Anda di halaman 1dari 42

BAB III

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pelaksana proyek, dalam melaksanakan pekerjaannya perlu menentukan


dan mengatur langkah kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga akhir pekerjaan.
Fungsi dari pengaturan langkah-langkah kerja tersebut adalah untuk menentukan
rencana kerja, pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat-alat yang digunakan
sehingga dapat menghasilkan mutu pekerjaan dan waktu pekerjaan sesuai dengan
kontrak yang telah ditetapkan. Pelaksana perlu menghitung volume pekerjaan yang
real di lapangan untuk pengadaan tenaga kerja dan pemakaian peralatan yang
diperlukan sehingga penggunaan waktu dan bahan serta mutu yang dihasilkan
sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).

Sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat, pekerjaan yang dilaksanakan


pada Proyek Pembangunan Gedung Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh ini adalah :
a. pekerjaan persiapan;
b. pekerjaan pengukuran dan penandaan;
c. penyusunan gambar detail pelaksanaan;
d. pekerjaan tanah;
e. pekerjaan konstruksi beton bertulang;
f. pekerjaan baja struktural;
g. pekerjaan pondasi;
h. pelaporan dan penyusunan As-Built Drawing.

3.1 Peraturan Teknis yang digunakan


Peraturan teknis yang digunakan kecuali ditentukan lain dalam RKS,
berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut dibawah ini termasuk segala
perubahan dan tambahannya adalah sebagai berikut:
1. Peraturan presiden No.73 Tahun 2011;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.29 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

15
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara ;
4. SNI 03-2847-2013 tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung;
5. SNI 03-1729-2015 spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural ;
6. Perencanaan Ketehanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 03-1726-2012);
7. Peraturan Plumbing Indonesia;
8. Peraturan Mutu Kayu Bangunan (SNI 03-3527-1994);
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2011;
10. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
11. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG-1983);
12. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PBBI-1983);
13. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTGIUG
1983);
14. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (PDTPI-1980); dan
15. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PLN dan PDAM.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap
sebagaimana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka kontraktor wajib
mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.

3.2 Pekerjaan Persiapan

3.2.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi:


a. Rencana mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material.
b. Penyediaan ruang direksi, gudang, los kerja dan fasilitas-fasilitas kerja
sementara lainnya.
c. Peralatan dan sarana kerja.
d. Pekerjaan persiapan termasuk pembersihan lapangan pekerjaan.
e. Verifikasi gambar rencana dan spesifikasi teknis.

16
3.2.2 Sarana Pekerjaan

Sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai, kontraktor harus mengajukan


rencana mobilisasi kepada Pemberi Tugas untuk disetujui, terutama sehubungan
dengan kegiatan transportasi alat-alat berat dan perlengkapan pekerjaan ke lokasi
proyek dan pengembaliannya.

Untuk perencanaan pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus


menyampaikan daftar peralatan, material dan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan,
termasuk daftar nama tenaga ahli dan tenaga kerja.

3.2.3 Daerah Kerja

Daerah kerja akan ditunjukkan dan disediakan oleh Direksi Pekerjaan. Yang
dimaksud daerah kerja adalah lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan atau
dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk lokasi penunjang pekerjaan untuk
keperluan penempatan alat, penyimpanan material, ruang Direksi, dan semua
keperluan penunjang lainnya, hingga selesainya pekerjaan tersebut.

Pada daerah kerja yang telah disediakan, Kontraktor harus merencanakan


program kerja yang efisien sedemikian hingga membantu kelancaran pelaksanaan
pekerjaan. Rencana Kontraktor tersebut harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan. Kontraktor, dalam melaksanakan pekerjaan harus menggunakan metode
kerja yang telah disetujui Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu stabilitas
dan kegiatan operasional dari lingkungan maupun bangunan/instalasi yang sudah
ada, bila ada, di sekitar daerah kerja. Dalam hal diatas, apabila terjadi kerusakan
ataupun ketidakstabilan bangunan atau instalasi yang sudah terpasang di sekitarnya,
Kontraktor wajib memulihkan seperti kondisi semula, dengan biaya Kontraktor.
Selama pelaksanaan pekerjaan, tidak diperbolehkan adanya kotoran-
kotoran masuk ke saluran yang ada. Kotoran-kotoran yang ada tersebut harus
dibuang ke luar lokasi pekerjaan. Pembuangan kotoran menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

17
3.2.4 Ruang Direksi dan Gudang

Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara untuk ruang


Direksi, gudang dan los kerja yang cukup luas di tempat pekerjaan, lengkap dengan
kunci dan perabotan yang diperlukan sesuai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan
(termasuk penempatannya).

Bangunan tersebut harus dibuat dengan konstruksi yang memenuhi


syarat-syarat teknis dan keamanan yang disetujui Direksi Pekerjaan, serta
dilengkapi dengan peralatan meja, kursi serta alat tulis yang diperlukan guna
kelancaran pelaksanaan tugas dari semua pihak yang terkait. Kantor lapangan ini
akan dipakai oleh Manajer Lapangan yang diberi kuasa oleh Kontraktor untuk
menerima instruksi dan lain-lain dari Direksi Pekerjaan.

Gudang harus direncanakan dengan baik dan tidak boleh lembab.


Penempatan material/peralatan kerja di luar gudang/los kerja hanya boleh bila tidak
mengganggu operasional proyek maupun kegiatan yang sudah ada, bila ada, dan
hanya bila penempatannya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus
memelihara jalan masuk selama pekerjaan berlangsung. Biaya perbaikan dan
pemeliharaan jalan dibebankan kepada Kontraktor.

3.2.5 K3 dan keamanan

K3 untuk menjaga/mencegah tenaga kerja yang mengalami kecelakaaan


pada saat sedang melaksanakan pekerjaan atau pertolongan pertama di lokasi
proyek. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
1. helm pelindung kepala;
2. sepatu untuk melindungi kaki;
3. pemadan kebakaran;
4. kotak p3k untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja para pekerja (K3) untuk menjaga/mencegah terjadinya
kecelakaan tenaga kerja pada saat sedang melaksanakan pekerjaan atau pertolongan
pertama di lokasi pekerjaan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Perburuhan atau
persyaratan yang diwajibkan untuk setiap bidang pekerjaan.

18
3.2.6 Peralatan dan Sarana Kerja

Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang baik dan siap pakai
yang diperlukan sesuai dengan macam dan volume pekerjaan. Semua peralatan dan
kelengkapan lain yang digunakan harus dalam keadaan baik. Suku cadang, bahan
bakar dan perlengkapan yang diperlukan untuk semua peralatan tersebut harus
selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pekerjaan.
Jika dipandang perlu, selama masa pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus
bisa meningkatkan kapasitas/kuantitas serta kualitas tenaga kerja dan peralatan
yang digunakan, bilamana ternyata terdapat kemajuan pekerjaan yang terlambat,
kerusakan peralatan, atau bila kemajuan pekerjaan ternyata tidak seperti yang
diharapkan sebagaimana tertera dalam rencana jadwal waktu pelaksanaan
pekerjaan (time schedule).

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini Pemberi Tugas atau Direksi Pekerjaan


tidak menyediakan/meminjamkan peralatan kerja. Untuk keperluan pengamanan
pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diharuskan menyediakan alat-alat keselamatan
kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Kontraktor harus
mengadakan peralatan komunikasi sendiri guna memperlancar hubungan antara
kantor Kontraktor dengan lokasi pekerjaan.

Selama pelaksanaan pekerjaan, apabila Kontraktor akan memindahkan


atau mengangkut material atau peralatan masuk ke dalam atau keluar dari lokasi
pekerjaan, maka harus terlebih dahulu mendapatkan ijin tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Semua sarana kerja, terutama air dan listrik, harus disediakan oleh
Kontraktor. Air yang sudah tersedia di lokasi pada prinsipnya tidak boleh
dipergunakan untuk pekerjaan konstruksi, kecuali bila diijinkan secara tertulis oleh
Pemberi Tugas atau Direksi Pekerjaan.

19
3.2.7 Pekerjaan Pembersihan Lokasi Pekerjaan

Pembersihan dilaksanakan pada semua jenis kotoran, tanaman, sampah, dan


lain-lain yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Pembersihan harus
dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga:
a. Tidak merusakkan bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar.
b. Tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personil yang terlibat dalam
pelaksanaan ini maupun pekerjanya sendiri.
c. Material yang dibersihkan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan sesuai
petunjuk direksi.
d. Semua pembiayaan dan tanggung jawab dalam hal ini ditanggung
sepenuhnya oleh Kontraktor.

Kontraktor juga harus menjaga kebersihan lingkungan di sekitar lokasi


pekerjaan akibat keberadaan/berlangsungnya pekerjaan. Hal ini berarti
menyediakan kolam pembasuhan dan membersihkan alat angkut tanah/beton
sebelum ke luar lokasi pekerjaan. Pembersihan area di sekitar lokasi kerja yang
kotor akibat pelaksanaan pekerjaan merupakan tanggung jawab Kontraktor.

3.2.8 Penelitian Kondisi Lapangan

Walaupun telah ditunjukkan dalam peninjauan lapangan, Kontraktor tetap


perlu meneliti dengan cermat kondisi lapangan sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan, termasuk semua bangunan dan instalasi yang sudah berdiri serta
kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan di sekitar lokasi pekerjaan. Adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor untuk mengetahui dengan sebaik-baiknya dan
secermat-cermatnya kondisi lapangan, di mana semua kondisi tersebut sudah harus
diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan seksama dalam persiapan pekerjaan,
agar bila ada bangunan atau kegiatan yang sudah berada di sekitar lokasi
pekerjaan, tidak menjadi terganggu atau hanya terganggu sesedikit mungkin oleh
pelaksanaan pekerjaan ini.
Demikian pula semua modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian pada
bangunan maupun prasarana lama, bila ada, yang perlu dilakukan untuk

20
mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini, sudah diteliti sebelumnya dan
direncanakan dengan baik sehingga hanya mengakibatkan dampak yang sekecil-
kecilnya terhadap kegiatan yang sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan.
Dalam hal apapun Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan tidak akan menanggapi
tuntutan (claim) baik penyesuaian harga maupun waktu pelaksanaan pekerjaan
dalam Kontrak yang sudah ditetapkan bagi pekerjaan ini, sebagai akibat kekurangan
informasi dan pertimbangan mengenai kondisi lapangan yang sebenarnya.

3.2.9 Pekerjaan Sementara

Kontraktor harus melakukan sendiri pekerjaan persiapan yang diperlukan


untuk melaksanakan pekerjaan utama. bila pekerjaan persiapan tersebut berupa
konstruksi sementara yang nantinya harus dibongkar kembali, maka Kontraktor
harus mempertimbangkan kepraktisan pelaksanaannya, tanpa mengabaikan
keamanannya. Bila diminta oleh Pemberi Tugas, Kontraktor harus mengadakan alat
penerangan sendiri (power supply) untuk penerangan lokasi pekerjaan yang
dianggap perlu.

3.2.10 Air dan WC Darurat

a. Air
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus sudah mengusahakan sumber air,
yang telah lulus pengujian laboratorium, baik untuk keperluan sehari-hari,
maupun untuk keperluan pekerjaan/konstruksi. Tempat penampungan air boleh
dibuat dengan seijin Direksi Pekerjaan.
b. WC darurat/peturasan
Kontraktor diwajibkan membuat WC darurat/peturasan yang layak dan bersih
dimana lokasi WC/peturasan harus mengikuti petunjuk dan disetujui oleh
Pemberi Tugas, tidak mengganggu arus pekerjaan, dan mudah dijangkau. Tidak
diperkenankan membuang air kotor ke sistem drainase yang ada. Dengan
demikian WC/peturasan harus dilengkapi pula dengan septic tank sederhana
untuk menampung air kotoran.

21
3.2.11 Keamanan dan Ketertiban

Kontraktor harus dapat menanggulangi keamanan dan ketertiban dalam


lingkungan proyek. Bila terjadi kehilangan barang peralatan, atau bahan-bahan,
maka hal itu menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.2.12 Penelitian Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknik

Termasuk dalam lingkup pekerjaan persiapan ini, sebelum pekerjaan


dimulai, Kontraktor perlu selalu mempelajari/meneliti semua gambar rencana dan
spesifikasi teknik yang disampaikan oleh Pemberi Tugas. Bila dijumpai dalam
gambar-gambar rencana dan spesifikasi teknik terdapat kekurangan, keraguan atau
kekurangjelasan, maka Kontraktor dapat menanyakan, meminta verifikasi, atau
mendiskusikannya dengan Direksi Pekerjaan dan/atau Konsultan Perencana.
Memang tidak diharapkan bahwa gambar rencana pekerjaan akan
memuat semua detail-detail elemen pelaksanaan. Dalam hal kurangnya gambar
detail tersebut, maka untuk ketepatan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus
membuat gambar-gambar kerja (shop drawing) yang memuat detail-detail tersebut
berdasarkan standar yang berlaku maupun pengalaman praktek yang terbaik, yang
kesemuanya harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum dimulainya pekerjaan.
Dalam hal apapun tidak akan pernah disetujui suatu perpanjangan waktu
penyelesaian pekerjaan bila hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan Kontraktor
melengkapi gambar-gambar kerja dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Disamping itu, walaupun semua gambar kerja telah disetujui Direksi, tidaklah
berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor apabila terdapat kesalahan atau
perubahan dalam gambar-gambar kerja tersebut.

22
3.3 Pekerjaan Pengukuran

3.3.1 Pengukuran Awal

Pengukuran awal dilakukan guna menentukan letak titik-titik kolom


bangunan di lapangan. Pada pengukuran awal dimaksudkan juga untuk menentukan
duga tinggi masing-masing lantai bangunan (yakni duga tinggi yang sama yang
diukur dari ± 0.00 datum). Hasil pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan
tanda-tanda berupa patok-patok ukur dititik-titik koordinat yang dimaksud serta
diberi tanda duga tingginya dengan cat warna merah. Patok-patok ukur harus
terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran penampang 5/7 cm, ditanam kokoh
sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah tempat oleh benturan-benturan
kecil akibat pelaksanaan pekerjaan. Bila patok-patok ini bergeser, miring, atau
tenggelam/tercabut, maka Kontraktor Pelaksana harus menggantinya dengan
melakukan pengukuran kembali sebagaimana mestinya.

Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang


terampil dengan menggunakan alat ukur theodolite. Pengukuran ini harus selalu
disertai oleh Direksi Pekerjaan dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur
yang ditetapkan sudah harus disetujui oleh direksi.

Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam berita acara pengukuran


awal (uitzet) yang ditandatangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
konstruksi bangunan ini untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran dan
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

3.3.2 Pengukuran Lanjutan

Pengukuran selanjutnya dilaksanakan bertahap sesuai dengan tahapan


pekerjaan yang membutuhkannya yang antara lain adalah:
a. Untuk penetapan pemasangan bowplank
b. untuk penetapan titik-titik kolom bangunan dan pondasi
c. untuk leveling lantai struktur, ring balk, kedudukan tie beam, dan lain-lain

23
d. untuk verifikasi kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya
Bila Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya di lapangan
pekerjaan maka Direksi (konsultan pengawas) berwenang mengadakan dengan
biaya sewa yang ditanggung oleh Kontraktor pelaksana.

3.3.3 Pekerjaan Pemasangan Papan Bangunan (Bowplank)

Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah:


1. Kayu meranti 5 cm x 5 cm
2. Papan bangunan ukuran 2/20 diketam rata permukaan atasnya, dipasang rata
air setinggi dua lantai berjarak 2 m kearah luar as kolom bangunan.
3. Tiang-tiang papan bangunan ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap
jarak 2 m.

Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat
dan paku. Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi
mencapai pengecoran kolom gedung.

3.4 Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)

3.4.1 Gambar Detail Pelaksanaan Sesuai Keadaan Lapangan

Kontraktor wajib membuat shop drawing berdasarkan gambar dokumen


kontrak dan keadaan lapangan, untuk memperjelas detail-detail khusus yang
diperlukan pada saat pelaksanaan di lapangan.

3.4.2 Data-Data yang Penting

Shop drawing harus mencantumkan semua data termasuk tipe bahan,


keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus.

24
3.4.3 Persetujuan

Shop drawing belum dapat dilaksanakan sebelum mendapatkan persetujuan


tertulis dari Direksi Pekerjaan.

3.4.5 Perbedaan-Perbedaan

Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, kontraktor harus melaporkan kepada direksi pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal
terdapat kelainan/perbedaan seperti tersebut diatas.

3.5 Pekerjaan Tanah

3.5.1 Lingkup Pekerjaan

Lingkup dari pekerjaan tanah adalah:


a. Pekerjaan galian
b. Pekerjaan drainase sementara
c. Pekerjaan urugan
d. Pekerjaan pemadatan tanah
e. Pemeriksaan kepadatan tanah
f. Pembuangan material galian

3.5.2 Pekerjaan Persiapan

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan perlengkapan, alat


dan sarana pengangkutan serta piranti lain yang diperlukan untuk pekerjaan tanah.
Kontraktor harus sudah mempelajari Laporan Penyelidikan Tanah (Geotechnical
Investigation Report) yang telah dilaksanakan di lokasi proyek, sebelum memulai
pekerjaan tanah. Laporan Penyelidikan Tanah dapat diminta pada Pemberi
Tugas melalui Direksi Pekerjaan dengan permohonan tertulis. Kontraktor harus

25
dapat menyimpulkan apa yang tercantum di dalam laporan penyelidikan tanah
tersebut.
Semua penggalian dan cara pengurugan harus sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknik dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya (Pengawas
Lapangan). Karena sifat tanah yang berbeda, ada kemungkinan terjadi perubahan
rencana pada pelaksanaan pekerjaan tanah. Perubahan tersebut harus dilakukan
Kontraktor dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

3.5.3 Keadaan Tanah

Kontraktor berkewajiban untuk memeriksa keadaan lapangan sebelum


mengajukan penawaran, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
keadaan tanah yang akan digali dan diurug, menaksir galian yang akan dikeluarkan
dan tanah urug yang akan dipakai, serta apakah tanah hasil galian akan kiranya
memenuhi syarat untuk dipakai kembali sebagai tanah uruk. Perkiraan ini semata-
mata menjadi resiko dari Kontraktor dan tidak akan diadakan pertimbangan-
pertimbangan dan penyesuaian.

3.5.4 Galian

a. Uraian Umum
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua penggalian yang
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini. Penggalian harus dilaksanakan sesuai
dengan elevasi yang tertera pada gambar rencana, dan penggalian tanah baru bisa
dimulai setelah adanya persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Penggalian dilakukan terutama pada bagian-bagian yang harus dilaksanakan


konstruksi sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar rencana. Dalamnya semua
galian harus sesuai dengan gambar rencana dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Bila pada dasar galian terdapat lumpur, humus, atau sampah, maka dasar
galian harus dibersihkan, sampai dapat diberi lapisan pasir urug sesuai gambar.

Penggalian dilakukan pada bagian-bagian area pedestrian, dan area-area


lainnya yang bergelombang maupun yang mengalami penurunan, yang

26
direncanakan untuk diperbaiki seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan penggalian tanah yang telah
selesai kepada Direksi untuk dimintakan persetujuannya.

Dalam pekerjaan penggalian tanah termasuk pekerjaan pemadatan tanah


dasar galiannya, dan juga pembuangan segala benda yang ditemukan dalam bentuk
apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan perbaikan. Biaya untuk
semua lingkup pekerjaan ini harus sudah diperhitungkan dalam biaya
penawaran. Kontraktor harus menjaga keamanan lubang galian dari pengaruh-
pengaruh luar seperti air tanah, hujan, air permukaan, kelongsoran, lumpur yang
masuk, maupun juga benda-benda lain yang tidak diinginkan. Biaya untuk
pekerjaan ini harus sudah diperhitungkan dalam biaya penawaran.

Jika ada kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat hal-hal tersebut di atas,


maka kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan tersebut dan
memperbaikinya kembali sesuai dengan instruksi Direksi. Untuk galian-galian yang
memotong saluran-saluran di bawah tanah, baik itu berupa instalasi kabel listrik,
telekomunikasi, saluran air dan sebagainya, maka Kontraktor harus bertanggung
jawab penuh agar tidak terjadi gangguan/kerusakan pada saluran-saluran tersebut,
untuk kemudian segera melapor kepada Direksi Pekerjaan, dan bila diperlukan,
memindahkannya ke tempat yang disetujui Direksi Pekerjaan.

Penyimpanan/pembuangan tanah galian tidak boleh mengganggu secara


langsung maupun tidak langsung operasional yang sudah ada di lapangan
pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan suatu lokasi, dengan ijin dan petunjuk
Direksi Pekerjaan, untuk kolam pembasuhan. Sebelum keluar lokasi pekerjaan, alat
angkut material tanah harus dibersihkan di kolam pembasuhan dan/atau dengan
disemprot air.

b. Kedalaman galian
Kedalaman galian harus dilaksanakan sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar rencana. Namun demikian, bila diperlukan, atau bila diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, lubang galian harus digali lebih dalam sampai kedalaman
yang diperlukan, dan sampai didapat dasar galian yang bersih. Setelah galian

27
selesai, permukaan tanah harus diratakan, dibasahi seperlunya dan dipadatkan
dengan baik.

c. Penggalian tanah untuk perbaikan


Penggalian harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan perbaikan,
sampai kedalaman yang disyaratkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Stabilitas dinding atau kemiringan lereng galian dan keamanan
pelaksanaan pekerjaan adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

Jika pada dasar galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-
bagian tanah yang berongga (tidak padat), maka bagian itu harus dikeluarkan
seluruhnya. Selanjutnya, sebelum pekerjaan perbaikan permukaan dilaksanakan,
tanah dasar galian harus dipadatkan dengan baik hingga memenuhi syarat
pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat jenis kering maksimum (maximum
dry density). Setiap kelebihan galian di bawah permukaan yang telah ditentukan
harus diurug kembali sampai permukaan semula (yang direncanakan dalam
gambar), dengan pasir yang kemudian dipadatkan, untuk mencegah turunnya
struktur atas yang akan dikerjakan.

Air yang tergenang di lapangan atau galian yang ditimbulkan oleh mata air,
hujan, kebocoran pipa-pipa, atau sebab-sebab lainnya selama pelaksanaan
pekerjaan, harus dikeringkan oleh Kontraktor, dimana hal ini harus sudah
diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan pekerjaan.

3.5.5 Halangan yang Dijumpai ketika Penggalian

Semua akar-akar pohon, kotoran-kotoran, beton-beton tak terpakai, pipa-


pipa drain yang tak terpakai, atau halangan-halangan lain yang dijumpai pada waktu
penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Bila dijumpai batu-batu besar
yang dijumpai pada waktu penggalian harus dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Hal
ini harus sudah diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan galian. Harus
dijaga agar pipa-pipa drainase, pipa-pipa air atau pipa-pipa gas, kabel-kabel listrik
atau telekomunikasi yang masih berfungsi yang dijumpai pada waktu penggalian
tidak terganggu atau menjadi rusak.

28
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengamankan jaringan-jaringan
tersebut agar jaringan-jaringan tersebut tetap berfungsi selama perbaikan, dan bila
perlu memindahkannya ke tempat lain, atas biaya Kontraktor. Bilamana terjadi
kerusakan-kerusakan pada jaringan-jaringan tersebut, maka Direksi Pekerjaan dan
pihak-pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua kerusakan harus
diperbaiki atas biaya Kontraktor sendiri.

3.5.6 Drainase Sementara

Air yang tergenang di lapangan, atau dalam galian selama pelaksanaan


pekerjaan, yang berasal dari mata air/air tanah, hujan atau kebocoran pipa-pipa,
harus dialirkan keluar atas biaya Kontraktor. Untuk keperluan itu, bila dirasa perlu
oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus membuat saluran drainase sementara agar
dapat mengalirkan air dengan baik. Biaya pembuatan drainase sementara menjadi
tanggungan Kontraktor, yang mana bila perlu, sudah diperhitungkan dalam
penawaran berdasarkan kondisi lapangan yang ada.

3.5.7 Pengawasan Penggalian

Semua galian harus diperiksa terlebih dulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum
lapisan pasir, lantai kerja, pembesian, dan elemen-elemen lain dipasang. Bila
didapatkan keadaan kurang memuaskan, maka Kontraktor harus mendapat ijin
Direksi Pekerjaan sebelum galian selanjutnya dilaksanakan.

3.5.8 Penyimpangan-Penyimpangan pada Galian

Semua penyimpangan-penyimpangan penggalian akan diukur dari waktu ke


waktu, dicatat, dan untuk selanjutnya disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor
tidak boleh menutup kembali galian tersebut sebelum pengukuran dan perbaikan
disetujui.

29
3.5.9 Urugan Pasir Batu (sirtu)

Urugan sirtu dilakukan terutama untuk substitusi tanah pada bagian


pedestrian di sisi kanal, dengan ketebalan sesuai gambar rencana. Sebelum urugan
dilaksanakan, tanah dasar urugan harus sudah dipadatkan dengan baik hingga
memenuhi syarat pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat jenis kering
maksimum (maximum dry density). Selanjutnya, urugan sirtu harus juga ditumbuk
hingga padat, yaitu mencapai 95% dari berat jenis kering maksimum (maximum dry
density). Bahan urugan sirtu harus bersih, dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3.5.10 Urugan Pasir

Urugan pasir dilakukan di bawah lantai yang berhubungan langsung dengan


lapisan tanah atau permukaan sirtu, dengan ketebalan sesuai gambar rencana,
termasuk lantai rabat beton. Urugan pasir harus disiram air kemudian ditumbuk
hingga padat. Bahan urugan pasir harus bersih, dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

3.5.11 Pengurugan dan Pemadatan Tanah

Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari akar-akar


pohon, sampah-sampah, puing-puing bangunan dan lain-lain sebelum
pengurugan tanah dimulai. Tanah urug untuk menguruk, meratakan harus bersih
dari bahan organik, sisa-sisa tanaman, sampah, puing dan lain sebagainya. Material
yang digunakan untuk sub-grade harus memenuhi standar spesifikasi AASHTO-
M.57-64 dan harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan.
Material yang dipakai untuk timbunan atau sub-grade harus memenuhi
syarat pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat jenis kering maksimum
(maximum dry density) menurut AASHTO-T.99. Bila tanah galian ternyata tidak
baik atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan maka kontraktor harus

30
mendatangkan tanah urug yang baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Pengurugan tanah harus dibentuk sesuai dengan peil ketinggian, kemiringan


dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar rencana atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang
baik, tanah urug harus ditempatkan dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 20 cm
dan harus dipadatkan sebaik-baiknya dengan penambahan air secukupnya sehingga
didapat pemadatan yang optimum. Bila permukaan tanah akhir akan dibuat
miring, maka kemiringan tanah harus diselesaikan secara rata atau bertangga
sebagaimana diminta oleh Direksi Pekerjaan.

Pekerjaan dianggap berbahaya atau dengan jarak yang kurang dari 45


cm terhadap saluran, batas-batas atau pekerjaan lain yang mungkin bisa menjadi
rusak oleh karenanya. Pengurugan kembali lapisan tanah harus dilaksanakan
dengan memadatkan tanah urug dalam lapisan-lapisan setebal maksimum 20 cm.
Pengurugan ini tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

3.5.12 Tempat Pembuangan Material

Tempat pembuangan material hasil galian, sampah atau bongkaran menjadi


tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus menjaga tempat pembuangan
material agar tidak merusak lingkungan. Timbunan tanah bekas galian harus dibuat
dan diatur sedemikian rupa sehingga aman dari terjadinya longsoran.

3.6 Pekerjaan Beton Bertulang

3.6.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan beton ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga
kerja untuk produksi serta pelaksanaan pekerjaan beton bertulang, termasuk uji
kekuatan dan perawatannya, yang akan meliputi antara lain:
a. Material pembentuk beton

31
b. Pengadaan beton
c. Baja tulangan
d. Pekerjaan beton bertulang
e. Perawatan beton
f. Uji kelayakan dan kekuatan beton

3.6.2 Pengadaan, Mutu, dan Kinerja Beton

Semua pekerjaan beton yang termasuk dalam lingkup spesifikasi ini


adalah “ready mixed concrete”, kecuali bila ditetapkan lain secara khusus dalam
spesifikasi dan/atau diijinkan secara khusus oleh Direksi Pekerjaan. Semua
pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang sebagaimana disebutkan dalam
SNI.
Kontraktor harus merancang adukan beton (mix design) menurut komposisi
adukan dan proporsi campuran yang baik, dan bertanggung jawab penuh atas
kekuatan beton yang disyaratkan. Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga
dapat menghasilkan beton dengan kinerja yang baik. Sebelum produksi beton,
Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes) untuk
mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan beton dengan kinerja seperti
yang disyaratkan, untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini adukan
percobaan perlu dibuat dalam beberapa proporsi campuran yang berbeda (utama
dan pendamping) untuk mendapatkan campuran yang optimum.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian agar
beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat kelecakan
(workability) serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
perataan dan pemadatan) secara “mudah” ke dalam cetakan dan ke sekitar tulangan,
tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding)
secara berlebihan. Mutu beton harus memenuhi kriteria seperti yang disebutkan
dalam gambar rencana pekerjaan. Kuat tekan karakteristik adalah kuat tekan beton
yang sudah memperhitungkan adanya deviasi secara statistik pada sejumlah benda
uji beton, yang sesuai dengan persyaratan SNI.

32
3.6.3 Bahan-Bahan

1. Semen Portland
Semen yang dipakai adalah jenis Semen Portland Tipe I atau juga dikenal
sebagai Ordinary Portland Cement, yang harus dalam kondisi segar dengan tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda prahidrasi (proses pembatuan), dan yang
memenuhi semua ketentuan/ kriteria standar SII 0013-81 dan Standar Umum Bahan
Bangunan Indonesia 1986, atau ASTM-C150.
Penggunaan Semen Portland Tipe I dari suatu merek tertentu yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan adalah mengikat untuk semua pekerjaan beton di dalam
lingkup spesifikasi ini. Semen harus disimpan di dalam gudang yang kedap air,
berventilasi baik, di atas lantai tumpuan setinggi +30 cm, dengan tumpukan kantong
semen tidak boleh melebihi sepuluh lapis. Penyimpanan harus selalu terpisah untuk
setiap pengiriman serta harus dipakai sesuai urutan pengirimannya.

2. Pasir (agregat halus)


Agregat halus atau pasir untuk beton, dapat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
“Mutu dan cara uji agregat beton”, atau ASTM-C33, dan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat halus harus terdiri dari butir yang keras dan tajam. Butir-butir
agregat harus bersifat kekal, artinya tidak menjadi lapuk atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan. Agregat halus tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5% maka agregat harus dicuci dulu sebelum
dipakai dalam pengadukan, dengan metode pencucian yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan standar yang
berlaku. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, agregat halus yang tidak dapat

33
memenuhi persyaratan yang ditentukan tersebut di atas, boleh dipergunakan bila
dan hanya bila telah dibuktikan berdasarkan pengujian khusus atau pemakaian yang
nyata dapat menghasilkan beton dengan kekuatan dan kinerja yang memenuhi
syarat spesifikasi ini. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton.

3. Kerikil atau batu pecah (agregat kasar)


Agregat kasar untuk beton harus berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80 “Mutu
dan cara uji agregat beton”, atau ASTM-C33, dan yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan
standar yang berlaku di SNI.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah
butir pipih tersebut tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka
agregat harus dicuci dulu sebelum digunakan dalam adukan beton, dengan metode
pencucian yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Agregat kasar tidak boleh
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.

4. Gradasi butiran agregat halus dan kasar


Kecuali untuk beton yang dipakai pada lantai kerja, maka susunan butiran
agregat halus dan kasar untuk semua beton struktural harus diperiksa dengan
melakukan analisa ayakan, sesuai standar yang berlaku. Untuk itu ditetapkan
susunan ayakan dengan lubang-lubang persegi, dengan ukuran lubang dalam mm
berturut-turut 31,5 - 16,0 - 8,0 - 4,0 - 2,0 - 1,0 - 0,5 -0,25 (ayakan ISO).

5. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang bias

34
merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang
lulus pengujian di laboratorium sebagai air tawar yang dapat diminum.

6. Baja tulangan
Baja tulangan untuk beton bertulang di dalam pekerjaan ini pada prinsipnya
menggunakan baja tulangan ulir (BJTD) dengan tegangan leleh 400 MPa,
kecuali untuk tulangan dengan diameter di bawah 10 mm. Baja tulangan polos
(BJTP) dengan tegangan leleh 240 MPa atau wiremesh dengan tegangan leleh 500
MPa dapat digunakan bila ada dan ditunjukkan pada gambar.
Semua baja tulangan beton struktural yang dipakai dalam pekerjaan ini
harus memenuhi syarat dan ketentuan berikut ini yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan:
- Mutu dan cara uji baja tulangan beton SII 0136-84.
- Specification for deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement, ASTM-A615.
- Specification for rail-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement
ASTM-A616.
- Specification for axle-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement
ASTM-A617. Bila dianggap perlu, dilakukan pengujian lengkung (bend test)
terhadap baja tulangan dan hasil ujinya harus memenuhi persyaratan uji
lengkung untuk batang tulangan baja poros (axle-steel) ASTM-A617, mutu 400.
- Standard specification for low-alloy steel deformed bars for concrete
reinforcement ASTM-A706.
- Pemenuhan syarat dan ketentuan di atas dibuktikan dengan uji tarik yang
dilakukan pada sampel baja tulangan untuk masing-masing diameter tulangan
yang akan dipakai dalam konstruksi dengan jumlah dan ketentuan sesuai yang
dipersyaratkan dalam SNI.

Pemakaian baja tulangan dari jenis yang berlainan dari ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Baja tulangan deform yang
mempunyai tegangan leleh melampaui 400 MPa boleh dipakai asalkan tegangan
lelehnya memberikan regangan awal leleh sebesar 0,35% dan baja tulangan

35
tersebut memenuhi salah satu syarat dan ketentuan dalam spesifikasi di atas serta
mendapat persetujuan Direksi.
Baja tulangan harus disuplai dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber baja tersebut
untuk pekerjaan struktural. Pemasangan baja tulangan harus dilakukan sesuai
dengan gambar dan mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Hubungan antara baja
tulangan yang satu dengan lainnya harus menggunakan kawat beton, diikat dengan
teguh, tidak boleh menggeser selama pengecoran dan pemadatan beton, serta bebas
dari kotoran berminyak, tanah dan lain sebagainya.
Hanya bila ditunjukkan dalam gambar dengan suatu tanda khusus, baja
tulangan boleh dilas dengan seijin Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini harus disertakan
standar SII atau ASTM mengenai baja tulangan, untuk keperluan laporan tentang
sifat bahan guna memenuhi prosedur pengelasan yang ditetapkan dalam
“Structural welding code for reinforcing steel” (AWS-D1.4) dari American
Welding Society.
Penggunaan jaringan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wire-mesh
dan sejenisnya harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Bila disetujui oleh
Direksi, maka jaringan baja tulangan tersebut harus memenuhi ketentuan dan syarat
dalam SII 0784-83 “Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton” atau
“Specification for welded steel wire fabricated for concrete reinforcement” ASTM-
A185.
Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat karena mutunya tidak sesuai
dengan spesifikasi harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, paling lambat
dalam waktu 2 x 24 jam setelah instruksi tertulis Direksi.

7. Bahan campuran tambahan (additives/admixtures)


Hanya bila disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan
campuran tambahan atau additives/admixtures boleh dipakai. Bahan tambahan
merupakan cairan atau bubuk yang bisa ditambahkan ke dalam adukan beton
selama proses pencampuran/pengadukan, untuk memperbaiki sifat fisik dan/atau
kimiawi adukan beton (fresh concrete) maupun beton yang sudah mengeras
(hardened concrete).

36
Secara umum, tujuan penggunaan bahan tambahan yang bias dibenarkan
dalam pekerjaan ini adalah bila memenuhi salah satu tujuan di bawah ini:
- Perbaikan sifat adukan beton.
- Meningkatkan workability tanpa menambahkan kadar air.
- Membuat ekspansi volume atau mencegah terjadinya susut untuk keperluan
grouting.
- Meningkatkan ketahanan anti korosi pada beton, terutama pada lingkungan yang
agresif seperti di bawah tanah atau di dekat laut.
- Membuat beton kedap air.
Untuk itu bila dirasakan perlu menggunakan bahan tambahan tersebut,
Kontraktor harus mengajukan proposal tertulis kepada Direksi Pekerjaan
sehubungan dengan rencana menggunakan bahan tambahan, menjelaskan
jenis/tipe/merk yang diusulkan, tujuan penggunaan, cara bekerja bahan tersebut
maupun analisa kimiawinya, serta bukti penggunaannya selama 5 tahun terakhir di
Indonesia. Khusus untuk material additif “fly ash“, kadar pencampuran dibatasi
hingga maksimum 10%. Khusus untuk pondasi raft dapat ditingkatkan hingga 15%.

3.6.4 Uji Mutu dan Kinerja Beton

1. Adukan Percobaan (trial mixes)


Sekurang-kurangnya dua minggu sebelum memulai pekerjaan beton,
Kontraktor harus membuat adukan percobaan (trial mixes) dengan menggunakan
contoh bahan-bahan beton (semen, agregat, air dan bahan tambahan) yang akan
digunakan nantinya, untuk menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi
kriteria untuk mencapai mutu serta kinerja beton yang disyaratkan.
Kontraktor diharuskan membuat pengujian pendahuluan (trial mixing test)
atas benda uji silinder sejumlah minimum 20 buah untuk setiap proporsi adukan
beton yang dikehendaki, yang diuji pada umur beton 3 hari, 7 hari dan 28 hari. Trial
test ini harus sudah dilaksanakan segera setelah adanya Surat Perintah Kerja atau
penunjukan Kontraktor. Prosedur pembuatan harus diketahui dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Pembuatan benda uji dan pelaksanaan pengujian harus

37
disaksikan wakil Direksi. Walaupun demikian jaminan akan mutu dari hasil
pengujian ini tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Laporan hasil pengujian harus segera diserahkan kepada Direksi untuk
diperiksa sebelum disetujui. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada
Direksi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian, di mana harus
dicantumkan tanggal pembuatan benda uji, tanggal pengujian, nilai slump, kuat
tekan rata-rata, deviasi standar, kuat tekan karakteristik, dan keterangan lainnya
yang diperlukan.
Kuat tekan karakteristik beton fc’ dalam pengujian percobaan tersebut harus
didapatkan berdasarkan rumusan SNI, yaitu dengan melakukan koreksi pada kuat
tekan rata-rata fcr’ yang didapat dari minimal 20 hasil uji tekan, berdasarkan nilai
deviasi standarnya menurut formulasi di bawah ini:
fc’ = fcr’ - 1,64 S
di mana S menyatakan besarnya deviasi standar dari hasil uji kuat tekan dari
minimal 20 benda uji yang dilakukan secara berurutan. Semua besaran dalam
rumusan tersebut di atas memakai satuan [MPa].

2. Uji mutu dan kinerja beton


Agar supaya kualitas beton yang digunakan dapat dikontrol dengan baik
sesuai spesifikasi dan standar yang ada, Kontraktor harus melakukan uji mutu dan
kinerja beton, baik untuk campuran percobaan maupun terus-menerus selama
proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk keperluan tersebut, minimal ada dua
pengujian yang harus dilakukan:
- Uji tekan hancur
- Uji slump
Prosedur pengujian baik uji tekan maupun uji slump harus dilakukan
berdasarkan peraturan yang berlaku. Hasil dari pengujian ini harus segera
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk dievaluasi. Jumlah dan prosedur
pembuatan contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam SNI, dengan
benda uji berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm, di mana mutu
beton harus diperiksa pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari
untuk setiap macam adukan yang diambil contohnya.

38
Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan
memuaskan bila dipenuhi kedua persyaratan berikut:
- Rata-rata dari semua nilai hasil uji kuat tekan (satu nilai hasil uji = rata-rata dari
nilai uji tekan sepasang benda uji silinder yang diambil dari sumber adukan yang
sama seperti telah disebutkan di atas) dari sekurang-kurangnya empat nilai (yang
berarti dari empat pasang) hasil uji kuat tekan yang berturut-turut, harus tidak
kurang dari (fc’ + S), di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan.
- Tidak satupun dari nilai hasil uji tekan (1 hasil uji tekan = rata-rata dari hasil uji
dua silinder yang diambil pada waktu bersamaan) mempunyai nilai di bawah 0,85
fc’.

Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya,
dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kekuatan dan kapasitas struktur
beton tidak menjadi membahayakan. Bila kemungkinan terjadinya suatu beton
dengan kekuatan rendah telah dapat dipastikan dan perhitungan menunjukkan
bahwa kekuatan dan kapasitas struktur beton mungkin telah berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor inti (core drilling) pada daerah yang dipertanyakan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling
tidak tiga buah benda uji bor inti untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau
terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor
inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti
yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur
beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
dispesifikasikan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila
disyaratkan demikian dalam spesifikasi), perlu diperhitungkan dan dilakukan
koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan. Untuk memeriksa
akurasi dari hasil pengujian bor inti, lokasi yang diwakili oleh kuat tekan benda uji
bor inti yang tidak menentu atau meragukan boleh diuji ulang.

39
3. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Adukan beton
Adukan beton dapat berupa ready mixed concrete atau site mixed concrete
dan memenuhi syarat-syarat SNI. Kontraktor harus mengadakan/membuat adukan
beton menurut komposisi adukan dan proporsi campuran yang baik, dan
bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang ditentukan/disyaratkan dalam
spesifikasi ini, sesuai dengan jenis atau bagian pekerjaan yang dilaksanakan.
Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan beton
dengan kinerja yang baik, namun tidak mengurangi kuat tekan beton yang
disyaratkan. Dalam segala hal, penggunaan air yang berlebihan untuk mencapai
kelecakan atau nilai slump yang tinggi adalah tidak diperkenankan. Nilai slump
yang diijinkan untuk struktur bawah adalah 16 ± 2 cm, dan untuk struktur atas
adalah 12 ± 2 cm.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian agar
beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat kelecakan
(workability) serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
perataan dan pemadatan) secara mudah ke dalam cetakan dan ke sekitar tulangan,
tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding)
secara berlebihan.

b. Adukan beton yang dibuat setempat (site mixing)


Bila adukan beton dibuat setempat, adukan tersebut harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
a. Sebelum produksi beton, Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan
(trial mixes) untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan beton
dengan mutu dan kinerja seperti yang disyaratkan, untuk disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam hal ini adukan percobaan perlu dibuat dalam beberapa
proporsi campuran yang berbeda (utama dan pendamping) untuk mendapatkan
campuran yang optimum.
b. Pelaksanaan penakaran semen dan agregat harus dengan kotak-kotak takaran
yang volumenya sama sesuai hasil trial mixes dan disetujui oleh Direksi.

40
c. Banyaknya air untuk campuran beton harus sesuai dengan trial mixes,
sedemikian rupa sehingga tercapai kinerja kelecakan atau kemudahan
pengecoran (workability) yang sesuai dengan penggunaannya.
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton (batch
mixer), di mana tipe dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
e. Kecepatan pengadukan harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuat mesin
tersebut.
f. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
g. Lama pengadukan tidak kurang dari 5 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk.
h. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan dulu
dari sisa-sisa beton lama sebelum dimulainya adukan beton yang baru.
i. Beton harus secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau cetakan/bekisting. Pengecoran harus
dilaksanakan secara terus-menerus dalam satu elemen struktur atau di antara
sambungan konstruksi atau siar pelaksanaan (construction joint) yang telah
disetujui.
j. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor di cetakannya dalam
waktu 30 menit setelah pencampuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan atas dasar pengamatan sifat-sifat mulai
mengerasnya/pengikatan (setting) pasta semen, kecuali bila bisa dibuktikan
bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi mutu beton setelah mengeras, atau
karena menggunakan bahan-bahan tambahan campuran beton (admixture),
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
k. Bila tempat pengadukan beton (batching plant) tidak berada di lokasi pekerjaan,
maka adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran, untuk
menghindarkan sudah terjadinya setting awal atau degradasi mutu beton akibat
waktu transportasi yang lama. Dalam hal ini penggunaan alat transportasi
pengangkut adukan beton haruslah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

41
Semua alat pengangkut yang digunakan harus selalu dibersihkan dari sisa-sisa
adukan beton yang mengeras.
l. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum cetakan/bekisting
dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.
m. Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
tidak kurang dari 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau untuk
meneruskan pengecoran beton bila pelaksanaan telah ditunda selama lebih dari
24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
n. Dalam hal ini, Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima dari
pemberitahuan tersebut, dan akan memeriksa cetakan dan tulangan, sehingga
menyatakan dapat mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara
tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
o. Tanpa bertentangan dengan suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada beton
yang boleh dicor bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan pelaksanaan pencampuran dan pengecoran beton secara
keseluruhan.
p. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat yang akan dicor harus terlebih
dahulu dibersihkan dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-
lain) dan dibasahi dengan air semen.
q. Pengecoran dilakukan secara kontinyu, namun dengan metode pengecoran yang
diusulkan Kontraktor dan disetujui oleh Direksi, dengan memperhatikan cara
atau urutan pengecoran terutama untuk komponen pengecoran yang sulit, agar
tidak terjadi cold joint. Bila dianggap perlu adanya sambungan-sambungan
konstruksi (construction joint) untuk pengecoran beton, maka pengaturan
sambungan tersebut perlu mengikuti aturan-aturan yang disebutkan dalam
spesifikasi ini, atau yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk itu, sebelum
pengecoran dilaksanakan, Kontraktor harus menyampaikan usulan prosedur
pengecoran yang dianggapnya terbaik kepada Direksi Pekerjaan, termasuk
usulan penempatan sambungan konstruksi bila ada, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi.

42
r. Dalam segala hal tidak dibenarkan untuk menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian yang lebih tinggi dari 50 cm sehingga bisa
menimbulkan kecenderungan pengendapan agregat atau segregasi, yang dengan
demikian akan menurunkan mutu dan kinerja beton setelah mengeras.
s. Agar supaya kinerja beton segar yang digunakan dapat dikendalikan dengan
baik sesuai spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran,
perlu dilakukan uji kelecakan (slump) beton, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan.
t. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh benda uji dan contoh
cetakannya harus sesuai dengan SNI, dan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
u. Untuk keperluan pengujian kekuatan beton setelah mengeras, maka harus
diambil contoh benda uji selama pelaksanaan pengecoran beton. Jumlah benda
uji yang diambil harus minimal satu set (satu set = 4 buah benda uji yang
diambil dari sumber yang sama pada waktu bersamaan) untuk setiap 10 m3
pengecoran beton, dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300
mm.
v. Untuk mengetahui mutu beton yang sudah dilaksanakan, maka contoh benda uji
beton harus diperiksa dengan uji tekan hancur pada umur 7 hari dan 28 hari
(masing-masing satu pasang benda uji). Hasil uji tekan harus segera
disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi.
w. Bila ada benda uji silinder yang dirawat di lapangan, maka silinder yang dirawat
di lapangan harus dirawat sesuai dengan kondisi di lapangan. Di samping itu,
benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada saat yang
bersamaan dan diambil dari sumber yang sama dengan benda uji silinder yang
akan dirawat di laboratorium.

c. Sambungan konstruksi (construction joint)

Sambungan konstruksi tidak boleh diletakkan pada pertemuan komponen-


komponen struktur utama terkecuali memang disyaratkan demikian. Sambungan
konstruksi pada umumnya harus diletakkan pada posisi dengan pengaruh gaya

43
geser yang terkecil, atau pada posisi dengan pengaruh kombinasi momen lentur
dan gaya geser yang minimal, sesuai dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam segala hal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian sehingga membuat struktur beton tetap monolit. Kontraktor harus
menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana diperlukan untuk
membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang
tidak direncanakan dari pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya
pengadaan beton atau penghentian oleh Direksi Pekerjaan. Bila pengecoran
dihentikan untuk kemudian dilanjutkan dalam waktu lebih dari 24 jam, atau bila
dipandang perlu oleh Direksi, maka permukaan beton lama yang akan disambung
harus terlebih dahulu dibersihkan dan bila perlu dikasarkan dengan menyikat, atau
dengan cara lain bila betonnya sudah sangat mengeras, untuk kemudian dilapisi
dengan bonding agent dan selanjutnya baru dicor dengan beton baru.
Untuk sambungan-sambungan konstruksi pada pelat basement dan
basement wall, harus dipasang waterstop yang memadai pada arah sesuai
sambungan konstruksi. Waterstop dapat menggunakan bahan PVC dan pemilihan
jenisnya harus dengan persetujuan direksi pekerjaan. Sambungan konstruksi di
daerah air laut tidak diperkenankan pada level di antara 1 meter di bawah muka
air terendah dan 1 meter di atas muka air tertinggi.

d. Pemadatan beton

Selama pengecoran berlangsung, beton harus dipadatkan dengan memakai


alat penggetar mekanis atau vibrator, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak cetakan maupun posisi tulangan. Kontraktor harus menyediakan
vibrator dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kelancaran pekerjaan tanpa
adanya penundaan.
Bila dianggap perlu, dan bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran
bisa ditambah dengan penusukan oleh batang penusuk secara manual, dengan
menggunakan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan
memadai. Namun demikian, pemadatan beton secara berlebihan atau terlalu lama
sehingga menyebabkan segregasi atau pengendapan agregat harus dihindarkan.

44
Selama proses pemadatan beton, harus selalu dilakukan tindakan yang cermat dan
hati-hati, untuk menentukan bahwa semua sudut dan rongga yang kosong, termasuk
di antara dan sekitar besi tulangan telah benar-benar terisi tanpa adanya
pergeseran kerangka tulangan.
Walaupun demikian, alat penggetar tidak boleh digunakan untuk menggeser
atau memindahkan adukan beton dari satu tempat ke tempat lain dalam cetakan.
Jumlah minimum penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (internal
vibrator) untuk memadatkan beton harus setidak-tidaknya memenuhi ketentuan
berikut ini:
Kecepatan pengecoran beton (m3/jam) Jumlah penggetar mekanis
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6

Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus


dimasukkan tegak ke dalam beton segar supaya tembus ke dasar beton yang baru
dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh kedalaman bagian itu. Alat
penggetar kemudian harus ditarik perlahan-lahan dan dimasukkan kembali pada
posisi lain yang tidak lebih dari 50 cm jaraknya. Alat penggetar pada umumnya
tidak perlu berada lebih dari 30 detik di satu lokasi, dan tidak boleh menyentuh
tulangan beton.

e. Perawatan beton (curing)

Sejak permulaan segera setelah pengecoran, beton harus dirawat (curing)


dan dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, juga dari angin,
hujan atau aliran air, dan gangguan mekanis. Dalam segala hal, beton harus
dipertahankan untuk terjadi kehilangan kelembaban yang minimal dan dengan
temperatur yang relatif tetap, untuk suatu periode waktu yang disyaratkan demi
untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan betonnya.
Metode curing harus terlebih dulu diusulkan dan mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan, sebelum pelaksanaan pengecoran beton. Bila dianggap perlu dan

45
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, curing compound dapat digunakan untuk
mempercepat proses perawatan beton dan menghindari terjadinya retak susut
plastis. Namun dalam segala hal, cara aplikasi curing compound harus selalu
mengacu kepada petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, perawatan beton bisa
dilakukan dengan cara membasahi, atau menyelimutinya memakai lembaran yang
menyerap air, yang harus selalu basah, untuk periode selama minimal 7 hari.
Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton harus cukup diberati atau diikat
ke bawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan
kayu digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat
sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan terjadi pengeringan
beton. Lalu lintas tidak diperkenankan pada permukaan beton untuk minimal 7 hari
setelah beton dicor.
Selanjutnya bila tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka semua
permukaan beton yang terbuka masih harus tetap dijaga kelembabannya selama
minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air secara periodik pada permukaan
beton tersebut, atau dengan cara lain yang diusulkan Kontraktor. Kontraktor harus
bertanggung jawab atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan
pekerjaan curing ini.

f. Pembengkokan dan penyetelan baja tulangan

Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Kontraktor


harus membuat rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan (bar
bending schedule), yang sebelumnya harus diserahkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan. Tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran seperti
lemak, karet lepas, tanah, serta bahan-bahan atau kotoran yang bisa mengurangi
daya lekatnya.
Pembengkokan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti,
sesuai dengan aturan dalam SNI. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh
tenaga yang ahli, dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat, patah dan retak-retak pada batang baja. Pemasangan dan

46
penyetelan tulangan harus berdasarkan peil-peil yang sesuai dengan gambar, dan
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya. Pemasangan dilakukan
dengan menggunakan pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk
mendapatkan tebal selimut yang sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi, maka dapat dipakai ketentuan
dalam peraturan yang berlaku.
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
pengecoran tidak akan berubah tempatnya. Ketebalan selimut beton harus dibuat
dengan pengganjal yang umum dipakai dalam praktek, seperti terbuat dari beton
(dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor), dengan
jumlah minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lanta kerja, atau seperti yang
diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan, dan tersebar merata. Pada tulangan rangkap,
tulangan atas harus ditunjang dari tulangan bawah oleh batang-batang penunjang,
atau ditunjang langsung dari tepi bawah cetakan atau lantai kerja oleh pengganjal
dari beton yang cukup tinggi.

g. Cetakan pengecoran beton (bekisting)

Untuk elemen struktur beton, cetakannya dibuat dengan sistem dan bahan
yang disetujui Direksi Pekerjaan, serta bila diperlukan, menggunakan sistem
struktur penumpu yang kesemuanya harus memenuhi syarat-syarat kekuatan dan
daya tahan, serta mempunyai permukaan yang baik untuk pekerjaan finishing pada
bagian beton yang berada di atas permukaan tanah/air.
Dalam hal ini Kontraktor harus memberikan perhitungan kekuatan sistem
dan bahan yang akan dipakai untuk cetakan, untuk disetujui oleh Direksi. Cetakan
harus dipasang sesuai dengan ukuran-ukuran jadi yang ada di dalam gambar dan
menjamin bahwa ukuran-ukuran tersebut tidak akan berubah sebelum dan selama
pengecoran. Cetakan juga harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan
terjadi kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran. Cetakan harus dibersihkan
dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu, paku, serbuk
gergaji, tanah dan sebagainya yang dapat mengurangi mutu beton atau merusak
beton yang sudah mengeras pada waktu pembongkaran cetakan. Cetakan harus

47
kokoh dan cukup rapat sehingga dapat mencegah kebocoran adukan. Cetakan harus
diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga terjamin kedudukan dan bentuknya yang
tetap. Cetakan harus dibuat dari bahan yang baik, tidak menyerap air, dan mudah
dibongkar tanpa merusak beton yang sudah mengeras.
Untuk menjamin bahwa air beton tidak diserap sebagian oleh bahan cetakan,
maka cetakan bisa dilapisi dengan plastik atau bahan sejenisnya. Cetakan beton
harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar maupun yang
diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan. Bila ditunjukkan dalam gambar, cetakan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga membentuk lawan lendut seperti tertera
pada gambar.

h. Pembongkaran cetakan (bekisting)

Pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan mendapat persetujuan Direksi


Pekerjaan, serta dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebelum
pembongkaran, Kontraktor harus meyakini bahwa bagian-bagian konstruksi yang
akan dibongkar cetakannya sudah dapat memikul berat sendiri dan beban- beban
pelaksanaan. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian
beton yang keropos berupa sarang lebah atau cacat lainnya, yang akan
mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka kontraktor harus segera
memberitahukan kepada Direksi, untuk meminta persetujuan Direksi mengenai
cara pengisian atau penutupannya.
Bila beton yang keropos atau cacat tersebut diragukan mutunya, maka
Direksi berhak untuk meminta Kontraktor melaksanakan uji coba non destruktif
seperti Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau kalau dianggap perlu, mengadakan
pengujian dengan melakukan core drilling pada bagian beton yang benda ujinya
gagal memenuhi syarat spesifikasi. Dalam hal ini, coring beton harus dilakukan
oleh tenaga ahli yang berpengalaman agar bisa didapat hasil coring yang baik, serta
juga persiapan dan pemotongan benda uji (hasil coring) yang memenuhi syarat,
untuk bisa mendapatkan hasil uji mutu beton yang obyektif.

48
Cetakan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang ditopangnya
telah mencapai umur dan kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan
beban-beban pelaksanaan yang akan bekerja padanya, dan dengan seijin Direksi
Pekerjaan. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji
yang bersangkutan. Apabila untuk menentukan saat pembongkaran tidak dibuat
benda-benda uji seperti ditentukan di atas, maka cetakan baru boleh dibongkar
setelah beton berumur minimal 2 minggu. Khusus untuk cetakan samping boleh
dibongkar setelah beton berumur minimal 3 hari dan dengan seijin Direksi
Pekerjaan, kecuali bila dapat dibuktikan sebaliknya atau bila diijinkan oleh Direksi.

i. Perataan dan finishing permukaan beton

Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, permukaan dari beton


harus dikerjakan (finishing) segera setelah pembongkaran cetakan. Seluruh
perangkat kawat atau logam yang telah digunakan untuk memegang cetakan di
tempat, dan cetakan yang masuk/melewati struktur beton, harus dibuang. Demikian
pula tonjolan dan ketidakrataan beton lainnya yang disebabkan oleh cetakan, bila
ada, harus dibuang.
Direksi pekerjaan harus dapat memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran cetakan, dan dapat memerintahkan penambalan ketidak-
sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lainnya dari
pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan mortar yang sesuai mutu beton terpasang. Untuk lubang-
lubang besar berupa sarang lebah atau keropos beton, penambalan tidak serta merta
diperkenankan, sebelum dilakukan pengamatan yang seksama oleh Direksi
Pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Semua resiko yang timbul sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-
biaya pengisian serta penutupan bagian tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.
Bila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar keropos beton
atau sarang lebah, pekerjaan harus dilakukan terlebih dulu dengan memahat atau
membobok kembali sampai ke bagian yang padat (solid), sehingga terbentuk
permukaan yang teratur untuk penambalan. Sebelum penambalan, lubang harus

49
dibasahkan dengan air dan sedikit adukan pasta semen tipis (semen dan air tanpa
pasir), yang harus dilapiskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya
diisi dengan adukan khusus yang kental dan anti susut (non-shrink), atau bila tidak
ditetapkan lain oleh Direksi Pekerjaan, diisi dengan adukan yang terdiri dari satu
bagian semen dan dua bagian pasir ditambah dengan aditif non-shrink, yang
kesemuanya harus terlebih dulu disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Permukaan utama yang tampak (tidak tertutup cetakan) seperti sisi tepi
vertikal, atau permukaan mendatar, harus diratakan dengan mal untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton, dan harus
dihaluskan secara manual, baik pada arah permukaan memanjang maupun
melintang, dengan menggunakan perata kayu atau dengan cara lain yang tepat,
sebelum beton mulai mengeras.
Namun demikian, perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin,
yang sebagaimana disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Permukaan yang tidak
horisontal, yang tampak telah ditambal atau yang kasar, harus digosok dengan batu
gerinda kasar, dan bila perlu menempatkan sedikit adukan mortar pada
permukaannya. Dalam hal ini, adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
dalam takaran yang sesuai dengan mutu beton bersangkutan. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan yang tidak rata dan tonjolan-
tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi, sehingga diperoleh suatu
permukaan yang rata.

3.7 Pekerjaan Baja Struktural

3.7.1 Lingkup pekerjaan

Pekerjaan baja ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga kerja
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi baja, yang akan meliputi antara lain:
a. Material baja
b. Pelaksanaan konstruksi baja
c. Pengelasan baja
d. Pemasangan baut dan baut angkur

50
3.7.2 Uraian Umum

Pelaksanaan pekerjaan baja harus memenuhi syarat dan peraturan


pelaksanaan pekerjaan baja yang berlaku di Indonesia, SNI 1729:2015, Spesifikasi
untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, atau bila memungkinkan, mengacu juga
kepada TCPSBG-2000. Kecuali disebutkan khusus pada gambar kerja, material
baja yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah BJ 41, dengan tegangan leleh
250 MPa, termasuk untuk baut angkur. Baja yang dipakai haruslah produksi dalam
negeri yang mudah didapatkan di pasaran, namun memenuhi standar internasional
yang biasa digunakan secara umum.
Kontraktor harus menyerahkan sertifikat tes baja dari pabrik untuk disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, sebelum material baja dikirim ke lokasi pekerjaan. Semua
bagian baja sebelum maupun sesudah difabrikasi harus dibersihkan dari karat
dengan sand blasting dan kemudian di cat dengan zinc chromat primer setebal 2
kali 70 mikron.
Pengelasan untuk pekerjaan baja harus menggunakan las listrik dengan
elektroda yang baik. Kontraktor harus menjaga elektroda-elektroda tersebut agar
selalu dalam keadaan kering. Semua permukaan baja yang akan disambung harus
dibersihkan dari segala karat dan kotoran yang melekat padanya sebelum
pengelasan. Pengelasan harus sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi “Structural
Welding Code” dari American Welding Society (AWS). Untuk penyambungan
konstruksi baja dengan sistem las, sedapat mungkin penyambungannya dilakukan
dalam bengkel kerja. Pekerjaan las di lapangan harus dilakukan sebaik mungkin
dan tidak boleh dilakukan dalam kondisi basah ataupun hujan.

3.7.3 Material dan Fabrikasi

1. Material dan Bengkel Kerja


Semua material baja harus baru dan disetujui Direksi Pekerjaan. Semua
pekerjaan baja harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 1729:2015. Kecuali
disebutkan khusus pada gambar kerja, tegangan leleh minimum baja adalah 250
MPa (BJ41), termasuk untuk baut angkur. Direksi Pekerjaan berhak meninjau

51
keadaan bengkel kerja Kontraktor dan memeriksa pekerjaan fabrikasi atas biaya
Kontraktor.

2. Gambar Kerja (Shop Drawing)


Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar
kerja (shop drawing) untuk konstruksi baja yang harus disetujui Direksi Pekerjaan
sebelum dimulainya fabrikasi. Walaupun semua gambar kerja telah disetujui
Direksi, tidaklah berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor apabila terdapat
kesalahan atau perubahan dalam gambar. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran
selama pemasangan elemen konstruksi baja (erection) tetap berada pada
Kontraktor. Pengukuran dengan skala pada gambar tidak diperkenankan.

3. Pemotongan Baja
Semua pemotongan baja, terutama untuk keperluan struktural, harus
dilaksanakan dengan rapi dan rata, sesuai dengan gambar rencana. Pemotongan
hanya boleh dilaksanakan dengan grinder atau gergaji besi. Pemotongan dengan
mesin las sama sekali tidak diperkenankan.

4. Pengelasan Listrik

Pengelasan listrik harus dilaksanakan oleh tukang las yang berpengalaman


dalam pelaksanaan konstruksi baja dan harus selalu berada di bawah pengawasan
seorang supervisor yang berpengalaman. Sebelum pelaksanaan pekerjaan las,
Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi satu copy sertifikat tukang las
yang bersangkutan dalam jangka waktu tidak kurang dari 7 (tujuh) hari sebelum
pekerjaan las dimulai.
Pelaksanaan las harus sesuai dengan gambar. Kawat las harus memakai
merk Kobesteel atau setara. Pengelasan harus dilaksanakan pada saat konstruksi
sudah dalam keadaan tidak berubah posisinya, dan sudah dalam keadaan yang stabil
secara struktural. Stabilitas konstruksi harus selalu diperhatikan dengan cermat
pada saat pekerjaan berlangsung. Permukaan bagian yang akan dilas harus
dibersihkan dulu dari semua kotoran, bekas cat, minyak, karat ataupun bekas-bekas

52
potongan api yang kasar. Bila perlu, bekas potongan api digerinda sampai rata.
Kerak bekas pengelasan harus dikeluarkan dan disikat sampai bersih. Las yang
dipakai baik las sudut maupun las tumpul mengacu kepada standar PPBBI-
1983/TCPSBG-2000.

5. Baut Pengikat

Baut-baut penyambung harus berkualitas baik dan baru. Mutu baut yang
digunakan adalah HTB (baut mutu tinggi) sesuai dengan standar ASTM-A 325 (fy
= 600 Mpa). Diameter baut harus sesuai dengan gambar. Panjang ulir juga harus
sesuai dengan gambar, atau bila tidak disyaratkan secara jelas dalam gambar, harus
sesuai dengan yang diperlukan (best practice). Lubang pengikat baut harus betul-
betul tepat dan sesuai dengan diameternya.
Dalam hal ini selisih diameter lubang dengan diameter baut tidak boleh
lebih dari 1mm. Kecuali disyaratkan lain dalam gambar, jarak antara tiap baut bisa
diambil sebesar 2,5 - 6 kali diameter baut. Pembuatan lubang-lubang baut pada
prinsipnya harus memakai bor listrik. Namun untuk elemen baja dengan tebal
maksimum sampai 10 mm, pembuatan lubang boleh memakai mesin pons.
Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan. Kontraktor
tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin Direksi
Pekerjaan.

6. Baut Angkur

Kecuali disebut lain pada gambar, mutu baut angkur yang digunakan untuk
struktur konstruksi baja dan struktur penunjang lainnya harus berasal dari material
BJ 41 (dengan tegangan leleh 250 MPa) atau sejenisnya yang dibuat di pabrik dan
sesuai dengan gambar rencana.

53
7. Pengkodean

Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan
diberi tanda/kode yang jelas sesuai dengan bagian masing-masing agar dapat
dipasang di lapangan dengan mudah.

3.7.4 Pekerjaan Sambungan dan Baut

Setiap sambungan harus dibuat bersama-sama dengan baut stelnya sehingga


semua bagian termasuk pelat penyambung tepat cocok satu sama lain dan
berhubungan rapat secara menyeluruh. Pada saat penyetelan, minimal sebanyak
50% dari lubang harus diisi dengan baut stel. Baut mutu tinggi HTB harus
dipasang dengan ring baut yang bersesuaian, sebuah di bawah kepala baut, dan
sebuah di bawah mur. Perlu diperhatikan bahwa ring baut itu harus terpasang
dengan cekungnya menghadap keluar.
Memasukkan dan mengencangkan HTB tidak dapat dimulai sebelum semua
elemen sambungan diperiksa dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Mur harus
dikencangkan hanya terhadap bidang yang tegak lurus terhadap as lubang. Bidang
bawah kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus terhadap as
baut. Baut stel yang dipakai sebagai baut awal penyetelan dapat seterusnya
digunakan pada sambungan elemen bersangkutan.
Baut mutu tinggi HTB dapat dikencangkan dengan kunci momen atau
dengan kunci-kunci yang digerakkan dengan compressor (torque wrench). Kunci
pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dapat
menunjukkan tercapainya kekencangan torsi yang disyaratkan, atau yang akan slip
bila telah tercapai tegangan atau torsi yang disyaratkan. Sebelum memulai
pekerjaan sambungan dan pengencangan baut, Kontraktor harus sudah
menyampaikan kepada Direksi spesifikasi baut yang dipakai, dengan berbagai
diameternya, lengkap dengan tegangan atau torsi yang perlu dicapai sebagai syarat
batas mengencangkan baut.
Kunci pas harus sering dicek dan harus disesuaikan untuk mencapai
tegangan atau torsi yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi.

54
Pada saat pekerjaan pengencangan baut berlangsung atau sesudah pekerjaan selesai,
Direksi dapat melakukan tes pengecekan torsi di lapangan. Setiap baut yang kendor
harus disesuaikan menurut kebutuhan. Perhatian khusus perlu diberikan pada
kelompok baut yang telah dikencangkan tapi kendor lagi, dan dikencangkan
kembali sehingga mencapai tegangan yang diperlukan. Setelah baut dikencangkan,
kelebihan ulir tidak boleh kurang dari 3 ulir, atau 1,5 mm, dan tidak lebih dari 7
ulir, atau 4,5 mm.

3.8 Pekerjaan pondasi

Pondasi bangunan yang dipakai terdiri dari pondasi tapak (beton bertulang)
dan pondasi batu gunung dengan spesi 1 : 5. Alas pondasi dari lantai pasir urug
setebal 5 cm dan diatanya lantai kerja dengan ketebalan 5 cm. Material batu gunung
haruslah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak retak.

3.9 Pelaporan dan Penyusunan As Built Drawing

Kontraktor harus membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan dalam


format sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Dalam format laporan harian harus
tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, jumlah pekerja/karyawan/pegawai,
catatan tentang perintah dari direksi atau wakilnya dan hal-hal lain yang dianggap
perlu. Setiap akhir pekan kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan
kepada pemberi tugas tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang
bersangkutan, meliputi persediaan bahan di tempat proyek, penambahan,
pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah/macam bahan-bahan yang masuk
dan kejadian-kejadian penting lainnya yang terjadi dalam proyek yang
mempengaruhi pelaksanaan proyek. Setiap akhir bulan, kontraktor harus
melaporkan kemajuan pekerjaan secara terperinci dan besarnya persentase terhadap
keseluruhan/bagian.
Apabila terda pat perbedaan antara gambar-gambar dengan pelaksanaan
pekerjaan (atas persetujuan Direksi Pekerjaan), maka segera setelah pelaksanaan
bagian tersebut, kontraktor harus membuat As Built Drawing.

55
Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, kontraktor diwajibkan
membuat gambar-gambar dari seluruh pekerjaan termasuk perubahan-perubahan
yang dilaksanakan di lapangan. Gambar-gambar dibuat dengan software Auto Cad,
dicetak rangkap 4 (empat) serta file As Built Drawing diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan.

56

Anda mungkin juga menyukai