Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinas Kesehatan merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah

pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Pidie, yang mempunyai tugas untuk

melaksanakan tugas-tugas pembangunan dalam bidang Kesehatan, dengan

melaksanakan tugas umum pemerintahan dalam pengendalian dan penyehatan

lingkungan, pembinaan pelayanan kesehatan, pengembangan sumber daya

kesehatan dan kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangandan

mengkoordinir secara komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan

kesehatan yang meliputi aspek kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan dan

peningkatan kualitas laporan.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan nyata

masa yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan potensi

sumberdaya yang ada. Perencanaan pembangunan nasional sebagai mana

termaktub dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembangunan nasional akan menghasilkan :

1. Rencana pembangunan jangka panjang


2. Rencana pembangunan jangka menengah
3. Rencana pembangunan tahunan
Sebagai bagian dari sistem perencanaan pembangunan nasional diatas,

maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Strategis

1
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dengan berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD).


Inpres Nomor 7 Tahun 1999 menyebutkan perencanaan strategis

merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai

selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan

memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin

timbul. Rencana strategis mengandung Visi, Misi, tujuan, sasaran, cara

mencapai tujuan dan sasaran yang meliputi kebijakan, program dan

kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.


Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun

2018-2022 ini disusun dengan mengacu pada RPJMD Pemerintah Kabupaten

Pidie tahun 2018-2022. Renstra ini menjadi dasar untuk menyusun Rencana

Kerja Dinas Kesehatan secara bertahap selama lima tahun agar lebih terarah

dan berkesinambungan.
Renstra Dinas Kesehatan memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan

strategi, kebijakan dan program prioritas serta kegaitan yang akan

diaktualisasikan oleh seluruh elemen pemerintah kabupaten Pidie, khususnya

Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie.

1.2 Landasan Hukum

a. Undang-undang No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.
b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2
d. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 741 tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal bidang kesehatan Kabupaten/Kota.


f. Qanun nomor 4 tahun 2016, tentang susunan organisasi dan tata kerja

dinas-dinas Kabupaten Pidie.

1.3 Maksud dan Tujuan

Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2018-2022 disusun

dalam rangka penjabaran RPJMD dengan maksud dan tujuan menyediakan

dokumen perencanan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie untuk kurun

waktu tahun 2018-2022 dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:


1. Sebagai acuan pelaksanaan tugas organisasi dan juga dapat dijadikan acuan

bagi para pemangku kepentingan (Stakeholders) dalam menyusun program

dan kegiatan pembangunan kesehatan.


2. Sinkronisasi tujuan, sasaran, program dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie

dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Pidie.


3. Menyediakan bahan serta pedoman untuk penyusunan Rencana Kerja

Tahunan (RKT) untuk kurun waktu tahun 2018 – 2022.


4. Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten

Pidie beserta Jaringannya dalam pembangunan dibidang Kesehatan

Kabupaten Pidie yang terarah untuk mencapai tujuan dan sasaran

organisasi.

1.4 Sistematika Penulisan

3
Agar lebih terfokus dan terarahnya Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten

Pidie, maka sistematika penyusunan Renstra sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

2.2 Struktur Organisasi

2.3 Sumberdaya SKPD

2.4 Kinerja Pelayanan SKPD

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan SKPD
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah Terpilih


3.3 Telaahan Renstra K/L
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan

Hidup Strategis.
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN

4.1 Visi dan Misi SKPD

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

4.3 Strategi dan Kebijakan SKPD


4
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,

KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN

SASARAN RPJM

BAB VII PENUTUP

5
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan merupakan salah satu perangkat daerah yang
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan
Peraturan Bupati Pidie Nomor 5 tahun 2017, tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Pemangku Jabatan Struktural pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie.

Kepala Dinas mempunyai tugas melakukan tugas umum pemerintahan


dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pembinaan
pelayanan kesehatan, pengembangan sumber daya kesehatan dan kefarmasian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan mengkoordinir secara
komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi aspek
kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan dan peningkatan kualitas laporan.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya di daerah Kepala Dinas Kesehatan


mempunyai fungsi :
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan umum di bidang pengelolaan
kesehatan.
b. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program di bidang pengelolaan
kesehatan.
c. Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan tehnis di bidang pengelolaan
kesehatan.
d. Penyusunan program kerja tahunan, jangka mengengah dan jangka
pajang.
e. Penyusunan program dan kebijakasanaan teknis di bidang kesehatan.
f. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian di bidang kesehatan meliputi
bidang penigkatan upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyehatan
lingkungan dan pemukiman, pelayanan pengobatan, promosi kesehatan,
6
pemulihan kesehatan dan penelitian kesehatan serta pelayanan konseling
trauma.
g. Pelaksanaan pembinaan tehnis di bidang peningkatan sumber daya tenaga
kesehatan, registrasi dan akreditasi tenaga dan sarana kesehatan.
h. Pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan program-program
kesehatan.
i. Pelaksanaan pembinaan operasional di bidang kesehatan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
j. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi perencanaan, pendataan,
kepegawaian, keuangan, peralatan, organisasi dan ketatalaksanaan.
k. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya
dibidang kesehatan.
l. Pembinaan UPTD.
m.Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati
sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie Kepala Dinas dibantu 1 (satu) Sekretariat dan 4(empat) orang Kepala
Bidang yang terdiri dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Kepala Bidang
Pengendalian dan pengendalian Penyakit, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan serta Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dan
Kelompok Jabatan Fungsional. Struktur organisasi seperti pada gambar 1.

2.2 Struktur Organisasi


A. Kepala Dinas
B. Sekretaris, terdiri dari
1. Sub Bag Program, Informasi dan Humas.
2. Sub Bag Keuangan dan Pengelolaan Aset.
3. Sub Bag Hukum, Kepegawaian dan Umum.
C. Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri dari
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi MAsyarakat.

7
2. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
D. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi.
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa
E. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer.
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
3. Seksi Mutu Pelayanan Tradisional.
F. Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri dari
1. Seksi Kefarmasian.
2. Seksi Alat Kesehatan dan Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).
3. Seksi Sumber Daya MAnusia Kesehatan.
G. Kelompok Fingsional
H. Unit Pelaksana Tehnis Dinas (UPTD)

8
Gambar1. Struktur Orgamnisasi Dinas Kesehatan

Kepala Dinas

Kelompok Fungsional

Sekretaris

Subbag Subbag
Subbag
Keuangan dan
Program, Hukum,
Pengelola Aset
Informasi dan Kepegawaian
Humass dan Umum

Bidang Bidang Bidang Bidang


Kesehatan Masyarakat Pencegahan dan Pelayanan Kesehatan Sumber Daya Kesehatan

Pengendalian Penyakit

Seksi Kesehatan Seksi Kefarmasian


Seksi Surveilans Seksi Pelayanan
Keluarga dan Gizi
dan Imunisasi Kesehatan
Masyarajat
Primer

Seksi Promosi dan Seksi Pelayanan Seksi Alkes dan PKRT


Seksi Pencegahan
Pemberdayaan Kesehatan
dan Pengendalian
Masyarakat Rujukan
Penyakit Menular

Seksi Kesehatan Seksi Pencegahan dan Seksi Mutu Seksi Sumber Daya

Lingkungan, Kesehatan Pengendalian Penyakit Pelayanan Manusia Kesehatan


Tidak Menular dan
Kerja dan Olah raga Tradisional
Kesehatan Jiwa

UPTD

UPTD

UPTD

9
Uraian Tugas masing-masing pejabat struktural di atas adalah sebagai berikut :
A. Kepala Dinas Kesehatan
Mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pembinaan pelayanan
kesehatan, pengembangan sumber daya kesehatan dan kefarmasian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan mengkoordinir secara
komprehensif seluruh aspek kegiatan pelayanan kesehatan yang meliputi
aspek kesiapan tenaga, kinerja, mutu pelayanan dan peningkatan kualitas
laporan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie mempunyai fungsi:
1. Merumuskan kebijakan umum di bidang kesehatan
2. Menyusun rencana dan progrom kesehatan.
3. Merumuskan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
4. Merumuskan dsan menyusun rencana kerja tahunan, jangka menengah
dan jangka panjang.
5. Penyusunan program dan kebijakan teknis dibidang kesehatan.
6. Melaksanakan pembinaan dan pengendalian dibidang kesehatan
meliputi bidang peningkatan upaya kesehatan, pencegahan penyakit,
penyehatan lingkungan dan pemukimam, pelayanan pengobatan,
promosi kesehatan, pemulihan kesehatan dan penelitian kesehatan
serta pelayanan konseling trauma.
7. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang peningkatan sumber daya
tenaga kesehatan, registrasi dan akreditasi tenaga dan sarana
kesehatan.
8. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan
program-program kesehatan.

10
9. Melaksanakan pengelolaan administrasi umum yang meliputi
perencanaan, pendataan, kepegawaian, keuangan, peralatan,
organisasi dan ketatalaksanaan.
10. Pelaksanaan pembinaan operasional di bidang kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
11. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait
lainnya dan instansi Dinas kesehatan Kabupaten dibidang kesehatan.
12. Pembinaan UPTD.
13. Pembinaan kelompok fungsional.

B. Sekretariat
Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pelaksanaan
dan pemberian dukungana administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan dinas. melakukan pembinaan dan pengelolaan administrasi
umum, perlengkapan, peralatan, kerumahtanggaan, perpustakaan,
keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, hukum, hubungan masyarakat
dan koordinasi penyusunan program kerja, serta pelayanan administrasi
kepada semua satuan kerja dilingkungan Dinas.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretaris mempunyai fungsi:
1. Pembinaan dan pengelolaan administrasi umum, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga, penataan arsip dan
dokumentasi serta organisasi dan ketatalaksanaan.
2. Penyusunan rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang serta
pengkajian dan evaluasi secara berkala.
3. Penyusunan program kerja dan kegiatan, pengumpulan dan pengobatan
data serta penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan.
4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta evaluasi terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan.
5. Penyiapan data, informasi dan hubungan masyarakat.
6. Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja dinas.
11
7. Pelaksanaan koordinasi dengan bidang dan unit pelaksana teknis dinas
dalam bidang penyusunan program dan evaluasi serta pelaporan.
Sekretaris dibantu 3 (tiga) orang kepala Sub Bagian yang terdiri dari :

1. Kepala Sub Bagian Program, informasi dan Humas, mempunyai tugas


penyiapan dan koordinasi penyusunan rumusan program dan informasi
serta penatalaksanaan hubungan masyarakat yang menjadi tanggung
jawab dinas
2. Kepala Sub Data dan Penyusunan program, yang mempunyai tugas
melakaukan
3. Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan, mempunyai tugas
penyiapan dan koordinasi penatalaksanaan hukum, kepegawaian dan
dukungan administrasi umum yang menjadi tanggung jawab dinas.

C. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat


Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasioanal di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bidang Kesehatan Masyarakat
mempunyai fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan kerja dan olah
raga;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan keluarga,
gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;

12
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dibantu 3 (tiga) orang Kepala Seksi
yang terdiri dari:
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat melaksanakan tugas
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantaun, evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat.
2. Seksi promosi dan Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan tugas
penyiapan perumusan dan pelaksaan kebijakan operasional, bimbingan
dan teknis dan supervisi, serta pematauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang promosi dan pemberdayaan masyarakat.
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga
melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah
raga.

D. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular dan kesehatan jiwa.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit mempunyai fungsi:

13
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
2. Penyiaan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans dan imunisasi,
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas seuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dibantu 3
(tiga) orang Kepala Seksi yang terdiri dari:
1. Seksi Surveilans dan Imunisasi melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bembingan kenis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
Surveilans dan Imunisasi.
2. Seksi Pencegahan dan Pengandalian Penyakit Menular melaksanakan
tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional,
bimbingan teknis dan upervisi, serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan
pelaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang pencegahan dan pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.

14
E. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Bidang Pelyanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan
mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, bidang Pelayanan Kesehatan
menyelenggarankan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
peningkatan mutunya, serta pelayanan kesehatan tradisional;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
serta pelayanan kesehatan tradisional;
4. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk peningkatan mutunya,
serta pelayanan kesehatan tradisional;dan
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainya yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Pembinaan Pelayanan Kesehatan dibantu 3 (tiga) orang Kepala
Seksi yang terdiri dari:
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan primer.
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan Rujukan.

15
3. Seksi Mutu pelayanan Tradisional melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta peningkatan mutu
fasyankes di pelayanan kesehatan tradisional.

F. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan


Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,
alat kesehatan da Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga ssera sumber daya
manusia kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, bidang Sumber Daya
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber
daya manusia kesehatan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan;
3. Penyiapan bimbingan teknis dan supervise di bidang kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan;
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga PKRT serta sumber
daya manusia kesehatan.
5. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan dibantu 3 (tiga) orang Kepala Seksi
yang terdiri dari:
1. Seksi Kefarmasian melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kefarmasian.

16
2. Seksi Alat Kesehatandan Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga
melaksanakan tugas penyiapan perumusan dan pelaksanakan kebijakan
operasional, bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi
dan pelaporan di bidang Alat Kesehatan dan PKRT.
3. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan melaksanakan tugas penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional, bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

G. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)


Melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan dibidang pelayanan
kesehatan.

H. Kelompok Jabatan Fungsional


Melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan sesuai dengan keahlian dan
kebutuhan.

2.3 SUMBER DAYA DINAS KESEHATAN

Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Dinas


Kesehatan Kabupaten Pidie memiliki sumberdaya sebagai berikut:

2.3.1 Sumber Daya Manusia

Data pegawai pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie per 31 Desember


2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan

Eselon II ESELON III ESELON IV Non Eselon/Staff Jumlah

17
Fungsional Staf

1 5 15 1264 277 1562

Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan

S2 S1 D3 SLTA SLTP SD Jumlah

18 135 628 756 21 4 1562

Tabel 2.3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Pangkat
A B C d Jumlah
/Golongan

IV 17 1 1 0 19

III 85 157 110 174 526

II 122 280 225 364 991

I 1 2 15 8 26

Jumlah 1562

18
Tabel 2.4
Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi
Pendidikan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Tahun 2017

NO PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN


I. Medis
1. Dokter Umum 49
2. Dokter Gigi 10
II. Sarjana Kesehatan Masyarakat
1. Magister Kesehatan Masyarakat 13
2. Sarjana Kesehatan Masyarakat 43
3. Apoteker 2
III. Paramedis
1 Sarjana Keperawatan 2
2 S1/D-IV Kebidanan 6
3 S1/D-IV GIGI 0
4 Akademi Bidan 117
5 Akademi Keperawatan 255
6 Bidan 399
7 Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) 168
8 Akademi Keperawatan Gigi 13
9 Sekolah Pendidikan Perawat Gigi (SPRG) 16
IV. PARAMEDIS NON PERAWAT
1 S1/D-IV Gizi 1
2 Akademi Gizi 3. 14
3 Akademi Kesehatan Lingkungan/APK 186
4 Akademi Analisis Kesehatan 11
5 Akademi Farmasi 8
6 Akademi Farmasi dan Makanan 6
7 APIKES 4
8 Akademi Fisioterapi 5
9 ATEM 1
10 Sekolah Pendidikan Analis (SPA) 11
11 Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) 4
12 Sekolah Penilik Pembantu Hygiene (SPPH) 32
13 Sekolah Menengah Farmasi (SMF) 15
V. PARAMEDIS PEMBANTU
1 Pekarya Kesehatan (SMA +) 0
VI NON KESEHATAN/ ADMINISTRASI/
1 Sarjana Non Kesehatan (S2) 5
2 Sarjana Non Kesehatan (S1) 32
3 Sarjana Muda Non Kesehatan (D3) 8
4 Sekolah Teknik Mesin (STM) 0
5 Sekolah Menengah atas (SMA) & (SMKK) 111
6 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21
7 Sekolah Dasar (SD) 4
JUMLAH 1562

19
2.3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Dinas
Kesehatan Kabupaten Pidie seperti terlihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5
Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan Di Kabupaten Pidie Tahun 2017

NO SARANA KESEHATAN JUMLAH KETERANGAN


1 Puskesmas Perawatan 8 Pemerintah
2 Puskesmas Non Perawatan 18 Pemerintah
3 Puskesmas pembantu 70 Pemerintah
4 Puskesmas keliling 32 Pemerintah
5 Rumah Sakit Umum Daerah 2 Pemerintah
6 Rumah Sakit Umum 3 Swasta
7 Rumah Bersalin 2 Swasta
8 Rumah Sakit Ibu dan Anak 0 Pemerintah
9 Laboratorium Swasta 1 Swasta
10 Optikal 2 Swasta
11 Apotik 10 1 Pemerintah, 9 swasta
12 Posyandu 816 UKBM
13 Poskesdes 124 Pemerintah
14 Balai Pengobatan/klinik 5 Swasta
15 Praktek dokter bersama 2 Swasta
16 Praktek dokter perorangan 55 Swasta
17 Gudang Farmasi Kabupaten 1 Pemerintah
18 Toko Obat berizin 169 Swasta

2.4 Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan

Pelayanan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie kepada


masyarakat diantaranya:

1. Program obat dan perbekalan kesehatan.


2. Program upaya kesehatan masyarakat.
3. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat.
4. Program perbaikan gizi masyarakat.
5. Program pengembangan lingkungan sehat.

20
6. Program kefarmasian dan alat kesehatan.
7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular.
8. Program standarisasi pelayanan kesehatan.
9. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin.
10. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana
dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya.
11. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana
dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-
paru/rumah sakit mata.
12. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah
sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata.
13. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita.
14. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia.
15. Program penurunan angka kematian anak.
16. Program kesehatan ibu.
17. Program pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
18. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria dan penyakit
menular lainnya.
19. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan
anak.

2.5 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Kesehatan


Adapun analisa SWOT dalam menghadapi tantang dan peluang Dinas
Kesehatan Kabupaten Pidie dapat kami uraikan sebagai berikut :
A. Kekuatan (Strenght)
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Sarana dan Prasarana (Peralatan dan Inventaris Kantor)
3. Pembiayaan (Anggaran)
4. Komitmen Pimpinan Organisasi
5. Konsep Perencanaan teknis yang baik
6. Adanya peraturan perundang-undangan yang jelas bidang
Kesehatan
7. Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan Kabupaten.
21
B. Kelemahan (Weakness)
1. Masih kurangnya SDM yang mempunyai keahlian/ketrampilan
khusus
2. Peralatan kesehatan yang minim dan sebagian dalam kondisi rusak
untuk menunjang pekerjaan.
3. Anggaran yang tersedia belum cukup untuk membiayai
program/kegiatan yang ada.
4. Inkonsistensi pimpinan organisasi dalam pengambilan keputusan
5. Implementasi konsep perencanaan yang tidak sesuai dengan yang
disepakati.
6. Geografis Kabupaten Pidie yang diapit oleh gunung dan laut

Lingkungan Eksternal
A. Peluang (Opportunity)
1. Adanya dukungan swasta, LSM/NGO’s dan masyarakat yang
bergerak dibidang kesehatan.
2. Adanya Dinas, Departemen dan Lembaga terkait lainnya dalam
mendukung program dan kegiatan
3. Adanya Komitmen Anggota Legislatif yang kuat untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan
4. Adanya Komitmen Pimpinan Daerah yang kuat untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan

B. Ancaman (Threat)
1. Belum maksimalnya sumber daya yang dimiliki pihak swasta,
LSM/ NGO’s dan masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Kurangnya koordinasi antar instansi terkait dalam setiap
pelaksanaan proyek
3. Tidak tercapainya hasil pengawasan anggaran dan pelayanan
yang maksimal.
22
4. Bencana Alam (Gempa Bumi, Longsor, Banjir, dan lain-lain)
5. Keterlambatan Juklak maupun Juknis untuk kegiatan yang dibiayai oleh
pemerintah pusat
6. Keterbatasan Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk mendukung
program dan kegiatan

23
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pada aspek kelembagaan Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie masih


terdapat kelemahan, diantaranya:

a. Jumlah tenaga kesehatan secara kuantitatif sudah mencukupi meskipun ada


beberapa tenaga yang kurang, namun secara kualitas tenaga masih belum
memadai.
b. Dinas Kesehatan mempunyai beban tugas yang besar karena bertanggung
jawab terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut
membutuhkan kelembagaan yang kuat disertai dengan kewenangan yang
memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan yang telah
ditetapkan.

Secara umum, permasalahan-permasalahan yang dihadapi Dinas Kesehatan


untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi adalah sebagai berikut:

1. Peralatan kesehatan belum memadai dan sebagiannya rusak.


2. Tenaga medis masih terbatas (dokter, dokter gigi).
3. Tenaga paramedis tertentu yang masih terbatas seperti: Analis kesehatan,
Farmasi, Gizi, tehnis medis.
4. Pemerataan tenaga kesehatan masih belum merata.
5. Pendanaan di bidang kesehatan yang masih rendah.
6. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Kesehatan.
7. Masih banyak puskesmas yang belum terakreditasi.
8. Penerapan manajemen puskesmas di puskesmas masih lemah.

3.1.1 Analisis Situasi

a. Angka Kematian

24
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat
tertentu dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat
menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat suatu
wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di bidang
kesehatan. Tingkat kematian secara umum sangat berhubungan erat
dengan tingkat kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat
diketahui secara langsung dan tidak langsung. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas adalah sosial ekonomi,
pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan,
upaya kesehatan dan fertilitas

1. Angka Kematian Bayi

Anak bayi dan balita identik dengan perkembangan masa tumbuh


kembang yang selalu diiringi dengan tahapan perkembangan yang cukup
rentan dengan berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang
disebabkan kekurangan dan kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu.
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator kunci yang
digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (AAH).

Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per


1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka
Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang sangat berguna
untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan dapat
mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan
secara umum, status kesehatan penduduk secara keseluruhan serta
tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Beberapa hal yang
dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah tingkat kesakitan dan
status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan.
Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian faktor yang

25
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang mempengaruhi
perkembangan fungsi dan organ janin.

Kematian bayi yang dilaporkan di wilayah kerja Dinas Kesehatan


Kabupaten Pidie tahun 2017 sebanyak 116 orang atau angka kematian
dilaporkan 15 / 1000 kelahiran hidup, dengan rincian laki-laki sebanyak 67
bayi dan perempuan sebanyak 49 bayi. Angka kematian bayi sebesar 15
per 1.000 kelahiran hidup.

Grafik 3.1

Angka Kematian Bayi (AKB)

Kabupaten Pidie Tahun 2017

26
2. Angka Kematian Anak Balita

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian Anak umur 0 – 4


tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita menggambarkan
tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor - faktor lain yang
berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit
infeksi dan kecelakaan.
Angka kematian anak balita berdasarkan hasil laporan rutin dapat
dilihat bahwa nilai AKB pada tahun 2017 adalah 132 atau 17/1000 kelahiran
hidup, terjadi sedikit penurunan jumlah kematian dibandingkan tahun
sebelumnya berjumlah 149 kematian balita (19/1000) kelahiran hidup.

Grafik 3.2

Angka Kematian Balita (AKABA)

Kabupaten Pidie tahun 2017

27
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Yang dimaksud dengan kematian ibu adalah kematian perempuan
pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh dl.

Angka kematian ibu maternal berguna untuk menggambarkan


tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Keberhasilan pembangunan
sektor kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai
indikator utamanya.

28
Tercatat pada tahun 2017 jumlah kematian ibu di Kabupaten Pidie
sebanyak 16 kasus (195 per 100.000 kelahiran hidup). Oleh karena itu
harus dilakukan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dimana
salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan upaya promosi
kesehatan dan akses pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu nifas yang
merata.
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui rutin melaksanakan pembinaan
kepada ibu hamil dengan pemasangan stiker P4k dan Audit Maternal
Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian
tersebut.

Adapun Wilayah kerja Puskesmas yang masih ada kematian yaitu


Puskesmas Teupin Raya (3 kasus), Tangse, Sakti dan Pidie masing-masing
2 kasus sedangkan Puskesmas Glp. Tiga, Mutiara Timur, Ujong Rimba,
Peukan Baro, Simpang Tiga, dan Kota Sigli masing-masing 1 kasus. Dari 26
puskesmas, ada 16 puskesmas yang tidak ada kasus kematian

b. Angka Kesakitan

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden


maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Tuberkulosis.
Penanggulangan penyakit tuberkulosis menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan Pemerintah
Indonesia di seluruh puskesmas yang diitegrasikan dalam pelayanan
kesehatan dasar. Tujuan dari program Pemberantasan TB Paru adalah
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan
29
penyakit tuberkulosis, memutuskan mata rantai penularan serta mencegah
terjadinya MDR Tuberkulosis. Target program ini ialah tercapainya
penemuan pasien baru TB BTA Positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan
menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta
mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat
prevalensi dan kematian akibat tuberkulosis.

2. Case Notification Rate (CNR) Tuberkulosis


Case Notification Rate (CNR) adalah angka yang menunjukkan
jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000
penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini berguna untuk menunjukkan
kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada
wilayah tersebut. Pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus baru BTA
positif (BTA+) sebanyak 223 kasus. Hal ini menurun bila dibandingkan
kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2016 sebesar 351 kasus. Jumlah
kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di Puskesmas Sakti sebanyak 29
kasus, di ikuti Puskesmas Ujong Rimba sebanyak 21 kasus dan dengan
jumlah 13 kasus masing-masing puskesmas yaitu Teupin Raya, Mutiara
Barat dan Muara Tiga.

CNR (Case Notification Rate) Kabupaten Pidie adalah 223 orang atau
51,5 per 100.000 penduduk.

3. Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA (+).


Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah
Case Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA(+) yang
ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA(+) yang
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Jumlah kasus baru TB paru
BTA(+) Kabupaten Pidie tahun 2017 berjumlah 223 kasus. CDR (Case
Detection Rate) tahun 2017 adalah 32%.

30
4. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA(+)
TB dapat menyebabkan kematian apabila tidak diobati, 50% dari
pasien akan meninggal setelah 5 tahun. Keberhasilan pelaksanaan program
penanggulangan TB Paru dapat diukur dari pencapaian angka kesembuhan
penderita.

Pada Tahun 2017 Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA+


(Cure Rate) di Kabupaten Pidie sebesar 89,46% dengan rincian laki-laki
90,1% Perempuan 89%. Sementara Angka kematian selama pengobatan
sebesar 1,8% per 100.000 penduduk atau 8 kasus.

5. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani


Sistem imunitas pada anak yang lemah atau belum terbentuk
sempurna tidak mampu membasmi infeksi awal yang ringan, sehingga
infeksi dapat menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia.
Pneumonia pada anak dapat menyebabkan sulit bernapas dan asupan
oksigen berkurang.
Anak-anak yang memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia,
antara lain:
 Bayi yang tidak mendapat air susu ibu (ASI)
 Anak yang kurang gizi
 Anak-anak dengan HIV
 Anak yang terkena infeksi campak
 Tidak mendapatkan imunisasi

Perkiraan pneumonia pada balita di Kabupaten Pidie tahun 2017 atau


10% dari jumlah Balita yaitu 5.105, jumlah kasus pneumonia ditemukan
sebanyak 971 kasus, terjadi lonjakan kasus sejak lima tahun terakhir yaitu
dari tahun 2013 sampai dengan 2017.

31
Grafik 3.3

Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita

Kabupaten Pidie Tahun 2013 s/d 2017

6. Cakupan penemuan dan penanggulangan penderita penyakit


“Acute Flaccid Paralysis” (AFP)

AFP dalam bahasa yang lebih mudah dipahami adalah semua


penyakit yang mempunyai gejala lumpuh layu yang bersifat mendadak
tanpa didahului oleh ruda paksa (kecelakaan dan trauma lainnya).

Penyakit ini meskipun dapat menyerang semua usia, namun


sebagian besar (50 - 70 %) akan menyerang anak usia dibawah tiga tahun,
selain kelumpuhan anggota gerak, dapat terjadi kelumpuhan bulbair yang

32
memerlukan respirator sehingga biaya perawatan yang lebih mahal karena
cacat fisik yang menetap.

Berdasarkan data survailen tahun 2017, jumlah penduduk Pidie yang


berusia <15 tahun berjumlah adalah 148.632 jiwa dengan jumlah kasus
AFP (Non Polio) yang ditemukan sebanyak 3 kasus. Penderita kelumpuhan
AFP diperkirakan 2 diantara 100.000 anak usia <15 tahun. Dari jumlah
kasus AFP (Non Polio) yang ditemukan di Kabupaten Pidie, maka diperoleh
AFP rate (Non Polio) adalah 2 per 100.000 penduduk.

7. Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS dan Kematian karena AIDS


Beberapa tahun lalu, diagnosis positif HIV atau AIDS seringkali
diibaratkan seperti bunyi lonceng kematian. Namun, saat ini perkembangan
dunia pengobatan kini HIV sebenarnya ada obatnya. Seperti halnya dengan
penyakit kronis atau menahun lainnya. Meskipun tidak dapat
menghilangkan penyakit, namun dengan terapi obat yang tepat dapat
membantu memperpanjang harapan hidup.
Dengan menjalani terapi Anti Retroviral (ARV), orang yang terinfeksi
virus HIV tetap bisa memiliki umur yang panjang, sehat, dan produktif.
Terapi ARV secara teratur sangat penting bagi orang dengan HIV positif,
karena akan menekan jumlah virus HIV yang ada di tubuh sekaligus
menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).
Minum obat ARV bagi mereka yang HIV positif akan mencegah
penularan pada orang lain, mencegah munculnya gejala AIDS, menjaga
produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup, kata Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M. Subuh,
selama ini bahkan hingga saat ini, pemerintah tetap menjamin ketersediaan
pengobatan ARV. Pada 2017, Kemenkes menganggarkan dana lebih kurang
Rp 800 miliar agar masyarakat, khususnya orang dengan HIV-AIDS atau
para ODHA, bisa mendapatkan dan memanfaatkannya secara gratis.
Menurut Subuh, semua ODHA bisa memulai Terapi ARV. Pada masa lalu,
tidak semua ODHA bisa memulai terapi ARV, hanya ODHA dengan
persyaratan klinis tertentu.
33
Penelitian klinis beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa orang
yang terinfeksi HIV sebaiknya memulai terapi ARV dini (tanpa memandang
jumlah CD4). Sebab, itu terbukti memiliki manfaat yang baik untuk
kesehatan dan ketahanan hidup pasien.
Kemenkes menyambut baik kabar gembira tersebut dengan
melakukan inovasi treat all pada 2018. Yakni semua ODHA di Indonesia
dapat memulai terapi ARV berapapun jumlah CD4 nya.”
Pada tahun 2017 dilaporkan ada 1 kasus HIV, 6 Kasus AIDS
(Aquiared Immuno Devisiency Syndrome) terdiri dari 5 orang laki-laki dan 1
orang perempuan. Semua kasus AIDS (6 orang) di Kabupaten Pidie tahun
2017 meninggal. Bila dibandingkan dengan tahun 2016 jumlah kasus HIV
turun drastis dari 5 kasus menjadi 1 kasus, namun sebaliknya kasus AIDS
bertambah 2 kasus dari 4 menjadi 6 kasus.

Grafik 3.4
Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan kematian AIDS
Kabupaten Pidie 2017

34
8. Kasus Diare Ditangani
Peyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti lndonesia karena morbiditas dan mortalitas
yang masih tinggi. Pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari
terserangnya penyakit diare, dimana tidak hanya berdampak pada
penderitanya akan tetapi juga berpotensi dalam penyebaran terhadap
keluarganya.

Untuk pencegahan terkena diare dapat dilakukan dengan beberapa


cara yakni :

- Hindari makanan yang terkena sinar matahari langsung.


- Kelola sanitasi dengan baik untuk mencegah pencemaran lingkungan
terutama air yang kita konsumsi.
- Jangan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi misalnya
dihinggapi lalat dan minumlah air yang sudah dimasak.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
Dinas kesehatan Kabupaten Pidie mencatat jumlah penderita diare tahun
2017 mencapai 10.822 penderita.

9. Prevalensi Penyakit Kusta

35
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat
menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,
mata dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indicator
eliminasi kusta adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate
(NCDR).

Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta


adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata).
Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas, bila angka proporsi
kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan
penderita akibat rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan
masyarakat tentang tanda/gejala penyakit kusta.

Di Kabupaten Pidie jumlah kusta kasus baru pada anak umur 0-14
tahun berjumlah 9 kasus, sedangka penderita cacat tingkat II yaitu 4
kasus.

Dalam rangka penanggulangan penyakit kusta di Kabupaten Pidie


dilakukan upaya penemuan dan pengobatan penderita kusta dimasing-
masing wilayah Puskesmas. Tahun 2017 di Kabupaten Pidie ditemukan 66
kasus penyakit kusta, yang terdiri dari 37 penderita kusta MB dan 29
penderita kusta PB, dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar
15,3 per 100.000 penduduk.

10. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


(PD31).
Berikut akan disajikan gambaran penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) yaitu Polio, Pertusis, Tetanus Non Neonatorum, Tetanus
Neonatorum, Campak, Difteri dan Hepatitis B yang didapatkan dari
berbagai sumber pelaporan seperti Surveilans Eppidemiologi, Surveilans
36
Terpadu Penyakit (STP) dan Sistem Pencatatan Pelaporan Puskesmas
(SP3).

a. Difteri
Penyakit difteri tengah mewabah dan menjadi sorotan, banyak daerah
di Indonesia telah melaporkan kasus ini. Bahkan pemerintah lewat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan hal ini sebagai
Kejadian Luar Biasa (KLB). Untuk menanggulangi wabah difteri yang terjadi
di Indonesia, pemerintah mengadakan pemberian ORI ( Outbreak Response
Immunization) atau imunisasi penanganan kejadian luar biasa pada daerah
yang terkena kasus difteri. Karena tak sedikit kasus difteri yang berujung
dengan kematian.
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi di
selaput lendir hidung dan tenggorokan. Bakteri yang menginfeksi bernama
Corynebacterium diphtheriae. Umumnya penyakit difteri diawali dengan
rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya kelenjar
getah bening. Namun gejala khas dari difteri adalah munculnya sebuah
selaput berwarna putih keabuan di sekitar bagian belakang tenggorokan.
Selaput ini bernama pseudomembran yang dapat berdarah jika dikelupas.
Kondisi ini mungkin akan menyebabkan rasa sakit saat menelan. Pada
beberapa kasus, gejala ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher yang disebut bullneck.
Difteri sangat mudah menular dari seorang yang sebelumnya telah
terinfeksi. Salah satu media penularan bakteri ini adalah melalui udara,
yaitu saat pengidap difteri batuk atau bersin. Selain itu, interaksi langsung
dengan luka akibat difteri juga dapat menularkan virus. Penyakit ini
termasuk mematikan karena dapat menyebabkan infeksi nasofaring yang
bisa berdampak kesulitan bernapas dan menyebabkan kematian. Selain itu,
difteri juga bisa menyebabkan komplikasi yang serius.

37
Bakteri penyebab difteri bekerja dengan cara membunuh sel-sel sehat
dalam tenggorokan dengan racun yang ia hasilkan, sehingga sel-sel
tersebut mati. Kumpulan sel mati ini kemudian membentuk lapisan abu-abu
pada tenggorokan. Racun dari bakteri juga dapat menyebar ke aliran
darah, sehingga menyebabkan jantung, ginjal dan sistem saraf menjadi
rusak.
Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin
penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Idealnya, vaksin ini diberikan
minimal tiga kali seumur hidup sejak berusia dua tahun. Vaksin ini akan
efektif jika diberikan setiap 10 tahun.
Jadi sebenarnya bukan penyakit baru, penyakit lama yang harusnya
sudah hilang dengan vaksinasi, tapi karena ada kelompok-kelompok anti
vaksinasi sehingga penyakit ini muncul kembali.
Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan, Jane
Soepardi menjelaskan sejak tahun 1990-an, kasus difteri di Indonesia ini
sudah hampir tidak ada, baru muncul lagi pada tahun 2009.
Sejak Januari sampai dengan Desember 2017 Kabupaten Pidie
tercatat 12 kasus difteri.
b. Pertusis
Penyakit pertusis adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
Bordetella Pertusis. Pertusis merupakan penyakit yang toxin mediated,
toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar saluran napas atas)
akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran sekret
saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumoni. Tahun 2017
di kabupaten Pidie tidak ditemukan adanya kasus Pertusis.

c. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan
Clostridium Tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan
kematian. Upaya pengendalian penyakit Tetanus Neonatorum yaitu untuk

38
mencapai status eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN). Pada tahun 2017 di
Kabupaten Pidie tidak ditemukan adanya kasus Tetanus Neonatorum.

d. Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada
balita, anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus
campak. Penularan campak dapat terjadi melalui udara yang
terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi.
Adapun gejala penyakit campak yaitu: demam, bercak kemerahan,
batuk pilek, conjuctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada
muka, leher kemudian keseluruh tubuh. Komplikasi Campak : diare hebat,
peradangan telinga dan pneumonia.
Jumlah kasus campak di Kabupaten Pidie tahun 2017 yaitu 323 kasus,
tingginya kasus campak karena masih banyak bayi/balita yang tidak
melakukan imunisasi serta masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran
masyarakat untuk melakukan imunisasi.

e. Polio
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan bahwa
setiap tanggal 24 Oktober diperingati sebagai Hari Polio Sedunia. Bukan
tanpa alasan WHO menetapkan hari besar ini. Melalui Hari Polio Sedunia,
WHO ingin mengingatkan masyarakat, terutama para orang tua, betapa
pentingnya mengimunisasi anak agar terhindar dari penyakit polio.
Meski Indonesia telah dinyatakan bebas polio sejak tahun 2014,
namun WHO masih meminta kita untuk melakukan upaya vaksinasi,
mengingat adanya importasi virus liar.
Penyakit polio disebabkan oleh virus yang bernama poliovirus (PV).
Virus ini umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus tersebut. Selain
melalui kotoran, virus polio juga dapat menyebar melalui tetesan cairan
yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam tubuh manusia,
39
virus polio akan menjangkiti tenggorokan dan usus. Namun dalam
beberapa kasus, infeksi virus polio dapat menyebar ke aliran darah,
kemudian menyerang sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

Penyakit yang umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini


ditandai dengan muculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher,
serta sakit ditungkai dan lengan.

Di Kabupaten Pidie pada tahun 2017 berdasarkan laporan bidang PMK


(Pengendalian Masalah Kesehatan) tidak ditemukan adanya kasus Polio.

f. Hepatitis B
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2017, ujarnya, 7,1%
penduduk Indonesia mengidap hepatitis B. Setiap tahun terdapat 5,3 juta
ibu hamil. Sementara itu, hepatitis B (HBsAg) reaktif pada ibu hamil rata-
rata 2,7%. Dengan begitu, setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi
yang 95% berpotensi mengalami hepatitis kronis pada 30 tahun kemudian.
Kemenkes menargetkan pada 2018 60% kabupaten/kota melakukan
deteksi dini hepatitis B. Selanjutnya 90% kabupaten/kota melakukan
deteksi dini hepatitis B pada 2019 sehingga pada 2022 ditargetkan
penularan hepatitis dari ibu hamil ke anak dapat diputus.

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus


Hepatitis B" (VHB), suatu anggota family hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian
kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.
Berdasarkan sreening Ibu Hamil yang dilakukan oleh bidang PMK,
jumlah kasus hepatitis B pada tahun 2017 berjumlah 11 kasus.

1. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia
merupakan negara tropis yang secara umum mempunyai risiko terjangkit

40
penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum,
kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap
kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan
pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah
kehilangan nyawa.

Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat


mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang sering menimbilkan kejadian luar biasa (KLB) di
Indonesia.

Jumlah kasus DBD pada tahun 2017 adalah 357 kasus,. Kematian
akibat DBD pada tahun ini sebanyak 1 kasus dengan Case Fatality Rate
(CFR) sebesar 0,3 %. Incidence rate DBD pada tahun 2017 adalah 83 per
100.000 penduduk.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Pidie tahun 2017 sebanyak 357


kasus terdiri dari 196 penderita laki-laki dan 161 penderita perempuan
(Incidence Rate/Angka kesakitan = 83 per 100.000 penduduk) dengan
angka kematian 1 orang dengan CFR 0,5%. Bila dilihat dari indikator CFR,
maka CFR Kabupaten Pidie tahun 2017 masih dibawah indikator nasional
(<1%).

Dalam penanganan kasus DBD perlu melibatkan dan dukungan


semua sektor, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta, dengan
gerakan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 3 M (menguras – mengubur
- menutup tempat penampungan air). Upaya lain yaitu melakukan
pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan pengenalan
dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.

2. Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria.

41
Angka kesakitan malaria untuk Kabupaten Pidie diukur dengan Annual
Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2017 ditemukan kasus penyakit
malaria positif sebanyak 5 orang dengan hasil pemeriksaan laboratorium
dan RDT. Berdasarkan capaian API/1000 penduduk, penyakit malaria di
Kabupaten Pidie tahun 2017 relatif terkendali, yaitu dengan capaian API
0,2/1000. Sedangkan angka kematian akibat penyakit malaria nol.

Adapun wilayah kerja Puskesmas yang masih terdapat kasus malaria


yaitu Mane dan Tangse dengan kategori wilayah pegunungan.

3. Filariasis.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasist berupa cacing
filaria yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu wuchereria bancrofti, brugia
malayi dan brugia timori. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit
infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit
ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan
kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur
hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, sehingga dapat
menimbulkan stigma sosial.

Di Kabupaten Pidie tahun 2017 tidak ditemukan adanya kasus baru


Filariasis, tetapi terdapat 78 semua kasus (kasus lama) dengan angka
kesakitan18 per 100.000 ribu penduduk.

C. STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator,
antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi
Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).

Status gizi masyarakat dapat memberikan gambaran terhadap


derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


42
Kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) sayangnya tidak menjadi prioritas
pemberitaan di media nasional kita. Informasi terkini tentang jumlah BBLR
pun hanya bisa kita dapatkan di situs-situs perguruan tinggi tertentu yang
pernah mengadakan penelitian mengenai bayi yang lahir dengan berat
badan rendah.
Ada beberapa faktor penyebab lahir rendah antara lain usia ibu yang
terlalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun), jarak kehamilan terlalu dekat dan penyakit yang diderita ibu hamil
(preklamsia/eklamsia, anemia, hipertensi), paritas (riwayat kehamilan),
kelainan kromosom dan faktor sosial ekonomi.
Ibu hamil yang merokok, mengkonsumsi alkohol atau narkoba juga
beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Mengkonsumsi
tembakau kunyah juga dipastikan menjadi salah satu penyebab BBLR,
dimana kebiasaan ini masih dilakukan oleh sebagian wanita (termasuk ibu
hamil) yang hidup di daerah pelosok.
Status gizi bayi dapat dilihat dari kasus bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) yaitu kurang dari 2.500 gram yang merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan
kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Dinegara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi
buruk, Anemia, Malaria dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Kasus bayi BBLR di Kabupaten Pidie tahun 2017 yaitu 344 bayi atau
4,5% dari jumlah bayi lahir hidup.
2. Status Gizi Balita.
Gizi Buruk adalah merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
43
penanggulangannya dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom
kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta
perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Jumlah Balita gizi buruk di Kabupaten Pidie Tahun 2017 sebanyak 12
kasus. Upaya yang dilakukan untuk menangani kasus gizi buruk di
Kabupaten Pidie meliputi:
a. Penimbangan balita secara ketat dengan meningkatkan cakupan D/S
(balita ditimbang dibagi seluruh balita)
b. Melakukan investigasi terhadap balita yang dicurigai gizi buruk.
c. Melakukan rujukan kasus gizi buruk.
d. Pemberian PMT kepada balita gizi kurang/buruk berdasarkan indikator
BB/U.
e. Monitoring dan evaluasi.

c. Keadaan Lingkungan

Lingkungan juga turut menjadi faktor penentu derajat kesehatan,


disamping beberapa variabel lainnya seperti perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan. Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), sebanyak 24% dari penyakit global disebabkan oleh segala jenis
faktor lingkungan yang dapat dicegah, oleh karena itu kedepan semakin
dibutuhkan upaya yang intensif dan serius dari berbagai pihak terkait untuk
melakukan intervensi terhadap faktor lingkungan. hampir sepertiga
kematian dan penyakit pada negara maju disebabkan lingkungan.
kelompok masyarakat rentan juga tidak luput dari pengaruh lingkungan
terhadap kesehatan mereka. Berdasarkan hasil estimasi bahwa lebih dari
33% penyakit pada balita disebabkan oleh paparan lingkungan, 4 (empat)
penyakit utama yang disebabkan lingkungan yang buruk adalah diare,
ISPA, BDB dan malaria.

44
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun
2012 diperoleh bahwa jumlah rumah sehat di Kabupaten Pidie hanya
sebanyak 49,0%, jumlah keluarga yang memiliki jamban keluarga hanya
78,1%, jumlah keluarga yang memiliki tempat pembungan sampah
sebanyak 73,6%, jumlah keluarga yang memiliki pengolahan air limbah
41,7%, sementara tempat-tempat umum pengolahan makanan yang sehat
baru mencapai angka 77,68%. Meskipun demikian semua keluarga
memiliki akses terhadap air bersih.

c. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan yang bersifat preventif


(pencegahan penyakit), promotif (peningkatan keseahtan), kuratif
(penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan penyakit). Semua
aspek kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tabel 3.1 menunjukkan cakupan pelayanan kesehatan yang
dicapai pada tahun 2011.

Tabel 3.4
Data pelayanan Kesehatan
No Jenis Pelayanan Kesehatan Persentase
1. Kunjungan ibu hamil (K1) 93,0 %
2. Kunjungan ibu hamil (K4) 76,99 %
3. Persalinan yang ditolong Tenaga 79,03 %
kesehatan
4. Bumil Risti yang ditangani 39,37%
5 ASI Eksklusif 12,94%
6 KB Baru 76,22%
7 KB Aktif 82,95%
8 Neonatal Risti.komplikasi ditangani 11,71%
9 Kunjungan Neonatal lengkap 92,05%
10 Imunisasi campak bayi 73,46%
11 Desa UCI 39,45%

(Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, 2012)

45
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jenis pelayanan
sudah dilakukan. Sebagian besar cakupan dari pelayanan yang diberikan
belum mencapai target yang sudah ditetapkan dalam standar pelayanan
minimal (SPM) bidang kesehatan.

Cakupan Pelayanan yang sudah mencapai 100 % adalah pelayanan


MP-ASI Bayi BGM, Balita Gizi Buruk yang mendapatkan perawatan,
Pelayanan penduduk miskin. Sedangkan kegiatan pelayanan yang belum
dilakukan adalah WUS dengan imunisasi TT5, Ketersediaan darah Bumil
yang dirujuk, Desa/kelurahan dengan garam yodium yang baik dan WUS
yang yang diberi kapsul Yodium. Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan
yang sudah diberikan masih perlu ditingkatkan lagi sehingga prosentasenya
seoptimal mungkin sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

d. Akses, Mutu Pelayanan Kesehatan dan Perilaku Hidup Masyarakat

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dari penyedia


layanan kesehatan, idealnya penyedia layanan kesehatan tersebut/fasilitas
kesehatan memiliki Laboratorium kesehatannya sendiri, dari data profil dinas
kesehatan tahun 2012 menunjukkan bahwa ketersediaan laboratorium
tersebut belum semua fasilitas kesehatan memiliki laboratorium sendiri, yang
memiliki laboratorium sendiri hanya 11 Puskesmas (47,8%) dan 2 rumah
sakit.

Perubahan perilaku masyarakat untuk perilaku hidup bersih dan sehat


(PHBS) merupakan upaya promotif dan preventif dalam upaya pelayanan
kesehatan. Persentase Rumah Tangga yang ber-PHBS masih sangat rendah.
Begitu juga posyandu madya hanya baru 0,8%. Kondisi ini sangat
berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat secara umum sehingga
kegiatan promotif dan preventif harus lebih ditingkatkan di masa-masa yang
akan datang untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat tentang arti

46
penting kesehatan bagi sirinya sendiri dan juga bagi lingkungan sekitar
mereka.

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kerja Kepala Daerah

Dengan mengedepankan penyelenggaraan pemerintahan yang


amanah, Pemerintah Kabupaten Pidie menetapkan Visi jangka menengah
sebagaimana tertuang adalam Rencana Pembangunan jangka Menengah
(RPJMD periode 2017-2022) sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


MEMBANGUN PIDIE YANG MULIA, BERKUALITAS, SEJAHTERA, DAN
MEMILIKI MASA DEPAN”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Pidie dengan


mengusung beberapa misi, yaitu:
a. Memperkuat Nilai-Nilai Keislaman, kemuliaan akhlak dan kearifan local
(DINUL ISLAM DAN NILAI-NILAI KEARIFAN KEACEHAN)
Memperkuat jati diri dan karakter masyarakat melalui pendidikan agama
islam yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada allah
dan berakhlak mulia,mematuhi aturan hokum, memelihara perdamaian
dan kenyamanan, melaksanakan interaksi masyarakat, mengembangkan
modal social, menerapkan nilai-nilai seni budaya dan adat istiadat, dan
memiliki kearifan local keacehan.
b. Reformasi birokrasi dan pemerintahan yang baik, tertib, melayani,
berkualitas, bersih dan berwibawa ( Birokrasi dan Pemerintahan)
Pemerintah yang mampu memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakatnya yang meliuti menyediakan pelayanan yang terbaik dan
berkualitas, mendekatkan akses pelayanan dengan warga, memelihara
fasilitas dengan baik dan menggunakan sumber daya yang efektif dan

47
efisien, meningkatkan partisipasi perempuan dan kelompok rentan dam
pembangunan ; membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja
pemerintah untukmemulihkan kepercayaan public; meningkatkan
partisipasi public dalam proses pengambilan kebijakan public.
c. Meningkatkan Kualitas masyarakat yang berdaya saing global
(PENDIDIKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA)
Masyarakat yang memiliki derajat atau taraf kepandaian , kecakapan
dan pribadi yang baik sebagai warga masyarakat atau warga Negara
yang dapat dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara; mengedepankan pembangunan sumber daya manusia
berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasan dan
pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan dan penerapan
menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastuktur yang
maju dalam bidang pendidikan;meningkatkan pembinaan kualitas
sumber daya manusia melalui penyelenggaraan pendidikan ang unggul
dan berkualitas, membuka akses dan menjunjung nilai kesetaraan tanpa
diskriminasi, pendidikan islami, melaksanakan standar pelayan minimal
dan standar nasional pendidikan yang didukung dengan perencanaan ,
pengganggaran, pengelolaan, mekanisme dan system kerja, sarana dan
infrastruktur, sumber daya, kurikulum dan segala kewenangan tingkat
pemerintah kabupaten.
d. Meningkatkan kualitas hidup, derajat kesehatan dan kesejahteraan yn
berkeadilan (KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL)
Mening katkan pembangunan kabupaten Pidie, mengurangi kesenjangan
social secara menyeluruh, berpihak kepada masyarakat, kelompok dan
daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran secara drastis, menyediakan akses yang saa bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan social serta sarana dan
prasarana ekonomi , serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai
aspek termasuk gender; meningkatkan standar pelayanan dan derajat
kesehatan yang terintegrasi; meningkatkan derajat kehidupan
48
perempuan, kelompok disabilitas, kelompok pemuda, dan memberikan
perhatian dan jaminan perlindungan kepada ibu,bayi, balita dan anak-
anak.
e. Mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan (PERTANIAN,
PERKEBUNAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN)
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam sektor pertanian ,
perikanan dan peternakan melalui pengembangan ekonomi kerakyatan,
peningkatan produktifitas dan nilai tambah produksi: menurunkan angka
kemiskinan dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat melalui
pemberdayaan ekonomi di sector pertanian, perikanan , kelautan dan
ketahanan pangan.
f. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi, industry dan potensi wisata yang
kreatif dan kompetitif (EKONOMI, INDUSTRI DAN PARIWISATA)
Memperkuat perekonomian domestic berbasis keunggulan kabupaten
dan potensi ekonomi gampong menuju keunggulan kompetitif dengan
membangun sistem produksi, distribusi dan pelayanan dengan
pengelolaan sumber daya ekonomi local, potensi wisata dan industri
kreatif.
g. Mewujudkan penataan kota,pengembangan wilayah , infrastruktur dan
aksebilitas daerah yang berkualitas dan terintegrasi ( PEMBANGUNAN
WILAYAH DAN INFRASTRUKTUR)
Peningkatan infrastruktur berkualitas dan aksebilitas daerah yang
terintegrasi serta memastikan pembangunan yang berkelanjutan,
meningkatkan infrastruktur melalui partisipasi masyarakat dengan
menumbuhkan semangat masyarakat dengan slogan Meusigrak
Kabupaten pidie.
h. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan lestari yang
berkelanjutan dan penanggulangan bencana ( SUMBER DAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN)
Memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat
menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan
dan kegunaan sumber daya alam lingkungan hidup dengan tetap

49
menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan dalam kehidupan pada
masa kini dan masa depan secara berkelanjutan, melalui pemanfaatan
ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegitan social
ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi
sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan ; memberi keindahan dan kenyamanan
kehidupan; penanggulangan bencana serata meningkatkan pemeliharaan
pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar
pembangunan.
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut diatas untuk Dinas Kesehatan
Kabupaten Pidie bertanggung jawab dalam pencapaian Misi ke 4 RPJMD
2017-2022 yaitu :Meningkatkankualitas hidup, derajat kesehatan dan
kesejahteraan yang merata dan berkeadilan (KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL).
Tujuan yang akan dicapai adalah mewujudkan kualitas dan derajat
kesehatan masyarakat dalam rangka mewujudkan Pidie sehat dan
sejahtera, dengan sasaran yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan akses Pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang berkualitas , merata dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat .
2. Meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Pidie..

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Kesehatan

Dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan dengan Visi sesuai


dengan visi nya presiden, yaitu ”TERJUWUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG ” Untuk mencapai
visi yang akan dicapai melalui misi sebagai berikut:1) Terwujudnya keamanan
nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan. 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan
50
demokratis berlandaskan Negara hukum. 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-
aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

Strategi pembangunan nasional yang dituangkan dalam Nawacita presiden dan


wakil presiden terpilih, yaitu:

1. MENGHADIRKAN KEMBALI NEGARA UNTUK MELINDUNGI SEGENAP


BANGSA DAN MEMBERIKAN RASA AMAN PADA SELURUH WARGA
NEGARA.
2. MEMBUAT PEMERINTAH TIDAK ABSEN DENGAN MEMBANGUN TATA
KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH, EFEKTIF,DEMOKRATIS, DAN
TERPERCAYA.
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT
DAERAH DAERAH DAN DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN.
4. MENOLAK NEGARA LEMAH DENGAN MELAKUKAN REFORMASI SISTEM
DAN PENEGAKAN HUKUM YANG BEBAS KORUPSI,BERMARTABAT DAN
TERPERCAYA.
5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA.
6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI
PASAR INTERNASIONAL.
7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN MENGGERAKAN
SEKTOR SEKTOR STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK.
8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA.
9. MEMPERTEGUH KE-BHINEKA-AN DAN MEMPERKUAT RESTORASI
SOSIAL INDONESIA.
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan nasional sesuai
nawacitanya presiden dan wakil presiden, maka Kementerian Kesehatan menyusun
arah kebijakan pembangunan kesehatan, yaitu:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
51
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
4. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas.
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan.
7. Meningkatkan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Persebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem
Informasi.
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Kesehatan.
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan.

Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-2014, yaitu:


1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan:
a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun.
b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup.
c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per1.000 kelahiran hidup.
d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15per 1.000 kelahiran
hidup.
e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting ) dari 36,8 persen
menjadi kurang dari 32 persen.
f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih(cakupan PN)
sebesar 90%.
g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONEDsebesar 100%
h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEKsebesar 100%.
i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar90%
2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

52
a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000
penduduk.
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index -API) dari 2 menjadi 1
per 1.000 penduduk.
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi
dibawah 0,5%.
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%.
e. Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%;
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000penduduk.
3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat
sosial ekonomi sertagender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untukkesehatan dalam rangka mengurangi
risiko finansial akibatgangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutamapenduduk
miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari
50% menjadi 70 %.
6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis diDaerah Tertinggal, Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan
dan strategi nasonal sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 dengan memperhatikan permasalahan
kesehatan yang telah diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan
kesehatan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan periode tahun
2010 –2014, perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan telah
dicantumkan di dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Namun untuk menjamin
terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang dianggap prioritas dan mempunyai daya
ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya yang
bersifat reformatif dan akseleratif. Upaya tersebut meliputi :pengembangan
Jaminan Kesehatan Masyarakat, peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK,
ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, saintifikasi
jamu, pelaksanaan reformasi birokrasi, pemenuhan bantuan operasional kesehatan
53
(BOK), penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK),pengembangan pelayanan
untuk Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia (World Class Hospital ). Langkah-langkah
pelaksanaan upaya reformasi tersebut disusun di dalam dokumen tersendiri, dan menjadi
dokumen yang tidak terpisahkan dengan dokumen Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2010 –2014 ini. Upaya kesehatan tersebut juga
ditujukan untuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang
dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antar
wilayah, gender, dan antar tingkat sosial ekonomi.

Prioritas pembangunan bidang Kesehatan dalam periode 2010-2014 akan


dilaksanakan strategi dengan fokus pada Prioritas Nasional Bidang Kesehatan yang
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan

Berdasarkan arah pembangunan jangka panjang tersebut, maka Prioritas


Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas,
yaitu :

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan KeluargaBerencana (KB).


2. Perbaikan status gizi masyarakat.
3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti
penyehatan lingkungan.
4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan.
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan,keamanan, mutu dan
penggunaan obat serta pengawasan obatdan makanan.
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dankrisis kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

1.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Prioritas Nasional RPJMN Tahun 2014-2019 terkait bidang lingkungan
Hidup dititikberatkan pada Prioritas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana. Tema prioritas lingkungan dan pengelolaan bencana diarahkan pada
54
konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan disertai penguasaan dan
pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim.
Diterapkannya berbagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup
termasuk tata ruang dan kajian dampak lingkungan. Berkaitan dengan
instrumen AMDAL telah dilakukan pemantauan RKL-UPL, melakukan audit
lingkungan dan melakukan wajib dokumen pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dalam melaksanakan tugas
kedinasan hanya sebagai instansi pendukung dalam pelaksanaan rencana tata
ruang wilayah

3.5 Penetuan Isu-Isu Strategis

Berdasarkan atas isu-isu Nasional dan Provinsi Aceh, dan sesuai


dengan kondisi wilayah serta kemampuan pendanaan pembangunan di
Kabupaten Pidie serta menyesuaikan dengan Visi dan Misi Bupati/Wakil Bupati
Pidie, maka isu-isu strategis pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten
Pidie meliputi:

1. Masih tingginya angka kematian bayi dan ibu (AKB dan AKI) di Kabupaten
Pidie.
2. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita di kabupaten
Pidie.
3. Masih tingginya kasus penyakit menular seperti penyakit TB-Paru, kusta,
malaria demam berdarah, filariasis, dan penyakit berbasis lingkungan
lainnya.
4. Ancaman penyakit yang tidak menular seperti Hipertensi, Jantung,
diabetes millitus dan stroke.
5. Masih kurangnya kualitas tenaga medis dan paramedic sehingga
pelayanan terhadap masyarakat khususnya terhadap ibu dan anak belum
optimal.

55
6. Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan, sehingga
menyebabkan pelayanan kesehatan belum optimal.
7. Masih terbatasnya informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan ibu dan anak, sehingga ketika pasien menderita
penyakit tidak segera dirujuk.
8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
9. Masih kurangnya jumlah SDM Kesehatan khususnya tenaga spesialis
tertentu untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien dengan
permasalahan yang spesifik.
10. Masih banyak nya puskesmas yang belum terakredtasi.

Berdasarkan analisis isu-isu trategis tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten

Pidie akan mendukung sepenuhnya berupa mewujudkan peningkatan pelayanan

kesehatan.

56
Bab IV

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

4.1 Visi dan Misi

Visi adalah pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana organisasi


harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan tetap eksis, antisipatif,
inovatif serta produktif. Visi juga merupakan suatu gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan.

Berawal dari cita-cita bersama yang diwujudkan dengan didukung peran


serta seluruh elemen instansi, masukan-masukan dari stakeholders, dan
dengan memperhatikan nilai-nilai yang dianut dan nilai lingkungan yang
memengaruhi, maka dengan mengacu pada visi dan misi pembangunan
Kabupaten Pidie disusunlah visi Dinas Kesehatan jangka menengah (2018-
2018) yaitu:

"Pidie Sehat dan Mandiri secara Islami"

Pidie Sehat dan Mandiri secara Islami yang mencerminkan masyarakat


hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu ecara adil dan merata.

Visi untuk mewujudkan Pidie sehat mengandung arti yang luas, yaitu
penduduk Kabupaten Pidie yang secara fisik dan mental, sekaligus hidup dalam
lingkungan yang sehat pula. Mandiri berarti setiap individu/keluarga
mempunyai kemampuan untuk memelihara kesehatannya dan secara
keseluruhan Kabupaten Pidie juga memiliki suatu system kesehatan yang
mampu melaksanakan fungsinya secara mandiri. Kemadirian sistem kesehatan
ini adalah dalam hal sarana, tenaga, dana dan penguasaan teknologi
pembangunan kesehatan. Secara Islami mengandung makna yaitu dalam

57
memberikan pelayanan kesehatan masyarakat petugas menggunakan azas
islami.

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka diperlukan


dukungan misi yang terarah dan berkesinambungan. Oleh karena itu Dinas
Kesehatan menetapkan misi sebagai berikut:

a. Meningkatkan profesionalisme SDM kesehatan

Tenaga kesehatan di Kabupaten Pidie berjumlah 1562 orang. Jumlah


ini sudah cukup memadai dengan distribusinya menurut kecamatan relatif
sudah baik. Namun melihat rendahnya kinerja upaya kesehatan, perlu
upaya sistematis selama 5 tahun mendatang untuk meningkatkan
profesionalisme staf. Profesionalisme menyangkut aspek pengetahuan dan
ketrampilan teknis tenaga di lini pelayanan maupun lini penunjang
(manajemen). Peningkatan profesionalisme memerlukan sistem insentif
dan reward yang efektif sehingga juga tidak boleh dilupakan berbagai
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sumberdaya manusia tersebut.

b. Meningkatkan kinerja, mutu, akses, kelengkapan dan distribusi sarana


kesehatan

Peningkatan kesehatan penduduk memerlukan peningkatan kinerja


pelayanan kesehatan. Untuk itu baik sisi supply maupun sisi demand perlu
ditingkatkan. Sisi supply menyangkat aspek peningkatan akses dan mutu
pelayanan serta melengkapi dan mencukup sumberdaya yang diperlukan
(tenaga, sarana, dana dan teknologi). Sisi demand menyangkut aspek
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

c. Meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat

Determinan utama kesehatan penduduk adalah lingkungan hidup


yang sehat dan perilaku yang sehat. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri
untuk mewujudkan kedua determinan utama tersebut. Oleh sebab itu,
masyarakat dan rumah tangga perlu digerakkan agar secara mandiri
58
melakukan upaya-upaya menyehatkan dan menjaga lingkungannya,
sekaligus mengatur dan mengendalikan dirinya untuk beperilaku hidup
sehat.

d. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

Pembiayaan kesehatan dari pemerintah di Kabupaten Pidie relatif


masih rendah dibandingkan dengan kabupaten lain, yaitu mencapai US $
4,4 /kapita/tahun, atau 7,9 % dari total APBD Pemkab (anggaran
kesehatan pemerintah secara nasional pada tahun 2005 adalah US $
7/kapita/tahun). Namun angka tersebut masih lebih rendah dari pada
perkiraan normatif yang dibuat oleh Bank Dunia, yaitu US $15/kapita/tahun
untuk program kesehatan esensial (program pelayanan kesehatan individu
dan program kesehatan masyarakat). Bahkan WHO (2000) memperkirakan
bahwa untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang khas di negara
berkembang, diperlukan US$ 32/kapita/tahun. Peningkatan pembiayaan
kesehatan di Kabupaten Pidie bukan saja untuk mencukupi jumlahnya,
akan tetapi yang sama pentingnya adalah meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pemanfaatan anggaran tersebut.

e. Meningkatkan kerja sama lintas sektor

Kesehatan penduduk di wilayah Kabupaten Pidie juga dipengaruhi


oleh kegiatan sektor lain termasuk sektor pendidikan, agama, ekonomi,
perdagangan, industri, Impraswil, dll. Ada masalah kesehatan tertentu yang
faktor resikonya dipengaruhi oleh kegiatan sektor lain, misalnya gizi kurang
(ketahanan pangan), malaria (pertambangan, Perikanan dan Kehutanan),
diare (air bersih), dll. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan kesehatan di
Kabupaten Pidie, diperlukan kerja sama lintas sektor secara formal.

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan

59
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai dalam jangka waktu 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahunan. Dengan mengacu pada visi dan misi di atas
serta isu-isu dan analisa strategis yang telah ditetapkan, maka tujuan jangka
menengah Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan Pelayanan Aparatur yang profesional dan Kompeten.


b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan komunitas
c. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan
d. Meningkatnya kualitas pengendalian penyakit menular berbasis
lingkungan
e. Meningkatnya kualitas pelayanan imunisasi dan surveilans
f. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan
g. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
h. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan.
i. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan dan
teknologi
j. Terwujudnya Gampong Siaga Aktif dan Utama

Adapun sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur dan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
Sasaran dirancang pula indikator sasaran atau ukuran tingkat keberhasilan
dalam pencapaian sasaran. Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie
adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya pelayanan Adm perkantoran.

b. Meningkatnya jumlah aparatur kesehatan yang handal dan profesional.

c. Meningkatnya Umur Harapan Hidup dari 69 menjadi 72 tahun.


d. Menurunnya jumlah kematian bayi dari 15,7 menjadi 13 per 1.000 KH
e. Menurunnya jumlah kematian ibu dari 156,4 menjadi 140 per 100.000 KH
f. Menurunnya jumlah angka balita gizi buruk dari 23 % menjadi 15 %
g. Meningkatnya cakupan kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan (k4)
dari 73,6 menjadi 95,0%.
h. Meningkatnya penjaringan murid SD/SLTP/SLTA yang diperiksa
kesehatannya dari 71,4 % menjadi 100,0%.
60
i. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TBC dari 77,1% menjadi
100,0%.
j. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Laboratorium, Rumah Dinas Dokter dan Perawat, Kendaraan
Pusling serta Perlengkapan Kantor.
k. Terpenuhinya kebutuhan obat-obatan, reagen laboratorium dan Alat
Kesehatan (Alkes).
l. Terpenuhinya sumber dana (anggaran) kesehatan dari berbagai sumber
untuk penyusunan program.
m. Meningkatnya PHBS pada masyarakat
n. Meningkatnya upaya kesehatan berbasis masyarakat
o. Meningkatnya pembiayaan kesehatan untuk masyarakat miskin.

4.3 Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan

Arah kebijakan dan strategi Dinas Kesehatan sejalan dengan rencana


pembangunan nasional dan daerah serta rencana strategis Kementerian
Kesehatan. Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi pembangunan
kesehatan Kabupaten Pidie selama 2018 – 2022, Dinas kesehatan akan
melaksanakan kegiatannya dengan strategi sebagai berikut:

a. Intensifikasi kinerja upaya kesehatan


Berbagai upaya (program/pelayanan kesehatan) ditingkatkan
intensitas perencanaan dan pelaksanaannya. Untuk itu akan diterapkan
perencanaan terpadu dan anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian
semua program akan mempunyai indikator kinerja dan target yang jelas.
Disamping itu alokasi serta pemanfaatan anggaran betul-betul ditujukan
pada perbaikan indikator kinerja program/pelayanan kesehatan. Semua
sumberdaya kesehatan akan diarahkan pada pelayanan dan kegiatan
langsung di tengah masyarakat, karena hanya dengan cara itu perbaikan-
perbaikan bisa terjadi pada penduduk. Selanjutnya, prioritas diberikan

61
pada pelayanan penduduk miskin dan daerah terpencil, yang akan
memberikan daya ungkit pada pencapaian kinerja secara keseluruhan.

b. Intensifikasi promosi, sosialisasi dan advocacy pembangunan kesehatan


Peningkatan intensitas program/pelayanan akan lebih efektif kalau
bersambut dengan kesadaran dan peran serta aktif masyarakat. Oleh
sebab itu, berbagai media akan digerakkan untuk melakukan promosi dan
sosialisasi program-pogram kesehatan. Promosi kesehatan ini juga akan
dilakukan dengan mengintegrasikan program-program kesehatan dengan
berbagai usaha masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Elemen
kedua dari strategi ini adalah meningkatkan komitmen dan peran serta
semua jajaran organisasi pemerintah terkait, serta bersama pihak
eksekutif membangun kesamaan cara pandang (paradigma) tentang
peran kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk.

c. Peningkatan dan pembelajaran organisasi


Organisasi Dinas Kesehatan serta jajarannya akan lebih
diberdayakan secara sistematis agar lebih mampu menerapkan
desentralisasi dibidang kesehatan. Ini dilakukan dengan membenahi
uraian tugas dan fungsi setiap unit, sehingga sesuai dengan keperlukan
berbagai program prioritas. Berbagai pedoman khusus yang sudah
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota akan diadopsi, termasuk misalnya P2KT (Perencanaan
dan Penganggaran Kesehatan Terpadu, yang merupakan SOP dalam
perencanaan kesehatan), DHA (District Health Account), Pedoman
penyusunan rencana tahunan Pukesmas, dll.

d. Peningkatan jumlah, distribusi dan profesionalisme SDM


Peningkatan kemampuan SDM dilakukan dengan memenuhi
standar ketenagaan unit-unit organisasi Dinkes dan Puskesmas.
Berikutnya adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis

62
melalui pendidikan bergelar dan pelatihan-pelatihan. Hal ini akan
didahului dengan melakukan penilaian kebutuhan pendidikan dan latihan
(educatioan and training need assessment). Untuk mencapai distribusi
ketenagaan yang lebih baik, akan diterapkan berbagai sistem insentif dan
dis-insentif, misalnya prioritas promosi dan pendidikan/pelatihan diberikan
kepada SDM yang bekeja ditempat jauh/terpencil.

e. Peningkatan SIK/SIM dan surveilans


SIK/SIM yang ada akan ditingkatkan pelaksanaannya melalui
pelatihan staff dan pengadaan sistem penunjang, seperti aplikasi
teknologi informati (IT) di Puskesmas dan unit-unit kerja di Dinas
Kesehatan. Teknologi GIS (Geographic Information System) akan
diterapkan sehingga data dan informasi tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan dapat disajikan secara spasial. Kemudian sistem
surveilans akan ditingkatkan dengan membetuk sebuah Tim Epidemiologi
Kabupaten (TEK) yang terdiri dari wakil-wakil Subdin. Pedoman
pembentukan dan tata kerja TEK sudah dikembangkan oleh Ditjen PP &
PL Depkes.

SASARAN UTAMA
a. Intensifikasi kinerja upaya kesehatan
 P2KT diterapkan dalam setiap menyusun RKA Dinas Kesehatan
 Semua program menerapkan anggaran berbasis kinerja denan
indikator yang bisa diukur
 Setiap penduduk miskin mendapat pelayanan bermutu sesuai
kebutuhannya
 Kinerja program didaerah terpencil sama dengan kinerja program
didaerah tidak terpencil
 Setiap KLB ditangani secara tepat waktu
b. Intensifikasi promosi, sosialisasi dan advocacy pembangunan kesehatan

63
 Pesan-pesan kesehatan disiapkan sesuai dengan tata-nilai budaya
penduduk
 Pesan-pesan kesehatan disampaikan melaui berbagai media seperti
mass-media, khotbah, pengajaran di sekolah, kegiatan kesenian
tardisional
 Tercapai persamaan cara pandang (paradigma) tentang kedudukan
kesehatan dalam pembangunan, kontribusi kesehatan dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
c. Peningkatan dan pembelajaran organisasi
 Setiap unit organisasi Dinas Kesehatan mempunyai uraian tugas rinci
 P2KT, DHA dan pedoman manajemen lainnya diterapkan oleh Dinas
Kesehatan
 Semua Puskesmas melaksanakan perencanaan sesuai dengan
pedoman penyusunan Rencana Kerja Tahunan
d. Peningkatan jumlah, distribusi dan profesionalisme SDM
 Semua Unit-unit Dinas Kesehatan dan Puskesmas memiliki SDM
sesuai dengan standar
 Penambahan SDM dengan jenjang pendidikan S2 disetiap Subdin.
 Pelatihan Pedoman/SOP manajemen kesehatan tentang DHA, SIK/SIM
dan P2KT
 Sistem insentif dan dis-insentif dilaksanakan untuk memenuhi
kebuthanSDM ditempat jauh/terpencil
e. Peningkatan SIK/SIM dan surveilans
 Setiap Puskesmas menggunakan IT dalam pengelolaan SIK dan SIM
 Teknologi GIS sudah diterapkan TEK (Tim Epidemiologi Kabupaten)

terbentuk dan berfungsi.

64
BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,


KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Pada prinsipnya, program dan kegiatan yang dimuat dalam renstra ini adalah dalam

rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta sebagai landasan dalam

penyusunan rencana kinerja tahunan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie.

Lebih lanjut, program dan kegiatan ini bersifat indikatif, yakni bahwa informasi

sumberdaya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum dalam dokumen

rencana ini merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat fleksibel. Atas dasar

tersebut, maka program dan kegiatan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Pidie untuk

periode 2018 - 2022 sepeti yang disajikan dalam Tabel 5.1.

65
BAB VI
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE YANG MENGACU
PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tentunya harus dapat


diukur dengan jelas agar pembangunan dan upaya untuk mencapai tujuan dan
sasaran lebih terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam RPJMD Kabupaten
Pidie. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie menetapkan indikator kinerja
yang memungkinkan diukurnya tingkat keberhasilan kinerja Dinas Kesehatan, baik
dalam akhir tahun anggaran maupun akhir periode jabatan Bupati Pidie pada
Tahun 2022.

Adapun Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie yang


mengacu pada tujuan dan sasaran RPJM Kabupaten Pidie dapat kami uraikan
sebagai berikut:

Sasaran : 1. Meningkatnya pelayanan Adm perkantoran, dengan indicator :


a. Tingkat Ketersediaan Jasa-jasa dan bahan administrasi perkantoran
b. Meningkatnya sarana dan prasarana aparatur yang memadai
c. Ketepatan waktu penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Dinas
d. Ketepatan waktu penyusunan dan penyampaian laporan Kinerja Dinas

Sasaran : 2. Meningkatnya jumlah aparatur kesehatan yang handal dan profesional,


dengan indikator :
a. Meningkatnya Jumlah Pegawai yang mengikuti Diklat Pengembangan Keahlian
dan Profesionalisme.
b. Berkurangnya Jumlah Aparatur yang Melanggar Peraturan Kedisiplinan Pegawai

Sasaran : 3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan indikator:

a. Menurunnya jumlah kematian bayi dari 15,7 menjadi 13 per 1.000 KH


b. Menurunnya jumlah kematian ibu dari 156,4 menjadi 140 per 100.000 KH
c. Menurunnya jumlah angka balita gizi buruk dari 23 % menjadi 15 %
66
d. Meningkatnya cakupan kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan (k4) dari 73,6
menjadi 100,0%.
e. Meningkatnya penjaringan murid SD/SLTP/SLTA yang diperiksa kesehatannya
dari 71,4 % menjadi 100,0%.
f. Meningkatnya Jumlah Balita gizi buruk yang mendapat perawatan (100%)
g. Meningkatnya jumlah Pemberian MP-ASI pada anak usia 6 - 24 bulan dari
keluarga miskin (100%)
h. Meningkatnya jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan menjadi 100,0%.
i. Meningkatnya jumlah komplikasi kebidanan yang ditangani menjadi 100,0%
j. Meningkatnya jumlah Neonatus dan komplikasi yang ditangani menjadi 100,0%

Sasaran 4. Meningkatnya Kualitas pengendalian penyakit menular berbasis


lingkungan, dengan indikator :

p. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TBC dari 77,1% menjadi 100,0%.


q. Meningkatnya jumlah penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
(100%).
r. Meningkatnya jumlah Cakupan penemuan dan pengobatan Penyakit Malaria
(100%).
s. Meningkatnya jumpenemuan dan pengobatan Penyakit Filariasis

Sasaran 5. Meningkatnya Kualitas pelayanan imunisasi dan surveilans, dengan


indikator :
a. Meningkatnya Cakupan Desa/Kel. Universal Child Imunizatuion (UCI)

b. Meningkatnya jumlah AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun (≥ 2).

Sasaran 6. Meningkatnya Kualitas kesehatan lingkungan, dengan indikator :


a. Meningkatnya jumlah penduduk yang memiliki akses terhadap air minum yg
berkualitas menjadi 67%.
b. Meningkatnya jumlah penduduk yang menggunakan jamban sehat menjadi
75%.
67
Sasaran 7. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan
indikator :

a. Meningkatnya jumlah Poskesdes dari 26 menjadi 27 unit.

Sasaran 8. Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan,


dengan indikator:
a. Meningkatnya Jumlah sarana dan prasarana Puskesmas dalam kondisi baik
b. Meningkatnya jumlah Puskesmas mampu Poned menjadi 8 unit.
c. Meningkatnya jumlah puskesmas yang sudah terakreditasi.

Sasaran 9. Meningkatnya jumlah dan kualitas Gampong Siaga Aktif, dengan


indicator:
a. Meningkatnya jumlah Gampong siaga dari 24 % menjadi 50%.

Sasaran 10. Meningkatnya Perencanaan dan pengawasan kegiatan bidang kesehatan ,


dengan indicator:

a. jumlah Jumlah Perencanaan dan pengawasan kegiatan bidang kesehatan

68
BAB VII
PENUTUP

Penerapan konsep akuntabilitas untuk mencapai kepemerintahan yang


baik dimulai dengan langkah awal pengembangan perencanaan stratejik. Potensi
pencapaian hasil (result) di masa mendatang pada tahapan ini ditentukan oleh
keberhasilan menjalankan tiga hal, yaitu melibatkan “lintas sektor”, menaksir
kondisi lingkungan internal dan eksternal, menyelaraskan dengan
program/kegiatan, sistem prosedur serta sumber daya.

Renstra ini merupakan kesepakan bersama seluruh jajaran Dinas Kesehatan


Kabupaten Pidie yang merupakan perwujudan niat dan cita-cita luhur dalam
menunjang eksistensi Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dalam menjalankan
program dan kegiatannya tetap melibatkan unsur lintas sektor. Langkah
melibatkan lintas sektor dimulai dengan penyerahan perencanaan strategis ini
kepada Pemerintah Kabupaten Pidie, demikian juga kepada pihak lain yang
berkepentingan termasuk masyarakat.

Renstra Dinas Kesehatan ini merupakan acuan dalam menyusun RKA


Tahunan Dinas Kesehatan yang merupakan rangkuman dari RKA setiap Subdin dan
Puskesmas serta unit lainnya. Target-target program yang akan dicapai pada akhir
periode Restra ini (2022) perlu diuraikan menjadi target/sasaran tahunan yang
besarnya disesuaikan dengan trend kinerja program bersangkutan di masa lalu
serta prospek sumberdaya yang tersedia pada tahun bersangkutan.

Rencana Strategis ini diharapkan juga dapat membantu pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Pidie serta mampu memberikan acuan

pada jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie dan seluruh yang terkait dalam

peningkatan derajat kesehatana masyarakat di masa yang akan datang.

69

Anda mungkin juga menyukai