Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


PELAKSANAAN PROGRAM STBM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SAMA DUA KECAMATAN SAMA DUA KABUPATEN ACEH
SELATANTAHUN 2022

OLEH :
EVA ROSMITA
P07133221088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan
PKL untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Program Studi
Sanitasi Lingkungan, Program Sarjana Terapan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh
Jurusan Kesehatan Lingkungan

Tanggal;
Sawang, 06 Juni - 11 Juni 2022

Pembimbing Akademik

Kartini, SKM. MT
Nip. 196912311994032002

Kepala Puskesmas Sawang Ketua Program Studi

Juita kusma.SST. Fajriansyah, SKM.M.Kes


Nip. 19740418 200312 2 004 Nip. 198207282005011001

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan yang
berjudul “PENGELOLAAN SAMPAH PADAT MEDIS DI PUSKESMAS SAWANG
KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2022 ”.
Laporan ini menggambarkan tentang pengelolaan pengolahan limbah medis
Puskesmas Sawang. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak, maka penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Bapak T. Iskandar Faisal, SKP.M.kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Aceh

2. Bapak Fajriansyah, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan


Lingkungan Kemenkes Aceh
3. Ibu Kartini, SKM, MT Pembimbing Akademik
4. Juita kusma selaku Kepala Puskesmas Sawang.
5. Seluruh karyawan dan staff Puskesmas Sawang
6. Suami dan orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi
maupun motivasi.
7. Teman-teman seangkatan Program Studi Sanitasi Lingkungan, Program
Sarjana Terapan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Kemenkes Aceh Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran untuk menyempurnakannya.Semoga laporan ini bermanfaat.

Sawang , Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
COVER DALAM....................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4
1.4 Waktu Dan Tempat.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Limbah............................................................................................................5
2.2.1 Limbah Medis..........................................................................................6
2.2.2 Limbah Non Medis..................................................................................7
2.2.3 Limbah Medis Padat Puskesmas Kendalkerep........................................7
2.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan................................9
2.3.1 Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam............................10
2.3.2 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi......................................................11
2.4 Pengolahan Limbah Padat Medis.................................................................11
2.4.1 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Medis.........................................11
2.4.2 Penanganan Limbah di Sumber Limbah...............................................13
2.4.3 Pengangkutan Limbah Padat.................................................................15
2.4.4 Penyimpanan Sementara Limbah Padat................................................17
2.4.5 Pembuangan dan Pemusnahan Limbah.................................................18
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................19
v

3.1 Pengolahan Limbah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep.........................19


3.2 Sumber Sampah Medis Puskesmas Kendalkerep.........................................19
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................22
4.1 Profil UPT Puskesmas Kendalkerep.............................................................22
4.1.1 Visi Strategis.........................................................................................24
4.1.2 Misi Strategis.........................................................................................24
4.1.3 Tujuan....................................................................................................25
4.2 Pembahasan Kasus.......................................................................................25
BAB V PENUTUP................................................................................................28
5.1 Kesimpulan...................................................................................................28
5.2 Saran.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
LAMPIRAN..........................................................................................................31
DAFTAR TABEL

N Judul Tabel Halama


o n
2. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai
13
1 Kategorinya
3. Neraca Sampah Padat Medis Puskesmas Kendalkerep Bulan
20
1 Februari
DAFTAR GAMBAR

N Judul Gambar Halama


o n
3. Alur pengolahan sampah medis Puskesmas Kendalkerep 19
1
DAFTAR LAMPIRAN

N Judul Lampiran Halama


o n
Dokumen Limbah B3 (Bukti Pengangkutan Limbah B3
1 31
Puskesmas Kendalkerep)
2 Dokumentasi 32
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia
kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat
diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini rumah sakit
sebagai sarana kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan
tersebut. Di lain pihak, rumah sakit juga dapat di katakan sebagai
pendonor limbah karena buangannya berasal dari kegiatan non-
medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan
dalam jumlah besar. Oleh karena itu di perlukan suatu
pengolahan limbah yang sesuai sehingga tidak membahayakan
bagi lingkungan. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan
sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair,
dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta
alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan
beracun. Limbah padat diklasifikasikan sebagai limbah padat
medis/klinis dan limbah padat non medis/domestik (Atik, 2011).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
yangbertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas
merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan
kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan,
2

yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak
membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam
kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).
Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah
sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama
petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah medis dibedakan
menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat adalah
limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Penanganan limbah medis, salah satunya yaitu limbah medis padat perlu
diperhatikan secara serius sesuai dengan teknik penanganan limbah medis padat
yang ditetapkan oleh departemen kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya potensi
bahaya yang dapat ditimbulkan dari pembuangan limbah medis padat secara
sembarangan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Teknik
penanganan tersebut diatur dalam Permenkes No: 1204/Menkes/SK/X/2004,
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, poin Pengolahan Dan
Pemusnahan Limbah Medis Padat, sebagai berikut :
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat
yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan insinerator.
3

Instansi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik merupakan


penghasil limbah medis kontinyu sehingga diharapkan mempunyai instalasi
pengolah limbah sesuai dengan ketetapan pemerintah dalam Permenkes No:
1204/Menkes/SK/X/2004. Rumah sakit / klinik umumnya telah mempunyai alat
pengolah/pemusnah limbah mandiri, sedangkan tidak semua puskesmas

mempunyai instalasi penanganan limbah medis.

Perlu adanya pengelolaan limbah medis padat secara benar dan aman,
penanganan limbah medis padat harus segera dibenahi demi menjamin kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan
rumah sakit. Sehingga di perlukan kebijakan sesuai menejemen kesehatan dan
keselamatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan mentoring
limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan
(Tjandra, 2008).
Pengelolaan limbah medis padat harus dilakukan secara khusus. Pewadahan
harus menggunakan tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang lain tidak dapat membukanya. Pemusnahan
menggunakan insenerator dengan suhu tinggi sekitar 1.200º C setelah itu residu
yangsudah aman di buang ke landfill. Prosedur pengangkutan sampah medis
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pengangkutan internal dan pengangkutan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incenerator (on-site). Pengangkutan eksternal yaitu
pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site),
pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi oleh petugas yang terlibat dengan prosedur tersebut termasuk memenuhi
peraturan angkut lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus,
harus kuat dan tidak bocor. Pengangkutan limbah medis ke tempat
pembuangan memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus selalu

diikuti oleh semua petugas yang terlibat (Ditjen Ditjen P2MPL, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengelolaan sampah padat medis Puskesmas Sawang
4

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui proses pengelolaan limbah padat medis Puskesmas Sawang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui unit pelayanan Puskesmas Sawang yang menghasilkan
sampah padat medis.
2. Mengetahui total sampah yang dihasilkan Puskesmas Sawang selama
periode 06 Juni s/d 11 Juni 2022

1.4 Waktu Dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada :
Hari : Senin s/d Sabtu
Tanggal : 06 Juni 2022 s/d 11 Juni 2022
Waktu : 08.00 - 13.00
Tempat : Puskesmas Sawang, Kabupaten Aceh Selatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah
Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai
sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
(sampah) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
dan umumnya bersifat padat.
Menurut KepMenKes R.I. No.1428/MENKES/SK/XII/2006 limbah padat
puskesmas adalah semua limbah puskesmas yang berbentuk padat akibat kegiatan
yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non
medis, yaitu (Dewi, C, 2014) :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,
dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang
sangat infeksius.
6

2.2.1 Limbah Medis


Menurut KepMenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006 Limbah medis
yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun tidak berguna
termasuk dari limbah pertamanan. Limbah medis cenderung bersifat infeksius dan
kimia beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis
puskesmas adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam
bentuk padat dan cair.
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh Departemen
Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai berikut (Adisamito, 2009) :
a. Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas dan pisau bedah.
b. Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
c. Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.
d. Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
e. Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang
terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah
dari proses produksi obat.
f. Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau
riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk
dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
7

2.2.2 Limbah Non Medis


Selain limbah medis, Puskesmas juga menghasilkan limbah non-medis.
Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di sarana pelayanan
kesehatan tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan
bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-
sama dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut antara lain,
limbah cair dari kegiatan loundry, limbah domestik cair dan sampah padat.
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Adisamito, 2009) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Halaman parkir dan taman
f. Unit pelayanan

2.2.3 Limbah Medis Padat Puskesmas Sawang


Limbah medis merupakan berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah
sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan
menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama
petugas yang menanganinya. Berdasarkan jenisnya, limbah medis dibedakan
menjadi tiga yaitu limbah medis padat, cair dan gas. Limbah medis padat adalah
limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan limbah medis dapat digolongkan
dalam 7 jenis limbah, yang meliputi (Departemen Kesehatan RI 2004) :
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit. Misalnya jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet
8

pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda


tajam yang terbuang yang terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi, bahan beracun.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang
perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah
jenis ini antara lain limbah mikrobiologis, produk darah manusia, benda

tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah


raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan
terkontaminasi (medical waste).
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan,
placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan
autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan
penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke
insinerator.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik
harus dibakar dalam insinerator dengan suhu diatas 1000 °C.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah
terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh
pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak
diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
9

6. Limbah kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga
meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.
7. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit dansarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.

2.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan


Layanan kesehatan selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot
bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan sarana kesehatan, seperti udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman
dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru ini disebut infeksi nosokomial.
Limbah layanan kesehatan yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat
memiliki potensi yang mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan
penyakit atau cedera. Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan tersebut
mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik berikut (Dewi, C, 2014) :
a. Limbah mengandung agent infeksius
b. Limbah bersifat genoktosik
c. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau
beracun
d. Limbah bersifat radioaktif
e. Limbah mengandung benda tajam
Semua orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan
kemungkinan besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam
fasilitas penghasil limbah berbahaya, dan mereka yang berada diluar fasilitas serta
memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat
10

kecerobohan dalam sistem manajemen limbahnya. Kelompok utama yang


beresiko antara lain :
a. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan
rumah sakit
b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau
dirumah
c. Penjenguk pasien rawat inap
d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi
layanan kesehatan masyarakat, misalnya, bagian binatu, pengelolaan
limbah dan bagian transportasi.
e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat
penampungan sampah akhir atau incenerator, termasuk pemulung (Dewi,
C, 2014).

2.3.1 Bahaya Akibat Limbah Infeksius Dan Benda Tajam


Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme
pathogen. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa
jalur :
a. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit
b. Melalui membrane mukosa
c. Melalui pernafasan
d. Melalui ingesti
Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi
gastroenteritis dimana media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi
saluran pernafasan melalui sekret yang terhirup atau air liur dan lain – lain. Benda
tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk tetapi juga
dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena resiko
ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam
kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul
adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan
masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi virus pada darah (Dewi, C,
2014).
11

2.3.2 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi


Kandungan zat limbah dapat mengakibatkan intosikasi atau keracunan
sebagai akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera termasuk luka
bakar. Intosikasi dapat terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi
melalui kulit atau membaran mukosa, atau melalui pernafasan atau pencernaan.
Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif (misalnya formaldehide atau
volatile/mudah menguap) jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa
saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah
luka bakar (Dewi, C, 2014).

2.4 Pengolahan Limbah Padat Medis


2.4.1 Teknologi Pengolahan Limbah Padat Medis
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2009).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut
(Adisamito, 2009):
1. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
2. Minimisasi limbah
3. Produksi bersih dan teknologi bersih
4. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
5. Continous Quality Improvement (CQI)
12

Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai


berikut: pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,
pemilahan, pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.
1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan dan penampungan, pengurangan jumlah limbah yang memerlukan
perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3, diusahakan
sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan dan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi biaya,
tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari semua
limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman,
dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara menggunakan
kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode berwarna yaitu
kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah tangga biasa,
kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah
infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah yang sebaiknya
dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda atau transparan
dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum
pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
13

Tabel 2.1 Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
No Kategori Warna Lambang Keterangan
Kontainer
1 Sangat Kuning Kantong 13plastik kuat,
Infeksius anti bocor, atau plastik
yang dapat disterilisasi
dengan otoklaf

2 Limbah Kuning Kantong 13plastik kuat


Infeksius, dan anti bocor, atau
patologi dan kontainer
3 Sitotoksis Ungu Kontainer 13plastik kuat
dan anti bocor

4 Limbah kimia Coklat Kantong 13plastikatau


dan farmasi kontainer

Sumber : Dewi, C. 2014

2.4.2 Penanganan Limbah di Sumber Limbah


Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya
pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume
bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi
limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Dewi, C, 2014).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada
sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat
bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada
sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan
efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya
14

relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada
sumbernya adalah (Dewi, C, 2014) :
a. Penanganan yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
b. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
c. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar
persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses
kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
d. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
e. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan
yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi
yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah
sakit baru atau penggantian sebagian unitnya (Adisasmito, 2009).
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan
kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Dewi, C, 2014) :
1. Pemisahan limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.
2. Penyimpanan limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
b. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
c. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan
15

d. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan


warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
e. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan
hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup
b. Kantung dipegang pada lehernya
c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu
mengangkut kantong tersebut
d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double
bagging)
e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalam kantung yang salah
f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam
kantung limbah

2.4.3 Pengangkutan Limbah Padat


Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode
warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke incenerator. Pengankutan dengan kendaran khusus
(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah)
dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
Dalam beberapa hal dimana tidak tersedia sarana setempat, sampah medis
harus diangkut ketempat lain (Dewi, C, 2014) :
1. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk
pengangkut, dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi
sampah lain yang dibawa.
16

2. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak
terjadi kebocoran atau tumpah.
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau ke incenerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan
internal biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan secara berkala serta
petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan
di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang
tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk
memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer
khusus, harus kuat dan tidak bocor (Hapsari, 2010).
Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incenerator,
atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya:
1. Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2. Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong
berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang
dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5. Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah (Depkes RI, 2002).
Petugas penanganan limbah harus menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron,
pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI, 2004).
17

2.4.4 Penyimpanan Sementara Limbah Padat


Menurut PerMen LH No 30 Tahun 2009 persyaratan tempat penyimpanan
limbah B3 sebagai berikut :
1. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B-3 yang disimpan.
2. Bangunan beratap dari bahan tidak mudah terbakar dengan ventilasi yang
memadai.
3. Terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
4. Memiliki sistem penerangan lampu/cahaya matahari yang memadai.
Lampu harus dipasang minimum 1 m di atas kemasan dengan sakelar
terpasang di sisi luar bangunan
5. Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
6. Dinding terbuat dari bahan tidak mudah terbakar
7. Bangunan dilengkapi dengan simbol.
8. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir jika bangunan tempat
penyimpanan lebih tinggi dari bangunan sekitarnya.
9. Bila digunakan untuk menyimpan limbah B3 terbakar, harus:
- Tembok beton bertulang atau bata merah atau bata tahan api
- Lokasi harus jauh dari sumber pemicu kebakaran
10. Bila digunakan untuk penyimpan limbah B-3 reaktif, korosif dan
beracun:
- konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan
pengamanan limbah B-3 dalam keadaan darurat.
- konstruksi atap dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
11. Luas area tempat penyimpanan disesuaikan dengan jumlah limbah yang
ditampung untuk waktu maksimum 90 hari
18

2.4.5 Pembuangan dan Pemusnahan Limbah


Setelah dimanfatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang
ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar
(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli incenerator sendiri,
incenerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 -
1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas
yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula
memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah
sakit yang berasal dari rumah sakit lain. Incenerator modern yang baik tentu saja
memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah
klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak
terpakai (Arifin, 2009).
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengelolaan Limbah Padat Medis Puskesmas Sawang


Proses pengolahan limbah padat medis di Puskesmas Kendalkerep ini yakni
sampah dipisahkan antara sampah medis dan non medis. Setiap hari sampah padat
medis diambil dari setiap unit pelayanan dan ditimbang lalu sampah tersebut
dimasukkan dalam wadah yang berbeda dengan sampah non medis. Setelah itu
sampah medis disimpan didalam ruangan yang khusus untuk menyimpan sampah
tersebut, dan yang terakhir adalah pengangkutan setiap tiga bulan oleh pihak
ketiga yang merupakan pengolah sampah padat medis.

Sampah Puskesmas

Sampah Non Medis Sampah Medis

Penimbangan

Penyimpanan

Pengangkutan

Gambar 3.1 Alur pengolahan sampah medis Puskesmas Sawang

3.2 Sumber Sampah Medis Puskesmas Sawang


Limbah padat medis yang dihasilkan Puskesmas Sawang berasal dari
beberapa pelayanan seperti ruang gigi, ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak,
ruang UGD (Unit Gawat Darurat) dan ruang apotek. Berikut neraca sampah
Puskesmas Sawang selama periode 06 juni s/d 11 Juni 2022.
20

Tabel 3.1 Neraca Sampah Padat Medis Puskesmas Sawang Bulan Juni 2022
ASAL LIMBAH
No Tanggal Poli Gigi Ruang KIA Apotek
UGD (Kg)
(Kg) (Kg) (Kg)

1 6 Juni 2022 0.5 0.18 0.20 2

2 7 Juni 2022 0.20 0.13 1

3 8 Juni 2022 0.20 0.12 1

4 9 Juni 2022 0.19 0.16 0.18 1

5 10 Juni 2022 0.14 1

6 11 Juni 2022 0.2 0.12 0.18 0.5

Total Per Poli 1.09 0.8 0.81 6.5


Total Per minggu 9.2
Sumber : Data Skunder, 2022

Dari hasil penimbangan selama satu bulan didapatkan sampah padat medis
sebanyak 9,2 Kg dalam minggu kedua bulan Juni Tahun 2022, dengan masing –
masing unit pelayanan menghasilkan 1.09 Kg pada poli gigi, 0.81 kg pada apotek,
ruang KIA sebanyak 0.8 sedangkan pada UGD menghasilkan 6,5 Kg sampah
padat medis.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil UPT Puskesmas Kendalkerep


UPT Puskesmas Kendalkerep merupakan salah satu Puskesmas yang berada
di wilayah kerja Pemerintah Kota Malang. Kota Malang merupakan salah satu
pusat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan di wilayah Jawa Timur. Sebagai salah
satu pusat perekonomian dapat dilihat dari banyaknya pusat-pusat perbelanjaan
dan pusat-pusat bisnis. Sebagai salah satu pusat kebudayaan dapat dilihat dari
banyaknya tempat-tempat yang bersejarah.
Adapun Sejarah Perkembangan UPT Puskesmas Kendalkerep UPT
Puskesmas Kendalkerep di Jalan Sulfat 100 Kelurahan Bunulrejo Kecamatan
Blimbing Kota Malang. UPT Puskesmas Kendalkerep terletak di dataran tinggi
dengan kondisi tanah yang subur serta letak yang strategis.UPT Puskesmas
Kendalkerep berdiri tahun 1982 - 1983 merupakan Puskesmas pembantu dari
Puskesmas Cisadea. Pada tahun 1984 Puskesmas Pembantu beralih fungsi
menjadi Puskesmas Induk dengan nama Puskesma Kendalkerep. Pada tahun 1987
Puskesmas Kendalkerep memiliki sebuah Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas
Pembantu Polehan.
Hingga tahun 1994 luas area Puskesmas Kendalkerep hanya seluas 57 M 2
Berturut – turut pada tahun 1994 Puskesmas Kendalkerep dilakukuan perluasan
pembangunan antara lain pembangunan ruang Poli Gigi ( 9 M 2 ), Ruang Tata
Usaha seluas 36 M2 . Pada Tahun 1997 dilakukan pembangunan Ruang KIA dan
Fisioterap seluas 65 M2 serta membangun teras seluas 84 M 2 , tahun 2000
dibangun lagi sebuah gudang dan ruang komputer seluas 32 M 2 . Pada tahun 2007
dibangunlah Puskesmas baru yang berada di sebelah Barat Puskesmas Lama
dengan luas 500 M2 dan berlantai dua. Sejak akhir tahun 2008 semua kegiatan
pelayanan dilaksanakan di Puskesmas yang baru. Pada tahun 2011 bangunan
Puskesmas lama dibongkar dan dibuat bangunan baru yang peruntukannya
digunakan sebagai Unit Rawat Inap. Sejak awal tahun 2012 Unit Rawat inap
tersebut telah difungsikan.
22

Selanjutnya sejarah Kepala UPT Puskesmas Kendalkerep berturut-turut sebagai


berikut :
Tahun 1982 – 1983 Dr. Mellyani
Tahun 1983 – 1985 Drg. Rini Mahendra
Agustus 1985 – 1987 Dr. Hetty Muktiati
Tahun 1987 – 1990 Dr. Harjono
Tahun 1990 – Oktober 2000 Dr. Fellix Kusuma H
Nopember 2000 – 2003 Dr. Nusindrati
Tahun 2004 - September 2013 Dr. Indah Serinurani E
September – Desember 2013 Dr. Endah Listiya Angraeni
Januari 2014 – 2015 Dr. Indah Serinurani E
Januari 2016 – sekarang Dr. Lisna

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan digunakan nilai-nilai strategi ke depan


adalah sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Kejujuran
3. Kedisiplinan
4. Setia kawan
5. Profesionalisme
6. Kerjasama tim
7. Ramah
Dengan motto UPT Puskesmas Kendalkerep
“ KEPUASAN MASYARAKAT ADALAH SEMANGAT KERJA KAMI ”
Janji UPT Puskesmas Kendalkerep :
8. Kami Siap Memberikan Pelayanan kepada masyarakat secara profesional
9. Kami siap membatu masyarakat dalam melakukan pemeliharaan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat secara mandiri.
23

4.1.1 Visi Strategis


Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada di Puskesmas Kendalkerep serta mempertimbangkan budaya
yang hidup dalam masyarakat, maka Visi yang dicanangkan pada tahun 2016
sampai 2020 adalah :
” MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG MANDIRI
UNTUK HIDUP SEHAT”
Penjabaran makna dari Visi di atas adalah sebagai berikut:
Mewujudkan : Suatu tindakan untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan
Masyarakat : Satu kesatuan penduduk dengan segala potensi dalam sistem
pemerintahan di wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep
Mandiri : Suatu keadaan dimana masyarakat mau dan mampu berperan serta
secara aktif di dalam setiap usaha untuk meningkatkan derajad
kesehatan.
Hidup Sehat : Suatu Keadaan dimana seseorang terbebas dari penyakit baik
yang bersifat menular ataupun tidak menular serta terbebas dari
kelainan kejiwaan.
Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat adalah gambaran masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep yang mau dan mampu berperan serta
secara aktif dalam setiap upaya kesehatan sehingga terwujud derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya.

4.1.2 Misi Strategis


Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi dengan mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang
dimiliki. Misi berfungsi sebagai pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi
segenap komponen penyelanggara pemerintahan tanpa mengabaikan mandat yang
diberikannya.
24

Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan maka Puskesmas Kendalkerep


merumuskan 4 Misi sebagai berikut :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang berkualitas dan
komprehensif melalui upaya promotif dan prefentif dengan sasaran
individu, keluarga, dan masyarakat. (Upaya Kesehatan Masyarakat)
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara holistik melalui peningkatan pelayanan yang
berkualitas (Upaya Kesehatan Perorangan).
3. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat transaparan
dan akuntabel.
4. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara merata
dan terjangkau oleh masyarakat.

4.1.3 Tujuan
Untuk menjalankan Misi Puskesmas Kendalkerep perlu ditetapkan
keinginan-keinginan apa yang akan diwujudkan dalam kurun 5 tahun kedepan
sebagai bentuk komitmen pembangunan daerah oleh Puskesmas Kendalkerep.
Keinginan-keinginan tersebut ditetapkan dalam rumusan tujuan kegiatan
Puskesmas yang digunakan untuk memberikan arah terhadap program kegiatan
Puskesmas secara umum.

4.2 Pembahasan Kasus


Menurut KepMenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 adanya berbagai
sarana pelayanan kesehatan baik rumah sakit, klinik maupun puskesmas, akan
menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat rumah sakit /
puskesmas lebih dikenal dengan pengertian sampah rumah sakit. Limbah padat
puskesmas sendiri termasuk golongan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
yang perlu suatu pengolahan dan pemisahan dari sampah lainnya. Sehingga
puskesmas perlu melakukan pengolahan terhadap limbah padat medis tersebut.
Sampah padat medis ini apabila tidak dilakukan suatu pengolahan maka dapat
menimbulkan suatu rantai penyakit atau yang disebut infeksi nosokomial. Karena
dalam sampah padat medis tersebut telah terkontaminasi bakteri, virus, dan
25

mahluk mikrobiologi lain yang dapat menularkan penyakit. Oleh karena itu
sampah medis ini perlu dipisahkan dengan sampah lain dan tempat pembuangan
serta penyimpanan sementara sampah padat medis juga harus terdapat ruangan
atau bangunan sendiri (PerMen LH No 30 Tahun 2009).
Pengelolaan sampah padat medis di Puskesmas Kendalkerep Malang ini
yakni bekerja sama dengan pihak pengelola dan pemanfaat limbah B3 yaitu PT.
PRIA (Putra Restu Ibu Abadi) yang berlokasi di Mojokerto. Perusahaan ini akan
mengambil sampah padat medis yang ada di puskesmas setiap 3 bulan sekali.
Terdapat biaya yang perlu dikeluarkan oleh puskesmas untuk membayar
pengolahan limbah padat medis dengan hitungan per kilogram. Petugas sanitarian
Puskesmas Kendalkerep sendiri sudah memilah antara sampah medis dan non
medis, serta terdapat safety box untuk pembuangan jarum suntik. Tempat
penyimpanan sementara limbah padat medis juga sudah ada di Puskesmas
Kendalkerep dimana tempat tersebut khusus untuk menyimpan sementara limbah
padat medis puskesmas.
Setiap sampah yang dihasilkan harus dipisah sesuai kategorinya dan
dimasukkan dalam kantong dan diberi label yang sesuai dengan sampah tersebut
dan kantong yang digunakan untuk wadah sampah medis infeksius menggunakan
kantong warna kuning dengan diberi lambang infeksius. Setiap sampah harus
dipisahkan sesuai kategorinya agar untuk memudahkan mengetahui jenis limbah
apa yang ada didalam kantong tersebut (Adisasmito, 2009).
Berdasarkan neraca sampah limbah padat medis yang dihasilkan Puskesmas
Kendalkerep lebih banyak pada Unit Gawat Darurat (UGD) yakni sebanyak 60
Kg pada Bulan Februari. Hal yang menyebabkan UGD menghasilkan limbah
padat medis lebih banyak karena pelayanan pasien yang membutuhkan
penanganan langsung di puskesmas dibawa ke ruang UGD. UGD di Puskesmas
Kendalkerep menjadi pusat perawatan dan pelayanan kesehatan dari pasien yang
datang sehingga limbah padat medis yang dihasilkan juga lebih banyak. Unit
pelayanan lain seperti apotik sampah padat medis yang dihasilkan seperti sisa obat
yang kadaluarsa dan wadah obat.
Tempat penyimpanan sementara limbah padat medis yang ada di Puskesmas
Kendalkerep sudah memenuhi persyaratan bangunan menurut PerMen LH No 30
26

Tahun 2009 seperti bangunan yang tidak mudah diresapi air hujan, cukup untuk
menampung limbah maksimal 90 hari, atap dan dinding yang tahan korosi dan
tidak mudah terbakar, dan lantai yang rata, kedap air dan tidak retak. Namun,
tempat penyimpanan limbah padat medis ini tidak dilengkapi label serta warna
kantong untuk penyimpanan sampah medis infeksius tidak sesuai kriteria menurut
Keputusan MenKes R.I. No.1204/MENKES/SK/X/2004 dengan warna kuning
dan diberi label untuk sampah medis infeksius, tetapi pada Puskesmas
Kendalkerep mengunakan kantong plastik bewarna hitam serta tidak adanya label
yang jelas dan menyebabkan sulitnya mengetahui jenis limbah yang ada didalam
kantong tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Sampah padat medis yang dihasilkan oleh Puskesmas Kendalkerep berasal
dari beberapa unit pelayanan seperti, apotik, ruang KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak), poli gigi dan UGD (Unit Gawat Darurat).
2. Jumlah sampah padat medis yang dihasilkan yaitu : dari apotik, ruang
KIA dan poli gigi dihasilkan sebanyak 5 Kg pada masing – masing unit
pelayanan tersebut sedangkan pada UGD menghasilkan sampah medis
sebanya 60 Kg pada Bulan Februari.
3. Proses pengolahan sampah padat medis Puskesmas Kendalkerep yaitu
dengan pemilahan sampah medis dan non medis yang selanjutnya sampah
medis disimpan sementara di ruangan penyimpanan. Untuk pengelolaan
sampah medis pihak puskesmas bekerja sama dengan PT. PRIA (Putra
Restu Ibu Abadi) sebagai perusahaan pengolah/pengumpul/pemanfaat
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

5.2 Saran
1. Sebaiknya ruangan penyimpanan sampah padat medis diberi nama/label
agar orang tahu kalau tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan
sampah padat medis.
2. Sebaiknya safety box yang sudah penuh segera dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara sampah padat medis agar tidak menumpuk dan
mengindarkan dari jangkauan pengunjung.
3. Sebaiknya penggunaan kantong dan pemberian label harus sesuai dengan
jenis limbah yang ada didalamnya agar mudah diketahui jenis limbah apa
yang ada dalam kantong tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito. 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta :


Rajawali Pers.
Amro, AMA. 2011. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Secara Terpadu Di
Rumah Sakit Jurnal Dian. Vol 11 No. 2
Depkes RI. 2004. Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2006. Kepmenkes RI No.1428/Menkes/SK/XII/2006 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas,
Jakarta: Depkes RI.
Dewi, C. 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kelet Kabupaten Jepara. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Ditjen P2MPL. 2004. Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Effendi, Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Elok Fatchiyati. 2010. Penentuan Alokasi Limbah Medis Padat Puskesmas
Menuju Instalasi Penanganan Limbah Medis Padat Wilayah Surakarta
Menggunakan Model Integer Linear Programming. Skripsi : Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hapsari. 2010. Analisis Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan Sistem Di
Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Tesis: Universitas Diponegoro
Semarang
Permen LH Nomor 30 .2009. Tentang Tata Laksana Perizinan Dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Oleh Pemerintah Daerah

Permenkes RI No 13. 2015. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Di Puskesmas.
Permenkes RI Nomor 44. 2016. Pedoman Manajemen Puskesmas.
Pratiwi, Dyah. 2013. Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas
Kabupaten Pati. Skripsi : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan.
29

Rahno, Dionisius, dkk.2015 Pengelolaan Limbah Medis Padat Di Puskesmas


Borong Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur J-PAL,
Vol. 6, No. 1, 2015.

Samaritan Dwi Lassmy. 2015. Gambaran Manajemen Pengelolaan Limbah Padat


Di Health Centre Perusahaan X Lampung Tengah. Jurnal Medika Respati.
Vol X Nomor 4 Oktober 201.

Yunizar, Ahmad. 2014. Sistem Pengelolaan Limbah Padat Pada Rs. Dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin. An-Nadaa. Vol 1 No.1. Juni 2014. Hal 5-9
Lampiran (Bukti pengambilan Sampah medis)

Dokumen Limbah B3 (Bukti Pengangkutan Limbah B3 Puskesmas


Kendalkerep)
Lampiran 2 (Dokumentasi)

Tempat sampah medis dan non medis

Tempat penyimpanan sementara sampah padat medis


32

Lanjutan (Lampiran Dokumentasi)

Safety Box dan kantong sampah


medis

Pengambilan sampah padat medis oleh pihak ketiga


(PT. PRIA)

Anda mungkin juga menyukai