DISUSUN OLEH
MUH. UNGGUL RHOBBIGFIRLY
PEMBIMBING
dr. H. SALAHUDDIN A. PALLOGE, M.PH
Mengetahui,
dr. Hj. Tri Raparti Arifin, M.Kes dr. H. Salahuddin Andi Palloge, MPH
ii
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini sebagai salah
satu tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Kami sangat menyadari bahwa penulisan studi kasus ini belum mencapai
sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan penuh harap beberapa saran dan
kritik saudara saudari yang dapat memperbaiki penulisan studi kasus-studi kasus
selanjutnya. Baik yang kami tulis sendiri atau orang lain.
Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi keilmuan
baik bagi diri sendiri, institusi terkait, dan masyarakat umum.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif pada Penderita Infeksi Saluran Kemih................................. 2
iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
ABSTRAK
viii
Kesimpulan : Diagnosa klinis pada pasien ini adalah penyakit infeksi saluran
kemih. Diagnosa psikososial yaitu kecemasan akan penyakitnya memburuk dan
kebersihan diri yang kurang.
Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Penatalaksanaan Holistik Komprehensif,
Kedokteran Keluarga
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan satu di antara infeksi bakteri yang
paling sering terjadi pada perempuan, dan 50% sampai 60% perempuan dewasa
mengalami ISK selama hidupnya. Diperkirakan bahwa pada perempuan muda
ada 0,5 episode sistitis akut per orang per tahun. Insiden ini menurun sesuai usia.
Pada perempuan postmenopause, diperkirakan bahwa ada 0,07 episode sistitis
akut per orang per tahun.1
Istilah diberikan pada ISK yang meliputi sistitis yang merupakan infeksi
kandung kemih, uretritis yang mengenai uretra (saluran yang mengosongkan urin
dari kandung kemih keluar). Infeksi ginjal menyebabkan banyak kondisi serius
yang disebut pielonefritis.2
1
1.2 Rumusan Masalah
- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran kemih pada
pasien?
- Apakah dengan hygieneyang kurang dapat menjadi salah satu faktor resiko
penyebab infeksi saluran kemih?
- Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
infeksi saluran kemih?
- Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
infeksi saluran kemih?
2
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis , sosial dan
budaya sendiri dalam penangan, melakukan rujukan bagi kasus infeksi
saluran kemih, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang
berlaku serta mengembangkan pengetahuan.
3
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).
Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence based medicine
(EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta
prinsip penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan pendekatan
kedokteran keluarga di Puskesmas Maccini Sawah tahun 2015.
4
1.4.3`Manfaat Studi Kasus
1.4.3.1 Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
1.4.3.2 Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan infeksi saluran kemih yang meliputi proses
penyakit dan penanganan menyeluruhinfeksi saluran kemih sehingga dapat
memberikan keyakinan untuk menghindari faktor pencetus.
1.4.3.3 Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita infeksi saluran kemih.
1.4.3.4 Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based dan
pendekatan diagnosis holistik infeksi saluran kemih serta dalam hal
penulisan studi kasus.
5
terhadap penyakit yang diderita. Dari perbaikan gejala tersebut selanjutnya dapat
diajarkan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
Penjamu Infeksi
Infeksi Saluran
Peka
Kemih
Kebiasaan Imunitas
7
Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
Kebutuhan primer merupakan
prioritas utama
Bio-Psiko-Sosio-
Perilaku kesehatan Ekonomi
Kebersihan diri Kecemasan pasien
kurang penyakitnya
memburuk
Kondisi ekonomi
baik
Pelayanan Keluarga
Kesehatan
Jarak rumah Lingkungan
dengan Kerja
puskesmas dekat Penderita Kebersihan
Nyeri pinggang, terjaga
nyeri saat
berkemih
Komunitas
Kebersihan lingkungan di sekitar rumah baik
8
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga
di Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organyang terbentuk dari jaringan serta sel-sel
yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).
9
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
10
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
11
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
12
2.3.2 ETIOLOGI
2.3.3 EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi pada tubuh kedua yang
paling sering, perhitungan sekitar 8,1 juta kunjungan ke penyedia layanan
kesehatan setiap tahun.Perempuan khususnya yang rentan terkena ISK karena
alasan anatomi.Satu faktor bahwa uretra perempuan lebih pendek, membiarkan
bakteri masuk lebih cepat ke dalam kandung kemih.Juga, uretra perempuan
terbuka dekat dengan sumber bakteri dari anus dan vagina.Pada perempuan,
resiko masa kehidupan mendapatkan ISK lebih besar dari 50 persen.Infeksi
seluran kemih pada laki-laki tidak sesering pada perempuan tapi dapat menjadi
serius jika terjadi. Pada pasien lanjut usia, prevalensi ISK hampir sama antara
perempuan dan laki-laki karena adanya pembesaran prostat.3,4
13
Swedia 72 6,0 16,0
79 6,0 14,0
Skotlandia 65-74 6,0 16,0
>75 7,0 17,0
14
Tabel 3 : Prevalensi bakteriuria pada perempuan tidak hamil di bawah usia
50 tahun dengan ISK gejala akut5
Jumlah total Jumlah % dengan Rentang Rentang
perempuan dengan bakteriuria kepercayaan kepercayaan
bakteriuria rendah (Cl) tinggi (Cl)
4,135 2,960 71,6% 70,2% 73,0%
a. Agent
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh jamur, virus, dan bakteri. Escherichia
coli merupakan patogen utama pada ISK yang tidak berkomplikasi pada
perempuan, berhubungan dengan lebih dari 80% kasus.3,6
b. Host (Pejamu)
c. Environment
Hygiene-sanitasi lingkungan yang buruk dapat beresiko pada meningkat
prevalensi infeksi saluran kemih. Terutama pada orang berusia di atas 65 tahun,
penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh.5
15
meningkat sesuai umur.Pada orang tua terjadi karena telah mengalami penurunan
daya tahan tubuh. Sedangkan pada anak-anak terjadi selain karena daya tahan
tubuh yang belum sempurna juga karena anak-anak kurang terjaga dalam
kebersihan diri.5
- Distribusi Menurut jenis kelamin
Lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan
pada perempuan saluran uretra lebih dekat ke anus dan lebih pendek jika
dibandingkan dengan laki-laki, serta tidak ada bacteriostatic properties pada
wanita (sebagaimana yang disekresi oleh prostat).4
- Distribusi Menurut Etnik
Infeksi saluran kemih bisa terjadi pada berbagai etnik.Ada perbedaan
prevalensi antara negara Jepang, Swedia, dan Skotlandia. Di Jepang, prevalensi
infeksi saluran kemih terjadi pada kelompok usia 50-70 tahun. Di Swedia terjadi
pada kelompok usia 72-79 tahun. Sedangkan di Skotlandia terjadi pada kelompok
usia 65-75 ke atas.5
- Lingkungan
Faktor resiko terjadinya penyakit infeksi saluran kemih dialami pada orang
tua yang berada pada lingkungan asrama (panti).Prevalensinya meningkat dari 6-
16% sampai 25-57% untuk perempuan. Sedangkan pada laki-laki dari 2-6%
sampai 7,9-17,7%.5
- Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi kesadaran menjaga kebersihan
bagi kelompok sosial ekonomi rendah, menengah, dan tinggi yang berbeda-beda.
Kesadaran itu bagi kelompok sosial ekonomi rendah sebagian besar masih rendah.
- Distribusi menurut waktu
Infeksi saluran kemih tidak mengenal masa, musim, dan tempat di manapun.
Semua akan tergantung pada kesadaran setiap orang untuk menjaga kebersihan
dirinya.
16
2.3.4 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
2.3.4.1 PATOGENESIS
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteri simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri
(host).7
2.3.4.1.1 Peranan patogenitas bakteri
Sejumlah flora saluran cerna termasuk E. colididuga terkait dengan etiologi
ISK.Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang
patogen. Patogenitas E. coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari
lipopolisakarida (LPS).7
Hanya IG serotipe dari 170 serotipe O/E. coli yang berhasil diisoloasi rutin
dari pasien ISK klinis, diduga strain E. coli mempunyai patogenitas khusus.
Penelitian intensif berhasil menentukan faktor virulensi E. coli dikenal sebagai
virulence determinalis.7
Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat menyebabkan
presentasi klinis ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan
mukosa oleh bakteri, faktor virulensi dan variasi fase faktor virulensi.7
17
(DR haemaglutinin atau DFA component of DR blood group), fimbrial ahesions
(AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions, G-adhesion dan curli adhesions.7
Sifat patogenesitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Dikenal
beberapa toksin seperti -haemolisin, cytotoxic necrotizing faktor-1 (CNF-1) dan
iron uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -haemolisin
terikat pada kromosom dan berhubungan dengan pathogenecity islands (PAIS)
dan hanya 5% terikat pada gen plasmio.7
Resistensi uropatogenik E. colii terhadap serum manusia dengan perantara
(mediator) beberapa faktor terutama aktivasi sistem komplemen termasuk
membrane attack complex (MAC). Mekanisme pertahanan tubuh berhubungan
dengan pembentukan kolisin (Col V), K-1, Tra T protein dan outermembrane
protein (OHPA).7
18
menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika.7
Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila refluks
vesikoureter sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di
klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa
hipertensi.7
Diabetes
Inkontinensi
19
Penelitian lain melaporkan sekresi IgA meningkat diduga mempunyai
peranan penting terhadap ISK rekuren.7
2.3.4.2 PATOFISIOLOGI
Individu normal, baik laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretrodistal merupakan tempat
kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram positif dan gram
negatif.7
Hampir semua pasien dengan ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra ke dalam kandung kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks
vesikoureter.7
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik,
mungkin akibat lanjut dari bakteremia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi
sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat stafilokokus
aureus.Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (stafilokok aureus)
dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA)
sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram negatif.7
20
2.3.5.3 Sindrom uretra akut (SUA)
Gambaran klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. Pasien dengan SUA
sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun.7
Gambaran klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering kencing)
disertai cfu/ml <105, sering disebut sistitis abakterialis. Sindrom uretra akut
(SUA) dibagi 3 kelompok pasien, yaitu: a) Kelompok pertama pasien dengan
piuria, biakan urin dapat diisolasi E. coli dengan cfu/ml urin 103-105. Sumber
infeksi berasal dari kelenjar peri-uretal atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini
memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti ampisilin, b)
kelompok kedua pasien lekosituri 10-50/lapang pandang tinggi dan kultur urin
steril. Kultur (biakan) khusus ditemukan chlamydia trachomatis atau bakteri
anaerobik, c) kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.7
2.3.5.4 ISK rekuren
Infeksi saluran kemih (ISK) rekuren terdiri 2 kelompok. Yaitu: a) reinfeksi
(re-infection. Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu dengan
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b) relapsing infection. Setiap kali infeksi
disebabkan mikroorganisme yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak
mendapat terapi yang adekuat.7
21
- Radiografi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
- Isotop scanning
Tabel 5: Indikasi investigasi lanjutan setelah ISK7
- ISK kambuh (relapsing infection)
- Pasien laki-laki
- Gejala urologik: kolik ginjal, piuria, hematuria
- Hematuria persisten
- Mikroorganisme jarang, Pseudomonas spp dan Proteus spp
- ISK berulang dengan interval 6 minggu
2.3.7 PENATALAKSANAAN
2.3.7.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinasi urin:7
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlakukan
terapi kontroversial selama 5-10 hari
- Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekosiuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)7
- Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor resiko
- Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal (misal trimetoprim 200 mg)
- Terapi antimkroba jangka lama sampai 6 bulan
22
Sindrom uretra akut (SUA).Pasien dengan sindrom uretra akut dengan
hitung kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat.Infeksi klamidia
memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan
mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang sesuai, misal golongan
kuinolon.7
2.3.8 PENCEGAHAN
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria
asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi
bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria asimtomatik harus
23
rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien perempuan bumil, pasien DM
terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan
kateterisasi laki-laki dan perempuan.7
24
(Bladder dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK pada diabetes
melitus. Disfungsi kandung kemih ini diduga akibat disfungsi saraf autonom dan
gangguan fungsi leukosit PMN (opsonisasi, kemotaksis, dan fagositosis).
Perubahan susunan kimiawi dan konsentrasi protein Tamm-Horsfaal diduga
mempengaruhi perubahan bacterial adhesion terhadap sel epitel yang dapat
mencetuskan infeksi saluran kemih (ISK).7
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes melitus
merupakan faktor predisposisi pielonefritis akut disertai mikosis papiler dan
insufisiensi renal. Basiluria asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan;
seperti E.coli, candida spp dan klostridium dapat menyebabkan pielonefritis
emfisematosa disertai syok septik dan vasomotor akut nefropati.7
Beberapa peneliti lebih cenderung memberikan terapi antimikroba pada
basiluria asimtomatik pada pasien dengan diabetes melitus.7
25
2.3.8.4 ISK berhubungan dengan kateter
Pemasangan kateter jangka lama sering dilakukan pasien usia lanjut. Data
penelitian melaporkan prevalensi infeksi nosokomial mencapai 40% diduga
terkait pemasangan kateter urin.Bakteriuria asimtomatik dilaporkan 26% di antara
kelompok pasien indwelling catheter mulai dari hari 2-10.Hampir kelompok
pasien tersebut diikuti gejala klinis ISK.Bakteremia dengan prevalensi 3,6%
diduga terkait dari sumber saluran kemih. Peneliti Tambyah dan Maki
menemukan catheter-associated UTI sebagian besar asimtomatik.7
Bakteria patogen yang terkait dengan bakteriuri dengan kateterisasi; seperti
E. coli, Entercoccus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterebacter, dan
Candida. Pada umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba.7
Sebagian besar peneliti tidak menganjurkan antibiotika sebagai pencegahan
infeksi saluran kemih terkait kateter. Negara maju seperti USA menganjurkan
penggunaan kateter urin berselaput campuran perak atau kateter oksida perak
untuk mencegah infeksi saluran kemih terkait kateter.7
26
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS
27
3.2.3.2. Keadaan Demografis
Di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah memiliki masalah demografi yang
cukup bervariasi. Masalah kependudukan bukan saja masalah kepadatan
penduduk, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, arus urbanisasi,
namun yang lebih mengkhawatirkan adalah masalah angka kelahiran dan
kematian yang cukup tinggi.
- Kepadatan Penduduk
Di wilayah kerja kerja puskesmas Maccini Sawah memiliki kepadatan penduduk
yang cukup tinggi. Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap munculnya
masalah kesehatan sehingga wajar banyak bermunculan masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah. Jumlah penduduk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Table 3
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga, RW dan RT
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015
28
Total 4854 100.00 118 100.00 17 100.00 69,00 100.00
Berdasarkan tabel 3 di atas bahwa jumlah kepala keluarga sebesar 4854 dengan
luas wilayah 69,00 Ha, dan dapat dikatakan cukup padat dan hal ini sesuai
dengan hasil observasi lapangan, sehingga dengan kepadatan penduduk yang
cukup tinggi, dapat diasumsikan dengan sanitasi yang kurang baik, dan polusi
udara yang cukup mengganggu akan memunculkan berbagai masalah kesehatan.
- Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan tabel di atas bahwa laju pertumbuhan cukup tinggi, sehingga dapat
memperpadat jumlah penduduk, apalagi dengan luas wilayah yang dapat
dikatakan cukup sempit sangat tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang
ada. Sehingga hal ini dapat memicu terjadinya masalah kesehatan.
Tabel 5
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015
29
No. Kelurahan Penduduk Total
Laki- % perempua % Jumla %
laki n h
1. Maccini 4029 15.8 4407 13.3 8436 33.2
6 7 1
2. Maccini 4245 16.7 5198 20.4 9443 37.1
Gusung 1 0 8
3. Maccini Parang 3765 14.8 3756 14.8 7521 29.6
2 0 1
Total 12.039 47.3 13.361 52.6 25.40 100.
9 1 0 00
Tabel. 6
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk
30
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015
31
Tabel 7
Distribusi Keluarga Miskin Penduduk
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015
Keluarga miskin
No Kelurahan n %
1. Maccini Sawah 647 24,80
2. Maccini Gusung 1126 43,16
3. Maccini Parang 836 32,04
Total 2609 100,00
32
Asisten Apoteker : 1 orang
Perawat Gigi : 2 orang
Rekam Medik : 1 orang
Sarjana Kesehatan Masyarakat :
- Epidemiologi : 1 orang
- Promkes : 1 orang
- AKK : 1 orang
3.2.3.3. Struktur organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Maccini Sawah berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor :800/1682/SK/IV/2010 Tanggal
21 April 2010 terdiri atas :
Kepala Puskesmas
Kepala Subag Tata Usaha
Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
- Unit Kesehatan Masyarakat
- Unit Kesehatan Perorangan
Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
- Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
- Unit Bidan Komunitas
33
3.2.3.6. Upaya kesehatan
Puskesmas Maccini Sawah sebagai unit teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas Maccini Sawah berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Dengan fungsi tersebut maka Upaya Kesehatan di Puskesmas Maccini Sawah
terbagi atas 2 ( dua ) Upaya Kesehatan Yaitu :
34
2. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
3. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruangan suntik/UGD
6. Ruang P2M dan laboratorium
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas
35
3.2.3.7. Alur Pelayanan
Pasien
Loket
Ruang
Apotik
mkk
Gambar 5.Alur pelayanan puskesmas Maccini Sawah Makassar
Pasie
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL STUDI KASUS
4.1.1 PASIEN
4.1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Maccini Gusung No. 23
Tanggal Pemeriksaan : 25September 2015
4.1.1.2.1 Anamnesis
Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri pinggang. Dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu sebelum ke
puskesmas. Pasien merasa nyeri kadang-kadang. Bertambah nyeri saat berkemih
yang dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu. Pasien tidak demam, tidak sakit
kepala, tidak mual, tidak muntah. Pasien memiliki kebiasaan menahan untuk
berkemih.
37
4.1.1.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien adalah seorang istri dari Tn. H dengan pekerjaan bapak sebagai
wiraswasta dengan rata-rata pendapatan Rp. 800.000- /bulan.Sosial ekonomi
keluarga ini termasukkeluarga dengan sosial ekonomimenengah kebawah.
38
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemi (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Tonsil : Hiperemis (-)
4. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
5. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran
39
6. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan: V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh
7. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
8. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
10. Ekstremitas
Edema : (-)
40
Kulit : Ruam (-)
11. Status lokalis
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
4.1.1.5 PENATALAKSANAAN
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Asam mefenamat 500 mg 2x1
- Vit. C 2x1
4.1.1.6 ANJURAN
- Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kultur urin
- Jangan suka menunda saat ingin berkemih
- Sering minum air putih
- Jaga kebersihan diri
4.1.2 KELUARGA
4.1.2.1 Profil Keluarga
Pasien Ny. H merupakan istri dari Tn. H. Mereka tinggal bersama dalam
satu rumah bersama 2 orang anaknya laki laki 2 orang.Masing-masing berumur 21
tahun dan 15 tahun.
41
Tabel 8: Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1. Tn. H Kepala L 54 th SMA Wiraswasta
Keluarga
2. Ny. H Istri P 50 th SMA Wiraswasta
42
Tabel 9:Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 12 x 9 m2 Keluarga Tn. H tinggal di
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang rumah dengan kepemilikian
Luas halaman rumah : - milik sendiri. Ny. H tinggal
Tidak bertingkat dalam rumah yang sehat
Lantai rumah dari : keramik dengan lingkungan rumah
Dinding rumah dari : tembok yang padat dan ventilasi yang
Jamban keluarga : ada memadai yang dihuni oleh 4
43
4.1.2.5Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 10: Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara Keluarga LetakPuskesmasKecamatanTa
mencapaipusatpelayanankese menggunakan malate tidak jauh dari
hatan Kendaraanprib tempattinggalpasien, sehingga
adi berupa untuk mencapai puskesmas
motor atau keluarga pasien dapat
naik angkutan menggunakan sarana angkutan
umum untuk umum atau membawa sepeda
menuju ke motor pribadi.
puskesmas. Untukbiayapengobatan diakui
Tarifpelayanankesehatan Menurut oleh keluarga pasien yaitu
keluarga biaya setiap kali datang berobat tidak
pelayanan dipungut biaya dan pelayanan
kesehatancuku Puskesmas pundirasakan
p murah. keluarga pasien memuaskan
Kualitaspelayanankesehatan Menurut pasien.
keluarga
kualitas
pelayanan
kesehatan yang
didapat
memuaskan.
44
4.1.2.7 Pola Dukungan Keluarga
4.1.2.7.1 Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah keluarga seperti ada komunikasi yang baik dalam keluarga.Selain adanya
hubungan yang harmonis.Keluarga juga sangat terbuka untuk setiap masalah
kesehatan yang dihadapi.
4.1.2.7.2 Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Faktor kecemasan yang dialami pasien dan keluarga jika penyakit itu
semakin memburuk.
Penilaian
45
- Hampir Selalu = skor 2
- Kadang-kadang = skor 1
- Hampir tidak pernah =0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
46
4. Affection (Kasih Sayang)
Saya puas dengan kehangatan/kasih
sayang yang diberikan keluarga saya
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang
disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total Skor 9
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 9 ini menunjukkan Fungsi
keluarga sehat.
47
pernikahan Tn. H dan Ny.H mereka dikarunai 2 orang anak laki-laki.Seluruh
anggota keluarga ini tinggal dalam satu rumah.
4.1.2.8.3.2 Tahapan siklus keluarga
Ny. H merupakan pasangan Tn. H. mereka dikaruniai 2 orang anak laki-laki
yang masing-masing sudah dapat mengurus diri sendiri.
:Penderita ISK
4.2 PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistik
yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko
eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh
dan pendekatan diagnosis holistik.
48
4.2.1 Analisis Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penderita Infeksi Saluran Kemih
Tabel 12: Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian
Masalah dalam keluarga
Skor Upaya Resume Hasil Skor
No. Masalah
Awal Penyelesaian Akhir Akhir
Faktor Biologi
- Struktur
uretra dan - Edukasi
anus pasien tentang cara
berdekatan, membersihk - Penyuluhan
sangat an alat terselenggara
1. 1 5
rentan kelamin - Keluhan
terjadinya setelah BAK berkurang
penyebaran dan BAB
kuman dari - Pengobatan
anus ke
uretra
Faktor - Edukasi - Penyuluhan
Ekonomi dan kepada terselenggara
Pemenuhan pasien dan - Kecemasan
Kebutuhan keluarga pasien dan
- Kecemasan pasien untuk keluarga
5
2. pasien dan menjaga berkurang
keluargany 2 kebersihan
a terhadap diri,
penyakit meningkatka
yang n dayan
memburuk tahan tubuh
Faktor Perilaku - Penyuluhan
- Edukasi
kesehatan terselenggara
PHBS
keluarga - Pasien dan
3. 3 kepada 5
- Higiene keluarga
pasien dan
pribadi melaksanakan
keluarganya
kurang PHBS
Total Skor 6 15
Rata-Rata Skor 2 5
49
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada
upaya provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan
keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.
50
Pasien tidak demam, tidak sakit kepala, tidak mual, tidak muntah. Pasien memiliki
kebiasaan menahan untuk berkemih.
51
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien di Kompleks Hartaco Stp 4/12, 30 September
2015
52
iko pasien untuk pasien ke menjaga ada menolak
internal selalu PKM agar
menjaga dan saat penyakit
kebersihan, home yang
minum yang visit ke diderita
banyak, rumah pasien
tidak pasien tidak
menunda kambuh
untuk buang lagi dan
air kecil menjaga
higienita
s pasien.
Aspekris Memberitahu Suami Saat Untuk Tidak Tidak
iko - kan dan anak datang menjaga ada menolak
external keluarga ke PKM agar
pasien untuk dan saat penyakit
senantiasa home yang
mengingat- visit ke diderita
kan pasien rumah pasien
untuk pasien tidak
meminum air kambuh
yang banyak. lagi
53
lingkungan keadaan
klinis
pasien.
Menjaga
keluarga
tetap
sehat.
Aspekfu Mengajarkan Pasien Saat Agar Tidak Tidak
ngsional pasien untuk home kondisi ada menolak
menjaga visit ke tubuh
kebersihan, rumah anak
minum pasien tetap
banyak. sehat dan
membuat
anak
lebih
aktif.
54
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga
pasien).
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Diagnose Klinis :Ny. H menderita penyakit infeksi saluran kemih.
- Diagnose Psiko-sosial:kecemasan akan penyakitnya
memburuk,kebersihan diri kurang
- Gambaran dari Genogram: Hanya Ny. H yang berisiko tinggi untuk
terjadinya infeksi saluran kemih dan berulangnya penyakit tersebut
5.2 Saran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan padaNy.H berupa : penyakit
infeksi saluran kemih, dari kebiasaan yang kurang hygine dan lifestyle yang
kurang baik maka disarankan untuk:
- Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kultur urin
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Minum air yang banyak
- Tidak menunda buang air kecil
56
DAFTAR PUSTAKA
57