi 70 %.
6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis diDaerah Tertinggal, Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan
dan strategi nasonal sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 dengan memperhatikan permasalahan
kesehatan yang telah diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan
kesehatan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan periode tahun
2010 –2014, perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan telah
dicantumkan di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Namun untuk menjamin
terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang dianggap prioritas dan mempunyai daya
ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya yang
bersifat reformatif dan akseleratif. Upaya tersebut meliputi :pengembangan
Jaminan Kesehatan Masyarakat, peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK,
ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, saintifikasi
jamu, pelaksanaan reformasi birokrasi, pemenuhan bantuan operasional kesehatan
53
(BOK), penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK),pengembangan pelayanan
untuk Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class Hospital ). Langkah-langkah
pelaksanaan upaya reformasi tersebut disusun di dalam dokumen tersendiri, dan menjadi
dokumen yang tidak terpisahkan dengan dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2010 –2014 ini. Upaya kesehatan tersebut juga
ditujukan untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang
dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antar
wilayah, gender, dan antar tingkat sosial ekonomi.
1.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Prioritas Nasional RPJMN Tahun 2014-2019 terkait bidang lingkungan
Hidup dititikberatkan pada Prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana. Tema prioritas lingkungan dan pengelolaan bencana diarahkan pada
54
konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan disertai penguasaan dan
pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Diterapkannya berbagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup
termasuk tata ruang dan kajian dampak lingkungan. Berkaitan dengan
instrumen AMDAL telah dilakukan pemantauan RKL-UPL, melakukan audit
lingkungan dan melakukan wajib dokumen pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dalam melaksanakan tugas
kedinasan hanya sebagai instansi pendukung dalam pelaksanaan rencana tata
ruang wilayah
1. Masih tingginya angka kematian bayi dan ibu (AKB dan AKI) di Kabupaten
Pidie.
2. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita di kabupaten
Pidie.
3. Masih tingginya kasus penyakit menular seperti penyakit TB-Paru, kusta,
malaria demam berdarah, filariasis, dan penyakit berbasis lingkungan
lainnya.
4. Ancaman penyakit yang tidak menular seperti Hipertensi, Jantung,
diabetes millitus dan stroke.
5. Masih kurangnya kualitas tenaga medis dan paramedic sehingga
pelayanan terhadap masyarakat khususnya terhadap ibu dan anak belum
optimal.
55
6. Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, sehingga
menyebabkan pelayanan kesehatan belum optimal.
7. Masih terbatasnya informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan ibu dan anak, sehingga ketika pasien menderita
penyakit tidak segera dirujuk.
8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
9. Masih kurangnya jumlah SDM Kesehatan khususnya tenaga spesialis
tertentu untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien dengan
permasalahan yang spesifik.
10. Masih banyak nya puskesmas yang belum terakredtasi.
kesehatan.
56
Bab IV
Visi untuk mewujudkan Pidie sehat mengandung arti yang luas, yaitu
penduduk Kabupaten Pidie yang secara fisik dan mental, sekaligus hidup dalam
lingkungan yang sehat pula. Mandiri berarti setiap individu/keluarga
mempunyai kemampuan untuk memelihara kesehatannya dan secara
keseluruhan Kabupaten Pidie juga memiliki suatu system kesehatan yang
mampu melaksanakan fungsinya secara mandiri. Kemadirian sistem kesehatan
ini adalah dalam hal sarana, tenaga, dana dan penguasaan teknologi
pembangunan kesehatan. Secara Islami mengandung makna yaitu dalam
57
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat petugas menggunakan azas
islami.
59
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahunan. Dengan mengacu pada visi dan misi di atas
serta isu-isu dan analisa strategis yang telah ditetapkan, maka tujuan jangka
menengah Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :
Adapun sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur dan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
Sasaran dirancang pula indikator sasaran atau ukuran tingkat keberhasilan
dalam pencapaian sasaran. Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie
adalah sebagai berikut :
61
pada pelayanan penduduk miskin dan daerah terpencil, yang akan
memberikan daya ungkit pada pencapaian kinerja secara keseluruhan.
62
melalui pendidikan bergelar dan pelatihan-pelatihan. Hal ini akan
didahului dengan melakukan penilaian kebutuhan pendidikan dan latihan
(educatioan and training need assessment). Untuk mencapai distribusi
ketenagaan yang lebih baik, akan diterapkan berbagai sistem insentif dan
dis-insentif, misalnya prioritas promosi dan pendidikan/pelatihan diberikan
kepada SDM yang bekeja ditempat jauh/terpencil.
SASARAN UTAMA
a. Intensifikasi kinerja upaya kesehatan
P2KT diterapkan dalam setiap menyusun RKA Dinas Kesehatan
Semua program menerapkan anggaran berbasis kinerja denan
indikator yang bisa diukur
Setiap penduduk miskin mendapat pelayanan bermutu sesuai
kebutuhannya
Kinerja program didaerah terpencil sama dengan kinerja program
didaerah tidak terpencil
Setiap KLB ditangani secara tepat waktu
b. Intensifikasi promosi, sosialisasi dan advocacy pembangunan kesehatan
63
Pesan-pesan kesehatan disiapkan sesuai dengan tata-nilai budaya
penduduk
Pesan-pesan kesehatan disampaikan melaui berbagai media seperti
mass-media, khotbah, pengajaran di sekolah, kegiatan kesenian
tardisional
Tercapai persamaan cara pandang (paradigma) tentang kedudukan
kesehatan dalam pembangunan, kontribusi kesehatan dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
c. Peningkatan dan pembelajaran organisasi
Setiap unit organisasi Dinas Kesehatan mempunyai uraian tugas rinci
P2KT, DHA dan pedoman manajemen lainnya diterapkan oleh Dinas
Kesehatan
Semua Puskesmas melaksanakan perencanaan sesuai dengan
pedoman penyusunan Rencana Kerja Tahunan
d. Peningkatan jumlah, distribusi dan profesionalisme SDM
Semua Unit-unit Dinas Kesehatan dan Puskesmas memiliki SDM
sesuai dengan standar
Penambahan SDM dengan jenjang pendidikan S2 disetiap Subdin.
Pelatihan Pedoman/SOP manajemen kesehatan tentang DHA, SIK/SIM
dan P2KT
Sistem insentif dan dis-insentif dilaksanakan untuk memenuhi
kebuthanSDM ditempat jauh/terpencil
e. Peningkatan SIK/SIM dan surveilans
Setiap Puskesmas menggunakan IT dalam pengelolaan SIK dan SIM
Teknologi GIS sudah diterapkan TEK (Tim Epidemiologi Kabupaten)
64
BAB V
Pada prinsipnya, program dan kegiatan yang dimuat dalam renstra ini adalah dalam
rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta sebagai landasan dalam
Lebih lanjut, program dan kegiatan ini bersifat indikatif, yakni bahwa informasi
sumberdaya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum dalam dokumen
rencana ini merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat fleksibel. Atas dasar
tersebut, maka program dan kegiatan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie untuk
65
BAB VI
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE YANG MENGACU
PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
b. Meningkatnya jumlah AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun (≥ 2).
68
BAB VII
PENUTUP
pada jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dan seluruh yang terkait dalam
69