15
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara ;
4. SNI 03-2847-2013 tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung;
5. SNI 03-1729-2015 spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural ;
6. Perencanaan Ketehanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 03-1726-2012);
7. Peraturan Plumbing Indonesia;
8. Peraturan Mutu Kayu Bangunan (SNI 03-3527-1994);
9. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2011;
10. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
11. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG-1983);
12. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PBBI-1983);
13. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTGIUG
1983);
14. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (PDTPI-1980); dan
15. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PLN dan PDAM.
Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap
sebagaimana ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka kontraktor wajib
mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.
16
3.2.2 Sarana Pekerjaan
Daerah kerja akan ditunjukkan dan disediakan oleh Direksi Pekerjaan. Yang
dimaksud daerah kerja adalah lokasi pekerjaan yang akan dikerjakan atau
dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk lokasi penunjang pekerjaan untuk
keperluan penempatan alat, penyimpanan material, ruang Direksi, dan semua
keperluan penunjang lainnya, hingga selesainya pekerjaan tersebut.
17
3.2.4 Ruang Direksi dan Gudang
18
3.2.6 Peralatan dan Sarana Kerja
Kontraktor harus menyediakan peralatan kerja yang baik dan siap pakai
yang diperlukan sesuai dengan macam dan volume pekerjaan. Semua peralatan dan
kelengkapan lain yang digunakan harus dalam keadaan baik. Suku cadang, bahan
bakar dan perlengkapan yang diperlukan untuk semua peralatan tersebut harus
selalu tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pekerjaan.
Jika dipandang perlu, selama masa pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus
bisa meningkatkan kapasitas/kuantitas serta kualitas tenaga kerja dan peralatan
yang digunakan, bilamana ternyata terdapat kemajuan pekerjaan yang terlambat,
kerusakan peralatan, atau bila kemajuan pekerjaan ternyata tidak seperti yang
diharapkan sebagaimana tertera dalam rencana jadwal waktu pelaksanaan
pekerjaan (time schedule).
19
3.2.7 Pekerjaan Pembersihan Lokasi Pekerjaan
20
mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini, sudah diteliti sebelumnya dan
direncanakan dengan baik sehingga hanya mengakibatkan dampak yang sekecil-
kecilnya terhadap kegiatan yang sedang berjalan di sekitar lokasi pekerjaan.
Dalam hal apapun Pemberi Tugas/Direksi Pekerjaan tidak akan menanggapi
tuntutan (claim) baik penyesuaian harga maupun waktu pelaksanaan pekerjaan
dalam Kontrak yang sudah ditetapkan bagi pekerjaan ini, sebagai akibat kekurangan
informasi dan pertimbangan mengenai kondisi lapangan yang sebenarnya.
a. Air
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus sudah mengusahakan sumber air,
yang telah lulus pengujian laboratorium, baik untuk keperluan sehari-hari,
maupun untuk keperluan pekerjaan/konstruksi. Tempat penampungan air boleh
dibuat dengan seijin Direksi Pekerjaan.
b. WC darurat/peturasan
Kontraktor diwajibkan membuat WC darurat/peturasan yang layak dan bersih
dimana lokasi WC/peturasan harus mengikuti petunjuk dan disetujui oleh
Pemberi Tugas, tidak mengganggu arus pekerjaan, dan mudah dijangkau. Tidak
diperkenankan membuang air kotor ke sistem drainase yang ada. Dengan
demikian WC/peturasan harus dilengkapi pula dengan septic tank sederhana
untuk menampung air kotoran.
21
3.2.11 Keamanan dan Ketertiban
22
3.3 Pekerjaan Pengukuran
23
d. untuk verifikasi kebenaran kedudukan elemen-elemen konstruksi selama
pengerjaannya
Bila Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya di lapangan
pekerjaan maka Direksi (konsultan pengawas) berwenang mengadakan dengan
biaya sewa yang ditanggung oleh Kontraktor pelaksana.
Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat
dan paku. Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi
mencapai pengecoran kolom gedung.
24
3.4.3 Persetujuan
3.4.5 Perbedaan-Perbedaan
Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, kontraktor harus melaporkan kepada direksi pekerjaan sebelum pekerjaan
dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan dalam hal
terdapat kelainan/perbedaan seperti tersebut diatas.
25
dapat menyimpulkan apa yang tercantum di dalam laporan penyelidikan tanah
tersebut.
Semua penggalian dan cara pengurugan harus sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknik dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya (Pengawas
Lapangan). Karena sifat tanah yang berbeda, ada kemungkinan terjadi perubahan
rencana pada pelaksanaan pekerjaan tanah. Perubahan tersebut harus dilakukan
Kontraktor dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
3.5.4 Galian
a. Uraian Umum
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua penggalian yang
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini. Penggalian harus dilaksanakan sesuai
dengan elevasi yang tertera pada gambar rencana, dan penggalian tanah baru bisa
dimulai setelah adanya persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
26
direncanakan untuk diperbaiki seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
Kontraktor harus melaporkan hasil pekerjaan penggalian tanah yang telah
selesai kepada Direksi untuk dimintakan persetujuannya.
b. Kedalaman galian
Kedalaman galian harus dilaksanakan sesuai dengan yang ditunjukkan
dalam gambar rencana. Namun demikian, bila diperlukan, atau bila diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, lubang galian harus digali lebih dalam sampai kedalaman
yang diperlukan, dan sampai didapat dasar galian yang bersih. Setelah galian
27
selesai, permukaan tanah harus diratakan, dibasahi seperlunya dan dipadatkan
dengan baik.
Jika pada dasar galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-
bagian tanah yang berongga (tidak padat), maka bagian itu harus dikeluarkan
seluruhnya. Selanjutnya, sebelum pekerjaan perbaikan permukaan dilaksanakan,
tanah dasar galian harus dipadatkan dengan baik hingga memenuhi syarat
pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat jenis kering maksimum (maximum
dry density). Setiap kelebihan galian di bawah permukaan yang telah ditentukan
harus diurug kembali sampai permukaan semula (yang direncanakan dalam
gambar), dengan pasir yang kemudian dipadatkan, untuk mencegah turunnya
struktur atas yang akan dikerjakan.
Air yang tergenang di lapangan atau galian yang ditimbulkan oleh mata air,
hujan, kebocoran pipa-pipa, atau sebab-sebab lainnya selama pelaksanaan
pekerjaan, harus dikeringkan oleh Kontraktor, dimana hal ini harus sudah
diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan pekerjaan.
28
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengamankan jaringan-jaringan
tersebut agar jaringan-jaringan tersebut tetap berfungsi selama perbaikan, dan bila
perlu memindahkannya ke tempat lain, atas biaya Kontraktor. Bilamana terjadi
kerusakan-kerusakan pada jaringan-jaringan tersebut, maka Direksi Pekerjaan dan
pihak-pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan semua kerusakan harus
diperbaiki atas biaya Kontraktor sendiri.
Semua galian harus diperiksa terlebih dulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum
lapisan pasir, lantai kerja, pembesian, dan elemen-elemen lain dipasang. Bila
didapatkan keadaan kurang memuaskan, maka Kontraktor harus mendapat ijin
Direksi Pekerjaan sebelum galian selanjutnya dilaksanakan.
29
3.5.9 Urugan Pasir Batu (sirtu)
30
mendatangkan tanah urug yang baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan beton ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga
kerja untuk produksi serta pelaksanaan pekerjaan beton bertulang, termasuk uji
kekuatan dan perawatannya, yang akan meliputi antara lain:
a. Material pembentuk beton
31
b. Pengadaan beton
c. Baja tulangan
d. Pekerjaan beton bertulang
e. Perawatan beton
f. Uji kelayakan dan kekuatan beton
32
3.6.3 Bahan-Bahan
1. Semen Portland
Semen yang dipakai adalah jenis Semen Portland Tipe I atau juga dikenal
sebagai Ordinary Portland Cement, yang harus dalam kondisi segar dengan tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda prahidrasi (proses pembatuan), dan yang
memenuhi semua ketentuan/ kriteria standar SII 0013-81 dan Standar Umum Bahan
Bangunan Indonesia 1986, atau ASTM-C150.
Penggunaan Semen Portland Tipe I dari suatu merek tertentu yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan adalah mengikat untuk semua pekerjaan beton di dalam
lingkup spesifikasi ini. Semen harus disimpan di dalam gudang yang kedap air,
berventilasi baik, di atas lantai tumpuan setinggi +30 cm, dengan tumpukan kantong
semen tidak boleh melebihi sepuluh lapis. Penyimpanan harus selalu terpisah untuk
setiap pengiriman serta harus dipakai sesuai urutan pengirimannya.
33
memenuhi persyaratan yang ditentukan tersebut di atas, boleh dipergunakan bila
dan hanya bila telah dibuktikan berdasarkan pengujian khusus atau pemakaian yang
nyata dapat menghasilkan beton dengan kekuatan dan kinerja yang memenuhi
syarat spesifikasi ini. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
semua mutu beton.
5. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang bias
34
merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang
lulus pengujian di laboratorium sebagai air tawar yang dapat diminum.
6. Baja tulangan
Baja tulangan untuk beton bertulang di dalam pekerjaan ini pada prinsipnya
menggunakan baja tulangan ulir (BJTD) dengan tegangan leleh 400 MPa,
kecuali untuk tulangan dengan diameter di bawah 10 mm. Baja tulangan polos
(BJTP) dengan tegangan leleh 240 MPa atau wiremesh dengan tegangan leleh 500
MPa dapat digunakan bila ada dan ditunjukkan pada gambar.
Semua baja tulangan beton struktural yang dipakai dalam pekerjaan ini
harus memenuhi syarat dan ketentuan berikut ini yang sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan:
- Mutu dan cara uji baja tulangan beton SII 0136-84.
- Specification for deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement, ASTM-A615.
- Specification for rail-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement
ASTM-A616.
- Specification for axle-steel deformed and plain bars for concrete reinforcement
ASTM-A617. Bila dianggap perlu, dilakukan pengujian lengkung (bend test)
terhadap baja tulangan dan hasil ujinya harus memenuhi persyaratan uji
lengkung untuk batang tulangan baja poros (axle-steel) ASTM-A617, mutu 400.
- Standard specification for low-alloy steel deformed bars for concrete
reinforcement ASTM-A706.
- Pemenuhan syarat dan ketentuan di atas dibuktikan dengan uji tarik yang
dilakukan pada sampel baja tulangan untuk masing-masing diameter tulangan
yang akan dipakai dalam konstruksi dengan jumlah dan ketentuan sesuai yang
dipersyaratkan dalam SNI.
Pemakaian baja tulangan dari jenis yang berlainan dari ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Baja tulangan deform yang
mempunyai tegangan leleh melampaui 400 MPa boleh dipakai asalkan tegangan
lelehnya memberikan regangan awal leleh sebesar 0,35% dan baja tulangan
35
tersebut memenuhi salah satu syarat dan ketentuan dalam spesifikasi di atas serta
mendapat persetujuan Direksi.
Baja tulangan harus disuplai dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber baja tersebut
untuk pekerjaan struktural. Pemasangan baja tulangan harus dilakukan sesuai
dengan gambar dan mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Hubungan antara baja
tulangan yang satu dengan lainnya harus menggunakan kawat beton, diikat dengan
teguh, tidak boleh menggeser selama pengecoran dan pemadatan beton, serta bebas
dari kotoran berminyak, tanah dan lain sebagainya.
Hanya bila ditunjukkan dalam gambar dengan suatu tanda khusus, baja
tulangan boleh dilas dengan seijin Direksi Pekerjaan. Dalam hal ini harus disertakan
standar SII atau ASTM mengenai baja tulangan, untuk keperluan laporan tentang
sifat bahan guna memenuhi prosedur pengelasan yang ditetapkan dalam
“Structural welding code for reinforcing steel” (AWS-D1.4) dari American
Welding Society.
Penggunaan jaringan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wire-mesh
dan sejenisnya harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Bila disetujui oleh
Direksi, maka jaringan baja tulangan tersebut harus memenuhi ketentuan dan syarat
dalam SII 0784-83 “Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton” atau
“Specification for welded steel wire fabricated for concrete reinforcement” ASTM-
A185.
Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat karena mutunya tidak sesuai
dengan spesifikasi harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan, paling lambat
dalam waktu 2 x 24 jam setelah instruksi tertulis Direksi.
36
Secara umum, tujuan penggunaan bahan tambahan yang bias dibenarkan
dalam pekerjaan ini adalah bila memenuhi salah satu tujuan di bawah ini:
- Perbaikan sifat adukan beton.
- Meningkatkan workability tanpa menambahkan kadar air.
- Membuat ekspansi volume atau mencegah terjadinya susut untuk keperluan
grouting.
- Meningkatkan ketahanan anti korosi pada beton, terutama pada lingkungan yang
agresif seperti di bawah tanah atau di dekat laut.
- Membuat beton kedap air.
Untuk itu bila dirasakan perlu menggunakan bahan tambahan tersebut,
Kontraktor harus mengajukan proposal tertulis kepada Direksi Pekerjaan
sehubungan dengan rencana menggunakan bahan tambahan, menjelaskan
jenis/tipe/merk yang diusulkan, tujuan penggunaan, cara bekerja bahan tersebut
maupun analisa kimiawinya, serta bukti penggunaannya selama 5 tahun terakhir di
Indonesia. Khusus untuk material additif “fly ash“, kadar pencampuran dibatasi
hingga maksimum 10%. Khusus untuk pondasi raft dapat ditingkatkan hingga 15%.
37
disaksikan wakil Direksi. Walaupun demikian jaminan akan mutu dari hasil
pengujian ini tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Laporan hasil pengujian harus segera diserahkan kepada Direksi untuk
diperiksa sebelum disetujui. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada
Direksi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah waktu pengujian, di mana harus
dicantumkan tanggal pembuatan benda uji, tanggal pengujian, nilai slump, kuat
tekan rata-rata, deviasi standar, kuat tekan karakteristik, dan keterangan lainnya
yang diperlukan.
Kuat tekan karakteristik beton fc’ dalam pengujian percobaan tersebut harus
didapatkan berdasarkan rumusan SNI, yaitu dengan melakukan koreksi pada kuat
tekan rata-rata fcr’ yang didapat dari minimal 20 hasil uji tekan, berdasarkan nilai
deviasi standarnya menurut formulasi di bawah ini:
fc’ = fcr’ - 1,64 S
di mana S menyatakan besarnya deviasi standar dari hasil uji kuat tekan dari
minimal 20 benda uji yang dilakukan secara berurutan. Semua besaran dalam
rumusan tersebut di atas memakai satuan [MPa].
38
Tingkat kekuatan dari suatu mutu beton dikatakan dicapai dengan
memuaskan bila dipenuhi kedua persyaratan berikut:
- Rata-rata dari semua nilai hasil uji kuat tekan (satu nilai hasil uji = rata-rata dari
nilai uji tekan sepasang benda uji silinder yang diambil dari sumber adukan yang
sama seperti telah disebutkan di atas) dari sekurang-kurangnya empat nilai (yang
berarti dari empat pasang) hasil uji kuat tekan yang berturut-turut, harus tidak
kurang dari (fc’ + S), di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji tekan.
- Tidak satupun dari nilai hasil uji tekan (1 hasil uji tekan = rata-rata dari hasil uji
dua silinder yang diambil pada waktu bersamaan) mempunyai nilai di bawah 0,85
fc’.
Bila salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan berikutnya,
dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kekuatan dan kapasitas struktur
beton tidak menjadi membahayakan. Bila kemungkinan terjadinya suatu beton
dengan kekuatan rendah telah dapat dipastikan dan perhitungan menunjukkan
bahwa kekuatan dan kapasitas struktur beton mungkin telah berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor inti (core drilling) pada daerah yang dipertanyakan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling
tidak tiga buah benda uji bor inti untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau
terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara struktural cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor
inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari benda uji bor inti
yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur
beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
dispesifikasikan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila
disyaratkan demikian dalam spesifikasi), perlu diperhitungkan dan dilakukan
koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan. Untuk memeriksa
akurasi dari hasil pengujian bor inti, lokasi yang diwakili oleh kuat tekan benda uji
bor inti yang tidak menentu atau meragukan boleh diuji ulang.
39
3. Syarat-syarat pelaksanaan
a. Adukan beton
Adukan beton dapat berupa ready mixed concrete atau site mixed concrete
dan memenuhi syarat-syarat SNI. Kontraktor harus mengadakan/membuat adukan
beton menurut komposisi adukan dan proporsi campuran yang baik, dan
bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang ditentukan/disyaratkan dalam
spesifikasi ini, sesuai dengan jenis atau bagian pekerjaan yang dilaksanakan.
Penggunaan air harus sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan beton
dengan kinerja yang baik, namun tidak mengurangi kuat tekan beton yang
disyaratkan. Dalam segala hal, penggunaan air yang berlebihan untuk mencapai
kelecakan atau nilai slump yang tinggi adalah tidak diperkenankan. Nilai slump
yang diijinkan untuk struktur bawah adalah 16 ± 2 cm, dan untuk struktur atas
adalah 12 ± 2 cm.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan sedemikian agar
beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat kelecakan
(workability) serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan,
perataan dan pemadatan) secara mudah ke dalam cetakan dan ke sekitar tulangan,
tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding)
secara berlebihan.
40
c. Banyaknya air untuk campuran beton harus sesuai dengan trial mixes,
sedemikian rupa sehingga tercapai kinerja kelecakan atau kemudahan
pengecoran (workability) yang sesuai dengan penggunaannya.
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk beton (batch
mixer), di mana tipe dan kapasitasnya harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.
e. Kecepatan pengadukan harus sesuai dengan rekomendasi dari pembuat mesin
tersebut.
f. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
g. Lama pengadukan tidak kurang dari 5 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk.
h. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan dulu
dari sisa-sisa beton lama sebelum dimulainya adukan beton yang baru.
i. Beton harus secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau cetakan/bekisting. Pengecoran harus
dilaksanakan secara terus-menerus dalam satu elemen struktur atau di antara
sambungan konstruksi atau siar pelaksanaan (construction joint) yang telah
disetujui.
j. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor di cetakannya dalam
waktu 30 menit setelah pencampuran, atau dalam waktu secepatnya sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan atas dasar pengamatan sifat-sifat mulai
mengerasnya/pengikatan (setting) pasta semen, kecuali bila bisa dibuktikan
bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi mutu beton setelah mengeras, atau
karena menggunakan bahan-bahan tambahan campuran beton (admixture),
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
k. Bila tempat pengadukan beton (batching plant) tidak berada di lokasi pekerjaan,
maka adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran, untuk
menghindarkan sudah terjadinya setting awal atau degradasi mutu beton akibat
waktu transportasi yang lama. Dalam hal ini penggunaan alat transportasi
pengangkut adukan beton haruslah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.
41
Semua alat pengangkut yang digunakan harus selalu dibersihkan dari sisa-sisa
adukan beton yang mengeras.
l. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum cetakan/bekisting
dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan.
m. Untuk itu Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis
tidak kurang dari 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau untuk
meneruskan pengecoran beton bila pelaksanaan telah ditunda selama lebih dari
24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan, macam pekerjaan,
mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
n. Dalam hal ini, Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima dari
pemberitahuan tersebut, dan akan memeriksa cetakan dan tulangan, sehingga
menyatakan dapat mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara
tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
o. Tanpa bertentangan dengan suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada beton
yang boleh dicor bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk
menyaksikan pelaksanaan pencampuran dan pengecoran beton secara
keseluruhan.
p. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat yang akan dicor harus terlebih
dahulu dibersihkan dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-
lain) dan dibasahi dengan air semen.
q. Pengecoran dilakukan secara kontinyu, namun dengan metode pengecoran yang
diusulkan Kontraktor dan disetujui oleh Direksi, dengan memperhatikan cara
atau urutan pengecoran terutama untuk komponen pengecoran yang sulit, agar
tidak terjadi cold joint. Bila dianggap perlu adanya sambungan-sambungan
konstruksi (construction joint) untuk pengecoran beton, maka pengaturan
sambungan tersebut perlu mengikuti aturan-aturan yang disebutkan dalam
spesifikasi ini, atau yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk itu, sebelum
pengecoran dilaksanakan, Kontraktor harus menyampaikan usulan prosedur
pengecoran yang dianggapnya terbaik kepada Direksi Pekerjaan, termasuk
usulan penempatan sambungan konstruksi bila ada, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi.
42
r. Dalam segala hal tidak dibenarkan untuk menuangkan adukan dengan
menjatuhkan dari suatu ketinggian yang lebih tinggi dari 50 cm sehingga bisa
menimbulkan kecenderungan pengendapan agregat atau segregasi, yang dengan
demikian akan menurunkan mutu dan kinerja beton setelah mengeras.
s. Agar supaya kinerja beton segar yang digunakan dapat dikendalikan dengan
baik sesuai spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran,
perlu dilakukan uji kelecakan (slump) beton, dengan disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan.
t. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh benda uji dan contoh
cetakannya harus sesuai dengan SNI, dan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
u. Untuk keperluan pengujian kekuatan beton setelah mengeras, maka harus
diambil contoh benda uji selama pelaksanaan pengecoran beton. Jumlah benda
uji yang diambil harus minimal satu set (satu set = 4 buah benda uji yang
diambil dari sumber yang sama pada waktu bersamaan) untuk setiap 10 m3
pengecoran beton, dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300
mm.
v. Untuk mengetahui mutu beton yang sudah dilaksanakan, maka contoh benda uji
beton harus diperiksa dengan uji tekan hancur pada umur 7 hari dan 28 hari
(masing-masing satu pasang benda uji). Hasil uji tekan harus segera
disampaikan kepada Direksi untuk dievaluasi.
w. Bila ada benda uji silinder yang dirawat di lapangan, maka silinder yang dirawat
di lapangan harus dirawat sesuai dengan kondisi di lapangan. Di samping itu,
benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada saat yang
bersamaan dan diambil dari sumber yang sama dengan benda uji silinder yang
akan dirawat di laboratorium.
43
geser yang terkecil, atau pada posisi dengan pengaruh kombinasi momen lentur
dan gaya geser yang minimal, sesuai dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam segala hal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
sedemikian sehingga membuat struktur beton tetap monolit. Kontraktor harus
menyediakan tambahan buruh dan material sebagaimana diperlukan untuk
membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang
tidak direncanakan dari pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya
pengadaan beton atau penghentian oleh Direksi Pekerjaan. Bila pengecoran
dihentikan untuk kemudian dilanjutkan dalam waktu lebih dari 24 jam, atau bila
dipandang perlu oleh Direksi, maka permukaan beton lama yang akan disambung
harus terlebih dahulu dibersihkan dan bila perlu dikasarkan dengan menyikat, atau
dengan cara lain bila betonnya sudah sangat mengeras, untuk kemudian dilapisi
dengan bonding agent dan selanjutnya baru dicor dengan beton baru.
Untuk sambungan-sambungan konstruksi pada pelat basement dan
basement wall, harus dipasang waterstop yang memadai pada arah sesuai
sambungan konstruksi. Waterstop dapat menggunakan bahan PVC dan pemilihan
jenisnya harus dengan persetujuan direksi pekerjaan. Sambungan konstruksi di
daerah air laut tidak diperkenankan pada level di antara 1 meter di bawah muka
air terendah dan 1 meter di atas muka air tertinggi.
d. Pemadatan beton
44
Selama proses pemadatan beton, harus selalu dilakukan tindakan yang cermat dan
hati-hati, untuk menentukan bahwa semua sudut dan rongga yang kosong, termasuk
di antara dan sekitar besi tulangan telah benar-benar terisi tanpa adanya
pergeseran kerangka tulangan.
Walaupun demikian, alat penggetar tidak boleh digunakan untuk menggeser
atau memindahkan adukan beton dari satu tempat ke tempat lain dalam cetakan.
Jumlah minimum penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam (internal
vibrator) untuk memadatkan beton harus setidak-tidaknya memenuhi ketentuan
berikut ini:
Kecepatan pengecoran beton (m3/jam) Jumlah penggetar mekanis
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
45
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, curing compound dapat digunakan untuk
mempercepat proses perawatan beton dan menghindari terjadinya retak susut
plastis. Namun dalam segala hal, cara aplikasi curing compound harus selalu
mengacu kepada petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, perawatan beton bisa
dilakukan dengan cara membasahi, atau menyelimutinya memakai lembaran yang
menyerap air, yang harus selalu basah, untuk periode selama minimal 7 hari.
Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton harus cukup diberati atau diikat
ke bawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan
kayu digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat
sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan terjadi pengeringan
beton. Lalu lintas tidak diperkenankan pada permukaan beton untuk minimal 7 hari
setelah beton dicor.
Selanjutnya bila tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, maka semua
permukaan beton yang terbuka masih harus tetap dijaga kelembabannya selama
minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air secara periodik pada permukaan
beton tersebut, atau dengan cara lain yang diusulkan Kontraktor. Kontraktor harus
bertanggung jawab atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan
pekerjaan curing ini.
46
penyetelan tulangan harus berdasarkan peil-peil yang sesuai dengan gambar, dan
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya. Pemasangan dilakukan
dengan menggunakan pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk
mendapatkan tebal selimut yang sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi, maka dapat dipakai ketentuan
dalam peraturan yang berlaku.
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
pengecoran tidak akan berubah tempatnya. Ketebalan selimut beton harus dibuat
dengan pengganjal yang umum dipakai dalam praktek, seperti terbuat dari beton
(dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor), dengan
jumlah minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lanta kerja, atau seperti yang
diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan, dan tersebar merata. Pada tulangan rangkap,
tulangan atas harus ditunjang dari tulangan bawah oleh batang-batang penunjang,
atau ditunjang langsung dari tepi bawah cetakan atau lantai kerja oleh pengganjal
dari beton yang cukup tinggi.
Untuk elemen struktur beton, cetakannya dibuat dengan sistem dan bahan
yang disetujui Direksi Pekerjaan, serta bila diperlukan, menggunakan sistem
struktur penumpu yang kesemuanya harus memenuhi syarat-syarat kekuatan dan
daya tahan, serta mempunyai permukaan yang baik untuk pekerjaan finishing pada
bagian beton yang berada di atas permukaan tanah/air.
Dalam hal ini Kontraktor harus memberikan perhitungan kekuatan sistem
dan bahan yang akan dipakai untuk cetakan, untuk disetujui oleh Direksi. Cetakan
harus dipasang sesuai dengan ukuran-ukuran jadi yang ada di dalam gambar dan
menjamin bahwa ukuran-ukuran tersebut tidak akan berubah sebelum dan selama
pengecoran. Cetakan juga harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan
terjadi kebocoran atau hilangnya air selama pengecoran. Cetakan harus dibersihkan
dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu, paku, serbuk
gergaji, tanah dan sebagainya yang dapat mengurangi mutu beton atau merusak
beton yang sudah mengeras pada waktu pembongkaran cetakan. Cetakan harus
47
kokoh dan cukup rapat sehingga dapat mencegah kebocoran adukan. Cetakan harus
diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga terjamin kedudukan dan bentuknya yang
tetap. Cetakan harus dibuat dari bahan yang baik, tidak menyerap air, dan mudah
dibongkar tanpa merusak beton yang sudah mengeras.
Untuk menjamin bahwa air beton tidak diserap sebagian oleh bahan cetakan,
maka cetakan bisa dilapisi dengan plastik atau bahan sejenisnya. Cetakan beton
harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk ukuran dan batas-
batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar maupun yang
diinstruksikan oleh Direksi Pekerjaan. Bila ditunjukkan dalam gambar, cetakan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga membentuk lawan lendut seperti tertera
pada gambar.
48
Cetakan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang ditopangnya
telah mencapai umur dan kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan
beban-beban pelaksanaan yang akan bekerja padanya, dan dengan seijin Direksi
Pekerjaan. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji
yang bersangkutan. Apabila untuk menentukan saat pembongkaran tidak dibuat
benda-benda uji seperti ditentukan di atas, maka cetakan baru boleh dibongkar
setelah beton berumur minimal 2 minggu. Khusus untuk cetakan samping boleh
dibongkar setelah beton berumur minimal 3 hari dan dengan seijin Direksi
Pekerjaan, kecuali bila dapat dibuktikan sebaliknya atau bila diijinkan oleh Direksi.
49
dibasahkan dengan air dan sedikit adukan pasta semen tipis (semen dan air tanpa
pasir), yang harus dilapiskan pada permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya
diisi dengan adukan khusus yang kental dan anti susut (non-shrink), atau bila tidak
ditetapkan lain oleh Direksi Pekerjaan, diisi dengan adukan yang terdiri dari satu
bagian semen dan dua bagian pasir ditambah dengan aditif non-shrink, yang
kesemuanya harus terlebih dulu disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Permukaan utama yang tampak (tidak tertutup cetakan) seperti sisi tepi
vertikal, atau permukaan mendatar, harus diratakan dengan mal untuk memberikan
bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah pengecoran beton, dan harus
dihaluskan secara manual, baik pada arah permukaan memanjang maupun
melintang, dengan menggunakan perata kayu atau dengan cara lain yang tepat,
sebelum beton mulai mengeras.
Namun demikian, perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin,
yang sebagaimana disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Permukaan yang tidak
horisontal, yang tampak telah ditambal atau yang kasar, harus digosok dengan batu
gerinda kasar, dan bila perlu menempatkan sedikit adukan mortar pada
permukaannya. Dalam hal ini, adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
dalam takaran yang sesuai dengan mutu beton bersangkutan. Penggosokan harus
dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan yang tidak rata dan tonjolan-
tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi, sehingga diperoleh suatu
permukaan yang rata.
Pekerjaan baja ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga kerja
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi baja, yang akan meliputi antara lain:
a. Material baja
b. Pelaksanaan konstruksi baja
c. Pengelasan baja
d. Pemasangan baut dan baut angkur
50
3.7.2 Uraian Umum
51
keadaan bengkel kerja Kontraktor dan memeriksa pekerjaan fabrikasi atas biaya
Kontraktor.
3. Pemotongan Baja
Semua pemotongan baja, terutama untuk keperluan struktural, harus
dilaksanakan dengan rapi dan rata, sesuai dengan gambar rencana. Pemotongan
hanya boleh dilaksanakan dengan grinder atau gergaji besi. Pemotongan dengan
mesin las sama sekali tidak diperkenankan.
4. Pengelasan Listrik
52
potongan api yang kasar. Bila perlu, bekas potongan api digerinda sampai rata.
Kerak bekas pengelasan harus dikeluarkan dan disikat sampai bersih. Las yang
dipakai baik las sudut maupun las tumpul mengacu kepada standar PPBBI-
1983/TCPSBG-2000.
5. Baut Pengikat
Baut-baut penyambung harus berkualitas baik dan baru. Mutu baut yang
digunakan adalah HTB (baut mutu tinggi) sesuai dengan standar ASTM-A 325 (fy
= 600 Mpa). Diameter baut harus sesuai dengan gambar. Panjang ulir juga harus
sesuai dengan gambar, atau bila tidak disyaratkan secara jelas dalam gambar, harus
sesuai dengan yang diperlukan (best practice). Lubang pengikat baut harus betul-
betul tepat dan sesuai dengan diameternya.
Dalam hal ini selisih diameter lubang dengan diameter baut tidak boleh
lebih dari 1mm. Kecuali disyaratkan lain dalam gambar, jarak antara tiap baut bisa
diambil sebesar 2,5 - 6 kali diameter baut. Pembuatan lubang-lubang baut pada
prinsipnya harus memakai bor listrik. Namun untuk elemen baja dengan tebal
maksimum sampai 10 mm, pembuatan lubang boleh memakai mesin pons.
Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak diperkenankan. Kontraktor
tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin Direksi
Pekerjaan.
6. Baut Angkur
Kecuali disebut lain pada gambar, mutu baut angkur yang digunakan untuk
struktur konstruksi baja dan struktur penunjang lainnya harus berasal dari material
BJ 41 (dengan tegangan leleh 250 MPa) atau sejenisnya yang dibuat di pabrik dan
sesuai dengan gambar rencana.
53
7. Pengkodean
Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan
diberi tanda/kode yang jelas sesuai dengan bagian masing-masing agar dapat
dipasang di lapangan dengan mudah.
54
Pada saat pekerjaan pengencangan baut berlangsung atau sesudah pekerjaan selesai,
Direksi dapat melakukan tes pengecekan torsi di lapangan. Setiap baut yang kendor
harus disesuaikan menurut kebutuhan. Perhatian khusus perlu diberikan pada
kelompok baut yang telah dikencangkan tapi kendor lagi, dan dikencangkan
kembali sehingga mencapai tegangan yang diperlukan. Setelah baut dikencangkan,
kelebihan ulir tidak boleh kurang dari 3 ulir, atau 1,5 mm, dan tidak lebih dari 7
ulir, atau 4,5 mm.
Pondasi bangunan yang dipakai terdiri dari pondasi tapak (beton bertulang)
dan pondasi batu gunung dengan spesi 1 : 5. Alas pondasi dari lantai pasir urug
setebal 5 cm dan diatanya lantai kerja dengan ketebalan 5 cm. Material batu gunung
haruslah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak retak.
55
Setelah seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan, kontraktor diwajibkan
membuat gambar-gambar dari seluruh pekerjaan termasuk perubahan-perubahan
yang dilaksanakan di lapangan. Gambar-gambar dibuat dengan software Auto Cad,
dicetak rangkap 4 (empat) serta file As Built Drawing diserahkan kepada Direksi
Pekerjaan.
56