Disusun Oleh:
dr. Virgilya S
Pendamping:
dr. Hj. Efa Fartini, M.K.M
Disusun Oleh:
dr. Virgilya S
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Evaluasi Program
yang berjudul “Evaluasi Cakupan Program Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Dengan Metode IVA di UPT Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2021“ dengan
tepat waktu. Evaluasi Program ini disusun guna memenuhi tugas Program
Internsip Dokter Indonesia di UPT Puskesmas Medan Sunggal.
Dalam penyusunan Evaluasi Program ini, penulis tidak dapat
menyelesaikannya tanpa bantuan pihak lain. Penulis mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak untuk dapat menyelesaikan Evaluasi Program ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Hj. Efa Fartini, M.K.M sebagai Kepala Puskesmas Medan Sunggal dan
pendamping yang telah memberikan kesempatan dan membimbing dalam
melakukan evaluasi program ini di UPT Puskesmas Medan Sunggal.
2. Seluruh Pegawai di UPT Puskesmas Medan Sunggal yang telah membantu
kelancaran evaluasi program.
Dengan penuh kesadaran, meskipun penulis sudah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan Evaluasi Program ini, namun masih terdapat
beberapa kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap
semoga Evaluasi Program ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi
pembaca.
Medan, 3 November 2021
dr. Virgilya S
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
vi
BAB III METODE...............................................................................................19
5.1 Proposal Usulan Solusi Terhadap Masalah Yang Ditemui Pada Program
Puskesmas.......................................................................................................40
5.2 Matriks Kegiatan..............................................................................................43
5.3 Usulan Anggaran..............................................................................................44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................45
6.1 Kesimpulan......................................................................................................45
6.2 Saran.................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47
vii
BAB I
PENDAHULUAN
8
kesehatan, vaksinasi, skrining, tata laksana, dan pelayanan paliatif. Pendekatan
komprehensif ini terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier yang
dilakukan selama masa hidup.4
Insiden kanker serviks dapat ditekan dengan upaya pencegahan primer seperti
vaksinasi HPV bagi remaja perempuan berusia 9-14 tahun, pendidikan seksual
sesuai usia dan budaya setempat, edukasi dan penyediaan kondom bagi remaja
yang aktif secara seksual, dan sirkumsisi bagi remaja laki-laki. Selain itu perlu
dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup sehat dengan tujuan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sementara bagi wanita usia 30 tahun
keatas dan telah aktif secara seksual dapat melakukan pencegahan sekunder yaitu
skrining kanker serviks dengan pemeriksaan IVA (inspeksi visual dengan
menggunakan asam asetat) dan pap smear. Apabila ditemukan lesi prakanker
maka harus dilakukan tata laksana sedini mungkin. Bagi wanita yang sudah
menderita kanker serviks dapat dilakukan pencegahan tersier untuk meningkatkan
kualitas hidupnya dengan operasi, radioterapi, kemoterapi, dan pelayanan
paliatif.4
Pengaruh kanker serviks terhadap hidup penderita, keluarga, serta sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah menjadikan upaya pencegahan dan deteksi
dini kanker serviks mendapat perhatian lebih. Deteksi dini kanker serviks dengan
IVA merupakan salah satu program pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P)
yang digagas oleh kementerian kesehatan sesuai dengan pedoman nasional
pelayanan kedokteran kanker serviks. Program ini dapat dilakukan pada tingkat
pelayanan primer dimana sarana dan prasarana terbatas. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan memiliki tugas sebagai
yang terdepan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan salah satunya program
deteksi dini dengan IVA yang merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat
(UKM) esensial P2P.5,6
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, sejak tahun 2018 hingga
2020 cakupan deteksi dini kanker serviks (IVA) dan kanker payudara
(Pemeriksaan payudara klinis/SADANIS) pada perempuan berusia 30-50 tahun
adalah sebesar 8,3% (3.207.659 pemeriksaan). Provinsi dengan cakupan deteksi
dini tertinggi adalah Kepulauan Bangka Belitung (37,6%), Sumatera Selatan
9
(32.1%), dan Bengkulu (17,9%). Sedangkan provinsi dengan cakupan deteksi dini
terendah adalah Papua (0,6%), Maluku Utara (1,2%), dan Sulawesi Tenggara
(1,7%). Sumatera Utara berada di peringkat 11 dengan cakupan 11,2%.5
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, cakupan deteksi dini
kanker serviks dan kanker payudara di Kota Medan pada tahun 2019 sebesar
7.321 (2,13%) dari total 343.607 perempuan usia 30-50 tahun. Sementara itu, dari
41 Puskesmas yang ada di Kota Medan hanya 38 puskesmas yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini IVA dan SADANIS.7
Puskesmas Medan Sunggal telah melaksanakan program deteksi dini dengan
IVA dan SADANIS namun cakupan program pada tahun 2021 dari bulan Januari-
Juni sebesar 1,6% atau 31 orang dari total target per semester 1.959 perempuan
usia 30-50 tahun. Hasil ini sangat kurang dibandingkan dengan target capaiannya,
yaitu 80% dari populasi perempuan usia 30-50 tahun. 8 Berdasarkan data diatas
dapat disimpulkan bahwa terdapat kendala mendasar yang belum teratasi dan
ditambah lagi dengan adanya pandemi, menjadi tantangan baru dalam
menjalankan program ini. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas
mengenai kendala yang dihadapi serta solusi yang mungkin dapat direalisasikan
untuk peningkatan capaian program deteksi dini kanker serviks di Puskesmas
Medan Sunggal.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
- Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan cakupan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim di UPT Puskesmas Medan Sunggal pada Tahun
2021
10
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi penyebab tidak tercapainya target cakupan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim di UPT Puskesmas Medan Sunggal pada Tahun
2021
- Mengetahui upaya pemecahan agar tercapainya target cakupan Deteksi
Dini Kanker Leher Rahim di UPT Puskesmas Medan Sunggal
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instansi
Hasil evaluasi program ini dapat menjadi masukan bagi instansi
terkait yaitu puskesmas untuk evaluasi dalam meningkatkan deteksi dini.
Bagi Dinas Kesehatan sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program kedepannya agar lebih baik.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
2.1.3 Patofisiologi
Kanker serviks terjadi di daerah yang disebut Squamo-Columnar Junction
(SCJ) atau sambungan skuamo-kolumnar (SSK), yaitu batas antara epitel yang
melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks (kanalis serviks). Secara histologi
yang ditemukan pada kanker serviks adalah perubahan epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis menjadi epitel endoserviks yaitu epitel kuboid/kolumnar
berlapis bersilia.13
Awal perjalanan penyakit ini adalah ketika sel-sel epitel serviks yang
terpapar infeksi HPV mengalami mutasi genetik membentuk lesi displastik
(disebut juga lesi prakanker). Pada lesi displastik terjadi gangguan maturasi sel
epitel secara sitologi dan histologi sehingga berbeda dari sel-sel epitel normal.
Gangguan maturasi sel epitel ini menyerupai karsinoma invasif namun dengan
membran basalis yang masih utuh (karsinoma in situ). Kondisi ini belum
memenuhi kriteria untuk disebut sebagai lesi invasif (disebut juga kanker atau
karsinoma). Lesi displastik dapat berkembang menjadi lesi invasif apabila terjadi
infeksi persisten yang menyebabkan perkembangan lesi menembus membran
basalis dimana kondisi ini disebut juga karsinoma mikroinvasif dan invasif. 13
Dibutuhkan waktu 15-20 tahun untuk kanker serviks dapat berkembang pada
wanita dengan sistem imun normal dan 5-10 tahun pada wanita dengan sistem
imun rendah.4
13
2.1.4 Manifestasi Klinis
Lesi prakanker umumnya asimtomatik dan apabila sudah berlanjut menjadi
kanker maka akan timbul gejala sesuai dengan tingkat keparahan penyakitnya. 11
Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan (pasca sanggama, di luar masa haid,
dan pasca menopause) serta keputihan.14 Pada tahap lanjut, tumor yang mendesak
daerah pelvis dapat menimbulkan rasa nyeri pinggang, perut bawah, dan obstruksi
ureter yang menyebabkan oligouri atau anuria. Selain itu, terdapat pula gejala lain
yang akan ditimbulkan oleh infiltrasi tumor ke organ-organ yang terkena seperti
fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, dan edema tungkai.11,15
2.1.5 Diagnosis
Diagnosis kanker serviks ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
meliputi kolonoskopi, biopsi serviks, sistiskopi, rektoskopi, USG, foto thorax, CT
scan, MRI, serta PET scan. Stadium kanker serviks ditentukan berdasarkan
pemeriksaan penunjang diatas. Hasil dari stadium klinik tidak berubah meskipun
terdapat penemuan baru. Apabila terdapat keraguan dalam menentukan stadium
maka dipilih stadium yang lebih rendah.5
14
IB1: Diameter terbesar ≤ 4cm
IB2: Diameter terbesar ≥ 4cm
5. II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai
dinding panggul atau 1/3 bawah vagina
6. IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA1: Diameter terbesar ≤ 4cm
IIB2: Diameter terbesar ≥ 4cm
7. IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
2.1.7 Pencegahan
15
bagi remaja laki-laki. Selain itu perlu dilakukan penyuluhan kesehatan
mengenai pola hidup sehat dengan tujuan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan pada deteksi dan tata laksana dini dari
penyakit dengan kata lain tujuannya untuk mencegah onset dari penyakit.
Target dari pencegahan sekunder adalah individu yang terlihat sehat namun
memiliki bentuk subklinis dari suatu penyakit. Dimana bentuk subklinis ini
tidak menimbulkan gejala sehingga belum bisa terdiagnosa dengan
kunjungan ke dokter. Pencegahan sekunder pada kanker serviks dapat
berupa skrining serviks dengan pemeriksaan IVA (inspeksi visual dengan
menggunakan asam asetat) dan pap smear bagi wanita usia 30 tahun keatas
dan telah aktif secara seksual. Apabila ditemukan lesi prakanker maka harus
dilakukan tata laksana sedini mungkin dengan krioterapi, elektrokauter,
diatermi elektrokoagulasi, ataupun laser.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditargetkan pada pasien simptomatik dengan tujuan
menurunkan morbiditas dan sekuele yang mungkin terjadi. Pencegahan ini
berfokus pada tahap klinis dan efek jangka panjang dari suatu penyakit.
Bagi wanita yang sudah menderita kanker serviks dapat dilakukan
pencegahan tersier untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan operasi,
radioterapi, kemoterapi, dan pelayanan paliatif.
2.1.8 Prognosis
Prognosis kanker serviks bergantung pada stadium dari penyakit. Umumnya
Deteksi dini lesi prakanker serviks terdiri dari beberapa metode, yaitu Pap
smear, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA), Inspeksi Visual Lugol Iodin (VILI),
16
dan tes DNA HPV. Diantara beberapa metode diatas yang paling umum dilakukan
adalah Pap smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Pemeriksaan Pap
smear merupakan pemeriksaan sitologi yang memiliki sensitivitas 55%,
spesifisitas 90%, nilai duga positif 87%, dan nilai duga negatif 88%. Dalam
pelaksanaannya, pemeriksaan ini memerlukan penunjang laboratorium sitologi
dan ahli patologi. Sedangkan IVA merupakan pemeriksaan epitel abnormal
serviks dengan pengolesan asam asetat. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif 69%.
Pemeriksaan ini cukup sederhana sehingga dapat dilakukan di pelayanan primer
dengan sarana dan prasarana terbatas.13,16
Berdasarkan hasil penelitian uji diagnostik dengan melakukan
pemeriksaan Pap smear dan IVA secara paralel akan meningkatkan nilai
sensivitasnya menjadi 81%, spesifisitas 96%, nilai duga positif 94%, dan nilai
duga negatif 88%. Dari penelitian ini juga disimpulakn bahwa pemeriksaan IVA
memiliki nilai sensivitas yang tinggi ditambah dengan kemudahan proses
pelaksanaannya, serta faktor biaya dan efektivitas pemeriksaan maka pemeriksaan
IVA direkomendasikan sebagai alternatif deteksi dini lesi prakanker serviks.5,16
epitel serviks dengan mata telanjang setelah dilakukan pengolesan asam asetat 3-
5% pada serviks. Apabila terdapat lesi prakanker maka yang akan tampak adalah
gambaran bercak putih yang diseut acetowhite. Gambaran ini muncul akibat
tingginya tingkat kepadatan inti dan konsentrasi protein dari sel-sel yang telah
mengalami displasia.13,15
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause karena
zona transisional seringkali tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo.15
Kelompok sasaran:15
1. Perempuan berusia 30-50 tahun
2. Perempuan yang menjadi klien pada klinik infeksi menular seksual
(IMS) dengan duh vagina yang abnormal atau nyeri abdomen bawah
(meskipun di luar kelompok usia diatas)
17
3. Perempuan yang tidak hamil. Meskipun pemeriksaan IVA dapat
dilakukan semasa kehamilan, namun krioterapi tidak boleh
dilakukan pada perempuan hamil. Oleh sebab itu, pemeriksaan IVA
bukan merupakan pelayanan rutin pada klinik antenatal.
4. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB
dianjurkan untuk skrining.
Frekuensi Skrining:17
1. Perempuan yang mendapat hasil IVA negatif, harus tetap melakuakn
skrining 3-5 tahun sekali.
2. Perempuan yang mendapat hasil IVA positif dan mendapatkan
pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya setelah 6 bulan.
Keuntungan IVA:17
1. Aman, tidak mahal, dan mudah digunakan
2. Akurasi tes tidak jauh berbeda dengan tes lain yang digunakan untuk
skrining kanker serviks
3. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan
di semua jejaring sistem kesehatan
4. Hasil dapat diperoleh segera sehingga keputusan untuk
penatalaksanaan dapat segera diambil
5. Alat dan bahan untuk pemeriksaan ini mudah didapatkan
Langkah-langkah pemeriksaan:15
1) Persiapan pasien
a. Pemeriksa mendapatkan informed consent
b. Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan pasien.
Jelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa yang akan
dilakukan saat pemeriksaan. Jelaskan juga mengenai sifat temuan
yang mungkin dan tindak lanjut atau pengobatan yang mungkin
diperlukan.
c. Pastikan peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia. Bawa
pasien ke ruang pemeriksaan, minta untuk BAK terlebih dahulu.
Minta pasien untuk melepas pakaian (termasuk pakaian dalam)
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan panggul dan test IVA.
18
d. Bantu pasien memposisikan dirinya di atas meja ginekologi, tutup
badan ibu dengan selimut, nyalakan lampu/senter dan arahkan ke
vagina ibu.
2) Persiapan Alat
a. Sabun dan air untuk cuci tangan
b. Lampu sorot/senter yang terang untuk melihat serviks
c. Speculum dengan desinfektan tingkat tinggi
d. Sarung tangan (handscoon) sekali pakai atau desinfeksi tingkat
tinggi
e. Meja ginekologi atau tempat periksa yang memungkinkan pasien
berada pada posisi litotomi dan selimut
f. Lidi wotten
g. Asam asetat 3-5% dalam kom kecil steril
- Asam asetat 5% → asam cuka 25% : air steril = 1:4
- Asam asetat 3 % → asam cuka 25% : air steril = 1:7
h. Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrument dan sarung
tangan
i. Form pencatatan
3) Pelaksanaan
a. Gunakan sarung tangan
b. Bersihkan genitalia eksterna dengan air desinfeksi tingkat tinggi
c. Masukkan spekulum sampai visualisasi serviks terlihat jelas
d. Bersihkan cairan, darah, dan sekret pada serviks dengan lidi kapas
e. Periksa serviks sesuai langkah berikut:
- Terdapat kecurigaan kanker atau tidak:
Jika ya, pasien dirujuk, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan. Jika
pemeriksa adalah dokter obstetri dan ginekologi maka lakukan
biopsi
- Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi SSK
Jika SSK tidak tampak maka lakukan inspeksi tanpa asam asetat
dan beri kesimpulan sementara. Pasien disarankan melakukan
pap smear maksimal 6 bulan lagi.
19
- Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi
yang yang sudah dicelupkan ke dalam asetat 3-5% ke seluruh
permukaan serviks
- Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah terdapat
epitelium acetowhite atau tidak
- Jika tidak (IVA negatif), jelaskan pada pasien kapan harus
kembali melakukan pemeriksaan IVA
- Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang akan
dilakukan
o Krioterapi oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, atau konsultan onkologi ginekologi. Krioterapi
dapat diberikan pada lesi dengan luas < 75% dari permukaan
serviks, dan lesi < 2 mm di luar batas krioprob termasuk
ujung prob, tidak ada perluasan ke dinding vagina, kedalam
kanal, atau diluar jangkauan krioprob.
o Elektrokauterisasi (Loop Excision Electrocauter Procedure/
LEEP atau Large Loop Excision of the Transformation
Zone/LLETS) oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi
atau konsultan onkologi ginekologi
f. Keluarkan spekulum
g. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya
kedalam tempat sampah medis, sedangkan untuk alat-alat yang
dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit untuk dekontaminasi
h. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien, kapan harus
melakukan pemeriksaan kembali serta rencana tata laksana jika
diperlukan
- Tawarkan pengobatan segera
- Tawarkan pengobatan setelah konseling
- Tawarkan pengobatan waktu kunjungan berbeda
4) Kategori hasil pemeriksaan IVA
a. IVA negatif: tidak terdapat acetowhite epitelium, area acetowhite
20
samar tanpa batas yang jelas, kista nabothi menjadi acetowhite,
acetowhite berbentuk garis halus pada SSK dan epitel skuamous,
lesi acetowhite berada jauh dari zona transformasi.
b. IVA positif: terdapat area acetowhite dengan batas tegas dekat
dengan SSK dalam zona transformasi.
c. Curiga kanker serviks: terdapat pertumbuhan jaringan atau ulkus
pada serviks, area acetowhite kemungkinan tidak tampak karena
perdarahan.
21
rutin oleh petugas kesehatan terlatih (dokter dan bidan) di puskesmas. Aktif
artinya deteksi dini dilaksanakan pada acara-acara tertentu dengan
berkoordinasi dan bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor dimana
tempat pelaksanaannya tidak hanya di puskesmas namun bisa di kantor dan
pusat keramaian yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan IVA. Petugas
kesehatan di puskesmas, dalam hal ini yaitu bidan dan dokter umum yang telah
melakukan deteksi dini harus merujuk pasien dengan hasil pemeriksaan IVA
positif kepada dokter spesialis obgin untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan
dan terapi lanjutan atau perawatan paliatif sesuai indikasi.
b. Target Sasaran dan Frekuensi Program
Target adalah persentase dari jumlah populasi perempuan yang seharusnya
menerima pelayanan skrining dalam kurun waktu yang ditentukan. Melihat dari
perjalanan penyakitnya, populasi sasaran deteksi dini kanker serviks dengan
pemeriksaan IVA adalah semua perempuan usia 30-50 tahun yang sudah
menikah atau pernah berhubungan seksual, dengan syarat tidak sedang haid
atau hamil dan tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum
pemeriksaan, sehingga jumlah target cakupan dihitung berdasarkan data
demografi jumlah perempuan yang berusia 30 - 50 tahun di wilayah kerja
puskesmas. Frekuensi dilakukan minimal setiap 5 tahun jika hasil IVA negatif,
namun apabila hasil pemeriksaan positif maka dilanjutkan dengan krioterapi
dan pemeriksaan ulang setelah 6 bulan. Mengingat program menetapkan
minimal melakukan pemeriksaan setiap 5 tahun sekali maka jumlah target
dapat dibagi dalam 5 tahun, untuk menetapkan target pertahun, kemudian
target pertahun dibagi 12 untuk target setiap bulannya.
c. Pencatatan dan Pelaporan Program
Pencatatan dan pelaporan deteksi dini kanker serviks merupakan bagian
dari sistem pencatatan dan pelaporan program Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (PTM). Pencatatan dan pelaporan ini dilakukan secara elektronik
menggunakan sistem informasi surveilans PTM yang dapat di akses secara
online di www.pptm.depkes.go.id. Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan
menggunakan aplikasi yaitu sistem informasi Surveilans Faktor Risiko PTM
22
berbasis Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) dan sistem informasi Surveilans
PTM berbasis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
d. Monitoring dan Evaluasi Program
Untuk mengukur sampai seberapa jauh sumber daya tersedia serta tahapan
pelaksanaan program yang telah dilakukan, diperlukan kegiatan penunjang,
yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring yang dilakukan sewaktu-waktu
bertujuan untuk mengetahui kemajuan program dan kualitas pelayanan.
Monitoring program dilakukan secara berjenjang baik melalui pertemuan
bulanan yang diadakan oleh puskesmas atau peninjauan lapangan oleh Kepala
Puskesmas juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi
secara berjenjang. Monitoring kualitas pelayanan di puskesmas secara teknis
medis juga dilakukan secara berjenjang oleh dokter puskesmas yang terlatih.
Hasil temuan kegiatan monitoring tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan
koreksi secepatnya terhadap kegiatan yang dianggap tidak sesuai dengan
perencanaan sebelumnya, baik kegiatan yang berada dalam indikator input,
indikator proses maupun indikator output. Sedangkan evaluasi dapat dilakukan
sebelum atau sesudah kegiatan dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan sebelum
kegiatan bertujuan untuk melihat hasil yang telah dicapai pada tahun
sebelumnya dan digunakan sebagai dasar perencanaan tahun berikutnya.
Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan bertujuan untuk
membandingkan antara perencanaan awal dengan hasil yang didapat pada akhir
kegiatan.
23
Gambar 2.2 Alur Evaluasi Indikator Keberhasilan Program Penanggulangan
Kanker Payudara dan Leher Rahim melalui Unsur Sistem19
2.3 Program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Puskesmas
Medan Sunggal
Deteksi dini kanker serviks merupakan bagian dari UKM esensial P2P yaitu
program PTM puskesmas, yang artinya program ini merupakan standar pelayanan
minimal yang wajib dilaksanakan oleh semua puskesmas. Meskipun program
wajib, berdasarkan laporan kinerja Puskesmas Medan Sunggal tahun 2021 dari
bulan Januari sampai Juni, capaian dari program deteksi dini kanker serviks
menunjukan hasil yang kurang, dimana capaian program tersebut hanya sebesar
1,6% atau 31 orang dari target 1.959 perempuan usia 30-50 tahun. Hasil ini sangat
24
kurang dibandingkan dengan target capaiannya, yaitu 80% dari populasi
perempuan usia 30-50 tahun.8
1.8
1.6 1.6
1.4
1.2
0.8
0.6
0.4
0.2
0 0 0 0 0 0
Januari Februari Maret April Mei Juni
Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2021
Gambar 2.3 Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di
Puskesmas Medan Sunggal Tahun 2021
25
BAB III
METODE
26
a. Seberapa mendesak isu itu harus dibahas dan diselesaikan (U =
Urgency)
b. Seberapa serius, kaparahan akibat yang ditimbulkan jika tidak
diselesaikan (S = Severity)
c. Seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau masalah
dibiarkan saja (G = Growth)
27
Perlu diperhatikan bahwa setiap penyebab masalah dapat saling
berhubungan. Oleh karena itu, hubungan ini harus dapat ditemukan, dan jika
memungkinkan, beberapa penyebab dapat dikelompokkan dan akar
penyebab dicari. Hal ini harus teridentifikasi dalam diagram manapun yang
digunakan.
1) Diagram Tulang Ikan atau Ishikawa
Diagram tulang ikan adalah bentuk yang lebih terstruktur dari
diagram pohon, di mana setiap penyebab digolongkan menurut kriteria
tertentu. Salah satu kategori generik adalah Man (sumber daya manusia),
Material (alat dan sarana), Method (proses, SOP), Material (bahan habis
pakai, komoditas), Money (biaya atau dana), dan Environment (pengaruh
lingkungan). Tidak semua M harus digunakan dalam setiap kasus.
Metode lain adalah penggolongan departemen dalam rumah sakit, seperti
Farmasi, Dokter, Ners Station, dsb untuk masalah pemberian obat yang
tepat, atau dibagi berdasarkan struktur sebuah program (untuk evapro),
seperti Input, Proses biasanya di isi komponen POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling), Lingkungan, dan Umpan Balik.
Contoh dapat diamati di bawah
28
Gambar 3.2 Contoh Diagram Tulang atau Ishikawa (2)
29
3.7 Membuat Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
Solusi yang telah diputuskan di atas harus diprioritaskan sesuai dengan
kemampuan laksana dan pengaruh terhadap akar penyebab, jika kondisi
membatasi kemampuan tim untuk melaksanakan semuanya. Metode yang
digunakan dalam panduan ini adalah matriks kriteria (M×I×V)/C.
(M×I×V)/C terdiri atas Magnitude (besarnya kemampuan solusi dalam
mengatasi masalah), Importance (seberapa permanen solusi tersebut mampu
bertahan), Vulnerability (seberapa cepat solusi tersebut mampu
mempengaruhi masalah), dan Cost (seberapa besar biaya implementasi
masalah tersebut). Keempat komponen diberi skor 1-5, dengan komponen M,
I, dan V diberikan skor tinggi jika kemampuan mempengaruhinya besar,
sedangkan komponen C diberi skor tinggi seiring dengan peningkatan biaya.
Kemudian prioritas (P) dihitung dengan mengalikan M, I, V sebagai bagian
dari Effectivity dan dibagi dengan C yang merupakan komponen Efficiency.
- M = Magnitude (Besarnya masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar
masalah yang dapat diatasi makin tinggi)
- I = Importantcy (Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan
penyelesaian masalah. Makin lama bebas masalah, makin penting jalan
keluar tersebut.)
- V = Vulnerability (Sensitivitas jalan keluar, dikaitkan dengan kecepatan
jalan keluar untuk mengatasi masalah. Makin cepat teratasi, makin
sensitive jalan keluar tersebut.)
- C = Cost (Ukuran efisiensi alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini
biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin
tidak efisien jalan keluar tersebut. Berikan angka 1 (biaya paling sedikit)
sampai dengan angka 5 (biaya paling besar).
30
Nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dihitung dengan
membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan C. Jalan keluar dengan nilai
P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.
31
b. H (how)
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
Puskesmas Medan Sunggal memiliki letak yang strategis karena
berdekatan dengan sekolah, pasar, komando rayon militer, kantor
kepolisian sektor, rumah ibadah, dan Kantor Kecamatan Medan Sunggal.
Akses menuju Puskesmas Medan Sunggal sangat mudah dicapai dan dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat melalui jalan
beraspal.
Data wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal yang mencakup luas
wilayah, jumlah lingkungan, jumlah KK, dan jumlah penduduk dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
34
4.1.1.2 Kondisi Demografis
Jumlah penduduk di Kecamatan Mangaran tahun 2020 mencapai
119.412 jiwa yang terdiri dari 58.937 penduduk laki-laki dan 60.475
penduduk perempuan. Data demografi Puskesmas Medan Sunggal
disajikan dalam tabel berikut:
35
4.1.2 Data Khusus
4.1.2.1 Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA Tahun
2020
Tabel 4.3 Target Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA
Tahun 2021
Perempuan
Target Target Target
Kelurahan Puskesmas Usia 30-50
Pertahun Persemester Perbulan
tahun
Sunggal Pustu
5.704 1.141 570 95
Sunggal
Tanjung Pustu
442
Rejo Tanjung 4.422 884 74
Rejo
Babura - 4.988 998 499 83
Simpang -
4.471 894 447 75
Tanjung
Jumlah 19.585 3.917 1.959 327
Pada tabel 4.3 disajikan data target pemeriksaan IVA di Puskesmas Medan
Sunggal berdasarkan total populasi perempuan usia 30-50 tahun. Mengingat
program menetapkan minimal melakukan pemeriksaan setiap 5 tahun sekali maka
jumlah target dapat dibagi dalam 5 tahun, untuk menetapkan target pertahun,
kemudian target pertahun dibagi 12 untuk target setiap bulannya.
Tabel 4.4 Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara
Tahun 2021
Januari Februari Maret April Mei Juni
Jumla Jumla Jumla
Jumlah % Jumlah % % Jumlah % % %
h h h
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 1,6
36
Pada tabel 4.4 disakikan data cakupan deteksi dini kanker serviks dengan
metode IVA dan kanker payudara dengan SADANIS yang dilakukan pada tahun
2020, yaitu sebanyak 31 orang (1,6 %). Hasil ini jauh dari target persemester yang
seharusnya dicapai, yaitu 1.959 orang.
Tabel 4.5 Jumlah Pasien dengan IVA Positif dan Curiga Kanker
IVA Positif Curiga Kanker
Kelurahan Puskesmas
Jumlah % Jumlah %
Sunggal Pustu Sunggal 0 0,0 0 0,0
Tanjung Pustu Tanjung
0 0,0 0 0,0
Rejo Rejo
Babura - 0 0,0 0 0,0
Simpang -
0 0,0 0 0,0
Tanjung
Jumlah 0 0,0 0 0,0
Pada tabel 4.5 disajikan data jumlah pasien dengan IVA positif dan curiga
kanker setelah dilakukan pemeriksaan IVA, yaitu sebanyak 0 kasus. Hasil yang
nihil kemungkinan besar disebabkan karena cakupan pemeriksaan yang sangat
rendah.
37
4.2 Identifikasi Masalah
38
4.3 Prioritas Masalah
Mengingat indikator masalah yang difokuskan oleh pemegang program
hanya mengenai cakupan pencapaian wanita yang melakukan deteksi dini
kanker serviks yang teridentifikasi masih rendah yaitu dibawah target 80%,
maka prioritas masalah dapat langsung ditetapkan. Jika ditelaah dari metode
USG yaitu Urgency (tingkat urgensi), Seriousness (tingkat keseriusan) dan
Growth (tingkat perkembangan), prioritas masalah program deteksi dini
kanker serviks dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 4.7 Penetapan Prioritas Masalah
Tingkat Tingkat Tingkat
No Masalah Urgensi Keseriusan Perkembangan U+S+G
(U) (S) (G)
Pencapaian
wanita usia 30-50
tahun yang
1 melakukan 4 4 4 12
deteksi dini
kanker serviks
masih rendah
Keterangan: Skor 1 = Sangat kecil
Skor 2 = Kecil
Skor 3 = Sedang
Skor 4 = Besar
Skor 5 = Sangat besar
39
4.4 Fish Bone Diagram Masalah
Manusia Metode
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kanker Terhambatnya proses turun ke
serviks Kurang aktifnya penyuluhan lapagan akibat adanya pandemi
Kurang aktifnya kader
mengenai kanker serviks
Dalam penjaringan
sehingga masyarakat enggan
Kurangnya pemahaman Kurangnya jumlah kader memeriksakan diri Kurangnya informasi terhadap Rendahnya
masyarakat pentingnya bagaimana proses untuk
Kurangnya kesadaran pasien cakupan wanita
deteksi dini
memperoleh pemeriksaan IVA usia 30-50 tahun
akan penyakitnya
yang memperoleh
skrining kanker
serviks
Terbatasnya alat dan
bahan untuk pelaksanaan
Kurangnya dana Kurangnya dukungan
akibat pandemi
untuk program ini keluarga untuk
memeriksakan penderita
Adanya pandemi yang menyebabkan
masyarakat takut ke layanan kesehatan
Sarana Dana
Lingkungan
40
4.5 Penyebab Masalah
Tabel 4.8 Penetapan Penyebab Masalah
Tingkat Tingkat Tingkat
N U+S+ Rankin
Masalah Urgensi Keseriusa Perkembang
o G g
(U) n (S) an (G)
Kurang aktif kader dalam
1 menjaring pasien 3 3 3 9 7
Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang kanker
2 4 4 4 12 4
serviks
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
3 pentingnya deteksi dini 5 5 4 14 2
kanker serviks
Kurangnya jumlah
4 kader 5 5 5 15 1
Terhambatnya proses
6 turun ke lapagan akibat
3 4 4 11 5
adanya pandemi
Kurangnya informasi
terhadap bagaimana proses
7 untuk memperoleh 3 2 3 8 8
pemeriksaan IVA
Kurangnya dukungan
8 keluarga untuk 2 2 2 6 10
memeriksakan penderita
11 Kurangnya dana 1 2 2 5 11
41
Pada tabel 4.8 dapat ditemukan penyebab masalah dari rendahnya
capaian wanita usia 30-50 tahun yang mendapat skrining IVA disebabkan
karena kurangnya jumlah kader yang menjaring target populasi dan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker
serviks.
42
4.6 Alternatif Penyelesaian Masalah
Tabel 4.9 Alternatif Penyelesaian Masalah
No. Solusi Tujuan Deskripsi Peserta/ Biaya
Masalah
Masalah Sasaran
1. Kurangnya Training dan Menambah kader di tiap kelurahan, agar Memberikan pelatihan Kader di Uang transport
jumlah kader refreshing tiap kelurahan memiliki minimal 2 kader, dan informasi mengenai tiap kader:
yang menjaring kader kader juga mendapat update terbaru kasus kanker serviks kelurahan Rp.30.000x8 =
target populasi mengenai perkembangan penyakit Kanker terbaru (8 orang) Rp.240.000
Serviks, membuat grup WA bersama kader, Dokter Konsumsi =
lalu meminta kader membuat grup WA (1 orang) Rp.10.000x10 =
bersama ketua PKK dan kepala kelurahan Pemegang 100.000
tiap kelurahan agar memudahkan mengirim Proker Fotokopi materi
informasi terkait kanker serviks sehingga (1 orang) Rp. 1.500 x8 =
nanti informasi dari kader dapat diteruskan Rp. 12.000
oleh ketua PKK ke anggota PKK masing- Alat tulis
masing kelurahan Rp. 1.000x8 =
Rp. 8.000
2. Kurangnya Memberi target Agar memotivasi para kader untuk dapat Target penemuan kasus Kader di Alat tulis
43
jumlah kader penemuan menemukan kasus terduga kanker serviks di terduga kanker serviks tiap Rp. 1.000x8 =
yang menjaring kasus terduga masing-masing kelurahan diberikan untuk kelurahan Rp. 8.000
target populasi kanker serviks meningkatkan cakupan (8 orang)
pada kader angka penemuan kasus Dokter
terduga kanker serviks (1 orang)
Pemegang
proker
(1 orang)
3. Kurangnya Memberi dana Agar masyarakat mau untuk menjadi kader Memberi dana tambahan Kader di Rp. 25.000 per
jumlah kader tambahan bagi deteksi kanker serviks yang aktif untuk masing-masing tiap kasus kanker
yang menjaring kader deteksi kader di tiap kelurahan kelurahan serviks yang
target populasi kanker serviks agar termotivasi untuk (8 orang) dilaporkan ke
yang aktif menemukan kasus puskesmas
kanker serviks
4. Kurangnya Membuat Agar masyarakat lebih mudah mengakses Membuat link materi -
pengetahuan materi edukasi informasi mengenai pentingnya deteksi dini edukasi yang dapat
masyarakat deteksi dini kanker serviks disebarluaskan melalui
tentang kanker serviks grup WA atau diunggah
pentingnya yang dapat pada akun media sosial
44
deteksi dini diakses melalui puskesmas
kanker serviks media
elektronik.
5. Kurangnya Melakukan Menjaring lebih banyak populasi target Setiap wanita usia 30-50 Leaflet Rp.
pengetahuan penyuluhan dengan edukasi langsung tahun yang berkunjung 1000x100 =
masyarakat singkat kepada ke puskesmas akan Rp.100.000
tentang setiap wanita diberikan leaflet dan
pentingnya usia 30-50 penyuluhan singkat
deteksi dini tahun yang tentang deteksi dini
kanker serviks berkunjung ke kanker serviks
puskesmas
45
No Alternatif Penyelesaian Masalah Effectivity C MxIxV/C
M I V
Pada tabel 4.10 dapat ditemukan prioritas alternatif penyelesaian masalah yaitu dilakukan training dan refreshing kader.
46
BAB V
PROPOSAL REKOMENDASI
5.1 Proposal Usulan Solusi Terhadap Masalah Yang Ditemui Pada Program Puskesmas
Tabel 5.1 Proposal Usulan Solusi Terhadap Masalah Yang Ditemui Pada Program Puskesmas
Judul TRAINING DAN REFRESHING KADER
Rumusan Apa saja kendala-kendala yang mempengaruhi tidak tercapainya target cakupan Program Deteksi Dini Kanker
Masalah Serviks di UPT Puskesmas Medan Sunggal pada Tahun 2021?
Penyebab Kurangnya jumlah kader yang menjaring dan mengedukasi wanita usia 30-50 tahun agar mau melakukan
Masalah deteksi dini kanker serviks.
Tujuan Tujuan Umum: Terbentuknya kader deteksi dini kanker serviks di tiap kelurahan yang peduli dan tanggap serta
mampu menggerakkan masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya kanker serviks.
Tujuan Khusus:
47
Rincian Kegiatan dilakukan beberapa tahap, yaitu
Kegiatan
1. Pemilihan kader yang aktif di tiap desa
2. Training dan Refreshing kader serta update materi terbaru tentang deteksi dini kanker serviks
3. Diskusi dan tanya jawab
48
Penyebab Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks.
Masalah
Tujuan Tujuan Umum: Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya deteksi dini kanker serviks.
Tujuan Khusus:
1. Menyusun materi edukasi deteksi dini kanker serviks yang mudah dipahami
2. Memudahkan masyarakat dalam menerima informasi dengan penyebarluasan melalui media elektronik
3. Meningkatkan target cakupan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA
Rincian Kegiatan dilakukan beberapa tahap, yaitu
Kegiatan
1. Penyusunan materi
2. Pembuatan grup WA yang berisi kader dan populasi target atau pembuatan akun media sosial puskesmas
3. Penyebarluasan materi edukasi setiap bulannya
Tempat -
Waktu Penyusunan materi edukasi dalam waktu 1 hari kerja. Kemudian, pembuatan grup WA atau akun media sosial
puskesmas dalam waktu 1 hari kerja. Penyebarluasan materi edukasi setiap bulannya.
Estimasi Biaya Rp. 0
Metode Penilaian dengan jumlah link yang terbaca dan jumlah komentar atau pertanyaan yang diberikan.
Evaluasi
49
Indikator Tersusun materi edukasi deteksi dini kanker serviks yang mudah dipahami
Keberhasilan Terbentuk grup atau media sosial sebagai sarana penyebarluasan materi
Penyebarluasan materi rutin setiap bulannya
Masyarakat aktif dalam membaca, berkomentar, ataupun bertanya
Meningkatnya target cakupan program deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA
50
5.3 Usulan Anggaran
Tabel 5.3 Usulan Anggaran
No. Kebutuhan Sumber Daya Jumlah Harga (per item) Total Biaya Dana
1. Uang transport kader 8 kader Rp.30.000 Rp.240.000
2. Fotokopi materi 8 kader Rp. 1.500 Rp. 12.000 Bantuan
3. Alat tulis 8 kader Rp. 1.000 Rp. 8.000 Operasional
4. Konsumsi 10 orang Rp. 10.000 Rp. 100.000 Kesehatan (BOK)
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan evaluasi cakupan program deteksi dini kanker serviks
dengan metode IVA di UPT. Puskesmas Medan Sunggal tahun 2021, prioritas
masalah yang didapatkan yaitu, capaian program yang masih rendah, yaitu sebesar
1,6% dari target 80%. Dari prioritas masalah tersebut ditemukan beberapa
penyebab masalah dan dibentuk prioritas penyebab masalah yaitu, kurangnya
jumlah kader yang menjaring wanita usia 30-50 tahun untuk melakukan deteksi
dini kanker serviks dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya
deteksi dini kanker serviks. Setelah itu dibentuk beberapa alternatif penyelesaian
masalah dengan prioritas alternatif penyelesaian masalah yang terpilih adalah
training dan refreshing kader serta penyusunan materi edukasi deteksi dini kanker
serviks yang dapat diakses melalui media elektronik.
Berdasarkan evaluasi diatas maka penulis menyusun proposal usulan
solusi terhadap masalah yang ditemui pada program deteksi dini kanker serviks,
yaitu training dan refreshing kader dan penyusunan materi edukasi yang dapat
diakses melalui media elektronik. Proposal ini dipakai sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan serta analisa kegiatan berdasarkan masalah yang dihadapi dan
kemampuan yang dimiliki Puskesmas. Usulan solusi ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya wanita usia 30-50 tahun akan
pentingnya melakukan skrining dan deteksi dini kanker serviks sehingga akan
berdampak pada tercapainya target cakupan program deteksi dini kanker serviks
dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal.
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Melakukan training dan refreshing terhadap kader kesehatan.
b. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk
meningkatkan capaian pemeriksaan IVA.
c. Meningkatkan koordinasi dengan kader kesehatan dalam mengirimkan
wanita usia 30-50 tahun untuk melakukan pemeriksaan IVA.
52
2. Bagi Kader
a. Meningkatkan upaya penyuluhan bagi masyarakat mengenai
kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.
b. Beradaptasi dengan situasi pandemi dengan melakukan sosialisasi
mengenai deteksi dini kanker serviks menggunakan sosial media
seperti grup whatsapp.
3. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran diri akan pentingnya
deteksi dini kanker serviks khususnya wanita usia 30-50 tahun.
b. Meningkatkan kesadaran bahwa dukungan keluarga untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks sangat penting dilakukan.
53
DAFTAR PUSTAKA
54
diagnosis-screening/cervicalcancer/en//File
13. Lembahmanah L. Analisa Faktor Pendidikan pada Wanita Peserta Program
Penapisan Kanker Leher Rahim dengan Pendekatan “See and Treat.”
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
14. Wahidin M. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situasi
Penyakit Kanker. Pusdatin Kemenkes RI; 2015.
15. Wahyuni T. Gambaran Karakteristik Penderita Kanker Serviks di RSUD
KRMT Kota Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang; 2017.
16. Wiyono S, Iskandar TM, Suprijono. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Media Med Indones.
2008;43(5):116–20.
17. Syahridayanti. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Tentang
Pentingnya Pap Smear sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks di Wilayah
RW 02 Kelurahan Parang Tambung Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar; 2012.
18. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Indonesia; 2019.
19. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim. Indonesia; 2015.
55
LAMPIRAN
56