Anda di halaman 1dari 40

Case Report Session

PELAKSANAAN PROGRAM KLINIK SANITASI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2021

Oleh :
Mira Gusnita 2040312090

Preseptor :
Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes, FISPH, FISCM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah case report session yang
berjudul “Pelaksanaan Program Klinik Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang Tahun 2021” merupakan salah satu tugas mengikuti kepaniteraan klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. dr. Yuniar Lestari, M.Kes, FISPH,
FISCM sebagai pembimbing yang telah memberikan saran maupun arahan beserta
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, makalah ini dapat bermanfaat
meningkatkan pengetahuan terutama bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Padang, 11 Maret 2022

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 2
1.4 Metode Penulisan .................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Klinik Sanitasi....................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Klinik Sanitasi................................................................ 4
2.2.2 Tujuan Klinik Sanitasi ..................................................................... 5
2.2.3 Sasaran Klinik Sanitasi .................................................................... 5
2.2.4 Ruang Lingkup Klinik Sanitasi ........................................................ 6
2.2.5 Strategi Operasional Klinik Sanitasi................................................. 7
2.2.6 Kegiatan Klinik Sanitasi .................................................................. 7
2.2.7 Kriteria Keberhasilan Klinik Sanitasi ............................................... 8
2.2 Penyakit Berbasis Lingkungan............................................................... 8
2.2.1 Definisi ........................................................................................... 8
2.2.2 Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan ............................................. 9
BAB 3 ANALISIS SITUASI............................................................................ 12
3.1 Gambaran Umum Puskesmas .............................................................. 12
3.2 Kondisi Geografis ............................................................................... 13
3.3 Kondisi Demografis ............................................................................ 14
3.4 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk ................................. 15
3.5 Sarana dan Prasarana ........................................................................... 17
3.6 Sumber Daya Manusia ........................................................................ 18

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii


3.7 Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang ............................... 19
BAB 4 PEMBAHASAN................................................................................... 22
4.1 Pencapaian Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang ............. 22
4.2 Permasalahan Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang ......... 26
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................ 32
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 32
5.2 Saran .................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
LAMPIRAN .................................................................................................... 35

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iv


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Simpul 9


Gambar 3.1 Peta Wilayah Keja Puskesmas Ambacang 13
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Melalui GoogleMap 14

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas v


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 14


2021
Tabel 3.2 Distribusi Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas 15
Ambacang Tahun 2021
Tabel 3.3 Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2021 16
Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja 16
Puskesmas Ambacang Tahun 2020
Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan 17
Tabel 3.6 Sumber daya manusia di Puskesmas Ambacang Tahun 2021 18
Tabel 4.1 Laporan Kunjungan Klinik Sanitasi Puskesmas Ambacang 22
Tahun 2021
Tabel 4.2 Pengawasan Tempat Umum Puskesmas Ambacang Tahun 2021 23
Tabel 4.3 Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman Tahun 24
2021
Tabel 4.4 Pengawasan Sarana Air Minum di Puskesmas Ambacang Tahun 24
2021
Tabel 4.5 Pengawasan Akses Rumah Sehat di Puskesmas Ambacang 25
Tahun 2021
Tabel 4.6 Penduduk dengan Akses Jamban Sehat di Puskesmas Ambacang 25
Tahun 2021
Tabel 4.7 Pengelolaan Air Limbah dan Sampah di Puskesmas Ambacang 26
Tahun 2021

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vi


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi agen penyakit berbasis
lingkungan, seperti lalat, nyamuk, kecoak, kutu, pinjal, tikus yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, seperti sakit diare, kulit, ISPA, dan lain-lain.
Penanganan sanitasi wajib dilaksanakan setiap kabupaten/kota sesuai Permenkes
No. 13 tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan Lingkungan di
Puskesmas.1
Berdasarkan laporan tahun Dinas Kota Padang pada tahun 2019 penyakit
berbasis lingkungan di Kota Padang ditemukan kasus terbanyak adalah diare
sebanyak 11.700 diikuti dengan 5.199 kasus TB paru, 2.723 kasus ISPA, 430 kasus
DBD, dan 27 kasus malaria.2 Penyakit berbasis lingkungan yang ditemukan
sepanjang tahun 2020 berdasarkan data Puskesmas Ambacang adalah 97 kasus
ISPA, 67 kasus penyakit kulit 62 kasus, diare, 6 kasus TB Paru, dan 1 kasus DBD..3
Akar permasalahan penyakit berbasis lingkungan berhubungan dengan
sanitasi yang buruk. Oleh karena itu, jika dalam pemberantasannya hanya
menonjolkan aspek kuratif dan rehabilitatif saja, tentu tidak akan maksimal. Dalam
memberantas penyakit ini, yang perlu dilakukan adalah mengubah pola hidup dan
tingkah laku masyarakat melalui aspek promotif dan preventif..4,5
Program sanitasi termasuk program kesehatan lingkungan, yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif hal ini sesuai Permenkes 75 tahun
2014, tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Menurut Permenkes No. 13 tahun 2015
kegiatan sanitasi meliputi kegiatan konseling, inpeksi kesehatan lingkungan hingga
intervensi kesehatan lingkungan. Kebijakan pelayanan promotif di puskesmas
sudah diatur dalam Kepmenkes No. 585 tahun 2007, tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas. Salah satu program puskesmas yang menelaah
masalah sanitasi lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan adalah klinik
sanitasi. Idealnya, setiap puskesmas memiliki klinik sanitasi.6
Klinik sanitasi merupakan suatu upaya yang mengintegrasikan kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan pada penduduk
beresiko tinggi. Melalui klinik sanitasi ketiga unsur pelayanan kesehatan yaitu
penyuluhan, pencegahan dan pengobatan dilaksanakan secara terintegrasi melalui
program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam
gedung. Klinik sanitasi diharapkan meningkatkan efektivitas puskesmas dalam
melaksanakan pelayanan sanitasi dasar guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,
khususnya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan. 7
Penelitian Syarifuddin yang membuktikan bahwa daerah yang memiliki
layanan klinik sanitasi di memiliki kasus penyakit berbasis lingkungan seperti diare
yang lebih rendah (19,3%) dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki klinik
sanitasi di puskesmas (66,2%) dan juga kepemilikan jamban keluarga sebesar
77,8% di wilayah yang memiliki klinik sanitasi di Puskesmas, sedangkan wilayah
yang tidak memiliki klinik sanitasi di Puskesmas hanya 42,7%.8
Meskipun program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang berjalan tetapi
penyakit berbasis lingkungan masih belum teratasi. Kualitas lingkungan dan
perilaku dari masyarakat sangat berhubungan dengan penyakit berbasis lingkungan
yang timbul serta permasalahan kesehatan lainnya sehingga hal ini perlu dijadikan
perhatian. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk
membahas gambaran pelaksanaan program klinik sanitasi di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang dalam upaya menanggulangi penyakit berbasis lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan program klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan program klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui program klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


2. Mengetahui pencapaian program klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang
3. Menganalisa permasalahan program klinik sanitasi di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang
4. Menentukan solusi terhadap permasalahan program klinik sanitasi di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan merujuk berbagai literatur, laporan dan pedoman milik
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat serta laporan tahunan sejak tahun 2020 – 2021 Puskesmas Ambacang.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klinik Sanitasi
2.1.1 Pengertian Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan
bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian integral dari kegiatan puskesmas
dalam melaksanakan program yang bekerjasama dengan lintas program dan lintas
sektoral yang ada di wilayah kerja puskesmas. 9 Terdapat beberapa pengertian yang
harus dipahami dalam pelaksanaan program klinik sanitasi selain dari pengertian
klinik sanitasi, yaitu:
a. Pasien Klinik Sanitasi
Pasien klinik sanitasi adalah penderita penyakit yang diduga berkaitan erat
dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh petugas medis ke ruang klinik
sanitasi.9
b. Klien Klinik Sanitasi
Klien klinik sanitasi adalah masyarakat umum bukan penderita penyakit
yang datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan.9
c. Bengkel Sanitasi
Yaitu suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan untuk menyimpan
peralatan pemantauan dan perbaikan kualitas lingkungan. 9
d. Ruang Klinik Sanitasi
Yaitu suatu ruang atau tempat yang di pergunakan oleh Sanitarian/Tenaga
Kesehatan Lingkungan (Kesling)/Tenaga Pelaksana kegiatan klinik sanitasi untuk
melakukan fungsi penyuluhan, konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana
sanitasi dan sebagainya.9
e. Konseling
Yaitu kegiatan wawancara mendalam dalam penyeluhan yang bertujuan
untuk mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahannya yang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan konsultasi
penderita/pasien yang datang ke puskesmas. 9
f. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan sanitarian/tenaga kesling/tenaga pelaksana klinik sanitasi
untuk melakukan kunjungan ke rumah untuk melihat keadaan lingkungan rumah
sebagai tindak lanjut dari kunjungan penderita atau klien ke ruang klinik sanitasi.9

2.1.2 Tujuan Klinik Sanitasi


Klinik sanitasi mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut: 9
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya preventif, kuratif, dan
promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-menerus.

b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien
serta masyarakat di sekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan.
3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas
sektor terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap
penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
4. Menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatkan
penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat.
5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis
lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terpadu.

2.1.3 Sasaran Klinik Sanitasi


Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah pada suatu sasaran yang ditentukan,
yaitu:9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
yang datang ke puskesmas.
3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat
sekitarnya.
2.1.4 Ruang Lingkup Klinik Sanitasi
Ruang lingkup kegiatan sanitasi meliputi berbagai macam upaya, yaitu: 9
1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka pencegahan
penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan penyakit
ISPA, TB Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria.
3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat kerja.
5. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit
saluran pencemaran atau keracunan makanan.
6. Penanganan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
keracunan pestisida.
7. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan.
2.1.5 Strategi Operasional Klinik Sanitasi
Beberapa strategi operasional agar program klinik sanitasi dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, antara lain: 9
1. Pemajanan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat
dan mengatasi dengan upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan.
2. Masalah dalam tiap puskesmas tidaklah sama, baik antar lingkungan
ataupun antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami secara benar
mengenai peta masalah kesehatan yang berkenaan dengan kesehatan
lingkungan, agar penanganannya menjadi lebih spesifik dan berorientasi
pada hasil.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit
untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan, baik
luas wilayahnya maupun jenis penyakitnya.
4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan
lintas sektor di wilayah kerja puskesmas
5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat melalui kelembagaan
yang sudah ada seperti: PKK, LSM, LKMD.
6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan
untuk menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga dilakukan
dengan pemberian contoh dan keteladanan.
7. Mengupayakan dukungan dengan meningkatkan swadaya masyarakat
termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah.
2.1.6 Kegiatan Klinik Sanitasi
Klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas oleh
petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan masyarakat.9
1. Indoor Activity
Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status
seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis/medis Puskesmas. Apabila didapatkan
penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang
bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah mendaftar di
loket, mereka langsung ke ruang Klinik Sanitasi untuk mendapatkan bimbingan
teknis. Diruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga kesling akan melakukan
wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status Kesehatan
Lingkungan. Selanjutnya sanitarian/petugas kesling membuat janji kunjungan ke
rumah pasien/klien. 9
2. Outdoor Activity
Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah/lokasi sebagai tindak
lanjut kunjungan pasien/klien ke Puskesmas (Klinik Sanitasi). Kunjungan ini
sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai
hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas. 9

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


2.1.7 Kriteria Keberhasilan Klinik Sanitasi
Keberhasilan pelaksanaan klinik sanitasi ditunjukkan dengan beberapa indikator: 9
1. Langsung
a. Meningkatnya kunjungan klien dan menurunnya kunjungan pasien klinik
sanitasi.
b. Meningkatnya cakupan dan jumlah sarana air bersih dan sanitasi yang
memenuhi syarat dari swadaya masyarakat,
c. Meningkatnya kunjungan petugas klinik sanitasi ke rumah pasien / klien.
2. Tidak langsung
a. Menurunnya angka kejadian penyakit berbasis lingkungan (diare, cacingan,
penyakit kulit, ISPA / TB paru, DBD, malaria, penyakit akibat kerja,
penyakit saluran pencernaan, dan keracunan),
b. Terciptanya hubungan dan kerja sama yang baik lintas program dan lintas
sektor di wilayah kerja puskesmas.

2.2 Penyakit Berbasis Lingkungan


2.2.1 Definisi
Penyakit berbasis lingkungan merujuk pada penyakit yang memiliki akar
atau hubungan yang erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah
ruang masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu
tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan
yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan. 4

Patogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat dituangkan dalam empat


simpul. Simpul pertama adalah sumber penyakit, yaitu virus, bakteri, parasit, dan
lainnya. Simpul kedua adalah komponen lingkungan yang menjadi media transmisi
penyakit tersebut, baik berupa udara, air, maupun binatang vektor. Simpul ketiga
adalah penduduk dengan berbagai variabel kependudukan, baik dari segi
pendidikan, kepadatan, perilaku, dll. Simpul keempat adalah penduduk yang dalam
keadaan sehat atau sakit setelah mendapat paparan komponen lingkungan. 4

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


Gambar 2.1: Teori Simpul 4

2.2.2 Contoh Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare,
DBD, malaria, tuberkulosis, penyakit kulit dan lainnya.10
a. ISPA (infeksi saluran pernafasan akut)
ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, Haemophillus
influenzae, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, dan lainnya. ISPA dapat
ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan bekteri ketika penderita batuk
dan terhirup oleh orang lain. ISPA dapat dicegah dengan menjaga sirkulasi udara
dalam rumah dengan membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di
dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok, mengurangi kepadatan penghuni
di rumah, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan di sekitarnya. 10
b. Diare
Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali
dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, ataupun intoleransi
makanan, gangguan psikis dan lainnya. Diare karena bakteri Escherichia Coli
(E.Coli) disebabkan oleh adanya kontaminasi makanan/minuman dengan bakteri
E.coli yang dibawah oleh lalat yang sebelumnya telah hinggap pada tinja yang
dibuang sembarangan, ataupun melalui minuman yang tidak dimasak sampai
mendidih, tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena setelah buang air besar
tidak mencuci tangan dengan sabun. Diare dapat dicegah dengan menutup makanan
agar tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mencuci
bahan makanan dengan air bersih, memasak air sampai mendidih dan menggunakan
air bersih yang memenuhi syarat. 10
c. Demam berdarah dengue (DBD)
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak
di dalam dan di luar rumah seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan
air bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air bersih, bak mandi, lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat
menampung air. Upaya praktis dalam pengendalian vektor dan pemberantasan
penyakit DBD yaitu dengan cara 3M plus yaitu menguras tempat penyimpanan air,
menutup rapat tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat
menampung air, serta menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air,
menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, menanam
tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah,
menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam rumah.10
d. Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang termasuk
golongan protozoa, yang penularannya melalui vektor nyamuk Anopheles sp.
Faktor lingkungan yang ikut berperan dalam perkembangbiakan nyamuk sebagai
vektor penular malaria yaitu suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, . Tempat
perkembangbiakan nyamuk Anopheles yaitu kolam ikan yang tidak dipakai lagi,
bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, saluran air yang tidak mengalir
dan lainnya. Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk,
sama seperti penganggulangan terhadap DBD. 10
e. Penyakit Kulit
Penyakit kulit seperti kudis / skabies / budukan disebabkan oleh tungau atau
sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes Scabieii), tempat berkembangbiaknya
adalah di lapisan epidermis kulit dan membuat terowong dibawah kulit sambil
bertelur. Penularan skabies adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau
melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan oleh penderita.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Pencegahan skabies dapat dengan menghindari pemakaian bersama-sama handuk,
baju, menjaga kebersihan personal dan lingkungan, serta mengurangi kepadatan
hunian.10
f. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang penularannya terutama melalui droplet. Ketika penderita BTA
positif batuk, bersih atau berbicara dengan memercikkan ludah, bakteri TB akan
ikut terbang ke udara. Selanjutnya bakteri dapat masuk ke tubuh orang lain melalui
udara yang dihirup. Penyakit ini dapat terutama menyerang paru-paru. Faktor yang
ikut berpengaruh terhadap penularan TB adalah keadaan imunitas seseorang dan
lingkungannya, seperti lingkungan perumahan yang padat, ventilasi rumah yang
kurang, dan sirkulasi udara yang buruk. 10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum Puskesmas


Puskesmas Ambacang merupakan puskesmas yang berada di Kelurahan
Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji kota Padang. Puskesmas ini juga diberi nama
Puskesmas Ambacang Kuranji karena lokasinya yang berada di Kecamatan
Kuranji. Pelaksanaan program puskesmas awalnya masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena dahulu daerah ini masih masuk ke wilayah kerja
Puskesmas Kuranji, tetapi pada tahun 2006 puskesmas ini berdiri sendiri sehingga
program dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan. Sebagai satu
bentuk organisasi, Puskesmas Ambacang memiliki struktur organisasi yang jelas
mengacu pada Strutur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Dinas kesehatan Kota
Padang. Organisasi Puskesmas terdiri atas: 11
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala Tata Usaha
3. Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium
5. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
Saat ini, Puskesmas Ambacang dipimpin oleh dr. Weni Fitria Nazulis,
M.Biomed. Sumber dana yang dikelola oleh Puskesmas Ambacang untuk kegiatan
operasional (pelaksanaan pelayanan kesehatan) dan kegiatan rutin (manajemen dan
biaya rutin) diperoleh dari JKN, dana BLUD dan dana BOK. Selain itu, Puskesmas
Ambacang bergerak dalam bentuk kegiatan: 11
1. Upaya Kesehatan Masyarakat
Upaya kesehatan masyarakat (UKM) terdiri dari Upaya Kesehatan
Masyarakat Esensial (promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KESGA dan KB,
gizi, P2P) dan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan (Perkesmas,
Yankestrad, kesehatan lansia, UKS, UKGS, kesehatan jiwa, kesehatan indra, UKK,
dan Kesorga).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


2. Upaya Kesehatan Perorangan
Kunjungan rawat jalan, kefarmasian, laboratorium, kesehatan gigi dan mulut,
dan pelayanan UGD.
3. Program Indonesia Sehat berbasis Keluarga (PIS PK)

3.2 Kondisi Geografis


Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15" Lintang Selatan dan +100°
23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar
12 km2. Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari empat kelurahan yaitu
Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan
Kelurahan Lubuk Lintah.11
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas
Ambacang, antara lain: 11
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji.
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo.

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang11

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Melalui Google Map11

Berdasarkan dari segi topografis dan geografis Puskesmas Ambacang yang


terletak di Jalan Raya By Pass Kel. Pasar Ambacang, Kec. Kuranji, Kota Padang (±
8km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat
pribadi maupun sarana angkutan umum berupa angkutan kota, ojek, dan becak
sehingga akses masyarakat ke Puskesmas cukup mudah.11

3.3 Kondisi Demografis


Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang selama tahun 2021
adalah 54.546 jiwa dengan distribusi kependudukan berdasarkan kelurahan sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Data Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2021 11

Jenis Kelamin Jumlah


Kelurahan KK RT/RW
Laki-laki Perempuan Penduduk
Pasar Ambacang 9.865 10.752 3.805 9/37 19.559
Anduring 6.808 7.897 2.695 8/33 15.598
Lubuk Lintah 4.607 5.528 1.909 8/31 11.321
Ampang 3.927 3.928 1.548 9/26 8.068
Jumlah 25.207 28.105 9.957 34/127 54.546

Dari tabel 3.1 dapat dilihat angka kepadatan penduduk (jumlah penduduk
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14
dibagi luas wilayah dalam kilometer persegi) di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang pada tahun 2021 sebesar 4.545 penduduk setiap satu kilometer
perseginya. Berdasarkan UU No.50/PRP/1960, angka ini menunjukkan bahwa
Kecamatan Kuranji yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Ambacang tergolong
dalam wilayah dengan kepadatan penduduk sangat padat. Selain itu pertambahan
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang selama 9 tahun terakhir
dari 2010 (43.114 orang) sampai dengan 2021 adalah sebanyak 11.432 orang.
Pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat mengakibatkan berbagai masalah
dapat bermunculan seperti masalah kesehatan tertutama penularan penyakit infeksi.
Kepadatan penduduk pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut: 11

Tabel 3.2 Distribusi Kepadatan Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Tahun 202111
Jumlah
Kelurahan Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk
Pasar Ambacang 5,03 km2 19.559 3.888,46
Anduring 4,04 km2 15.598 3.860,89
Lubuk Lintah 4,03 km2 11.321 2.809,18
Ampang 4,03 km2 8.068 2.001,98

Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa setiap kelurahan tergolong pada kategori
padat dimana kelurahan dengan angka kepadatan penduduk paling tinggi adalah
Kelurahan Pasar Ambacang yaitu 3.888,46 dan paling rendah adalah Kelurahan
Ampang yaitu 2.001,98.

3.4 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang mayoritas beragama Islam.
Penduduk non-muslim di wilayah ini merupakan kaum pendatang dari luar
provinsi. Walaupun terdapat perbedaan suku, agama dan budaya, dalam melakukan
aktivitas sosial serta peribadatan penduduk berjalan dengan baik. Suku mayoritas
yang terdapat di Kecamatan Kuranji adalah suku Minang. Adapun mata
pencaharian penduduk antara lain: 11

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Tabel 3.3 Mata Pencaharian Penduduk Tahun 202111
Lubuk
Jenis Pekerjaan Ambacang Anduring Ampang Jumlah
Lintah
PNS 896 38 715 342 1991
ABRI/POLRI 48 35 28 10 121
Pegawai swasta 404 128 171 86 789
Wiraswasta/ Pedagang 750 459 756 173 2138
Petani 402 205 170 68 1690
Tukang 540 315 584 160 1599
Buruh tani 138 70 64 37 309
Pensiunan 680 250 540 228 1698
Pemulung 38 45 92 3 178
Jasa lainnya 330 390 392 86 1198
Pengangguran 347 150 298 83 878

Tabel 3.3 memperlihatkan mata pencarian penduduk mayoritas adalah


Pedagang/Wiraswasta sebesar 18,25% Dan masih adanya masyarakat yang
penganguran sebanyak 6,9% Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi
oleh tingkat ekonomi masyarakat.
Apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit menjangkau
pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan
membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini akan mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat
semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan. Data survei
kesehatan 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan
berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita.
Oleh karena itu, status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang,
keluarga, dan masyarakat.

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Tahun 202011

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Jenis Pendidikan
LK P LK+P LK+P
Tidak Memiliki Ijazah SD 2.983 2.990 5.973 15.2
SD/MI 2.305 2.336 4.641 11.8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16
SMP/MTs 2.681 2.693 5.374 13.7
SMA/MA 8.046 9.856 17.902 45.6
SMK 1.984 2.426 4.410 11.2
DI/DII 181 190 371 0.9
Akademi/DIII 504 512 1.016 2.6
S1/DIV 1.335 1.343 2.678 6.8
S2/S3 (Master/Doktor) 114 119 233 0.6

Dari tabel 3.4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah
tamatan SMA sederajat yaitu 45,6%, dan yang tidak memiliki ijazah SD masih ada
15,2% lagi. Hal ini akan berdampak pada derajat kesehatan masyarakat karena
pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan
yang dimiliki oleh seseorang yang berpendidka mempengaruhi keputusan untuk
berperilaku sehat.

3.5 Sarana dan Prasarana


Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari sarana kesehatan milik pemerintah,
UKBM dan swasta. Sarana kesehatan pemerintah selain Puskesmas Ambacang juga
terdapat 1 Puskesmas Pembantu dan 4 Pos Kesehatan Kelurahan. Sedangkan
UKBM berupa Posyandu berjumlah 29 pos. Untuk sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta antara lain adalah: 11

Tabel 3.5 Sarana Pelayanan Kesehatan 11


Sarana Sarana
Jumlah Jumlah Sarana UKBM Jumlah
Kesehatan Pendidikan
Puskesmas 1 PAUD 8 Posyandu Balita 29
Pustu 1 TK 11 Posyandu Lansia 29
Poskeskel 4 SD 23 Posbindu 29
BPM 3 SMP 5 Batra 57
Klinik Swasta 3 SMA/SMK 5 Poskestren 1
DPP 8 PT 1 Pos UKK 2
Apotek 5 Kelurahan Siaga 4
Toko Obat 3 Prolanis 29

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


3.6 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan
dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien yang berobat di Puskesmas Ambacang berjumlah 57
orang dan terdiri dari: 11

Tabel 3.6 Sumber daya manusia di Puskesmas Ambacang Tahun 202111


Jenis Tenaga Jumlah PNS Non PNS
Dokter 5 4 1
Dokter Gigi 3 3 -
Apoteker 1 1 -
SKM 3 3 -
Perawat 9 6 3
Perawat Gigi 1 1 -
Bidan 20 15 5
Sanitarian 2 2 -
Gizi 2 2 -
Analis Kes 2 1 1
Rekam Medis 3 2 1
Ass. Apoteker 2 2 -
Adm/ Akutansi 2/1 1 1/1
Sopir/CS 1/2 - 1/2
Total 57 43 14

Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Ambacang


secara kuantitatif sudah cukup memadai dengan rasio tenaga kesehatan berdasarkan
kategori tenaga rata-rata 1:8000, dimana pada Puskesmas Ambacang rasionya
adalah 1:1136, tetapi dari segi kualitatif diperlukan upaya peningkatan pengetahuan
serta pelatihan kepada penanggung jawab program untuk meningkatkan mutu
pelayanan ke masyarakat. 11

Segi rasio jumlah dokter dengan penduduk, sumber daya manusia di


Puskesmas Ambacang relatif kurang memadai. Tenaga medis dokter umum
sebanyak 5 orang dengan rasio 5:54.546 jiwa, artinya 1 dokter melayani 10.909

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


orang. Angka tersebut sangat jauh dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh sistem
pelayanan kesehatan terpadu dimana satu dokter melayani maksimal 2500
penduduk. 11 Petugas sanitasi (sanitarian) di Puskesmas Ambacang sebanyak 2
orang dengan rasio 2:54.546 jiwa artinya 1 petugas sanitasi melayani 27.273
penduduk.

3.7 Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang


Program Klinik Sanitasi merupakan salah satu program pokok puskesmas,
termasuk dalam Program Kesehatan Lingkungan dalam UKM Esensial Puskesmas
Ambacang, yang diarahkan dan diupayakan untuk menurunkan angka penyakit
berbasis lingkungan dan meningkatkan promosi kesehatan demi meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ambacang. 11
Pemegang program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang yaitu Ermaneili,
AMd-KL dan Afriyeni Zulkifli, AMKL. Berdasarkan diskusi dengan pemegang
program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang terbagi menjadi dua kelompok
yaitu kegiatan di dalam gedung (indoor activity) dan di luar gedung (outdoor
activity), yaitu :

1. Indoor Activity
a. Konseling Sanitasi
Puskesmas Ambacang menjalankan konseling sanitasi berbarengan dengan
pelayanan kesehatan perorangan. Konseling adalah komunikasi antara tenaga
kesehatan lingkungan dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi. Semua pasien/klien
datang berobat ke puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti: mendaftar di
loket, selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa oleh petugas
medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidan, perawat). Apabila diketahui
pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang bersangkutan
diberikan penyuluhan dan bimbingan teknis, petugas mewawancarai pasien tentang
penyakit yang diderita dikaitkan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Selanjutnya hasil wawancara dicacat dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Kemudian petugas klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang melakukan konseling
tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan.
b. Lokakarya Mini
Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi
menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil
monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dalam Lokakarya Mini di
Puskesmas Ambacang yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan
dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan seluruh petugas
puskesmas mengetahui pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi dapat dilakukan secara
integritas dalam lintas program.
2. Outdoor Activity
Kunjungan Rumah (Home Visit) dengan melakukan penyuluhan kesehatan
terkait penyakit berbasis lingkungan di suatu daerah tempat tinggal pasien atau
klien mengenai masalah yang dihadapi termasuk permasalahan sanitasi lingkungan.
Petugas sanitasi Puskesmas Ambacang melakukan penyuluhan kesehatan bekerja
sama dengan lintas sektor.
Petugas juga membuat janji dengan pasien atau klien apabila diperlukan
untuk melakukan kunjungan rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit
yang dialami pasien tersebut. Selain itu, pengawasan juga dilakukan pada sarana
dan prasrana yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang, yaitu :
1. Pengawasan tempat-tempat umum
. Tempat-tempat umum yang saat ini ada di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang berjumlah 94 tempat umum yang terdiri dari sarana pendidikan, sarana
kesehatan, dan tempat ibadah.
2. Pengawasan tempat pengolahan makanan dan minuman
Inspeksi dilakukan 1 kali setahun. Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
terdapat 173 TPM yang menjadi pengawasan Puskesmas, terdiri dari rumah
makan/restoran, jasa boga, depot air minum, dan makanan jajanan atau kantin.
3. Pengawasan Sarana Air Minum
Puskesmas Ambacang melakukan pengawasan terhadap 7.239 sarana air
minumsepanjang tahun 2021.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


4. Pengawasan Inspeksi rumah sehat
Puskesmas Ambacang melakukan pengawasan terhadap 8.015 rumah
sepanjang tahun 2021.
5. Akses jamban sehat dan Pengelolaan sampah
Fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) adalah fasilitas sanitasi yang
memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septik/
Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau bersama.
Jamban komunal berjumlah 307, jamban sehat semi permanen berjumlah 160 dan
jamban sehat permanen berjumlah 6.517. Pengelolaan sampah sebanyak 8.015
rumah penduduk sepanjang tahun 2021.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pencapaian Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang


1. Indoor Activity
a. Konseling Sanitasi

Berdasarkan tabel 4.1 dijelaskan gambaran penyakit berbasis lingkungan


yang memperoleh konseling sanitasi di Puskesmas Ambacang tahun 2021,
kunujungan klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang sebanyak 266 orang dengan
kasus ISPA merupakan penyakit yang paling banyak yaitu 108 kasus, diikuti oleh
diare, penyakit kulit, dan TB paru. Dari tabel ini dapat disimpulkan bahwa masih ada
penyakit berbasis lingkungan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
pada tahun 2021.
Tabel 4.1 Laporan Kunjungan Klinik Sanitasi Puskesmas Ambacang Tahun 202111
Penyakit Berbasis Lingkungan
Jumlah
Kelurahan TB Gatal-
Diare ISPA Malaria DBD
Pasien Klien Paru Gatal
Pasar 69 0 18 29 0 0 2 20
Ambacang
Lubuk 69 0 19 31 0 0 1 18
Lintah
Ampang 66 0 20 25 0 0 1 20
Anduring 62 0 20 23 0 0 1 18
266 0 77 108 0 0 5 76

b. Lokakarya Mini
Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin petugas klinik sanitasi
menyampaikan segala permasalahan, cara penyelesaian masalah, hasil
monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dalam Lokakarya Mini di
Puskesmas Ambacang yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan
dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan seluruh petugas
Puskesmas Ambacang mengetahui pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi dapat
dilakukan secara integritas dalam lintas program.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


2. Outdoor Activity
Kunjungan rumah untuk program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang
juga ikut berpartisipasi perawat dari puskesmas pembantu atau bidan desa, dan
kader kesehatan lingkungan untuk melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit
yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan Perawatan Kesehatan Keluarga).
Petugas klinik sanitasi membawa kartu status kesehatan lingkungan/register yang
telah diisi saat kunjungan pasien ke ruang klinik sanitasi di puskesmas sebelumnya.
Monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik sanitasi mengisi
kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini secara berkala (1-3
bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa. Pada kunjungan ke lapangan petugas
klinik sanitasi mengajak kader kesehatan/kesehatan lingkungan, kelompok pemakai
air, PKK, dan berkonsultasi/melibatkan LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat,
dan pihak terkait lainnya agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan
masalah kesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri. Diharapkan jika suatu
saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang sejenis, mereka dapat
menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik sanitasi maupun petugas
kesehatan lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhan kepada
pasien/klien dan keluarganya serta tetangga-tetanggga pasien tersebut.
Pengawasan juga dilakukan pada sarana dan prasrana yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang, yaitu :
1. Pengawasan Tempat Umum
Tabel 4.2 Pengawasan Tempat Umum Puskesmas Ambacang Tahun 202111
Tidak
Memenuhi
Kelurahan Sasaran Capaian Memenuhi %
Syarat
Syarat
Pasar 38 38 33 5 86,84
Ambacang
Lubuk 14 13 11 2 78,57
Lintah
Anduring 27 27 24 3 88,89
Ampang 15 14 12 2 80
Total 94 92 80 12 85,11

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


Berdasarkan table 4.2 dapat disimpulkan bahwa Total Tempat-Tempat
Umum ( TTU) yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2021 adalah 80 dari
94 TTU di Puskesmas Ambacang tahun 2021 dengan presentase 85,11 % yang
belum memenuhi target yaitu 100% TTU yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman


Tabel 4.3 Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan dan Minuman Tahun 202111

Tidak
Memenuhi
Kelurahan Sasaran Capaian Memenuhi %
Syarat
Syarat
Pasar 48 46 44 5 91,7
Ambacang
Lubuk 42 40 39 2 92,9
Lintah
Anduring 52 50 49 3 94,2
Ampang 32 30 28 2 90,3
Total 173 166 160 6 92,5
Berdasarkan table 4.3 tersebut Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Capaian
kinerja dari Puskesmas Ambacang untuk TPM adalah sebesar 92,5% yang masih
belum memenuhi target yaitu 100% TPM yang memnuhi syarat kesehatan.

3. Pengawasan Sarana Air Minum


Tabel 4.4 Pengawasan Sarana Air Minum di Puskesmas Ambacang Tahun 202111
Inspeksi Kesehatan
Jumlah Capaian
Lingkungan (IKL)
Sarana
Kelurahan Resiko
Air Menenuhi
IKL % Rendah + Sampel %
Minum Syarat
Sedang
Pasar 3.077 2.860 92,9 2.846 65 51 78,5
Ambacang
Lubuk 1.360 1.269 93,3 1.266 48 41 85,4
Lintah
Anduring 1497 1.478 98,7 1.468 82 59 72,0
Ampang 1.305 1.199 91,9 1.199 35 33 94,3
Total 7.239 6.806 94,0 6.779 230 184 80,0
Berdasarkan tabel 4.4 dari 7.239 jumlah sarana air minum di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang hanya 6.806 sarana air yang dilakukan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan (IKL) dan 6.779 diantaranya merupakan sarana air minum dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


risiko rendah-sedang. Dari total 230 sampel air minum yang diambil, hanya 184 air
minum yang memenuhi syarat atau sebesar 80% yang masih belum memenuhi
target yaitu 100% sarana air minum yang memenuhi syarat kesehatan.

4. Pengawasan Rumah Sehat


Tabel 4.5 Pengawasan Akses Rumah Sehat di Puskesmas Ambacang Tahun 202111
Kelurahan Sasaran Capaian %
Pasar 3.111 1.963 63,1
Ambacang
Lubuk 1.411 1.027 72,8
Lintah
Anduring 2.221 1.589 71,5
Ampang 1.272 931 73,2
Total 8.105 5.510 68,7
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkam bahwa ke-empat kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih belum ada yang mencapai target rumah
sehat . Presentese terbesar 73,2 % di kelurahan Ampang memenuhi syarat dengan
capaian terendah terdapat di Pasar Ambacang sebesar 63,1% yang masih belum
memenuhi target 100 % dari rumah sehat memenuhi syarat kesehatan.
5. Akses Jamban Sehat dan Pengelolaan Sampah
Tabel 4.6 Penduduk dengan Akses Jamban Sehat di Puskesmas Ambacang Tahun
202111
Jamban
Jamban
Jumlah Sharing/ Sehat
Kelurahan Sehat Jumlah %
KK Komunal Semi
Permanen
Permanen
Pasar 3.805 140 62 2.354 2.556 67,2
Ambacang
Lubuk 1.909 36 37 1.317 1.390 72,8
Lintah
Anduring 2.695 80 41 1.813 1.934 71,8
Ampang 1.548 51 40 1.033 1.124 72,6
Total 9.957 307 160 6.517 7.004 70,3
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hanya 70.3% penduduk yang
memiliki akses tehadap fasilitas sanitasi layak (jamban sehat), hal ini masih belum
memenuhi target capaian puskesmas yaitu 91% penduduk memilik akses terhadap
fasilitas sanitasi layak.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


Tabel 4.7 Pengelolaan Air Limbah dan Sampah di Puskesmas Ambacang Tahun
202111
Memenuhi
Kegiatan Sasaran Capaian %
Syarat
SPAL
1. Terbuka 4.206 2.696
2. Tertutup 3.809 3.587 3.587 94,2
Jumlah 8.015 6.283 3.587 94,2
Pengelolaan
Sampah
1. Dibuatkan
Lubang
2. Dibakar 2.355 1.568
3. Dibuang 5.660 4.715 4.715 83.3
ke TPA/TPS
Total 8.015 6.283 4.715 83,3
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa SPAL yang memenuhi syarat
mencapai 94,2% dari SPAL tertutup, sedangkan pengelolaan sampah yang
dibuang ke TPA/TPS mencapai 83,3%..

4.2 Permasalahan Program Klinik Sanitasi di Puskesmas Ambacang


Berdasarkan laporan program klinik sanitasi yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Ambacang, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa
permasalahan pada pelaksanaan klinik sanitasi, diantaranya:
1. Indoor Activity
a. Konseling Sanitasi
Berdasarkan laporan dari pemegang program klinik sanitasi di Puskesmas
Ambacang, kunjungan ke klinik sanitasi yang belum menjangkau semua pasien
dengan penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya,
tidak ada ruangan khusus untuk klinik sanitasi, dan jumlah pasien yang banyak.
Belum semua pasien dengan penyakit berbasis lingkungan dirujuk ke ruang
konseling, hal ini disebabkan ruangan konseling yang tidak tersedia di Puskesmas
Ambacang, sehingga pihak sanitarian harus menjaring pasien dengan penyakit
berbasis lingkungan sebelum mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Hal ini
dapat lebih dioptimalkan dengan menyediakan rauangan khusus untuk klinik
sanitasi dan cara sosialisasi klinik sanitasi yang lebih gencar antar lintas program
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26
dan pembiasaan dari petugas dalam merujuk pasien, serta dengan membuat media
informasi alur rujukan yang ditempel di balai pengobatan.
Laporan akhir tahun Puskesmas Ambacang 2021 dan hasil diskusi dengan
pemegang program klinik sanitasi, belum ada klien yang datang konsultasi klinik
sanitasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya sosialisasi tentang
keberadaan klinik sanitasi. Hal yang dapat dilakukan untuk memberi tahu
masyarakat tentang keberadaan klinik sanitasi adalah dengan menempel poster
yang berisi penjelasan tentang fungsi klinik sanitasi dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
dengan sosilaisasi langsung ke masyarakat tentang program klinik sanitasi.
Petugas klinik sanitasi (sanitarian) terdiri dari dua orang. Sanitarian yang
ada di Puskesmas Ambacang memiliki latar belakang pendidikan cukup baik, terdiri
dari sarjana sains terapan, dan ahli madya kesehatan lingkungan. Dari hasil
wawancara dengan pemegang program klinik sanitasi, Sanitarian di Puskesmas
Ambacang belum pernah mendapat pelatihan tentang klinik sanitasi. Untuk
menjalankan konseling di klinik sanitasi, Puskesmas Ambacang sudah memiliki
satu buah buku pedoman kesehatan lingkungan, beberapa lembar balik berisi
edukasi tentang perilaku sehat dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
mengabaikan perilaku hidup sehat tersebut, sedangkan poster dan leaflet tentang
kesehatan lingkungan yang menjadi program klinik sanitasi dilaksanakan dengan
kerjasama lintas program yaitu program promosi kesehatan.
b. Lokakarya Mini
Kerjasama lintas program dilaksanakan melalui kegiatan lokakarya bulanan
Puskesmas. Kerjasama lintas sektor dilaksanakan pada kondisi yang butuh
penanganan lebih lanjut seperti pengadaan sarana dan prasarana kesehatan
lingkungan di masyarakat. Beberapa kerjasama yang pernah dilakukan adalah
program 1000 jamban dari Koramil dan program dana kotaku.
2. Outdoor Activity
Kunjungan rumah bertujuan untuk pembenahan lingkungan sebagai upaya
penurunan angka penyakit berbasis lingkungan di masyarakat. Pelaksanaan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


kunjungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Ambacang belum maksimal karena
terkendala transportasi dan jarak antar rumah yang cukup jauh.
Kunjungan rumah tangga petugas klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor, apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana
sanitasi dasar dengan biaya besar (seperti pembangunan sistem perpiaaan) yang
tidak terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui
puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti. Jika masalah di lapangan belum dapat
terpecahkan, maka dapat diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Bila diperlukan
koordinasi di Kabupaten/Kota, maka puskesmas dapat meminta bantuan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pengawasan juga dilakukan pada sarana dan prasrana yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang, yaitu :
1. Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) yang belum menyeluruh dan
kesehatan lingkungan yang belum memenuhi syarat
Laporan tahunan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Ambacang pada
tahun 2021 mencatat bahwa terdapat 94 TTU di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang. Dari total 94 TTU tersebut hanya 80 TTU atau sebesar 85,11% yang
memenuhi syarat kesehatan. Dari indentifikasi masalah yang dilakukan terdapat
permasalahan pada TTU yaitu tidak tersedianya tempat sampah yang tertutup dan
terpisah. Terdapat beberapa faktor penyebab dari masalah tempat- tempat umum
tersebut. Beberapa faktor tersebut ,yaitu :
a. Manusia
Manusia menjadi faktor pertama untuk permasalahan TUU yaitu masih
kurang kepedulian pemilik TTU terhadap kebersihan saranan dan prasarana TTU.
b. Metode
Segi metode sendiri terdapat kendala yaitu belum adanya aturan sanksi bagi
pengelola TTU yang tidak memenuhi syarat sehingga tidak ada yang mendorong
pengelola untuk mengoptimalkan TTU-nya masing-masing.
c. Lingkungan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


Faktor lingkungan terkait dengan faktor manusia yaitu kurang pedulinya
masyarakat dengan kebersihan lingkungan dan kebersihan TTU. Selain itu, tempat
- tempat umum yang dihuni oleh penduduk yang padat.
Beberapa faktor penyebab rendahnya TTU yang memenuhi persyaratan
sesuai standar yang telah ditetapkan, Puskesmas Ambacang memiliki rencana tahap
lanjutan yaitu dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi tetang TTU yang
memenuhi syarat dan melakukan advokasi kepada pengambil kebijakan untuk
menetapkan aturan dan sanksi kepada TTU yang tidak memenuhi syarat nantinya.
Upaya lain yang dilakukan oleh pihak Puskesmas yaitu melakukan edukasi,
sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik
sehingga tidak menimbulkan pencemaran air, tanah, maupun udara serta tidak
menjadi tempat berkembang biaknya penyakit.
2. Terdapat Tempat Pengolahan Makanan (TPM) dan sarana air minum yang
tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdapat 173 TPM
terdiri dari rumah makan/restoran, jasa boga, makanan jajanan/kantin, dan depot air
minum. Dari keseluruhan TPM ada 160 TPM yang memenuhi syarat kesehatan.
Permasalahan yang terdapat pada TPM yaitu bak pencucian yang tidak
menggunakan air mengalir, tempat sampah yang tidak memakai penutup, dan tidak
terdapat tempat cuci tangan yang menyediakan sabun. Jumlah sarana air minum di
wilayah kerjaPuskesmas Ambacang hanya 6.806 sarana air yang dilakukan Inspeksi
Kesehatan Lingkungan (IKL) dan 6.779 diantaranya merupakan sarana air minum
dengan risiko rendah-sedang. Dari total 230 sampel air minum yang diambil, hanya
184 air minum yang memenuhi syarat atau sebesar 80% Penyebab masalah dari
TPM dan sarana air minum berasal dari beberapa faktor yaitu :
a. Manusia
Masyarakat yang memiliki TPM di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
yang masih kurang peduli terhadap pengawasan kualitas air minum.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


b. Metode
Masih belum adanya sanksi terhadap pemilik TPM yang tidak memenuhi
syarat.
c. Lingkungan
Masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan TPM dan memperoleh
air dengan harga rendah dibanding memasak air minum di rumah masing- masing.
Di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih banyaknya Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) yang tidak memeriksakan sampel air minum dalam 3 bulan sekali
untuk uji laboratorium kimia dan 1 tahun sekali untuk uji bakteriologis. Dari 45
DAM yang beroperasi di wilayah Ambacang, baru 18 DAM yang memeriksakan
sampel air nya. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran dan
kepatuhan pemilik mengenai kebersihan dan pentingnya pemeriksaan sampel air.
Selain itu pemeriksaan sampel air ini juga dipengaruhi karena perpanjangan izin
operasional DAMIU tanpa surat bukti pemeriksaan sampel air masih dapat
dilakukan.
Upaya yang dilakukan oleh pihak puskesmas sebagai rencana tahap lanjutan
untuk mengatasi permasalahan TPM adalah dengan melakukan penyuluhan atau
sosialisasi tentang TPM yang memenuhi syarat serta melakukan advokasi kepada
pengambil kebijakan untuk membuat aturan dan sanksi terhadap pengelola TPM
yang tidak memenuhi syarat. Upaya untuk mengatasi persoalan kerjasama dengan
badan perizinan operasional DAMIU untuk menjadikan pemeriksaan sampel air
sebagai salah satu syarat untuk memperpanjang perizinan.
3. Pengawasan rumah sehat, akses jamban sehat, dan pengelolaan sampah
Indentifikasi masalah yang terkait pengawasan rumah sehat di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang yaitu masih banyaknya rumah yang tidak mempunyai septic
tank. Dari wawancara yang dilakukan dengan bagian kesehatan lingkungan
Puskesmas Ambacang penyebab dari permasalahan ini dikarnakan letak geografis
wilayah Ambacang yang berdekatan dengan sungai sehingga masyarakat
cenderung untuk buang air besar (BAB) ke sungai, kurangnya lahan, serta
kurangnya dana dari masyarakat untuk pembuatan septic tank. Faktor penyebab dari
permasalahan rumah sehat, akses jamban sehat, dan pengelolaan sampaha ini yaitu:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


a. Manusia
- Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat yang rendah.
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban sehat.
- Kebiasaan masyarakat yang sering membuang smapah ke sungai terutama
penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai.
b. Metode
Belum terdapatnya aturan dan sanksi dari pemerintah kepada masyarakat
yang masih BAB ke sungai.
c. Dana
Terdapat masih adanya tingkat ekonomi masyarakat yang rendah.
d. Sarana dan Prasarana
Kegiatan Pamsimas yang ada di masyarakat masih belum dilaksanakan
secara merata sehingga ketersediaan air bersih yang dapat digunakan oleh
masyarakat juga terhambat.
e. Lingkungan
Daerah tempat tinggal masyarakat yang dekat dengan sungai atau selokan
dan perumahan penduduk yang padat yang menyebabkan tidak adanya lahan untuk
pembuatan septik tank.
Rencana tahap lanjutan dari pihak puskesmas terkait permasalahan rumah
sehat yaitu dengan melaksanakan pemicuan keapada masyarakat, melakukan
kerjasama dengan lintas sector, dan menambah leaflet atau poster-poster tentang
jamban sehat. Selain itu juga dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang
pentingnya jamban sehat dan upaya pengadaan jamban yang sehat, misalnya sistem
pengolahan komunal dengan perpipaan, yang mana pada beberapa rumah dengan
jamban masing- masing tapi alirannya masih ke sungai, dengan sistem pengolahan
komunal ini alirannya akan menyatu ke sebuah sistem pengolahan yang mana lokasi
pengolahan ini sudah disepakati bersama sebelumnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di Puskesmas Ambacang
sudah berjalan, namun belum optimal dengan cakupan pasien yang
berkunjung belum meliputi semua kasus penyakit berbasis lingkungan di
Puskesmas Ambacang.
2. Program klinik sanitasi pada umumnya masih belum mencapai target, hal
ini sesuai dengan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas
Ambacang pada tahun 2021 bahwa program klinik di Puskesmas Ambacang
belum berjalan secara efektif.
3. Permasalahan dalam pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas
Ambacang tahun 2021 adalah angka kunjungan pasien klinik sanitasi tidak
sesuai dengan kunjungan pasien berobat ke puskesmas (berkaitan dengan
penyakit berbasis lingkungan), belum adanya klien yang datang ke klinik
sanitasi, kurangnya sosialisasi tentang keberadaan klinik sanitasi di
Puskesmas, serta pengawasan terhadap ruang lingkup sanitasi yang tidak
mencapai target.
4. Pemecahan masalah klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
dapat melakukan kerjasama dengan lintas sektor dalam menghadapi
permasalahan terkait program klinik sanitasi.
5.2 Saran
1. Pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
dapat dilakukan meningkatkan kerjasama dengan petugas medis di balai
pengobatan untuk selalu merujuk pasien dengan penyakit berbasis
lingkungan serta membuat media informasi tentang alur pengobatan
penyakit berbasis lingkungan.
2. Perlu optimalisasi pemantauan kinerja secara terus menerus untuk
mengevaluasi mmanajemen sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana yang tersedia untuk pelaksanaan program klinik sanitasi oleh
penanggung jawab program dan pimpinan Puskesmas Ambacang agar dapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


menghasilkan inovasi untuk mencapai target setiap program.
3. Melakukan pendataan dan evaluasi terus-menerus terhadap permasalahan
program klinik sanitasi terkait konseling tentang kesehatan lingkungan,
kunjungan rumah untuk kasus yang perlu inspeksi dan intervensi langsung
ke lapangan.
4. Puskesmas Ambacang perlu mengoptimalisasikan program yang sudah
berjalan dan memaksimalkan peran lintas sektor agar pemecahan masalah
dapat dilakukan secara optimal, seperti dengan dinas pendidikan terkait
kesehatan lingkungan di sarana pendidikan, lalu dengan badan perizinan
operasional untuk pengawasan ruang lingkup sanitasi dasar.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


DAFTAR PUSTAKA
1. Putri AM, Mulasari SA. Klinik Sanitasi Dan Peranannya Dalam
Peningkatan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas Pajangan Bantul. Jurnal
Medika Respati, 2018;13(2):1–9.
2. Dinkes Kota Padang. Profil Kesehatan Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kota
Padang. https://dinkes.padang.go.id/profil-kesehatan-tahun-2020. Diakses
Maret 2022.
3. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun
2020. Padang. Puskesmas Ambacang; 2020.
4. Achmadi UF. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. Jakarta: Rajawali
Press; 2011.
5. Depkes RI. Analisis Status Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2004.
6. Sugiharto M, Oktami R K. Pelaksanaan Klinik Sanitasi di Puskesmas
Gucialit dan Puskesmas Gambut dalam Menanggulangi Penyakit Berbasis
Lingkungan. Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan -
Balitbangkes - Kemenkes RI. 2018.
7. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. 2014.
8. Syarifuddin, Ishak H, Arifin S. Hubungan Pelaksanaan Klinik Sanitasi
dengan Kejadian Diare di Kabupaten Takalar. 2010;6(2): 81–85.
9. Depkes RI. Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas.
Jakarta; 2004.
10. Purnama GS. Penyakit berbasis lingkungan. Diktat kuliah ; 2017.
11. Puskesmas Ambacang. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun
2021. Padang. Puskesmas Ambacang; 2021.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34

Anda mungkin juga menyukai