Anda di halaman 1dari 66

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATLAPORAN KASUS

DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PENATALAKSANAAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH


SECARA HOLISTIK KOMPREHENSIF
DENGAN MUNGGUNAKAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH MAKASSAR

DISUSUN OLEH
MUH. UNGGUL RHOBBIGFIRLY

PEMBIMBING
dr. H. SALAHUDDIN A. PALLOGE, M.PH

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT &
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Yang tersebut di bawah ini:

Nama : Muh. Unggul Rhobbigfirly

Stambuk : 111 2015 0055

Adalah benar telah menyelesaikan studi kasus dengan judul


Penatalaksanaan Penyakit Infeksi Saluran Kemih Secara Holistik
Komprehensif dengan Menggunakan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Puskesmas Maccini Sawah Makassar pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan
telah didiskusikan dengan pembimbing.

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Maccini Pembimbing


Sawah

dr. Hj. Tri Raparti Arifin, M.Kes dr. H. Salahuddin Andi Palloge, MPH

ii
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini sebagai salah
satu tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Dalam studi kasus ini kami melakukan pembahasan mengenai Penatalaksanaan


Penyakit Infeksi Saluran Kemih Secara Holistik Komprehensif dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Puskesmas Maccini Sawah Makassar. Di dalamnya
dilakukan analisis masalah kesehatan secara individu dan secara menyeluruh serta
melakukan analisis pada tingkat lingkungan keluarga dan sekitar.

Kami sangat menyadari bahwa penulisan studi kasus ini belum mencapai
sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan penuh harap beberapa saran dan
kritik saudara saudari yang dapat memperbaiki penulisan studi kasus-studi kasus
selanjutnya. Baik yang kami tulis sendiri atau orang lain.

Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi keilmuan
baik bagi diri sendiri, institusi terkait, dan masyarakat umum.

Makassar, Oktober 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii

Kata Pengantar ...................................................................................................... iii

Daftar Isi................................................................................................................ iv

Daftar Tabel .......................................................................................................... vi

Daftar Gambar ....................................................................................................... vii

Abstrak .................................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif pada Penderita Infeksi Saluran Kemih................................. 2

1.4 Tujuan dan Manfaat Studi Kasus ................................................................. 3

1.5 Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................ 5

BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 7

2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di


Layanan Primer ............................................................................................ 9

2.3 Penyakit Infeksi Saluran Kemih .................................................................. 12

BAB III METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metode Studi Kasus ..................................................................................... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Melakukan Studi Kasus ................................................. 27

iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus......................................................................................... 35

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 54

5.2 Saran ............................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Prevalensi bakteriuria asimtomatik pada laki-laki dan perempuan


dewasa ................................................................................................ 13

Tabel 2 : Faktor Resiko Bakteriuria Asimtomatik ............................................ 14

Tabel 3 : Prevalensi bakteriuria pada perempuan tidak hamil di bawah usia 50


tahun dengan ISK gejala akut............................................................. 15

Tabel 4 : Faktor-Faktor yang Meningkatkan Kepekaan Terhadap Infeksi


Saluran Kemih (UTI) ......................................................................... 19

Tabel 5 : Indikasi investigasi lanjutan setelah ISK ........................................... 22

Tabel 6 : Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut ......................... 23

Tabel 7 : Luas Wilayah, Jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah


rumah tangga, dan kepadatan penduduk meurut kelurahan
Puskesmas Maccini Sawah Tahun 2014 ............................................ 29

Tabel 8 : Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah ......................................... 40


Tabel 9 : Lingkungan Tempat Tinggal .............................................................. 41
Tabel 10 : Pelayanan Kesehatan .......................................................................... 42
Tabel 11 : Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Infeksi
Saluran Kemih .................................................................................... 44
Tabel 12 : Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian
Masalah dalam keluarga ..................................................................... 47
Tabel 13 : Rencana Pelaksanaan (plan Of Action) .............................................. 50

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Puskesmas Maccini Sawah Tampak Depan ..................................... 28


Gambar 2 :Alur Pelayanan Puskesmas Maccini Sawah Makassar...................... 33

vii
ABSTRAK

Muh. Ilham Hidayat Penatalaksanaan Penyakit Infeksi Saluran Kemih secara


Holistik Komprehensif dengan Munggunakan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Puskesmas Maccini Sawah Makassar, dibimbing oleh Salahuddin A. Palloge.
(IX + 56 halaman + 13 tabel + 1 gambar)
Latar Belakang : Infeksi saluran kemih merupakan satu di antara infeksi bakteri
yang paling sering terjadi pada perempuan. Sebagian besar ISK disebabkan oleh
bakteri seperti E. coli yang hidup di kolon (khususnya rektum). Perempuan dewasa
lebih mudah terkena infeksi saluran kemih daripada laki-laki karena uretra yang lebih
pendek dan terbuka di dekat anus.
Tujuan Penelitian : Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk
dapat menerapkan penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan
pendekatan kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence based
medicine (EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah
klinis serta prinsip penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan
pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas Maccini Sawah tahun 2015.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu dengan
melakukan anamnesis dan observasi langsung terhadap penderita infeksi saluran
kemih.
Hasil : Dari studi kasus ini didapatkan diagnosis penyakit pasien
menurut aspek personal, aspek klinik, aspek faktor resiko internal, aspek faktor resiko
eksternal, dan aspek psikososial keluarga, serta penatalaksanaan secara holistik
komprehensif.

viii
Kesimpulan : Diagnosa klinis pada pasien ini adalah penyakit infeksi saluran
kemih. Diagnosa psikososial yaitu kecemasan akan penyakitnya memburuk dan
kebersihan diri yang kurang.
Kata Kunci : Infeksi Saluran Kemih, Penatalaksanaan Holistik Komprehensif,
Kedokteran Keluarga

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan satu di antara infeksi bakteri yang
paling sering terjadi pada perempuan, dan 50% sampai 60% perempuan dewasa
mengalami ISK selama hidupnya. Diperkirakan bahwa pada perempuan muda
ada 0,5 episode sistitis akut per orang per tahun. Insiden ini menurun sesuai usia.
Pada perempuan postmenopause, diperkirakan bahwa ada 0,07 episode sistitis
akut per orang per tahun.1

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang terjadi di mana saja di


sepanjang saluran kemih.Infeksi saluran kemih memiliki istilah yang berbeda-
beda, berdasarkan bagian saluran yang terinfeksi.Infeksi disebabkan oleh mikroba
yang meliputi jamur, bakteri, dan virus.Sebagian besar ISK disebabkan oleh
bakteri seperti E. coli yang hidup di kolon (khususnya rektum).Biasanya, bakteri
yang masuk ke saluran kemih dikeluarkan dengan cepat oleh tubuh sebelum
menyebabkan gejala. Namun, kadang-kadang bakteri mengatasi pertahanan tubuh
alami dan menyebabkan infeksi.2,3

Istilah diberikan pada ISK yang meliputi sistitis yang merupakan infeksi
kandung kemih, uretritis yang mengenai uretra (saluran yang mengosongkan urin
dari kandung kemih keluar). Infeksi ginjal menyebabkan banyak kondisi serius
yang disebut pielonefritis.2

Perempuan dewasa merupakan yang paling sering terkena disebabkan


uretranya lebih pendek daripada laki-laki dan terbuka dekat dengan anus.Ini
berarti bahwa lebih mudah untuk bakteri masuk ke dalam sistem urinarius dan
menyebabkan infeksi.Sekitar 40% perempuan mendapat sedikitnya sati kali
serangan sistitis dalam hidupnya. Lebih sering pada perempuan aktif seksualitas,
selama kehamilan, setelah pembedahan dan menopause.2

1
1.2 Rumusan Masalah
- Apa saja faktor yang mengakibatkan terjadinya infeksi saluran kemih pada
pasien?
- Apakah dengan hygieneyang kurang dapat menjadi salah satu faktor resiko
penyebab infeksi saluran kemih?
- Bagaimanakah tingkat pengetahuan keluarga dalam menyikapi penyakit
infeksi saluran kemih?
- Bagaimanakah hasil dari terapi yang telah diberikan kepada penderita
infeksi saluran kemih?

1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis


Holistik Komprehensif pada Penderita Infeksi Saluran Kemih

Untuk pengendalian permasalahan infeksi saluran kemih pada tingkat


individu dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa program
profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan kepanitraan
klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi
yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan
diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi mempunyai landasan berupa
pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan.

Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.3.1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi dan


menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian secara individual,
masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik moral dan
peraturan perundangan.

2
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa mampu
mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis , sosial dan
budaya sendiri dalam penangan, melakukan rujukan bagi kasus infeksi
saluran kemih, sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang
berlaku serta mengembangkan pengetahuan.

1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu melakukan


komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian infeksi saluran kemih.

1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu


memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik kedokteran.

1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa mampu


menyelesaikan masalah pengendalian infeksi saluran kemih secara holistik
dan komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang
optimum.

1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan


prosedur klinis yang berkaitan dengan masalahinfeksi saluran kemih
dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri,
dan keselamatan orang lain.

1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu


mengelola masalahkesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
secarakomprehensif,holistik, koordinatif, kolaboratifdan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT STUDI KASUS

Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksanakan


masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri
dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,

3
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih
berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence
based medicine).

1.4.1 Tujuan Umum:

Tujuan dari penulisan laporan Studi Kasus ini adalah untuk dapat
menerapkan penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan pendekatan
kedokteran keluarga secara paripurna (komprehensif) dan holistik, sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), berbasis evidence based medicine
(EBM) pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta
prinsip penatalaksanaan penderita infeksi saluran kemih dengan pendekatan
kedokteran keluarga di Puskesmas Maccini Sawah tahun 2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

- Untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang,


serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis infeksi saluran
kemih.

- Untuk melakukan prosedur tatalaksanainfeksi saluran kemih sesuai standar


kompetensi dokter Indonesia.

- Untuk menggunakan landasan Ilmu Kedokteran Klinis dan Kesehatan


Masyarakat dalam melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dalam pengendalian infeksi saluran kemih.

- Untuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, etiologi dan


patogenesis infeksi saluran kemih.

- Untuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian ilmiah


dari data di lapangan, untuk melakukan pengendalian infeksi saluran kemih.

- Untuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada level


individu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian infeksi
saluran kemih

4
1.4.3`Manfaat Studi Kasus
1.4.3.1 Bagi Institusi pendidikan.
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus
sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.
1.4.3.2 Bagi Penderita (Pasien).
Menambah wawasan akan infeksi saluran kemih yang meliputi proses
penyakit dan penanganan menyeluruhinfeksi saluran kemih sehingga dapat
memberikan keyakinan untuk menghindari faktor pencetus.
1.4.3.3 Bagi tenaga kesehatan.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah
daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya
mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita infeksi saluran kemih.
1.4.3.4 Bagi Pembelajar Studi Kasus (Mahasiswa)
Sebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka
memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai evidenve based dan
pendekatan diagnosis holistik infeksi saluran kemih serta dalam hal
penulisan studi kasus.

1.5 INDIKATOR KEBERHASILAN TINDAKAN


Indikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan
penderita infeksi saluran kemih dengan pendekatan diagnostik holistik, berbasis
kedokteran keluarga dan evidence based medicine adalah:

1.5.1 Kepatuhan pasien datang berobat di layanan primer (puskesmas)

1.5.2 Perbaikan gejala dapat dievaluasi setelah pengobatan antibiotik spektrum


luas dan dengan dilakukannya pencegahan terhadap penyakit infeksi
saluran kemih.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian


keberhasilan tindakan pengobatan didasarkan atas berkurangnya gejala pasien

5
terhadap penyakit yang diderita. Dari perbaikan gejala tersebut selanjutnya dapat
diajarkan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan.

Setelah pasien mengonsumsi antibiotik selama 3 hari, gejala seperti nyeri


pinggang, nyeri saat berkemih sudah berkurang.Kemudian pasien melanjutkan
sampai 5 hari agar tidak terjadi infeksi berulang.

6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS

2.1 Kerangka Teori

Kebersihan Terpapar Bakteri Invasi Jaringan

Penjamu Infeksi
Infeksi Saluran
Peka
Kemih

Kebiasaan Imunitas

Faktor Resiko ISK Mekanisme ISK

7
Pendekatan Konsep Mandala

Gaya Hidup
Kebutuhan primer merupakan
prioritas utama

Bio-Psiko-Sosio-
Perilaku kesehatan Ekonomi
Kebersihan diri Kecemasan pasien
kurang penyakitnya
memburuk
Kondisi ekonomi
baik

Pelayanan Keluarga
Kesehatan
Jarak rumah Lingkungan
dengan Kerja
puskesmas dekat Penderita Kebersihan
Nyeri pinggang, terjaga
nyeri saat
berkemih

Faktor Biologi Lingkungan Fisik


Struktur uretra dan Kebersihan
anus dekat lingkungan baik

Komunitas
Kebersihan lingkungan di sekitar rumah baik

8
2.2 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga
di Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organyang terbentuk dari jaringan serta sel-sel
yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan
dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang
diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko
internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.
Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004,
maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan
pertama (layanan primer).

Tujuan Diagnostik Holistik :

1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat


2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah

Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan


terapi, tujuannya yakni

1. Menentukan kedalaman letak penyakit


2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit

9
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.

Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :

1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,


pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.

Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran


keluarga di layanan primer antara lain :

1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya


promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai
bagian dari keluarga dan lingkungan komunitasnya

10
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu

Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan


dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.

Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang


disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.

Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter


keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik
dari formal maupun informal.

Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:


a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care

11
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.

Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat


dari beberapa aspek yaitu:

I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.


II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. DerajatFungsi Sosial :
o Derajat 1: Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
o Derajat 2: Pasien mengalami sedikit kesulitan.
o Derajat3: Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
o Derajat 4: Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
o Derajat 5: Tak dapat melakukan kegiatan

2.3 PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH


2.3.1 DEFINISI

Infeksi saluran kemih adalah infeksi di dalam saluran kemih.Infeksi


disebabkan oleh mikroba organisme yang sangat kecil untuk dapat dilihat tanpa
mikroskop meliputi jamur, virus, dan bakteri.Infeksi pada uretra disebut
uretritis.Infeksi kandung kemih disebut sistitis.Bakteri dapat berpindah naik ke
ureter untuk multiplikasi dan menginfeksi ginjal. Infeksi ginjal disebut
pielonefritis.3

12
2.3.2 ETIOLOGI

Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri yang hidup di dalam


usus.Bakteri Escherichia coli menyebabkan mayoritas ISK.Mikroba yang disebut
Chlamydia dan Mycoplasma dapat menginfeksi uretra dan sistem reproduksi tapi
tidak pada kendung kemih. Infeksi Chlamydia dan Mycoplasma dapat tertular
melalui aktivitas seksual dan membutuhkan pengobatan juga pada pasangan
seksual.3

2.3.3 EPIDEMIOLOGI

Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi pada tubuh kedua yang
paling sering, perhitungan sekitar 8,1 juta kunjungan ke penyedia layanan
kesehatan setiap tahun.Perempuan khususnya yang rentan terkena ISK karena
alasan anatomi.Satu faktor bahwa uretra perempuan lebih pendek, membiarkan
bakteri masuk lebih cepat ke dalam kandung kemih.Juga, uretra perempuan
terbuka dekat dengan sumber bakteri dari anus dan vagina.Pada perempuan,
resiko masa kehidupan mendapatkan ISK lebih besar dari 50 persen.Infeksi
seluran kemih pada laki-laki tidak sesering pada perempuan tapi dapat menjadi
serius jika terjadi. Pada pasien lanjut usia, prevalensi ISK hampir sama antara
perempuan dan laki-laki karena adanya pembesaran prostat.3,4

Pada perempuan, bakteriuria asimtomatik mengalami peningkatan sesuai


usia. Data yang terbatas tentang kesehatan laki-laki menunjukkan bahwa
prevalensi bakteriuria juga meningkat sesuai usia, walaupun prevalensi pada laki-
laki selalu lebih rendah daripada perempuan dengan usia yang sama.5

Tabel 1: Prevalensi bakteriuria asimtomatik pada laki-laki dan perempuan


dewasa5
Negara Usia (Tahun) Laki-Laki (%) Perempuan (%)
Jepang 50-59 0,6 2,8
60-69 1,5 7,4
70+ 3,6 10,4

13
Swedia 72 6,0 16,0
79 6,0 14,0
Skotlandia 65-74 6,0 16,0
>75 7,0 17,0

Tabel 2: Faktor Resiko Bakteriuria Asimtomatik5


Faktor Resiko Pengaruh pada prevalensi bakteriuria
asimtomatik
Jenisk kelamin perempuan Meningkatkan prevalensi
Aktivitas seksual Dapat meningkatkan prevalensi (lebih tinggi pada
perempuan menikah
Komorbid diabetes Meningkatkan prevalensi pada perempuan kurang
dari 65 tahun dengan diabetes dari 2-6% sampai
7,9-17,7%
Usia Meningkatkan prevalensi pada perempuan dan laki-
laki
Pengasramaan Meningkatkan prevalensi (pada usia di atas 65
tahun) dari 6-16% sampai 25-57% untuk perempuan
dan dari 1-6% sampai 19-37% untuk laki-laki
Pemasangan kateter 3-6% orang yang mendapat bakteriuria dengan
setiap hari kateterisasi. Semua pasien dengan
kateterisasi berkepanjangan mendapatkan
bakteriuria
Angka yang digabungkan dari sembilan penelitian menunjukkan bahwa
perempuan di bawah 50 tahun dengan gejala akut seperti disuria, urgensi atau
sering berkemih (merujuk pada infeksi saluran kemih bawah) atau nyeri pinggang
(merujuk pada infeksi saluran kemih atas) yang ekstrim mengarah pada
bakteriuria.5

14
Tabel 3 : Prevalensi bakteriuria pada perempuan tidak hamil di bawah usia
50 tahun dengan ISK gejala akut5
Jumlah total Jumlah % dengan Rentang Rentang
perempuan dengan bakteriuria kepercayaan kepercayaan
bakteriuria rendah (Cl) tinggi (Cl)
4,135 2,960 71,6% 70,2% 73,0%

2.3.3.1 Epidemiologi penyakit infeksi saluran kemih juga dapat digambarkan


Menurut Trias Epidemiologi

a. Agent
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh jamur, virus, dan bakteri. Escherichia
coli merupakan patogen utama pada ISK yang tidak berkomplikasi pada
perempuan, berhubungan dengan lebih dari 80% kasus.3,6
b. Host (Pejamu)

Terjadinya infeksi saluran kemih juga tergantung pada diri pejamu.


Beberapa faktor resiko yang memungkinkan terjadinya infeksi yaitu jenis kelamin
perempuan, aktivitas seksual, komorbid diabetes, usia.5

c. Environment
Hygiene-sanitasi lingkungan yang buruk dapat beresiko pada meningkat
prevalensi infeksi saluran kemih. Terutama pada orang berusia di atas 65 tahun,
penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh.5

2.3.3.2 Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran Kemih Dapat Juga Di


Gambarkan Menurut variable Epidemiologi

Distribusi Menurut Orang ( Person)

- Distribusi Menurut Umur


Penyakit infeksi saluran kemih dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki
maupun perempuan, tua, muda, anak- anak.Prevalensi infeksi saluran kemih dapat

15
meningkat sesuai umur.Pada orang tua terjadi karena telah mengalami penurunan
daya tahan tubuh. Sedangkan pada anak-anak terjadi selain karena daya tahan
tubuh yang belum sempurna juga karena anak-anak kurang terjaga dalam
kebersihan diri.5
- Distribusi Menurut jenis kelamin
Lebih sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan
pada perempuan saluran uretra lebih dekat ke anus dan lebih pendek jika
dibandingkan dengan laki-laki, serta tidak ada bacteriostatic properties pada
wanita (sebagaimana yang disekresi oleh prostat).4
- Distribusi Menurut Etnik
Infeksi saluran kemih bisa terjadi pada berbagai etnik.Ada perbedaan
prevalensi antara negara Jepang, Swedia, dan Skotlandia. Di Jepang, prevalensi
infeksi saluran kemih terjadi pada kelompok usia 50-70 tahun. Di Swedia terjadi
pada kelompok usia 72-79 tahun. Sedangkan di Skotlandia terjadi pada kelompok
usia 65-75 ke atas.5

Distribusi Menurut Tempat

- Lingkungan
Faktor resiko terjadinya penyakit infeksi saluran kemih dialami pada orang
tua yang berada pada lingkungan asrama (panti).Prevalensinya meningkat dari 6-
16% sampai 25-57% untuk perempuan. Sedangkan pada laki-laki dari 2-6%
sampai 7,9-17,7%.5
- Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi kesadaran menjaga kebersihan
bagi kelompok sosial ekonomi rendah, menengah, dan tinggi yang berbeda-beda.
Kesadaran itu bagi kelompok sosial ekonomi rendah sebagian besar masih rendah.
- Distribusi menurut waktu
Infeksi saluran kemih tidak mengenal masa, musim, dan tempat di manapun.
Semua akan tergantung pada kesadaran setiap orang untuk menjaga kebersihan
dirinya.

16
2.3.4 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
2.3.4.1 PATOGENESIS
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteri simtomatik dengan
presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien sendiri
(host).7
2.3.4.1.1 Peranan patogenitas bakteri
Sejumlah flora saluran cerna termasuk E. colididuga terkait dengan etiologi
ISK.Penelitian melaporkan lebih dari 170 serotipe 0 (antigen) E.coli yang
patogen. Patogenitas E. coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dari
lipopolisakarida (LPS).7
Hanya IG serotipe dari 170 serotipe O/E. coli yang berhasil diisoloasi rutin
dari pasien ISK klinis, diduga strain E. coli mempunyai patogenitas khusus.
Penelitian intensif berhasil menentukan faktor virulensi E. coli dikenal sebagai
virulence determinalis.7
Bakteri patogen dari urin (urinary pathogens) dapat menyebabkan
presentasi klinis ISK tergantung juga dari faktor lainnya seperti perlengketan
mukosa oleh bakteri, faktor virulensi dan variasi fase faktor virulensi.7

2.3.4.1.1.1 Peranan bakterial attachment of mucosa


Penelitian membuktikan fimbriae (proteinaceous hair-like projection from
the bacterial surface) merupakan salah satu pelengkap patogenesitas yang
mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih.
Pada umumnya P fimbriaeakan terikat pada P blood pump group antigen yang
terdapat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah. Fimbriaedari strain
E.coliini dapat diisolasi hanya dari urin segar.7

2.3.4.1.1.2 Peranan faktor virulensi lainnya


Kemampuan untuk melekat (adhesion) mikroorganisme atau bakteri
tergantung dari organ pili atau fimbriaemaupun non-fimbriae. Pada saat ini
dikenal beberapa adhesi seperti fimbriae tipe 1, P dan S, non-fimbriae adhesion

17
(DR haemaglutinin atau DFA component of DR blood group), fimbrial ahesions
(AFA-1 dan AFA-III), M-adhesions, G-adhesion dan curli adhesions.7
Sifat patogenesitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Dikenal
beberapa toksin seperti -haemolisin, cytotoxic necrotizing faktor-1 (CNF-1) dan
iron uptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95% -haemolisin
terikat pada kromosom dan berhubungan dengan pathogenecity islands (PAIS)
dan hanya 5% terikat pada gen plasmio.7
Resistensi uropatogenik E. colii terhadap serum manusia dengan perantara
(mediator) beberapa faktor terutama aktivasi sistem komplemen termasuk
membrane attack complex (MAC). Mekanisme pertahanan tubuh berhubungan
dengan pembentukan kolisin (Col V), K-1, Tra T protein dan outermembrane
protein (OHPA).7

2.3.4.1.1.3 Faktor virulensi variasi fase


Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan
tergantung dari respon faktor luar.Konsep variasi fase dari mikroorganisme ini
menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu dan
lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri berbeda dalam
kandung kemih dan ginjal.7

2.3.4.1.2 Peranan faktor tuan rumah (host)


2.3.4.1.2.1 Faktor predisposisi pencetus ISK
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status saluran
kemih merupakan faktor resiko atau pencetus ISK.Jadi faktor bakteri dan status
saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteria pada
saluran kemih.Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila
sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih
termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.7
Zat makanan dari bakteri akan meningkat dari normal, diikuti refluks
mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal. Endotoksin (lipid A) dapat

18
menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika.7
Proses pembentukan jaringan parenkim ginjal sangat berat bila refluks
vesikoureter sejak anak-anak. Pada usia dewasa muda tidak jarang dijumpai di
klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya tanpa edema dengan/tanpa
hipertensi.7

2.3.4.1.2.2 Status imunologi dari pasien (host)


Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status
sekretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK.Pada tabel dapat
dilihat ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan hubungan antara berbagai
ISK (ISK rekuren) dan status sekretor (sekresi antigen darah yang larut dalam air
dan beberapa kelas imunoglobulin) sudah lama diketahui. Prevalensi ISK juga
meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe
fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah lewis.7
Tabel 4: Faktor-Faktor yang Meningkatkan Kepekaan Terhadap Infeksi
Saluran Kemih (UTI)7
Genetik Biologis Perilaku Lainnya
Status Kelainan Senggama Operasi
nonsekretorik kongenital urogenital
Penggunaan
Antigen golongan Urinary tract diafrgama, Terapi
darah ABO obstruction kondom, estrogen
spermisida,
Riwayat infeksi penggunaan
saluran kemih antibiotik terkini
sebelumnya

Diabetes

Inkontinensi

Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran


kemih normal (ISK tipe sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah non-
sekretorik dibandingkan kelompok sekretorik.7

19
Penelitian lain melaporkan sekresi IgA meningkat diduga mempunyai
peranan penting terhadap ISK rekuren.7

2.3.4.2 PATOFISIOLOGI
Individu normal, baik laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretrodistal merupakan tempat
kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram positif dan gram
negatif.7
Hampir semua pasien dengan ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra ke dalam kandung kemih.Pada beberapa pasien tertentu invasi
mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah refluks
vesikoureter.7
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di klinik,
mungkin akibat lanjut dari bakteremia. Ginjal diduga merupakan lokasi infeksi
sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat stafilokokus
aureus.Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (stafilokok aureus)
dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan pielonefritis akut (PNA)
sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi sistemik gram negatif.7

2.3.5 GAMBARAN KLINIS


Setiap pasien dengan ISK pada laki-laki dan ISK rekuren pada perempuan
harus dilakukan investigasi faktor-faktor predisposisi atau pencetus.7

2.3.5.1 Pielonefritis akut (PNA)


Gambaran klinis PNA seperti panas tinggi (39,9-40,5C), disertai
menggigil, sakit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala-
gejala ISK bawah (sistitis).7

2.3.5.2 ISK bawah (sistitis)


Gambaran klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia,
disuria, dan stranguria.7

20
2.3.5.3 Sindrom uretra akut (SUA)
Gambaran klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. Pasien dengan SUA
sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun.7
Gambaran klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan sering kencing)
disertai cfu/ml <105, sering disebut sistitis abakterialis. Sindrom uretra akut
(SUA) dibagi 3 kelompok pasien, yaitu: a) Kelompok pertama pasien dengan
piuria, biakan urin dapat diisolasi E. coli dengan cfu/ml urin 103-105. Sumber
infeksi berasal dari kelenjar peri-uretal atau uretra sendiri. Kelompok pasien ini
memberikan respon baik terhadap antibiotik standar seperti ampisilin, b)
kelompok kedua pasien lekosituri 10-50/lapang pandang tinggi dan kultur urin
steril. Kultur (biakan) khusus ditemukan chlamydia trachomatis atau bakteri
anaerobik, c) kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril.7
2.3.5.4 ISK rekuren
Infeksi saluran kemih (ISK) rekuren terdiri 2 kelompok. Yaitu: a) reinfeksi
(re-infection. Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu dengan
mikroorganisme (MO) yang berlainan. b) relapsing infection. Setiap kali infeksi
disebabkan mikroorganisme yang sama, disebabkan sumber infeksi tidak
mendapat terapi yang adekuat.7

2.3.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur
urin, serta jumlah kuman/ml urin merupakan protokol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protokol yang dianjurkan.7
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi klinis yang kuat (Tabel 5).Renal imaging procedures
untuk investigasi faktor predisposisi ISK:7
- Ultrasonogram (USG)

21
- Radiografi
- Foto polos perut
- Pielografi IV
- Micturating cystogram
- Isotop scanning
Tabel 5: Indikasi investigasi lanjutan setelah ISK7
- ISK kambuh (relapsing infection)
- Pasien laki-laki
- Gejala urologik: kolik ginjal, piuria, hematuria
- Hematuria persisten
- Mikroorganisme jarang, Pseudomonas spp dan Proteus spp
- ISK berulang dengan interval 6 minggu

2.3.7 PENATALAKSANAAN
2.3.7.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinasi urin:7
- Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg.
- Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlakukan
terapi kontroversial selama 5-10 hari
- Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekosiuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)7
- Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor resiko
- Tanpa faktor predisposisi
- Asupan cairan banyak
- Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal (misal trimetoprim 200 mg)
- Terapi antimkroba jangka lama sampai 6 bulan

22
Sindrom uretra akut (SUA).Pasien dengan sindrom uretra akut dengan
hitung kuman 103-105 memerlukan antibiotika yang adekuat.Infeksi klamidia
memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi disebabkan
mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba yang sesuai, misal golongan
kuinolon.7

2.3.7.2 Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas


Pielonefritis akut.Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut
memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika
parenteral paling sedikit 48 jam. Indikasi rawat inap pielonefritis akut seperti pada
tabel 6.7
The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum
diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya:7
- Fluorokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin dengan spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Tabel 6: Indikasi rawat inap pasien dengan pielonefritis akut7


- Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau intoleransi terhadap
antibiotika oral
- Pasien sakit berat atau debilitasi
- Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
- Diperlukan investigasi lanjutan
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, usia lanjut

2.3.8 PENCEGAHAN
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria
asimtomatik bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi
bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria asimtomatik harus

23
rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien perempuan bumil, pasien DM
terutama perempuan, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan
kateterisasi laki-laki dan perempuan.7

2.3.8.1 Bakteriuria asimtomatik pada kehamilan


Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bakteriuria
asimtomatik pada kehamilan bervariasi antara 2-10%; dan tergantung dari status
sosio-ekonomi.7
Bila mikroorganisme lain seperti Ureaplasma urealyticum dan Gardnella
vaginalis berhasil diisolasi, prevalensi bakteriuria asimtimatik meningkat lebih
dari 25%. Tetapi peranan kedua mikroorganisme tersebut masih belum jelas.7
Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimtomatik
dua kali berturut-turut mikroorganisme yang sama mempunyai sensitivitas 95%
dan spesivitas 95% untuk cenderung mengalami episode gejala klinis ISK. Pada
kelompok perempuan ini tidak diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi
mikroorganisme dengan asupan cairan yang banyak.7
Setiap perempuan hamil dengan basiluri asimtomatik harus mendapat
terapi antimikroba untuk mencegah gejala klinis pielonefritis dan komplikasi
kehamilannya. Seperti pada basiluri asimtomatik, beresiko terjadi pielonefritis,
bayi prematur, anemia, dan pada ISK trimester III, beresiko terjadi pregnancy-
induced hypertension, bayi mengalami retardasi mental, pertumbuhan bayi
lambat, cerebral palsy, dan fetal death.7

2.3.8.2 Bakteriuria asimtomatik pada diabetes melitus


Prevalensi bakteriuria asimtomatik pada perempuan disertai diabetes
melitus lebih banyak dibandingkan dengan perempuan tanpa diabetes
melitus.Patogenesis kepekaan terhadap ISK di antara pasien diabetes melitus tidak
diketahui pasti.Penelitian epidemiologi klinik gagal mencari hubungan antara
prevalensi bakteriuria asimtomatik dengan kualitas pengendalian hiperglikemia
dengan parameter gula darah puasa dan HbA1c dan faal ginjal. Penelitian lain
Balasoiu D menemukan hubungan faktor resiko gangguan faal kandung kemih

24
(Bladder dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK pada diabetes
melitus. Disfungsi kandung kemih ini diduga akibat disfungsi saraf autonom dan
gangguan fungsi leukosit PMN (opsonisasi, kemotaksis, dan fagositosis).
Perubahan susunan kimiawi dan konsentrasi protein Tamm-Horsfaal diduga
mempengaruhi perubahan bacterial adhesion terhadap sel epitel yang dapat
mencetuskan infeksi saluran kemih (ISK).7
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes melitus
merupakan faktor predisposisi pielonefritis akut disertai mikosis papiler dan
insufisiensi renal. Basiluria asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan;
seperti E.coli, candida spp dan klostridium dapat menyebabkan pielonefritis
emfisematosa disertai syok septik dan vasomotor akut nefropati.7
Beberapa peneliti lebih cenderung memberikan terapi antimikroba pada
basiluria asimtomatik pada pasien dengan diabetes melitus.7

2.3.8.3 Resipien transplantasi ginjal


Prevalensi bakteriuria asimtomatik cukup tinggi mencapai 35-79% di
antara resipien pada 3-4 bulan pertama pasca transplantasi ginjal; diduga terkait
dengan indwelling catheter sebagai faktor resiko.Bakteriuria asimtomatik pada
pasien ini merupakan resiko pielonefritis akut (graft infection), septikemia diikuti
penurunan laju filtrasi glomerulus. Bakteriuria simtomatik dengan presentasi klnis
yang muncul 6 bulan pertama (late infection) pasca transplantasi ginjal dengan
gejala klinis ringan.7
Parameter hitung kuman/ml urin para resipien pasca transplantasi ginjal
modifikasi karena diuresis pasca cold inchemic time. Menurut beberapa peneliti,
kriteria bakteriuria asimtomatik dengan hitung kuman/ml urin.7
Terapi antimikroba untuk bakteriuria asimtomatik pada resipien
transplantasi ginjal masih silang pendapat. Sebagian besar peneliti menganjurkan
kemoterapi untuk resipien pasca transplantasi ginjal dengan bakteriuria
asimtomatik disertai piuri.7

25
2.3.8.4 ISK berhubungan dengan kateter
Pemasangan kateter jangka lama sering dilakukan pasien usia lanjut. Data
penelitian melaporkan prevalensi infeksi nosokomial mencapai 40% diduga
terkait pemasangan kateter urin.Bakteriuria asimtomatik dilaporkan 26% di antara
kelompok pasien indwelling catheter mulai dari hari 2-10.Hampir kelompok
pasien tersebut diikuti gejala klinis ISK.Bakteremia dengan prevalensi 3,6%
diduga terkait dari sumber saluran kemih. Peneliti Tambyah dan Maki
menemukan catheter-associated UTI sebagian besar asimtomatik.7
Bakteria patogen yang terkait dengan bakteriuri dengan kateterisasi; seperti
E. coli, Entercoccus, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterebacter, dan
Candida. Pada umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba.7
Sebagian besar peneliti tidak menganjurkan antibiotika sebagai pencegahan
infeksi saluran kemih terkait kateter. Negara maju seperti USA menganjurkan
penggunaan kateter urin berselaput campuran perak atau kateter oksida perak
untuk mencegah infeksi saluran kemih terkait kateter.7

26
BAB III
METODOLOGI DAN LOKASI STUDI KASUS

3.1 Metode Studi Kasus


Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan anamnesis dan observasi terhadap
penderita infeksi saluran kemih.

3.2 Lokasi dan WaktuMelakukan Studi Kasus


3.2.1 Lokasi Studi Kasus
Studi kasus bertempat di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar.
3.2.2 Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di
Puskesmas Maccini Sawah pada tanggal 7 Februari 2016. Selanjutnya dilakukan
home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

3.2.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


3.2.3.1 Letak Geografis
Studi kasus bertempat di Puskesmas Maccini Sawah Kota Makassar. Puskesmas
maccini Sawah terletak di jalam Maccini No. 38 Merupakan salah satu
Puskesmas yang ada dipuskesmas yang ada di Kecamatan Makassar Kota
Makassar. Dengan luas wilayah kerja 69 Ha, berupa daratan.
Adapun wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah berbatasan dengan :
A. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bontoala.
B. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Panakukkang.
C. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bara-baraya Utara dan Bara-
baraya timur.
D. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Barana.
Wilayah kerja puskesmas Maccini Sawah terdapat tiga Kelurahan :
1. Kelurahan Maccini Induk
2. Kelurahan Maccini Parang
3. Kelurahan Maccini Gusung

27
3.2.3.2. Keadaan Demografis
Di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah memiliki masalah demografi yang
cukup bervariasi. Masalah kependudukan bukan saja masalah kepadatan
penduduk, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, arus urbanisasi,
namun yang lebih mengkhawatirkan adalah masalah angka kelahiran dan
kematian yang cukup tinggi.
- Kepadatan Penduduk
Di wilayah kerja kerja puskesmas Maccini Sawah memiliki kepadatan penduduk
yang cukup tinggi. Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap munculnya
masalah kesehatan sehingga wajar banyak bermunculan masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah. Jumlah penduduk dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Table 3
Distribusi Jumlah Kepala Keluarga, RW dan RT
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015

Kepala RT RW Luas Wilayah


Kelurahan keluarga
N % N % n % Ha %
Maccini 1712 35,26 50 42.37 5 29.42 26,00 37,68
Maccini 1580 32,35 29 24.58 6 35.29 20.00 28,98
Gusung
Maccini 1562 32,18 29 33.05 6 35.29 23.00 33,34
Parang

28
Total 4854 100.00 118 100.00 17 100.00 69,00 100.00

Berdasarkan tabel 3 di atas bahwa jumlah kepala keluarga sebesar 4854 dengan
luas wilayah 69,00 Ha, dan dapat dikatakan cukup padat dan hal ini sesuai
dengan hasil observasi lapangan, sehingga dengan kepadatan penduduk yang
cukup tinggi, dapat diasumsikan dengan sanitasi yang kurang baik, dan polusi
udara yang cukup mengganggu akan memunculkan berbagai masalah kesehatan.
- Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah cukup


tinggi yaitu sebesar 0,05 % per tahun.
Gambaran jumlah penduduk per tahun seperti table 3 dibawah ini
Tabel 4
Distribusi Jumlah Penduduk Per Tahun
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015
No Tahun Jumlah penduduk
1. 2013 23.335
2. 2014 24.502
3. 2015 25.400

Berdasarkan tabel di atas bahwa laju pertumbuhan cukup tinggi, sehingga dapat
memperpadat jumlah penduduk, apalagi dengan luas wilayah yang dapat
dikatakan cukup sempit sangat tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang
ada. Sehingga hal ini dapat memicu terjadinya masalah kesehatan.
Tabel 5
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015

29
No. Kelurahan Penduduk Total
Laki- % perempua % Jumla %
laki n h
1. Maccini 4029 15.8 4407 13.3 8436 33.2
6 7 1
2. Maccini 4245 16.7 5198 20.4 9443 37.1
Gusung 1 0 8
3. Maccini Parang 3765 14.8 3756 14.8 7521 29.6
2 0 1
Total 12.039 47.3 13.361 52.6 25.40 100.
9 1 0 00

Berdasarkan tabel 5 di atas bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah yaitu


sebesar 52,61%. Ini dapat diasumsikan bahwa laju pertumbuhan penduduk akan
terus meningkat karena banyaknya perempuan sebagai ibu yang akan melahirkan
anak.
- Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Maccini Sawah cukup
bervariasi. Tingkat pendidikan penduduk sangat terkait dengan tingkat
pengetahuan penduduk terhadap masalah-masalah kesehatan.

Tabel. 6
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk

30
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015

No Tingkat Maccini Maccini


Pendidikan Maccini Gusung parang Total
N % n % n % n %
1. Tidak 1074 1,733 700 1,13 47 0,08 1821 2,94
sekolah
2. SD 425 5,52 600 0,97 468 0,75 4493 7,25
3. SLTP 21101 34,03 400 0,65 319 0,51 21820 35,19
4. SMU 31023 50,04 300 0,48 870 1,40 32193 51,93
5. Sarjana 1015 1,64 315 0,51 3142 0,55 1672 2,69
Total 5763 92,96 2315 3,74 2046 3,29 61999 100,00

Berdasarkan tabel 6 di atas bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling


banyak yaitu dari tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan presentase
sebesar 51,93 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah sarjana, dengan
presentase sebesar 2,69 %. Tingkat pendidikan yang terbanyak kedua adalah
SLTP yaitu sebesar 35,19 %. Sehingga dari data tersebut, dapat diasumsikan
bahwa tingkat pendidikan penduduk masih sangat rendah dan masih jauh dari
yang diharapkan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan, terkait dengan
pengetahuan tentang pencegahan penyakit tertentu.
- Kondisi Ekonomi Penduduk
Status ekonomi penduduk sangat sangat berpengaruh terhadap munculnya
masalah kesehatan terkait dengan jumlah intake makanan bergizi pada
masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia, khususnya
keluarga miskin. Adapun distribusi keluarga miskin penduduk dapat dilihat pada
tabel 7 di bawah ini.

31
Tabel 7
Distribusi Keluarga Miskin Penduduk
Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah
Tahun 2015

Keluarga miskin
No Kelurahan n %
1. Maccini Sawah 647 24,80
2. Maccini Gusung 1126 43,16
3. Maccini Parang 836 32,04
Total 2609 100,00

Berdasarkan tabel 7 di atas bahwa jumlah keluarga miskin


terbanyak adalah di kelurahan Maccini Gusung, yaitu sebesar 43,16%. Dan hal
ini sesuai dengan hasil observasi lapangan, yaitu didapatkan rumah-rumah
penduduk yang sangat padat dan kelihatan kumuh. Dari seluruh kepala keluarga,
jumlah keluarga miskin yang ada lebih dari setengah jumlah kepala keluarga.
Sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan, terutama berkaitan dengan kondisi
kesehatan masyarakat.

3.2.3.3. Tenaga Kesehatan


Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Maccini Sawah tahun 2016
sebanyak 23 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari :
Dokter Umum : 2 orang
Dokter Gigi : 2 orang
Perawat : 6 orang
Bidan : 3 orang
Sanitarian : 1 orang
Nutrisionis : 1 orang
Pranata Laboratorium : 1 orang

32
Asisten Apoteker : 1 orang
Perawat Gigi : 2 orang
Rekam Medik : 1 orang
Sarjana Kesehatan Masyarakat :
- Epidemiologi : 1 orang
- Promkes : 1 orang
- AKK : 1 orang
3.2.3.3. Struktur organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Maccini Sawah berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Nomor :800/1682/SK/IV/2010 Tanggal
21 April 2010 terdiri atas :
Kepala Puskesmas
Kepala Subag Tata Usaha
Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
- Unit Kesehatan Masyarakat
- Unit Kesehatan Perorangan
Unit Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Puskesmas Pembantu ( Pustu )
- Unit Puskesmas Keliling ( Puskel )
- Unit Bidan Komunitas

3.2.3.5. Visi dan misi puskesmas


1. Visi Puskesmas Maccini Sawah
Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan di wilayah kerja Puskesmas
Maccini Sawah.
2. Misi Puskesmas Maccini Sawah
A. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
B. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
C. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

33
3.2.3.6. Upaya kesehatan
Puskesmas Maccini Sawah sebagai unit teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas Maccini Sawah berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Dengan fungsi tersebut maka Upaya Kesehatan di Puskesmas Maccini Sawah
terbagi atas 2 ( dua ) Upaya Kesehatan Yaitu :

1. Upaya Kesehatan Wajib, meliputi :


a. Upaya Promosi Kesehatan ( Promkes )
b. Upaya Kesehatan Lingkungan ( Kesling )
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) dan Keluarga Berencana
(KB)
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
e. Upaya Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )
f. Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi :
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Kesehatan kerja
d. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Upaya Kesehatan Jiwa
f. Upaya Kesehatan Mata
g. Upaya Kesehatan Usia lanjut
h. Pembinaan Pengobatan1 Tradisional
i. Perawatan Kesehatan Masyarakat

Puskesmas Maccini Sawah memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari :


1. Ruangan pengambilan kartu/loket

34
2. Ruang pemeriksaan dokter/kamar periksa
3. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
4. Ruang KIA dan KB
5. Ruangan suntik/UGD
6. Ruang P2M dan laboratorium
7. Ruang imunisasi dan PKL
8. Ruang pengambilan obat/apotek
9. Ruang tata usaha
10. Ruang administrasi/ruang rapat
11. Ruang kepala puskesmas

35
3.2.3.7. Alur Pelayanan

Pasien

Loket

Kamar Periksa Rujuk Pasien


- Poli
umum
Laboratorium

Ruang

Apotik
mkk
Gambar 5.Alur pelayanan puskesmas Maccini Sawah Makassar

Pasie

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL STUDI KASUS
4.1.1 PASIEN
4.1.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa/suku : Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Maccini Gusung No. 23
Tanggal Pemeriksaan : 25September 2015
4.1.1.2.1 Anamnesis
Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri pinggang. Dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu sebelum ke
puskesmas. Pasien merasa nyeri kadang-kadang. Bertambah nyeri saat berkemih
yang dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu. Pasien tidak demam, tidak sakit
kepala, tidak mual, tidak muntah. Pasien memiliki kebiasaan menahan untuk
berkemih.

4.1.1.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Riwayat penyakit
DM dan hipertensi disangkal.

4.1.1.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada penyakit yang sama dalam keluarga

37
4.1.1.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien adalah seorang istri dari Tn. H dengan pekerjaan bapak sebagai
wiraswasta dengan rata-rata pendapatan Rp. 800.000- /bulan.Sosial ekonomi
keluarga ini termasukkeluarga dengan sosial ekonomimenengah kebawah.

4.1.1.2.5 Riwayat Kebiasaan


- Menurut pengakuannya pasien sering menahan saat ingin berkemih.
-
4.1.1.2.6 Riwayat Pengobatan
- Pasien belum pernah berobat sebelumnya

4.1.1.2.7 Riwayat Alergi


- Alergi obat atau makanan tidak diketahui.
- Riwayat alergi orang tua pasien tidak diketahui

4.1.1.3 PEMERIKSAAN FISIS


4.1.1.3.1 KeadaanUmum
Pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis

4.1.1.3.2 Vital Sign


Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 55 kg

4.1.1.3.3 Status Generalis


1 Kepala : Biasa
Ekspresi :Simetris muka : Simetris ki=ka
Rambut : Hitam, sulit dicabut

38
Mata : Eksoptalmus atau enoptalmus: (-)
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak mata : Dalam batas normal
Konjungtiva : Anemi (-)
Kornea : Jernih
Sklera : Ikterus (-)
Pupil : Isokor 2,5 mm
2. Telinga
Tophi : (-)
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
3. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : Kering (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Gusi : Perdarahan (-)
Tonsil : Hiperemis (-)
4. Leher
Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
DVS : R-2 cmH2O
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
5. Dada
Inspeksi : Simetris ki=ka
Bentuk : Normochest
Pembuluh darah : Bruit (-)
Buah dada : Tidak ada kelainan
Sela iga : Tidak ada pelebaran

39
6. Thorax
Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
Nyeri tekan : (-)
Perkusi : Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Sonor
Batas paru hepar : ICS VI Dextra Anterior
Batas paru belakang kanan: V Th IX Dextra Posterior
Batas paru belakang kiri : V Th X Sinistra Posterior
Auskultasi : Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh
7. Punggung
Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Palpasi : MT (-), NT (-)
Nyeri ketok : (-)
Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
8. Cor
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni regular
Bunyi tambahan : Bising (-)
9. Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Palpasi : MT (-), NT (-)daerah epigastrium
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
10. Ekstremitas
Edema : (-)

40
Kulit : Ruam (-)
11. Status lokalis
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan

4.1.1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan

4.1.1.5 PENATALAKSANAAN
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Asam mefenamat 500 mg 2x1
- Vit. C 2x1

4.1.1.6 ANJURAN
- Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kultur urin
- Jangan suka menunda saat ingin berkemih
- Sering minum air putih
- Jaga kebersihan diri

4.1.2 KELUARGA
4.1.2.1 Profil Keluarga
Pasien Ny. H merupakan istri dari Tn. H. Mereka tinggal bersama dalam
satu rumah bersama 2 orang anaknya laki laki 2 orang.Masing-masing berumur 21
tahun dan 15 tahun.

4.1.2.2 Karakteristik Demografi Keluarga


a. Identitas Kepala keluarga : Tn. H
b. Identitas Pasangan : Ny. H
c. Alamat : Kompleks Hartaco Stp4/12
d. Bentuk Keluarga : Nuclear Family

41
Tabel 8: Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
1. Tn. H Kepala L 54 th SMA Wiraswasta
Keluarga
2. Ny. H Istri P 50 th SMA Wiraswasta

3. An. An Anak L 21 SMA Mahasiswa

4. An. As Anak L 15 SMP Pelajar

4.1.2.3 Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


Pekerjaan sehari-hari suami pasien adalah seorang pekerja wiraswasta.
Pendapatan setiap bulannya cukup dan bisa untuk membiayai kebutuhan sehari-
hari keluarganya dan biaya sekolah anaknya. Pasien ini tinggal di rumah pribadi
yang terletak di Hartaco. Rumah pasien dalam kondisi baik, tertata rapi serta
terawat. Rumah terdiri dari 3 kamar dan 1 kamar mandi. Keadaan di sekitar cukup
bersih.Berbatasan dengan rumah batu yang juga bersih.

42
Tabel 9:Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 12 x 9 m2 Keluarga Tn. H tinggal di
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang rumah dengan kepemilikian
Luas halaman rumah : - milik sendiri. Ny. H tinggal
Tidak bertingkat dalam rumah yang sehat
Lantai rumah dari : keramik dengan lingkungan rumah
Dinding rumah dari : tembok yang padat dan ventilasi yang
Jamban keluarga : ada memadai yang dihuni oleh 4

Tempat bermain : tidak ada Orang. Dengan penerangan

Penerangan listrik : 450 watt listrik 450 watt. Air PAM

Ketersediaan air bersih : ada umum sebagai sarana air

Tempat pembuangan sampah : ada bersih keluarga.

Kepemilikan barang barang berharga


Tn.H memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu,
satu buah televisi, yang terletak di ruang tamu, satu buah kompor gas yang
terletak di dapur. Tn. H juga memiliki 1 buah sepeda motor.

4.1.2.4 Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


- Jenis tempat berobat : Puskesmas
- Asuransi / JaminanKesehatan : BPJS

43
4.1.2.5Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 10: Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara Keluarga LetakPuskesmasKecamatanTa
mencapaipusatpelayanankese menggunakan malate tidak jauh dari
hatan Kendaraanprib tempattinggalpasien, sehingga
adi berupa untuk mencapai puskesmas
motor atau keluarga pasien dapat
naik angkutan menggunakan sarana angkutan
umum untuk umum atau membawa sepeda
menuju ke motor pribadi.
puskesmas. Untukbiayapengobatan diakui
Tarifpelayanankesehatan Menurut oleh keluarga pasien yaitu
keluarga biaya setiap kali datang berobat tidak
pelayanan dipungut biaya dan pelayanan
kesehatancuku Puskesmas pundirasakan
p murah. keluarga pasien memuaskan
Kualitaspelayanankesehatan Menurut pasien.
keluarga
kualitas
pelayanan
kesehatan yang
didapat
memuaskan.

4.1.2.6 Pola Konsumsi Makanan Keluarga


- Kebiasaan makan : Keluarga Tn. H dan Ny. H memiliki kebiasaan
makan antara2-3 kali dalam sehari.

44
4.1.2.7 Pola Dukungan Keluarga
4.1.2.7.1 Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Di antara yang merupakan faktor pendukung dalam penyelesaian
masalah keluarga seperti ada komunikasi yang baik dalam keluarga.Selain adanya
hubungan yang harmonis.Keluarga juga sangat terbuka untuk setiap masalah
kesehatan yang dihadapi.
4.1.2.7.2 Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Faktor kecemasan yang dialami pasien dan keluarga jika penyakit itu
semakin memburuk.

4.1.2.8 Analisa Kedokteran Keluarga (Family Assesment Tools)


4.1.2.8.1 Fungsi Fisiologis (APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
1. Adaptasi: Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan
2. Partnership: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah
3. Growth: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan karena
dukungan dan dorongan yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga
4. Affection: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung
5. Resolve: Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga

Penilaian

45
- Hampir Selalu = skor 2
- Kadang-kadang = skor 1
- Hampir tidak pernah =0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit

Tabel 11: Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita Infeksi


Saluran Kemih
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
Pernah
(2) (1)
(0)
1. Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota
keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuia dengan seharusnya
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan keluarga saya
karena dapat membantu memberikan
solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi
3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
mengembangkan kemampuan yang
saya miliki

46
4. Affection (Kasih Sayang)
Saya puas dengan kehangatan/kasih
sayang yang diberikan keluarga saya
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan waktu yang

disediakan keluarga untuk menjalin
kebersamaan
Total Skor 9
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 9 ini menunjukkan Fungsi
keluarga sehat.

4.1.2.8.2 Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologi
1. Sosial : Pasien dapat hidup bermasyarakat, hidup bertetangga dengan baik,
rukun, dan tidak terdapat masalah.
2. Cultural : Keluarga pasien menjaga kebudayaan sebagai suku Makassar.
3. Religious : Keluarga pasien rajin melakukan ibadah.
4. Economy : Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
5. Education : Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu Mahasiswa.
6. Medication : Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan
dari Puskesmas dan memilki asuransi kesehatan Jamkesda.

4.1.2.8.3 Genogram (Fungsi Genogram)


Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit infeksi
saluran kemihnamun memungkinkan penyakit infeksi saluran kemih yang diderita
pasien akan ditularkan pada anggota keluarganya.
4.1.2.8.3.1Bentuk keluarga
Bentuk keluarga ini adalahkeluarga kecil yang terdiri dariTn. Hsebagai
kepala keluargadan Ny.Hsebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari hasil

47
pernikahan Tn. H dan Ny.H mereka dikarunai 2 orang anak laki-laki.Seluruh
anggota keluarga ini tinggal dalam satu rumah.
4.1.2.8.3.2 Tahapan siklus keluarga
Ny. H merupakan pasangan Tn. H. mereka dikaruniai 2 orang anak laki-laki
yang masing-masing sudah dapat mengurus diri sendiri.

4.1.2.8.3.3 Family map

Gambar 9. Genogram pasien


Keterangan:

: Suami penderita, tidak sakit

:Penderita ISK

: Anak Penderita, tidak sakit


: Anak Penderita, tidak sakit

4.2 PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistik
yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko
eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh
dan pendekatan diagnosis holistik.

48
4.2.1 Analisis Kasus
Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penderita Infeksi Saluran Kemih
Tabel 12: Skoring Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Penyelesaian
Masalah dalam keluarga
Skor Upaya Resume Hasil Skor
No. Masalah
Awal Penyelesaian Akhir Akhir
Faktor Biologi
- Struktur
uretra dan - Edukasi
anus pasien tentang cara
berdekatan, membersihk - Penyuluhan
sangat an alat terselenggara
1. 1 5
rentan kelamin - Keluhan
terjadinya setelah BAK berkurang
penyebaran dan BAB
kuman dari - Pengobatan
anus ke
uretra
Faktor - Edukasi - Penyuluhan
Ekonomi dan kepada terselenggara
Pemenuhan pasien dan - Kecemasan
Kebutuhan keluarga pasien dan
- Kecemasan pasien untuk keluarga
5
2. pasien dan menjaga berkurang
keluargany 2 kebersihan
a terhadap diri,
penyakit meningkatka
yang n dayan
memburuk tahan tubuh
Faktor Perilaku - Penyuluhan
- Edukasi
kesehatan terselenggara
PHBS
keluarga - Pasien dan
3. 3 kepada 5
- Higiene keluarga
pasien dan
pribadi melaksanakan
keluarganya
kurang PHBS
Total Skor 6 15
Rata-Rata Skor 2 5

Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah:


Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi

49
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya
keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum
dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh
provider
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada
upaya provider
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti bahwa pasien dan
keluarga pasien dapat menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri.

4.2.2 DIAGNOSA HOLISTIK, TANGGAL INTERVENSI, DAN


PENATALAKSANAAN SELANJUTNYA
Pertemuan ke 1 : 25 September 2015
Saat kedatangan yang pertama dilakukan beberapa hal yaitu :
1. Memperkenalkan diri dengan pasien.
2. Menjalin hubungan yang baik dengan pasien.
3. Menjelaskan maksud kedatangan dan meminta persetujuan pasien
4. Menganamnesa pasien, mulai dari identitas sampai riwayat psiko-sosio-
ekonomi dan melakukan pemeriksaan fisik.
5. Memastikan pasien telah mengerti tujuan prosedur pemeriksaan.
6. Meminta persetujuan pemeriksaan kepada pihak pasien.
7. Membuat diagnostik holistik pada pasien.
8. Mengevaluasi pemberian penatalaksanaan farmakologis

4.2.2.1 Anamnesis Holistik


4.2.2.1.1 Aspek Personal
Nyeri pinggang dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu sebelum ke
puskesmas. Pasien merasa nyeri kadang-kadang. Bertambah nyeri saat berkemih.

50
Pasien tidak demam, tidak sakit kepala, tidak mual, tidak muntah. Pasien memiliki
kebiasaan menahan untuk berkemih.

4.2.2.1.2 Aspek Klinik


- Nyeri pinggang, kadang-kadang
- Bertambah nyeri saat berkemih
4.2.2.1.3 Aspek Faktor Resiko Internal
- Kurangnya pengetahuan tentang Infeksi Saluran Kemih
- Mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab Infeksi Saluran
Kemih kurang
4.2.2.1.4 Aspek Faktor Resiko Eksternal
Anggota keluarga kurang mengetahui penyebab infeksi saluran kemih
pasien
4.2.2.1.5 Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan
mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat menghambat
kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang
diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor pencetus penyebab
infeksi saluran kemih pasien. Sedangkan faktor yang dapat mendukung
kesembuhan pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi dari semua anggota
keluarga baik secara moral dan materi.
4.2.2.1.6 Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu dalam
hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di luar rumah.
4.2.2.1.7 Derajat Fungsional
Ny. H masih dapat beraktifitas dengan baik tanpa bantuan siapapun (derajat 1
minimal)
4.2.2.1.7 RencanaPelaksanaan (Plan Of Action)
- Pertemuan ke-1: Puskesmas Maccini Sawah, 25September 2015 pukul 09.00
WITA.

51
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien di Kompleks Hartaco Stp 4/12, 30 September
2015

Tabel 13: Rencana Pelaksanaan (plan Of Action)


Hasil
yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapk
an
Aspek Menginforma Pasien Saat Pasien Tidak Tidak
personal sikan kepada pasien ke dapat ada menolak
Ny. H untuk PKM bersabar
bersabar dan saat dengan
dengan home penyakit
penyakit visitkeru dan
yang diderita mah memiliki
pasien semangat
untuk
berobat
Aspekkli Menganjurka Pasien - Saat Penyakit Tidak Tidak
nik n pasien pasien ke sembuh ada menolak
untuk PKM
meminum - Saat
obat sesuai home
yang visit ke
ditentukan rumah
dokter pasien

Aspekris Mengajarkan Pasien Saat Untuk Tidak Tidak

52
iko pasien untuk pasien ke menjaga ada menolak
internal selalu PKM agar
menjaga dan saat penyakit
kebersihan, home yang
minum yang visit ke diderita
banyak, rumah pasien
tidak pasien tidak
menunda kambuh
untuk buang lagi dan
air kecil menjaga
higienita
s pasien.
Aspekris Memberitahu Suami Saat Untuk Tidak Tidak
iko - kan dan anak datang menjaga ada menolak
external keluarga ke PKM agar
pasien untuk dan saat penyakit
senantiasa home yang
mengingat- visit ke diderita
kan pasien rumah pasien
untuk pasien tidak
meminum air kambuh
yang banyak. lagi

Aspekpsi Mengajarkan Seluruh Saat Meng- Tidak Tidak


ko- pasien dan Keluarga home urangi ada menolak
sosialkel keluarga visit ke faktor-
uarga untuk rumah faktorya
menjaga pasien ng dapat
kebersihan memperb
diri dan erat

53
lingkungan keadaan
klinis
pasien.
Menjaga
keluarga
tetap
sehat.
Aspekfu Mengajarkan Pasien Saat Agar Tidak Tidak
ngsional pasien untuk home kondisi ada menolak
menjaga visit ke tubuh
kebersihan, rumah anak
minum pasien tetap
banyak. sehat dan
membuat
anak
lebih
aktif.

4.2.2.2 Pemeriksaan Fisik


Tekanan Darah120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, Pernapasan20 x/menit, Suhu
36,7 oC, Tinggi Badan 145 cm, Berat Badan 55 kg

4.2.2.3 Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

4.2.2.4 Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)


Diagnose Klinis: Infeksi Saluran Kemih
Diagnose Psikososial: kecemasan akan penyakit pasien memburuk, kebersihan
diri kurang
Penatalaksanaan

54
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga
pasien).

4.2.2.5 Pencegahan Primer


1. Promosi kesehatan dengan pendekatan perilaku hidup sehat
2. Menjaga kebersihan diri
3. Minum yang banyak
4. Tidak menunda buang air kecil
4.2.2.6 Pencegahan Sekunder
1. Pengobatan farmakologi berupa:
- Ciprofloxacin 500 mg 2x1
- Asam mefenamat 500 mg 2x1
- Vit. C 2x1
Terapi untuk keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologis, serta dimana
anggota keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan
motivasi pasien atas kesembuhan pasien dari penyakit infeksi saluran kemih

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Diagnose Klinis :Ny. H menderita penyakit infeksi saluran kemih.
- Diagnose Psiko-sosial:kecemasan akan penyakitnya
memburuk,kebersihan diri kurang
- Gambaran dari Genogram: Hanya Ny. H yang berisiko tinggi untuk
terjadinya infeksi saluran kemih dan berulangnya penyakit tersebut
5.2 Saran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan padaNy.H berupa : penyakit
infeksi saluran kemih, dari kebiasaan yang kurang hygine dan lifestyle yang
kurang baik maka disarankan untuk:
- Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kultur urin
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Minum air yang banyak
- Tidak menunda buang air kecil

56
DAFTAR PUSTAKA

1. Epp A, Larochelle A. Recurrent Urinary Tract Infection. in: J Obstet


Gynaecol Can. Canada. 2010. p 1082-1090.
2. Anonym. Urinary Tract Infection (UTI). IUGA. 2011.
3. Foxman B. Urinary Tract Infection in Adults. National Kidney and Urologic
Disease Information Clearinghouse. 2011.
4. Rosana Y. Microbial Pattern of Urinary Tract Infection. dalam: CDK 187.
Vol. 38. No. 6. 2011. Hal 474.
5. Anonyim. Management of Suspected Bacterial Urinary Tract Infection in
Adults A National Clinical Guideline. Scottish Intercollegiate Guidelines
Network. 2012. p 1-36.
6. Gradwohl SE, Bettcher CM, Chenoweth CE, et al. Urinary Tract Infection.
UMHS Urinary Tract Infection Guideline. 2011. p 1-8.
7. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, dll. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. Ke-4. Jilid I.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
hal 564-568.

57

Anda mungkin juga menyukai