DISUSUN OLEH :
ABDUR RAHMAN ASSAGAF
2021-84-036
PEMBIMBING :
ELPIRA ASMIN, S. KM., M.KES
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas kasih
dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dengan baik.
Penulisan pada penelitian ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik pada
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura Ambon.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyusun penelitian ini, guna
menambah pengetahuan dan kemampuan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan penelitian ini, masih banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangatlah penulis harapkan demi
perbaikan penelitian ini.Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri maupun pembaca umumnya.
Penulis
PREVALENSI PENDERITA ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
Abstrak
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura). Di provinsi Maluku, berdasarkan profil kesehatan
provinsi Maluku, ISPA merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi. Pada ahun
2012 angka kejadian ISPA berada pada posisi pertama dengan jumlah 15.443 kasus,
terjadi peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 21.537 kasus, dan tahun 2014 angka
kejadian menjadi 145.782. Di Kota Ambon, berdasarkan profil kesehatan kota Ambon
tahun 2015 menunjukkan ISPA sampai saat ini masih menjadi penyakit menular yang
menyebabkan kematian. Pada tahun 2013 terdapat 14 kasus, tahun 2014 kasus terdapat
124 kasus dan tahun 2015 terdapat 58 kasus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pravalensi penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Hutumuri
tahun 2021. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penderita ISPA
yang terdiagnosa di Puskesmas Hutumuri Ambon selama periode Januari 2021 -
Desember 2021 yang diambil dengan teknik total sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada tahun 2021 jumlah pasien penderita ISPA sebanyak 1688
pasien dan didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 922 pasien (54,65%).
Usia pasien yang paling banyak ditemukan adalah pasien dengan usia 15 – 44 tahun
yaitu sebanyak 401 pasien (23,76%).laki-laki dan berdasarkan usia, kelompok 12 – 59
bulan lebih banyak.
Abstract
Acute Respiratory Tract Infection (ISPA) is an acute infection that attacks one or more
parts of the airway from the nose to the alveoli including its adneksanya (sinuses,
middle ear cavity, pleura). In Maluku province, based on the health profile of Maluku
province, ISPA is the disease with the highest incidence rate. In 2012 the number of
ISPA incidents was in the first position with 15,443 cases, there was an increase in
2013 of 21,537 cases, and in 2014 the number of incidents became 145,782. In Ambon
City, based on the health profile of Ambon city in 2015 shows ISPA is still an infectious
disease that causes death. In 2013 there were 14 cases, in 2014 there were 124 cases
and in 2015 there were 58 cases. This study was conducted with the aim of knowing the
prevalence of ISPA sufferers in the Hutumuri Health Center work area in 2021. The
samples taken in this study were all ISPA sufferers diagnosed at the Hutumuri Ambon
Health Center during the period January 2021 - December 2021 taken with total
sampling techniques. The results showed that in 2021 the number of patients with ISPA
was 1688 patients and dominated by male patients as many as 922 patients (54.65%).
The most widely found patient age was patients aged 15-44 years, namely as many as
401 patients (23.76%). male and based on age, the group of 12-59 months more.
Keywords: ISPA, Hutumuri publik health center, Gender, Age
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).1 Sofia melaporkan bahwa ISPA
merupakan penyebab utama morbiditas (angka terkena penyakit) dari berbagai penyakit
Berdasarkan World Health Organization (WHO) hampir 4 juta orang meninggal akibat
ISPA. Insiden ISPA di negara berkembang sekitar 2-10 kali lebih banyak dari pada
negara maju. Di negara maju, ISPA sering disebabkan oleh virus sedangkan di negara
Di Indonesia, period prevalence lima provinsi dengan kasus ISPA tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur (41,70%), Papua (31,10%), Aceh (30,00%), Nusa Tenggara Barat
(28,30%) dan Jawa Timur (28,30%). Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok
kesehatan provinsi Maluku, ISPA merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi.
Pada ahun 2012 angka kejadian ISPA berada pada posisi pertama dengan jumlah 15.443
kasus, terjadi peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 21.537 kasus, dan tahun 2014
angka kejadian menjadi 145.782.5 Sedangkan berdasarkan profil kesehatan kota Ambon
tahun 2015 menunjukkan ISPA sampai saat ini masih menjadi penyakit menular yang
menyebabkan kematian. Pada tahun 2013 terdapat 14 kasus, tahun 2014 kasus terdapat
adalah faktor demografi yang terdiri dari tiga aspek, yaitu usia, jenis kelamin, dan
pendidikan, serta faktor biologis yang terdiri dari dua aspek, yaitu status gizi dan
kondisi rumah.7 Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah berapa pravalensi
tahun 2021.
Sebagai bahan informasi dan evaluasi bahwa cukup banyaknya penderita ISPA
Sebagai sumber informasi untuk mengenali tanda dan gejala dari ISPA, serta
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah
lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah,
dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia. Bakteri
Hemofillus, Bordetella dan Koneabakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
Pernapasan Akut (ISPA) juga biasa disebabkan karena faktor daya tahan tubuh lemah,
Faktor – faktor yang berperan pada kejadian ISPA adalah sebagai berikut:
a. Usia
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita
b. Jenis Kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dengan wanita, maka laki-laki yang
udara. Laki-laki merupakan salah satu faktor yang meningkatkan insiden dan
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama
terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama
a. Rumah
dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Orang yang
b. Kepadatan hunian
Seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga dan masyarakat
c. Status sosioekonomi
sosioekonomi.14
Sebagian ISPA disebabkan oleh bakteri dam virus yang membuat infeksi pada
penyakit dengan cara kontak antara virus atau bakteri sehingga organ pada pernafasan
akan terserang sehingga akan menimbulkan respon inflamasi atau membuat infeksi pada
organ tersebut. Saat infeksi akan terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
Perjalanan penyakit ISPA berawal dari saluran pernafasan yang dilapisi oleh
mukosa bersilia. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut pada
hidung, partikel kecil dari udara akan menempel pada mukosa. Pada udara yang kotor,
partikel udara akan tertahan pada mukosa sehingga pergerakan silia akan menjadi
lambat yang akan berakibat pada iritasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut membuat
benda asing akan tertarik dan bakteri atau virus tidak dapat dikeluarkan dari sistem
pernafasan.16,17
Bakteri / Virus
Hidung tersumbat
Produksi lender meningkat
Bakteri bertahan
Nyeri tenggorokan atau nyeri telan di organ
1. Berdasarkan penyebabnya
berikut:18
rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak
yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang
rendah (di bawah 35,5ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per
60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas
dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
3) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat
2) Merokok
keparahan yaitu:19
berobat jalan).
c. ISPA berat. Kasus ISPA yang harus di rawat di rumah sakit atau
batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam. Derajat
serangan ISPA tergantung pada spesifikasi host meliputi jenis kelamin, usia dan
kekebalan seseorang.
Depkes membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu ISPA ringan, ISPA
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
a. Batuk
b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada waktu
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
sebagai berikut:
e. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
menyebabkan tingginya tingkat pencemaran udara (sirkulasi udara menjadi tidak sehat).
Selain melalui udara, penularan ISPA dapat melalui kontak baik langsung maupun tidak
badan dan perpindahan fisik mikroorganisme antara orang yang terinfeksi dan pejamu
yang rentan. Penularan kontak tak langsung melibatkan kontak antar pejamu yang
risiko kontak antara orang yang terinfeksi dan mikroorganisme dengan pejamu yang
rentan.20
2.19. Diagnosis
pemeriksaan penunjang. Tes untuk patogen yang spesifik sangat membantu apabila
adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis
ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan
cairan pleura. Terdapat beberapa diagnosis banding yang memiliki gejala yang sangat
mirip dengan ISPA yang harus dipertimbangkan antara lain: allergic rhinitis, asthma,
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
Untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang dapat dilakukan seorang
ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yaitu dengan cara:23
a. Mengatasi panas (demam). Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun,
bayi di bawah dua bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara
cara kain dicelupkan pada air (tidak perlu di tambah air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
terjadi muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman. Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan
dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
b. Melakukan immunisasi
METODE PENELITIAN
Hutumuri Ambon.
Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan dari tanggal 30-31 Maret 2022.
3.3. Populasi
Populasi target adalah populasi yang dimaksud untuk penerapan hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, populasi target adalah semua data rekam medis pasien di
Populasi terjangkau merupakan bagian populasi target yang dibatasi oleh tempat
dan waktu. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medis
pasien ISPA di wilayah kerja Puskesmas Hutumuri Ambon selama periode Januari 2021
- Desember 2021.
3.4. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh penderita ISPA yang
2021 yang diambil dengan teknik total sampling. Teknik total sampling merupakan
keseluruhan pasien yang diambil dari populasi dan memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu penderita ISPA yang terdiagnosa di
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu penderita ISPA dengan data rekam
medik yang tidak lengkap untuk seluruh variabel dan berdomisili di luar wilayah kerja
Variabel utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ISPA dan variabel
USIA
ISPA
JENIS KELAMIN
Keterangan:
: Variabel Terikat
: Variabel Bebas
6. ≥ 65 tahun
perempuan.
3.9. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan berupa rekam medis
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medik yang
Analisa data dilakukan dengan cara data yang telah terkumpul akan diolah dengan
menggunakan Microsoft Excel 2013. Analisis data secara univariat dilakukan untuk
Populasi
Penentuan sampel
Kriteria inklusi
Pengumpulan data
Analisis data
Penyajian data
Penyajian data
4.1. Hasil
Puskesmas Hutumuri berada di desa Hutumuri, salah satu Negeri Adat di Kota
Ambon yang berjarak ± 26 Km dari pusat kota dan terletak dalam wilayah Pemerintah
Kecamatan Leitimur selatan, dengan batas – batas; Sebelah Utara Desa Halong, Sebelah
Selatan Laut Banda, Sebelah Timur, Desa Passo, Sebelah Barat Desa Hukurila, dan
Penelitian ini berfokus pada data sekunder berupa rekam medik di Puskesmas
Subyek penelitian ini yaitu penderita yang berada di wilayah kerja puskesmas
hutumuri dan dengan Infeksi akut Saluran Pernapasan Bagian Atas. Pengambilan data
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1. terlihat bahwa jumlah pasien dalam penelitian
ini sebanyak 1688 pasien dan didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak
922 pasien (54,65%). Usia pasien yang paling banyak ditemukan adalah pasien dengan
Hasil pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 922 pasien (54,64%) dan perempuan sebanyak 766 pasien (45,38%).
Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat bahwa usia pasien yang paling banyak
ditemukan adalah 14 – 44 tahun yaitu 401 pasien (23,76%) dan yang paling sedikit
adalah pasien dengan usia 0-11 bulan yaitu 145 pasien (8,59%).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.1. terlihat bahwa pasien yang
banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 922
pasien (54,64%) dan perempuan sebanyak 766 pasien (45,38%). Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada perempuan
terkena ISPA, karena laki–laki lebih sering bermain di luar rumah sehingga
keterpaparan udara lebih banyak dari perempuan yang lebih dominan permainannya di
dalam rumah.24 Nora menambahkan bahwa pada umumnya hanya terdapat sedikit
perbedaan prevalensi kejadian ISPA berdasarkan jenis kelamin, dimana lebih sering
penyakit ISPA dapat terjadi pada setiap orang dengan tidak memandang suku, ras,
Hasil pada Tabel 4.1. Gambar 4.2 juga menunjukkan usia pasien yang paling
banyak ditemukan adalah 14 – 44 tahun yaitu 401 pasien (23,76%) dan yang paling
sedikit adalah pasien dengan usia 0-11 bulan yaitu 145 pasien (8,59%). Hal ini
disebabkan karena pada usia tersebut, baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko
yang hampir sama untuk terkena ISPA.27 Hal ini berhubungan dengan kebutuhan
Banyaknya jumlah kasus ISPA pada usia 15-25 tahun dalam penelitian ini
disebabkan karena pada usia tersebut responden masih kurang pengetahuan terhadap
pencegahan dan penanganan ISPA. Penyataan ini sesuai dengan penelitian dari
Asnawita yang menyatakan bahwa umur yang muda berpeluang 12 kali menderita
penyakit ISPA dibandingkan dengan umur yang sudah tua (>58 tahun). Hal ini berarti
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2021 jumlah pasien penderita ISPA sebanyak 1688 pasien dan
didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 922 pasien (54,65%). Usia pasien
yang paling banyak ditemukan adalah pasien dengan usia 15 – 44 tahun yaitu sebanyak
banyak.
5.2. Saran
ISPA dalam upaya promotif dan preventif sehingga lebih banyak masyarakat
terjadinya hipertensi.
upaya kuratif dan rehabilitasi, agar komplikasi yang berpotensi terjadi dapat
1. Maharani D, Yani FF dan Lestari Y. Profil Balita Penderita Infeksi Saluran Nafas
Akut Atas di Poliklinik Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2012-2013.
2. Sofia. Environmental risk factors for the incidence of ARI in infants in the
working area of the Community Health Center Ingin Jaya District of Aceh Besar.
2019;6(3):227.
5. Dinkes Provinsi Maluku. Profil Kesehatan Provinsi Maluku. Tahun 2014. 2014:1-
391.
6. Dinkes Kota Ambon. Profil Kesehatan Kota Ambon Tahun 2015. 2015:1-154.
7. Putri A.E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Orang
8. Wantania JM, Naning R dan Wahani A. Infeksi saluran pernapasan akut. Dalam:
Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak 1st ed.
10. Jalil R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di
2018.
11. Erlien. Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka. 2008
12. Richard E. Behrman dan Kliegman RM. Nelson;Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
EGC. 2000;67
Surakarta. 2010.
15. Koch. Housing and Health : Time Again for Public Health Action. American
16. Hutagaol N. Faktor Risiko ISPA dan Diare pada Balita. 2012:6-39.
21. Al-Sharbatti S.S. and Aljuma LL. Infant Feeding Patterns and Risk of Acute
2012;9(3):1-9.
22. Saputro RFR, Rendy Febriyanto Ramli. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada
An. R pada Kasus Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di Ruang Cempaka
23. Oktaviani. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di
UMS.2009.
2006.
25. Nora. Faktor-Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Kejadian Infeksi Saluran Napas
26. Firza D, Harahap DR, Wardah R, Alviani S dan Rahmayani TU. Angka Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Dengan Jenis Kelamin dan Usia Di Upt Puskesmas
Dolok Merawan.
27. Yusnabeti, Wulandari RA dan Luciana R. PM10 dan Infeksi Saluran Pernapasan
28. Ahyanti M dan Duarsa ABS. Hubungan merokok dengan Kejadian ISPA pada