Anda di halaman 1dari 40

UAS

ASKEB PERSALINAN

“RISK ASSESMENT TOOLS DALAM ASUHAN KEBIDANAN”

Oleh :

DETI LUPINA
221015201015

Kelas:

BTM IV

Dosen :

Welly Handayani, S. ST., M.Keb

PRODI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang

“Risk Assesment Tools dalam Asuhan Kebidanan”. Tidak lupa juga kami

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan

kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal

jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebagai penulis, saya

menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata

bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,penulis dengan rendah

hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar pennulis dapat memperbaiki

makalah ini. Penulis berharap semoga makalah yang di susun ini memberikan

manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Kepulauan Riau, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Risk Assesment Tools...............................................................................4
2.2.1 Jenis Risk Assesment Tools...............................................................4
2.2.2 Tahapan Risk Assesment Tools.........................................................4
2.2.3 Penyebab Risk Assesment Tools.......................................................4
2.2 Lingkup Praktik Bidan dalam Asuhan Persalinan dan BBL.....................5
2.2.1 Asuhan Persalinan Ibu dan Bayi........................................................5
2.2.2 Asuhan BBL.....................................................................................17
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture perineum
pada ibu bersalin............................................................................................33
BAB III PENUTUP..............................................................................................34
3.1 Kesimpulan..............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture perineum
pada ibu bersalin....................................................................................33
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Metode SOAP............................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa

hamil, bersalin, nifas, bayi setelah lahir, serta keluarga berencana (Depkes RI,

2008). Asuhan antenatal bertujuan memberikan asuhan yang efektif dan

menyeluruh (holistik) bagi ibu, bayi dan keluarganya melalui tindakan skrining,

pencegahan dan penanganan yang tepat.

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam

kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan

keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga

adalah memberikan bantuan dan dukungan pada ibu ketika terjadi proses

persalinan. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan tidak kalah penting dalam

memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar seluruh rangkaian proses

persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan

(Sumarah, dkk. 2008:1).

Sedangkan tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan

hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang

seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang diinginkan (optimal). Pemberian asuhan selanjutnya adalah

pada masa nifas dengan mejaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis, mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk jika terjadi komplikasi

pada ibu maupun bayinya (Saleha, 2009).Kemudianasuhansegera pada bayi baru

lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi yang baru lahir. Masalah Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyita

perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena Angka Kematian 2 Ibu (AKI) maupun

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang digunakan

untuk melihat derajat kesehatan dunia (Saifuddin, 2009).

Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta

dalam membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk

persiapan persalinanya. Dengan pengawasan tersebut dapat diketahui berbagai

komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi

(Jannah, 2012). Akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat dapat terjadi

persalinan macet, kematian janin dalam rahim, ruptur uteri, perdarahan akibat

pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio plasenta, plasenta tertinggal,

infeksi berat, janin (Bayi) mengalami asfiksia, infeksi, trauma persalinan.

Pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan, dan melakukan

kunjungan neonatus, ibu pasca selain serta memberi penyuluhan dalam memilih

alat kontrasepsi sesuai pilihan (Manuaba, 2010)

Pemeriksaan kehamilan sangat penting bagi semua ibu hamil karena untuk

mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan ibu. Kunjungan antenatal yang tidak

dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh, akan berdampak pada ibu

dan bayi yang dikandung. Mengingat kehamilan yang normal sewaktu-waktu bisa

menjadi patologiS. Dalam menerima manfaat yang maksimum dari kunjungan-


kunjungan antenatal ini, maka sebaiknya ibu tersebut memperoleh sedikitnya 4

kali kunjungan selama kehamilan, yang terdistribusi dalam 3 trimester, atau

dengan istilah 1 1 2, yaitu sebagai berikut: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada

trimester II, 2 kali pada trimester III. Berdasarkan hal tersebut penulis sangat

tertarik mengenai risk assessment tools asuhan persalinan dalam kebidanan agar

dapat mengetahui ruang lingkup dari mulai persalinan hingga pengendalian

kondisi ibu dan bayi pasca melahirkan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana risk assessment tools asuhan persalinan dalam ruang lingkup

kebidanan?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahu bagaimana risk assessment tools asuhan persalinan

dalam ruang lingkup kebidanan?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Risk Assesment Tools

Risk assessment atau yang lebih di kenal di sebut dengan penilaian resiko,

merupakan sebuah metode yang banyak digunakan untuk berbagai organisasi atau

sebuah pekerjaan. Banyak yang mmengartikan bahwa, risk assessment suatu

metode sistematis digunakan untuk enentukan dan meminimalisir risiko yang

akan terjadi pada sebuah organisasi.

2.2.1 Jenis Risk Assesment Tools

Ada 4 jenis risk assessment tools

a. Resiko operasional : contohnya manusianya, alam, teknologi

b. Resioko eksternal : contohnya lingkungan atau proyek

c. Resiko internal : contohnya dari dalam diri sendiri

d. Resiko keuangan

2.2.2 Tahapan Risk Assesment Tools

Ada 2 tahapan risk assessment tools adalah

a. Menggali dan menggambarkan sebuah resiko

b. Menganalisis sebuah resiko

c. Memberikan tafsiran atas resiko

d. Standadrt dalam risk assessment

2.2.3 Penyebab Risk Assesment Tools

Ada 4 penyebab risk assessment tools

a. Tidak melakukan penilaian resiko

b. Adanya pihak ketiga


c. Korelasi dengan auditor tidak baik

d. Tidak berhasil memberikan respon secara signifikan

2.2 Lingkup Praktik Bidan dalam Asuhan Persalinan dan BBL

Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan

dalam menjalankan praktikan yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan

dan jenis pelayanan kebidanan.

 Definisi secara umum : Ruang Lingkup Praktik Kebidanan dapat diartikan

sebagai luas area praktik dari suatu profesi.

 Definisi secara khusus : Ruang Lingkup Praktik Kebidanan digunakan untuk

menentukan apa yang boleh dilakukan seorang bidan.

Lingkup Praktik Kebidanan meliputi Pemberian Asuhan pada : Bayi

baru lahir (BBL), bayi, balita, anak perempuan, remaja putri, wanita pranikah,

wanita selama masa hamil, persalinan dan nifas, wanita pada masa interval

dan wanita menopause. Ruang lingkup praktik kebidanan meliputi standar

minimal yang telah ditentukan dalam SPK. Standar Praktik Kebidanan (SPK)

tersebut telah bersifat nasional dan dibuat oleh organisasi profesi bidan itu

sendiri (Ikatan Bidan Indonesia atau IBI). Dalam melaksanakan praktik

kebidanan secara aman dan bertanggung jawab, maka setiap bidan harus

memiliki kompetensi utama yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan

perilaku.

2.2.1 Asuhan Persalinan Ibu dan Bayi

Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang


kepada pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik. Ada 3 managemen asuhan

kebidanan persalinan normal, yaitu

1. Varney

a. Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:

1) Keluhan klien

2) Riwayat kesehatan klien

3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan

4) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya

5) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar awal

secara lengkap.

b. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan

semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis

atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup

praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis,

sedangkan prihal yang berkaitan dengan pengalaman klien dihasilkan

dalam pengkajian.
c. Identifikasi diagnosis masalah/ masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan asalah yang sudah

teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan

antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan

harus bersiap-siap apalagi diagnosis/masalah tersebut benar-benar terjadi.

Contoh diagnosis/masalah potensial:

1) Potensial Perdarahan Post-partum, apabila diperoleh data ibu hamil

kembar, polihidramnion, hamil besar akibat menderita diabetes.

2) Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang ditemukan adalah

kehamilan besar.

d. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.

Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan

kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan

tindaka yang harus segera dilakukan oleh bidan sementara kondisi yang

lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-

kasus kegawatdaruratan kebidanan, seperti perdarahan yang memerlukan

tindakan KBI dan KBE.

e. Perencanaan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan


yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah

sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkiran terjadi

selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu menunjuk

klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui kedua belah pihak,

yaitu bidan dan klien.

f. Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara

aman dan efesian. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim

kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam

situasi ini bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau

dokter. Dengan demikian bidan harus bertanggung jawab atas

terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama

tersebut.

g. Evaluasi

Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:

1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi

sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah

dan diagnosis
2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

untuk mengetahui mengapa proses manajeen ini tidak efektif.

2. SOAP (Kusuma, 2011)

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam kebidanan

meliputi SOAP yang dimana terdiri dari (subjektif, objektif, assessment,

dan planning) Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan

informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan & kesimpulan

anda menjadi suatu rencana asuhan. Metode ini merupakan penyaringan

intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan &

pendokumentasian asuhan kebidanan. SOAP merupakan urut-urutan yang

dapat membantu anda dalam mengorganisir pikiran anda & memberikan

asuhan yg menyeluruh. SOAP adalah catatan yg bersifat sederhana, jelas,

logis & tertulis. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali

ia bertemu dengan pasiennya.

Tabel 1. Metode SOAP


S Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil

Data Subjektif : pengumpulan data melalui anamnesis yang

berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

O Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta

Data Objektif : yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis,

hasil observasi yang jujur, informasikan teknologi


(hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG,

dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang

dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

A Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan

Analisa atau data atau informasi subjektif maupun objektif yang

Pengkajian : dikumpulkan atau disimpulkan karena keadaan

pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru

baik subjektif maupun objektif, dan sering

diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses

pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik.

Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting

dalam mengikuti perkembangan pasien dan

menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui

dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan

yang tepat.

P Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan

Plan/Planning : datang. Proses ini untuk mengusahakan mencapai

Perencanaan, kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga dan

pelaksanaan dan mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini

evaluasi termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan

pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu,tindakan yang diambil harus membantu


pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan

harus mendukung rencana dokter jika melakukan

kolaborasi. Dalam langkah P dalam SOAP berisi

tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3. Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,

2007).

b. Tujuan

Adanya tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauian kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau

rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan

membantu penolong persalinan untuk:

1) Mencatat kemajuan persalinan.

2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran.

4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

penyulit persalinan.

5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR,

2008).

c. Penggunaan Partograf

Partograf harus digunakan:

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakan eemen penting dari asuhan persalinan. Parograf harus

digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.

Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan

dengan penyulit.

2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).

3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya


(Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa

Kedokteran) (JNPK-KR, 2008).

d. Pengisian Partograf

Pengisian partograf antara lain:

1) Pencatatan selama fase laten kala I persalinan selama fase laten,

semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini

dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatatan kemajuan

persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.

Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan

selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga

harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan

dicatat dengan seksama, yaitu :

 Denyut jantung janin: setiap 30 menit

 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit

 Nadi: setiap 30 menit

 Pembukaan serviks: setiap 4 jam

 Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam

 Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam

 Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam

 Pencatatan selama fase akhir persalinan

2) Pencatatan selama fase aktif persalinan

Halaman depan partograf mencatumkan bahwa observasi yang

dimulai pada fase ktif persalinan, dan menyediakan lajur dan kolom
untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,

meliputi:

a) Informasi tentang ibu

 Nama, umur

 Gravida, para, abortus

 Nomor catatan medik nomor puskesmas

 Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah: tanggal

dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)

b) Waktu pecahnya selaput ketuban

c) Kondisi janin:

 Denyut jantung janin

 Warna dan adanya air ketuban

 Penyusupan (moulose) kepala janin.

d) Kemajuan persalinan

 Pembukaan serviks

 Penurunan bagian terbawah janin atau presentase janin

 Garis waspada dan garis bertindak

e) Jam dan waktu

 Waktu mulainya fase aktif persalinan

 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

f) Kontraksi uterus: frekuensi dan lamanya

g) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:

 Oksitosin
 Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

h) Kondisi ibu:

 Nadi, tekanan darah dan temperatur

 Urin (volume, aseton, atau protein)

i) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam

kolom tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan)

3) Mencatat temuan pada partograf

Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah:

 Informasi tentang ibu

 Kondisi janin

Bagian atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan

Denyut Jantung Janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala

janin).

a) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada

tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas partograf

menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian

hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas

bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantra

180 dan 100. Akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ

dibawah 120 atau diatas 160.

b) Warna dan adanya air ketuban


Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput

ketuban pecah. Catat semua temuan-temuan dalam kotak

yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang

berikut ini:

U: Selaput ketuban masih utuh (belum pecah).

J: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

M: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah.

K: Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak

mengalir lagi

c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang)

panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumbang

tindih antara tulang kepala (CPD). Ketidakmampuan untuk

berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat

penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga

tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan.

Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting untuk

tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Setiap

kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar tulang


(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai

dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

0: Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih dapat dipiahkan.

3: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak

dapat

2.2.2 Asuhan BBL

Bayi Baru Lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai Appearance menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih

dari 38°C) atau Color, Pulse, Gremace, Activity,Respiration (APGAR) > 7

dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Bayi baru lahir

dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain Appearance color

(warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, Pulse (heart rate) atau

frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan),

menangis atau batur/bersin, Activity (tonus otot), gerak aktif, Respiration

(usaha napas), bayi terlalu ingin (kurang dari 36°C). Segera setelah lahir,

letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang sudah disiapkan

diatas perut ibu.Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi diantara
kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan

kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir antara lain :

a) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

b) Apakah bayi bergerak aktif ?

c) Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada

sianosis ?

Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis kuat,

bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu penilaian

tidak ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahirnormal/fisiologis (Rukiyah

dan Yulianti, 2010). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak

mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi

pada talipusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua, tidak ada

lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak

terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus

tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

a. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

Lahir aterm antara 37-42 minggu.

Berat badan 2.500-4000 gram.

Panjang badan 48-52 cm.

Lingkar dada 30-38 cm.

Lingkar kepala 33-35 cm.

Lingkar lengan 11-12 cm.

Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit.


Pernafasan 40-60 x/menit.

Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan

yang cukup

Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

Kuku agak panjang dan lemas.

Menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan

Gerak aktif.

Bayi lahir langsung menangis kuat.

Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah

terbentuk dengan baik.

Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah

terbentuk dengan baik.

Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik.

Genetalia

Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.Pada perempuan kematangan

ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia

minora dan mayora. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya

mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan

(Maryanti, 2011).

b. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,

dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak

mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir

tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,

retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari

38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C.

- Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau

sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda

bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang

lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk

berlebihan, banyak muntah), tali pusat merah, bengkak keluar cairan,

bau busuk, berdarah, serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu

tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,

pernafasan sulit.

- Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda bahaya,

antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran,

urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah, terus menerus,

distensi abdomen, faeses hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau

menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang-

kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata

bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya

pada bayi baru lahir (Muslihatun, 2010).

c. Rencana Asuhan Bayi Baru lahir


Menurut Muslihatun (2010), rencana asuhan pada bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

1) Minum Bayi

Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir

(dalam waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit,

kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu.

Bila bayi dirawat di rumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap

memberikan ASI.

2) ASI Eksklusif

Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit 1 jam

setelah lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang

diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efesien,

mencegah berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin. Jika

ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap

payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam

tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca persalinan.

Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :

Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam

(minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan. Bila bayi

melepaskan isapan dari satu payudara, berikan payudara lain.


Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan

isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman

lain selain ASI, tidak menggunakan dot atau empeng.

Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan

pertama.

Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu

dengan benar.

Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi

membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan

bergerak.

Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus

menghadap payudara, hidung dekat puting susu.

Cara melekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu mulut

bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga bibir bawah

jauh dibelakang areola.

Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara,

mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut

bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan

kadang berhenti.

Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila minum

baik.

3) Buang Air Besar (BAB)

Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari

pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah


ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus

sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna

mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas mucus sel

epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu.

Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekoneum

yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah

berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau petugas harus

mengkaji kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon. Warna feses

bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur4-5 hari, bayi yang diberi

ASI, feses menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak

berbau. Bayi yang diberi susu formula, feses cenderung berwarna pucat

dan agak berbau. Warna feses akan menjadi kuning kecoklatan setelah

bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali

dalam sehari. Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi

menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak,

apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih

dalam sehari.

4) Buang Air Kecil (BAK)

Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah

lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada

awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi

100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama.Warna urine keruh/merah

muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika


dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus

mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra.

5) Tidur

Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir

menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur

aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15%waktu

digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan

motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan

bayi untuk tidur.

6) Kebersihan Kulit

Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan

terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi,

keutuhan kullit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat

untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat

memandikan bayi. Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau

petugas kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut

dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering.

Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)

cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari

terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh

bayi stabil (setelah 24 jam).

7) Perawatan Tali Pusat

Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan

tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan biasa terjadi infeksi
lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada

saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan dalam

keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian

popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat

terkena kotoran/feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air

mengalir, kemudian keringkan.

8) Keamanan Bayi

Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami

kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang

tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri

tanpa ada yang menunggu. Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air

atau tempat tidur, kursi atau meja. Tidak memberikan apapun lewat

mulut selain ASI karena bayi biasa tersedak. Membaringkan bayi pada

alas yang cukup keras pada punggung/sisi badannya. Hati-hati

menggunakan bantal dibelakang kepala dan ditempat tidurnya karena

dapat menutupi muka.

9) Pemijatan Bayi

Tujuan dan manfaat pemijatan bayi diantaranya menguatkan

otot bayi, membuat bayi lebih sehat, membantu pertumbuhan bayi,

meningkatkan kesanggupan belajar, dan membuat bayi tenang. Adapun

cara pemijatan bayi yaitu :

Peregangan

Sementara bayi telentang, pegang kedua kaki dan lututnya

bersama-sama dan tempelkan lutut sampai perutnya (Peringatan :


Gerakan ini bisa membuat membuang gas). Selain itu, pegang kedua

kaki dan lututnya dan putar dengan gerakan melingkar, kekiri dan ke

kanan, untuk melemaskan pinggulnya. Ini juga membuat

menyembuhkan sakit perut.

Cara Pijat Kaki Bayi

Pegang kedua kaki bayi dengan satu tangan dan tepuk tepuk

sepanjang tungkainya dengan tangan yang lain. Usap turun naik dari

jari-jari kakinya sampai ke pinggul kemudian kembali. Kemudian, pijat

telapak kakinya dan tarik setiap jari jemarinya. Gunakan jempol Anda

untuk mengusap bagian bawah kakinya mulai dari tumit sampai ke kaki

dan pijat di sekeliling pergelangan kakinya dengan pijatan-pijatan kecil

melingkar.

Cara Pijat Perut Bayi

Gunakan ujung jari tangan Anda, buat pijatan-pijatan kecil

melingkar. Gunakan pijatan I Love U. Gunakan 2 atau 3 jari yang

membentuk huruf I-L-U dari arah bayi. Bila dari posisi kita membentuk

huruf I – L – U terbalik. Berikut tahapan memijat:

 Urut kiri bayi dari bawah iga ke bawah (huruf I)

 Urut melintang dari kanan bayi ke kiri bayi, kemudian turun ke

bawah ( huruf L)

 Urut dari kanan bawah bayi, naik ke kanan atas bayi,

melengkung membentuk U dan turun lagi ke kiri bayi. Semua

gerakan berakhir di perut kiri bayi.

Cara Pijat Lengan Bayi


Pegang pergelangan tangan bayi dengan satu tangan dan tepuk-

tepuk sepanjang lengannya dengan tangan yang lain. Pijat turun naik

mulai dari ujung sampai ke pangkal lengan, kemudian pijat telapak

tangannya dan tekan, lalu tarik setiap jari. Ulangi pada lengan yang

lain.

Cara Pijat Punggung Bayi

Telungkupkan bayi di atas lantai atai di atas kedua kaki Anda

dan gerak-gerakan kedua tangan Anda naik turun mulai dari atas

punggungnya sampai ke pantatnya. Lakukan pijatan dengan

membentuk lingkaran kecil di sepanjang tulang punggungnya.

Lengkungkan jari-jemari anda seperti sebuah garfu dan garuk

punggungnya ke arah bawah.

Cara Pijat di Kepala dan Wajah Bayi

Angkat bagian belakang kepalanya dengan kedua tangan anda

dan usap-usap kulit kepalanya dengan ujung jari Anda. Kemudian,

gosok-gosok daun telingannya dan usap-usap alis matanya, kedua

kelopak matanya yang tertutup, dan mulai daripuncak tulang

hidungnnya menyebrang ke kedua pipinya. Pijat dagunya dengan

membuat lingkaran-lingkaran kecil.

10) Menjemur Bayi

Kita tahu bahwa sinar matahari pagi sangatlah baik bagi

kesehatan. Hal tersebut juga berlaku bagi bayi-bayi. Setelah dilahirkan,

fungsi hatinya belum sempurna dalam proses pengolahan bilirubin.

Dimana kadar bilirubin dalam darah si bayi sangat tinggi dan hal inilah
yang menyebabkan bayi mengalami suatu proses fisiologis yang

menyebabkannya bayi kuning. Untuk mengatasinya, ada cara alami

untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menjemurnya dibawah

matahari pagi. Sinar matahari pagi telah dipercaya mampu memberikan

efek kesehatan alami bagi tubuh. Salah satunya adalah untuk

menurunkan kadar bilirubin yang terlalu tinggi yang menjadi penyebab

bayi kuning pasca dilahirkan ke dunia. Jadi melakukan penjemuran

pada bayi yang baru lahir di pagi hari adalah hal yang sangat penting.

Manfaat menjemur bayi adalah sebagiberikut :

 Dapat menurunkan kadar bilirubin dalam darah

 Membuat tulang bayi menjadi lebih kuat

 Untuk memberi efek kehangatan pada bayi

 Menghindarkan bayi dari stress.

11) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

Hal penting dalam menciptakan hubungan saling percaya antara

bidan dan pasien antara lain :

- Hak pasien untuk mengetahui informasi

- Kewajiban moral

- Menghilangkan cemas dan penderitaan pasien

- Meningkatkan kerjasama pasien maupun keluarga

- Memenuhi kebutuhan bidan

d. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir

24 jam setelah pulang awal


1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan

berat badan lahir dan berat badan pada saat pulang.

2) Jaga selalu kehangatan bayi

3) Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya

merawat tali pusat.

1 minggu setelah pulang

1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan

saatini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan

penambahan ulang BB bayinya.

2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.

3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi

4) Kaji keadekuaatan suplai ASI 4 minggu setelah kelahiran

5) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan

pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.

6) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir.

7) Perhatikan nutrisi bayi

8) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi (Anggung, 2012).

e. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih

segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan

pada bayi baru lahir.

1. Penilaian

Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan

kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek,
maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat

tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segara lakukan penilaian awal

pada bayi baru lahir.

- Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

- Apakah bayi bergerak aktif ?

- Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan atau kah ada

sianosis ?

Bayi yang dikatakan lahir normal adalah bayi yang menangis

kuat, bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Apabila salah satu

penilaian tidak ada pada bayi, bayi tidak dikatakan lahir

normal/fisiologis. (Rukiyahdan Yulianti, 2010).

2. Penanganan

Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah

melakukan penilaian, menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan

saluran nafas (jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak

tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali pusat, melakukan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan suntik vitamin K1 secara IM

(Intramuskular), dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir,

memberikan salep mata antibiotic tetrasiklin 1% pada kedua mata,

melakukan pemeriksaan fisik memberikan imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml

secara IM (intramuskular) di paha kanan anteroleteral, diberi kira-kira 1-

2 jam setelah pemberian vitamin K1 (Sujianti, 2011).

3. Mekanisme kehilangan panas

Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui :


- Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi

sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan

diselimuti.

- Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan

permukaan yang dingin.

- Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin

(misalnya melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin

ruangan).

- Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang

mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun

tidak bersentuhan secara langsung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

4. Pencegahan kehilangan panas

Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum

sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegahan kehilangan

panas maka bayi akan mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermi

sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.

Hipotermi sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan

basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun

berasa dalam rungan yang sangat hangat.

5. Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus

dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan

terhadap infeksi. Pada saat bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi

pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

- Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan

kontak dengan bayi.

- Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan.

- Memastikan satung tangan peralatan, termasuk klem gunting, dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika

menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan

baru.Jangan pernah menggunakan bola kakret penghisap untuk lebih

dari satu bayi.

- Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.

- Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,stetoskop

dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam

keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali digunakan).

- Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara

dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).

- Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air

bersih, hangat dan sabun setiap hari.

- Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan

memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci tangan

sebelumnya (Muslihatun, 2010).


2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture
perineum pada ibu bersalin.

Faktor Maternal Faktor Penolong :


Paritas Cara memimpin
Umur ibu Faktor Janin :
Lingkar mengejan
Jarak kelahiran Cara berkomunikasi
Partus presipitatus kepala janin
Berat badan janin Ketrampilan menahan
Edema dan kerapuhan pada perineum saat ekspulsi
Presentasi defleksi
perineum kepala
Letak
CPD (Chepalo Pelvic Anjuran posisi meneran
sungsang
Disproportional) Episiotomi
Distosia bahu
Jaringan parut pada
perineum
Persalinan dengan tindakan
Lama persalinan kala II

Ibu bersalin dengan


rupture perineum

Robekan jalan lahir

Perdarahan postpartum
Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan rupture perineum pada
ibu bersalin.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Risk assessment atau yang lebih di kenal di sebut dengan penilaian resiko,

merupakan sebuah metode yang banyak digunakan untuk berbagai organisasi atau

sebuah pekerjaan. Pada makalah di jelaskan bagaimana seorang bidan menangani

resiko persalinan ibu dan BBL. Persalinan ibu dapat di analisis dengan 3 cara

yaitu, 7 langkah varney, SOAP dan partograf. Sedangnya asuhan BBL mulai daari

penilaian, penanganan, pencegahan panas serta pencegahan infeksi.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia. Depkes RI: Jakarta .
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. ANDY PRESS:
Yogyakarta
JNPK-KR-2007. Asuhan Persalinan Normal: Jakarta
JNPK-KR-2008. Asuhan Persalinan Normal : Jakarta
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. EGC: Jakarta
Muslihatun, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Fitramaya : Yogyakarta
Saleha, Siti. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Salemba Medika: Jakarta
Saifuddin. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Bina Pustaka:
Jakarta
Sumarah. 2008. Perawatan Pada Ibu Bersalin. Fitramaya: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai