Anda di halaman 1dari 26

Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Latar Belakang Proyek


Jakarta merupakan ibukota provinsi sekaligus ibukota negara Indinesia yang
memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi masyarakat. Pertumbuhan disegala
bidang menunjukkan kemajuan yang sangat besar terutama pertumbuhan dibidang
ekonomi dan bisnis. Adapun pengembangan bisnis yang dilakukan salah satunya
ialah pembangunan gedung pecakar langit oleh PT. Putra Gaya Wahana selaku
owner.
PT. Putra Gaya Wahana merupakan perusahaan yang awalnya berfokus pada
bisnis tekstil, namun karena melihat peluang properti di Indonesia memiliki
prospek tinggi dan sangat menjajikan, PT. Putra Gaya Wahana mengubah fokus
kepada dunia properti. Adapun mega proyek yang sedang dibangun ialah Thamrin
Nine Phase II.
Proyek Thamrin Nine Phase II yang berdiri diatas tanah seluas 23,6 ha ini
terletak di jalan MH Thamrin Jakarta. Proyek properti ini juga akan menyediakan
fasilitas yang lengkap. Dimana proyek ini terdiri dari tiga gedung, yaitu tower,
midrise dan townhouse. Adapun fasilitas yang tersedia diantaranya apartemen
mewah, gedung perkantoran, hotel yang dilengkapi dengan kolam berenang.

Gambar 2.1 Maket Gedung Thamrin Nine Phase II


( Sumber : Dokumen Proyek )

Thamrin Nine Project Phase II 6


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.2 Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dari pekerjaan proyek Thamrin Nine Phase II ini adalah untuk
mewujudkan Thamrin Nine sebagai pusat bisnis yang bergengsi dimana
penyewaan bangunan di Thamrin Nine menggunakan dolar Amerika.
Sedangkan tujuan pelaksanaan proyek Thamrin Nine Phase II adalah
sebagai berikut:
1. mendirikan hunian dan perkantoran dikawasan strategis dengan status
srata/kepemilikan (hak guna bangunan)
2. mengembangkan bisnis properti dengan kelas Internasional
3. menciptakan lapangan pekerjaan, baik selama pelaksanaan proyek
maupun selama masa operasional

2.3 Data Proyek


2.3.1 Site plan proyek
Rencana tampak (site plan) adalah gambaran atau peta rencana
perletakan bangunan dengan segala unsur penunjangnya dalam skala
batas-batas luas lahan tertentu. Pembangunan proyek Thamrin Nine
Phase II ini berlokasi di Jl. MH Thamrin , Jakarta yang berbatasan
dengan beberapa wilayah antara lain:
1. Sebelah Utara : Jalan Batu Raja, Jakarta Pusat
2. Sebelah Timur : Jalan Batu Raja, Jakarta Pusat
3. Sebelah Selatan : Thamrin Nine Phase I, Jakarta Pusat
4. Sebelah Barat : Jl. Kalianda, Jakarta Pusat

Thamrin Nine Project Phase II 7


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.2 site plan proyek Thamrin Nine Phase II


(sumber : dokumen proyek)

2.3.2 Site Managemen Proyek


Perencanaan lapangan merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan untuk memberi kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dalam proyek. Dalam hal ini, perencanaan terkait dengan
sarana dan prasarana serta peralatan yang digunakan dalam pembangunan
proyek seperti penempatan fasilitas proyek, penempatan peralatan dan
perlengkapan site dengan tepat agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi
tersebut berjalan dengan lancar dan meminimalkan gangguan apapun.

Proyek Thamrin Nine Phase II ini dapat dikatakan termasuk proyek


yang memiliki luas lahan yang sempit, sehingga penempatan berbagai
sarana penunjang proyek kurang maksimal, akibatnya ada beberapa
pekerjaan yang harusnya dapat dilakukan sekali, namun karena
keterbatasan lahan sehingga membutuhkan kerja tambahan, salah satu
contohnya ialah saat besi datang ke lapangan dari supplier, alangkah
lebih baik apabila langsung diletakkan di stockyard besi, namun karena
tidak ada akses mobil kesana sehingga proses unload dilakukan di tempat
lain kemudian dipindahkan menggunakan tower crane.

Thamrin Nine Project Phase II 8


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.3 Site Management Proyek


( Sumber : Dokumen Proyek )

2.3.3 Data-Data Proyek


Data-data proyek Thamrin Nine Phase II dapat dilihat pada Tabel 2.1
dibawah ini :
Tabel 2.1 Data Umum Proyek
( Sumber : Dokumen Proyek )
No Data proyek
1 Nama Proyek Thamrin Nine Phase II
2 Lokasi Proyek M.H Thamrin, Jakarta
4 Pemilik Proyek PT. Putra gaya Wahana
5 Jenis Konstruksi Beton Bertulang
6 Lingkup Konstruksi Struktur
7 Jumlah Tower 3 tower
8 Luas Bangunan 239.600 m2
9 Tinggi Bangunan
a. Baseman -20.800 mm
b. Bangunan Atas
- Midrise +60.000 mm
- Townhouse +40.200 mm
- Tower +373.800 mm

10 Jumlah Lantai
a. Midrise 14 Lantai+Roof
b. Townhouse 9 Lantai + Roof
c. Tower 60 Lantai + Roof

Thamrin Nine Project Phase II 9


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

No Data proyek
11 Konsultan
a. Konsultan Struktur PT. Meinhardt Indonesia dan PT.
Wiratman
b. Konsultan MEP PT. Meinhardt dan Malamass Mitra
Proyek
c. Konsultan MK PT. Enam PM
d. Konsultan Surveyor PT. Archadis Indonesia
e. Konsultan Arsitek
Khon Pederson Fox Ass dan PT. Airmas
Asri
12 Kontraktor PT. Total Bangun Persada Tbk
13 Supplier
a. Beton PT. Holcim Indonesia
b. Besi PT. The Master Steel, PT. Toyogiri iron
Steel, Dual Phase Steel dan PT. Intern
World Steel millis Indonesia
14 Waktu Pelaksanaan 40 bulan (1 Februari 2017-31 mei 2020)
15 Waktu Pemeliharaan 12 bulan
16 Sifat Kontrak - Lump Sump (Prelim, Profit & Fee
Coordination)
17 Nilai Pekerjaan Struktur RP. 639.000.000.000
18 Uang Muka 15% dari nilai kontrak

2.3.4 Kondisi lokasi dan lingkungan


Kondisi lapangan proyek Thamrin Nine Phase II sebelumnya
merupakan perumahan tempat tinggal. Kemudian kepemilikan tanah
dipindahtangankan kepada pihak owner yaitu PT. Putra Gaya Wahana.
Dimana pihak owner merencanakan tanah tersebut untuk pembangunan
gedung baik itu gedung yang berfungsi sebagai apartemen maupun gedung
yang dipakai untuk kantor serta hotel. Adapun akses utama lokasi proyek
Thamrin Nine Phase II ini ialah jalan jendral sudirman, Jakarta Pusat.

2.3.5 Ruang Lingkup Pekerjaan


Pembangunan mencakup semua bagian pekerjaan gedung mulai dari
pekerjaan tanah, pondasi, struktur bawah, struktur atas, arsitektur,
mekanikal elektrikal dan plumbing. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan
selama melakukan kerja praktek adalah Pekerjaan struktur seperti raft
foundation, Pekerjaan slab, balok dan drop panel, pekerjaan shearwall,
Pekerjaan kolom, dan lain sebagainya.

Thamrin Nine Project Phase II 10


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.4 Struktur organisasi


2.4.1 Struktur Organisasi Owner
Pada proyek Thamrin Nine Phase II, PT. Putra Gaya Wahana
selaku owner wajib membiayai proyek. Owner dapat menentukan
pihak mana yang akan penjadi kontraktor maupun konsultan. Pada
proyek ini PT. Putra Gaya Wahana selaku owner menjuk PT. Total
Bangun Persada Tbk sebagai pelaksana proyek dan PT. Enam PM
sebagai konsultan MK atau pihak yang mewakili owner.
Tugas dan tanggung jawab pemilik proyek menurut
Ervianto (2005), adalah :
a) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b) Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c) Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran
pekerjaan
d) Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak
penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk
mewujudkan sebuah bangunan
f) Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu
badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
g) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi)
h) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai
dillaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai
dengan apa yang dikehendaki.
i) Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
j) Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah
terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.

Thamrin Nine Project Phase II 11


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.4 Struktur organisasi Owner


( Sumber : Dokumen Proyek)

Thamrin Nine Project Phase II 12


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.4.2 Struktur Organisasi MK


Pada proyek ini PT. Enam PM berperan sebagai konsultan
manajemen konstruksi yang bertindak mengawasi pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor, apakah sesuai dengan spesifikasi dan
syarat yang telah dibuat oleh konsultan perencana atau tidak. Pada
proyek ini konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai wakil
owner.
Manajemen Kontruksi dalam suatu proyek mempunyai tugas
sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek
4) Manajemen Kontruksi memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek
pelaksanaan pekerjaan

Manajemen Kontruksi juga memilik wewenang sebagai berikut :


1) Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.
3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.
4) Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shopdrawing
pelaksana proyek
5) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara
perubahan ( site Instruction)

Thamrin Nine Project Phase II 13


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.5 Struktur organisasi MK


( Sumber : Dokumen Proyek )

Thamrin Nine Project Phase II 14


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.4.3 Struktur Organisasi Kontraktor


Pada proyek Thamrin Nine Projec Phase II yang bertindak sebagai
kontraktor ialah PT. Total Bangun Persada Tbk. Kontraktor yang
bertindak sebagai penyedia jasa bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan baik itu metode pekerjaan maupun memastikan kualitas
bangunan tersebut.
Tugas dan tanggung jawab Kontraktor menurut Dipohusodo
(1996), adalah :
1. Melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat serta gambar perencanaan, berdasarkan
Surat Perintah Kerja yang dikeluarkan oleh Pemilik Proyek
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan
gambar-gambar perubahan (as built drawing) untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan
3. Memberitahukan kepada Konsultan Perencana dan Konsultan
Pengawas jika terdapat kesalahan dalam spesifikasi teknis,
Rencana Kerja dan Syarat-syarat demi prestasi dan kepentingan
pekerjaan
4. Melakukan perhitungan ulang dan memberikan masukan kepada
Konsultan Perencana sehubungan dengan pekerjaan refisi atau
pekerjaan tambah kurang sesuai dengan keadaan dan masalahnya
5. Bertanggung jawab kepada Pemilik Proyek tentang pelaksanaan
dan laju perkembangan pekerjaan di lapangan beserta hasil-
hasilnya serta menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan
penggunaan biaya yang semestinya tanpa mengurangi mutu hasil
dan prestasi pekerjaan.
6. Membentuk struktur organisasi di lingkungannya sendiri
7. Menjaga keamanan dan ketertiban umum dilingkungan tempat
pekerjaan dan memberikan jaminan keselamatan kepada pegawai
atau staff dan semua pekerja yang mempunyai hubungan kerja
dengan kontraktor

Thamrin Nine Project Phase II 15


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

8. Melakukan koordinasi dan konsolidasi baik teknis maupun


manajemen kepada semua pihak yang berada dibawah naungan
organisasinya untuk bekerja seprofesional mungkin demi kualitas
dan prestasi kerja

Pihak yang terkalit dalam struktur organisasi konstraktor pada


Proyek Pembanguna Thamrin Nine Phase II adalah sebagai berikut:
1) Project Manager
Adapun tugas dari Project Manager antaralain :
a) Melakukan koordinasi ke dalam yaitu dengan unsur-unsur
organisasi kontraktor dan ke luar yaitu dengan unsur– unsur di
luar organisasi kontraktor.
b) Mengidentifikasi dan mencari penyelesaian permasalahan
yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek.
c) Mengkoordinir, melaksanakan, serta mengontrol operasional
proyek sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana.
d) Melakukan rapat koordinasi dengan seluruh bagian kontraktor.
e) Memastikan prosedur SMK3 telah dilaksanakan.

2) QHSE ( Quality Healthy, Safety, and Enveronment)


Adapun tugas dari QHSE antaralain :
a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer proyek terkait
aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Memastikan proyek memenuhi standar K3.
c) Melaksanakan dan mengawasi penerapan SMK3.
d) Memastikan seluruh perlengkapan K3 di lapangan (Contoh:
safety net, safety deck, rambu K3) terpasang dan dalam kondisi
baik.
e) Melaksanakan safety induction terhadap semua pekerja dan
karyawan baru
f) Menegur pekerja maupun staff yang tidak menggunakan alat
pelindung diri (APD).

Thamrin Nine Project Phase II 16


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

g) Mengurus tenaga kerja yang terluka atau sakit saat di


lapangan.
h) Memastikan kebersihan dan kerapaian seluruh lingkungan
proyek.
i) Menegur pegawai maupun pekerja yang tidak menjaga
kebersihan dan kerapian.

3) Quality Assurence Manager


Adapun tugas dari Quality Assurence Manager antaralain :
a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer proyek.
b) Memastikan hasil pekerjaan proyek memenuhi standar mutu
yang ditetapkan.
c) Memastikan pekerjaan proyek sesuai dengan rencana kerja
dan syarat-syarat.
d) Mengkoordinir pelaksanaan pengecekan kesiapan dan hasil
pekerjaan bersama konsultan manajemen konstruksi.
e) Melakukan pengecekan kesiapan suatu pekerjaan.
f) Melakukan pengecekan hasil pekerjaan.
g) Melakukan perbaikan struktur.
h) Melakukan pengujian beton dan besi yang digunakan.
i) Melakukan pengecekan kesiapan dan hasil pekerjaan bersama
konsultan manajemen konstruksi.

4) Construction Manager
Adapun tugas dari Construction Manager antaralain :
a) Melakukan evaluasi pekerjaan setiap minggunya.
b) Bertanggung jawab langsung kepada manajer proyek terkait
pelaksanaan pekerjaan,
c) Mengkoordinir penyusunan metode pelaksanaan konstruksi dan
jadwal pelaksanaan pekerjaann bersama engineering.
d) Mengkoordinir pembuatan jadwal pelaksanaan pekerjaan
mingguan atau harian.

Thamrin Nine Project Phase II 17


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

5) Site Manager
Adapun tugas dari Site Manager antaralain :
a) Memastikan pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan baik ,
benar dan berdasarkan time schedule
b) Menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi dan jadwal
pelaksanaan pekerjaan bersama bagian engineering.
c) Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan mingguan atau
harian.

6) Quality Supervisor
Adapun tugas dari Quality Supervisor antaralain :
a) Mengatur setiap progress pekerjaan tetap berdasarkan time
schedule
b) Memastikan pekerja menggunakan APD saat bekerja.
c) Memerintah, mengawasi, dan mengkoordinir pekerja
lapangan.
d) Melaksanakan jadwal proyek yang telah direncanakan.
e) Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan,
tenaga, dan peralatan proyek.
f) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran
hasil pekerjaan di lapangan.
g) Membuat rekapitulasi kebutuhan material proyek.

7) Surveyor
Adapun tugas dari Surveyor antaralain :
a) Membuat as-as dan panduan pengukuran di lapangan
berdasarkan ukuran-ukuran, dimensi dan bentuk serta
memastikan elevasi tiap lantai sesuai dengan gambar rencana.
b) Melakukan pengecekan apakah dimensi kolom, balok, shear
wall, dan hasil pekerjaan lainnya memiliki dimensi yang sesuai
dengan gambar rencana.
c) Mengukur penurunan bangunan.

Thamrin Nine Project Phase II 18


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

d) Melaporkan ke engineering mengenai ketidak cocokan gambar


dan keadaan dilapangan.

8) Engineering Manager
Adapun tugas dari Engineering Manager antaralain :
a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer proyek terkait
b) Mengkoordinir pembuatan shop drawing.
c) Menyusun dan mengendalikan jadwal pelaksanaan proyek.
d) Mengkoordinir pembuatan master schedule.

9) Site Engineer
Adapun tugas dari Site Engineer antaralain :
a) Membuat penjadwalan proyek atau master schedule.
b) Membuat laporan progres pelaksanaan proyek.
c) Melakukan analisis dan evaluasi produktivas alat.
d) Merancang metode kerja.
e) Membuat arsip gambar ( shop drawing & for const )

10) Drafter
Adapun tugas dari Drafter antaralain :
a) Membuat gambar pelaksanaan (shop drawing).
b) Membuat gambar akhir pekerjaan (asbuilt drawing).
c) Menyesuaikan gambar dengan perbuhan yang ada baik dari
penyesuaian kondisi di lapangan maupun perubahan dari
perencna.

11) Comersial Manager


Adapun tugas dari Comersial Manager antaralain :
a) Bertanggung jawab langsung kepada manajer proyek terkait
kebutuhan material dan alat proyek.
b) Melaksanakan evaluasi, perhitungan ulang volume pekerjaan
dan harga satuan perkerjaan.

Thamrin Nine Project Phase II 19


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

c) Mengkoordinir pengadaan alat dan bahan proyek.


d) Melakukan evaluasi terhadap biaya, mutu, dan waktu.
e) Bernegosiasi dengan supplier dan subkontraktor.

12) Quantity Surveyor


Adapun tugas dari Quantity Surveyor antaralain :
a) Melakukan pendataan jumlah pekerja secara rutin.
b) Melakukan perhitungan volume kebutuhan material proyek.
c) Membuat dan memproses laporan produsi

13) General Afair


Adapun tugas dari General Afair antaralain :
a) Bertanggung jawab langsung kepada manager proyek terkait
keuangan proyek, administrasi, sumber daya manusia, serta hal
umum.
b) Mengkoordinir pembuatan laporan keuangan dan pajak, serta
laporan pergudangan, proyek.
c) Mengkoordinir pengawasan material.

14) Stock Keeper


Adapun tugas dari Stock Keeper antaralain :
a) Melakukan pengecekan terhadap kualitas dan kuantitas semua
material yang masuk ke proyek.
b) Melakukan pencatatan material yang diambil dari gudang.
c) Menjaga material proyek yang disimpan di gudang.
d) Membuat laporan ketersediaan dan penggunaan bahan material
dari gudang.

15) Administration
Adapun tugas dari Administration antaralain :
a) Membuat laporan keuangan dan pajak proyek.
b) Mengatur surat keluar dan masuk proye

Thamrin Nine Project Phase II 20


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.6 struktur organisasi kontraktor


(Sumber : Dokumen Proyek)

Thamrin Nine Project Phase II 21


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.5 Hubungan Pihak yang Terkait

Owner
PT. Putra Gaya
Wahana

Konsultan Perencana Manajemen konstruksi


PT. Meinhardt Indonesia PT. Enam Pm
PT. Wiratman

Kontraktor
PT. Total Bangun
Persada Tbk

Gambar 2.7 Bagan hubungan Kerja

Keterangan : : Garis perintah

: Garis koordinasi

Hubungan antara pihak-pihak diatas dapat diartikan sebagai berikut:


1. Hubungan antara Owner dengan Manajemen Konstruksi
Terikat ikatan kontrak dan hubungan fungsional. Pengawas
menyampaikan perubahan – perubahan yang terjadi berkaitan
dengan pelaksanaan di lapangan seperti pengawasan, controling,
serta mengendalikan jalannya proyek agar tercapainya hasil kerja
yang optimal sesuai dengan perencanaan. Pada proyek ini
manajemen kontruksi bertindak sebagai wakil owner untuk
melaksanakan pekerjaan.
2. Hubungan antara Owner dengan konsultan Perencana
Ikatan berdasarkan kontrak, konsultan memberikan layanan
konsultasi dimana produk yang dihasilkan berupa gambar–gambar
rencana dan peraturan serta syarat–syarat, sedangkan pemilik
proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh
konsultan.

Thamrin Nine Project Phase II 22


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

3. Hubungan antara Owner dengan Kontraktor


Hubungan antara owner dengan kontraktor yaitu ikatan
berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan
pemilik proyek yang telah dituangkan kedalam gambar rencana
dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan
pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional kontraktor.
4. Hubungan antara Konsultan Perencana dengan kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Konsultan memberikan
gambar rencana dan peraturan serta syarat–syarat, kemudian
kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.
5. Hubungan antara Manajemen Konstruksi dengan Kontraktor
Terikat hubungan fungsional. Pengawas melakukan pengawasan
selama pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan – peraturan
yang telah disepakati. Kontraktor melaporkan setiap hasil
pekerjaan yang dilaksanakan dan kendala – kendala secara teknis
kepada pengawas.
6. Hubungan Manajemen Konstruksi dengan Konsultas Perencana
Terikat hubungan fungsional. Perencana memberikan hasil desain
serta peraturan–peraturan pelaksanaan kepada pengawas.
Pengawas melaporkan hasil pekerjaan serta kendala–kendala
teknis yang timbul di lapangan guna dicari perubahan.

2.6 Gambar Kerja (Shop Drawing)


Gambar kerja merupakan gambar acuan yang digunakan untuk
merealisasikan antara ide ke dalam wujud fisik. Selain itu gambar kerja
harus dipahami oleh semua personel yang terlibat dalam proses
pembangunan fisik serta terdiri dari berbagai unsur, yang memuat informasi
mengenai dimensi, bahan, dan warna.
Ketelitian dan kejelasan dalam gambar kerja sangat berpengaruh pada
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Semakin jelas dan lengkap sebuah
informasi dalam gambar kerja maka akan dapat meminimalisir

Thamrin Nine Project Phase II 23


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan proyek di


lapangan.

Gambar 2.8 Contoh Shop Drawing


( Sumber : Dokumen Proyek )

2.7 Proses Pengadaan Proyek


2.7.1 Tata cara pelelangan
Pelelangan dapat didefenisikan sebagai kegiatan yang
menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang
sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
syarat (Ervianto, 2005).
Pada proyek Thamrin Nine Phase II tata cara pelelangan
dilakukan dengan metode penunjukan langsung, dimana PT. Putra
Gaya Wahan selaku owner menunjuk langsung PT. Total Bangun
persada Tbk sebagai pelaksana proyek. Penunjukan langsung adalah
sebuah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan melakukan
penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa sebagai
pemenang.
Setelah pelelangan dilakukan maka tahapan berikutnya yaitu
mengenai perjanjian kontrak pembayaran. Proyek Thamrin Nine

Thamrin Nine Project Phase II 24


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

menggunakan jenis kontrak Lumpsum karena dalam pengadaan


dananya berasal dari owner yaitu PT. Putra Gaya Wahana dan
pekerjaan pembangunannya dilakukan oleh instasi yang berbeda
yaitu PT.Total Bangun Persada, Tbk. Kontrak Lump sum adalah
kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan yang ditawarkan
sesuai dengan persyaratan yang disepakati (gambar konstruksi,
spesifikasi, schedule, dan semua persyaratan dalam dokumen
lainnya) dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang
pasti, tertentu dan tetap yang disetujui secara tertulis sebelum
pekerjaan dimulai. Pemberi tugas setuju membayar harga atas
penyelesaian pekerjaan berdasarkan cara pembayaran yang telah
dinegosiasikan.

2.8 Material dan Peralatan


2.8.1 Material
Sebelum merancang konstruksi sebuah bangunan, ada
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu bahan bangunan apa saja
yang diperlukan. Tidak hanya bahan alami yang digunakan dalam
konstruksi pembangunan, tetapi juga bahan yang berasal dari
pabrik. Bahan bangunan alami sedikit sekali mendapatkan campur
tangan pabrik, misalnya kayu dan kaca. Sedangkan bahan bangunan
pabrikan adalah kebanyakan diolah di dalam pabrik, misalnya pipa
dan semen. Masing-masing jenis memiliki fungsinya sendiri.
(sumber : dekoruma.com)
Untuk pengadaan bahan atau material pada Thamrin Nine
Phase II dilakukan pemesanan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan kepada pihak supplier/subkontraktor. Dalam pekerjaan
beton, sebagian bahannya sudah disediakan oleh produsen beton
yaitu PT. Holcim seperti semen dan agregat karena dalam
pengadaannya beton ini menggunakan ready mix. Untuk supplier
besi, disediakan oleh Master Steel, toyogiri steel, interwood steel

Thamrin Nine Project Phase II 25


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

dan DP steel. Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan pada proyek ini dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Material proyek
( Sumber : Dokumen Proyek )
No Material Keterangan
1 Beton Deking Tebal 20mm-40mm berfungsi
untuk selimut beton

2 Papan Multiflek Bekisting horizontal plywood


tebal 12mm
Bekisting vertikal plywood tebal
18mm

3 Kawat Ayam Digunakan untuk stop cor

4 Besi coupler Digunakan untuk sambungan


besi

5 Besi D10mm, D13mm, D16mm,


D19mm, D22mm, D25mm,
D32mm, D40 dengan fy 400
Mpa dan Fy 500 Mpa

Thamrin Nine Project Phase II 26


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

No Material Keterangan
6 Sterofom Digunakan untuk menjaga suhu
beton setelah pengecoran

7 Kawat bedrat Digunakan untuk mengikat


antar tulangan

8 Semen Semen Portland dengan tipe


yang disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan proyek

2.8.2 Peralatan
2.8.2.1 Alat berat
Beberapa jenis alat berat yang digunakan pada proyek ini antara
lain :
Tabel 2.3 Alat berat yang digunakan di proyek
( Sumber : Dokumen Proyek )
No Nama alat Keterangan
1 Congcrete Pump Sebagai penyalur beton dari
truk mixer kelokasi pengecoran

2 escavator Digunakan untuk menggali


tanah

3 Truk mixer Berfungsi untuk mengangkut


beton ready mix kelokasi
pengecoran

Thamrin Nine Project Phase II 27


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

4 Tower crane Berfungsi mengangkut


material ke lokasi pekerjaan
proyek

5 placingboom Digunakan untuk membantu


Proses pengecoran

2.8.2.2 Alat Bantu


Alat-alat bantu yang digunaka untuk membantu proses pekerjaan
antara lain :

Tabel 2.4 Alat Bantu Pekerjaan Proyek


( Sumber : Dokumen Proyek )
No Nama Alat Keterangan
1 Vibrator Alat pemadat beton saat
pengecoran

2 Air Compressor Alat untuk cleaning area


sebelum dilakukan pengecoran

3 Bucket Pengangkut adukan beton


kelokasi pekerjaan dengan
kapasitas 1,2 m3

4 Scafolding Digunakan untuk dudukan


bekisting balok, drop panel dan
slab

Thamrin Nine Project Phase II 28


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

No Nama Alat Keterangan


5 Termocople Digunakan untuk mengecek
suhu beton setelah di cor

7 Covermeter Digunakan untuk homogenitas


beton

8 Barbender Digunakan untuk


membengkokkan tulangan

2.8.2.3 Alat survey yang digunakan


Beberapa jenis alat survey yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan antaralain :

Tabel 2.5 Alat survey


( Sumber : Dokumen Proyek )
No Nama Alat Keterangan
1 Laser Alat ini digunakan untuk
melakukan pengecekan
vertikality

2 Theodolite Digunakan untuk marking


derta pengecekan elevasi

Thamrin Nine Project Phase II 29


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

2.8.2.4 Alat K3
Alat K3 yang digunaka untuk menciptakan zero accident antara
lain :
Tabel 2.6 Alat k3
( Sumber : Dokumen Proyek )
No Nama Alat Keterangan
1 Helm Digunakan untuk melindung
kepala dari benturan, kejatuhan
atau pukulan benda tajam

2 Body harnest Digunakan untuk membatasi


gerak pekerja agar tidak terjatuh
atau terlepas dari posisi yang
diinginkan

3 Sarung tangan Digunakan untuk melindungi


tangan

4 Sepatu safety Digunakan untuk melindungi


kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, bahan kimia
berbahaya ataupun permukaan
licin

5 Rompi Digunakan agar terlihat ketika


bekerja di tempat yang gelap

Thamrin Nine Project Phase II 30


Romanda Febra Yunita Laporan Kerja Praktek

6 Rambu-rambu Digunakan sebagai peringatan


kepada pekerja

7 Polynet Digunakan agar material


bagunan tidak jatuh kebawah

Thamrin Nine Project Phase II 31

Anda mungkin juga menyukai