Anda di halaman 1dari 5

Nama : RESTI FAUJIAH

NIM : 2017.05.022

PRODI : D3 GIZI TINGKAT II

ANEMIA PADA IBU HAMIL

1. Identifikasi Masalah Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar


Hemoglobin di bawah 11g % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g %
pada trimester 2 (Sarwono, 2009).
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
pada ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan
anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan
akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan
merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan
tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan
karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya pravalensinya
anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah
Indonesia (Adawiyani, 2013).
Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2010 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220
per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014 sebesar 2 118 per
100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Develpomen Goals (MDG’s)
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).
Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10
wanita hamil menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu
hamil 40%. Angka kejadian anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009
adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil
yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta, 2010). Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan
terbanyak. Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang
berkunjung ke pelayanan kesehatan nyatanya masih belum mampu
menurunkan jumlah penderita anemia kehamilan secara signifikan.
Ketidakberhasilan program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
cara mengkonsumsi tablet Fe yang sesuai, baik dari segi waktu maupun cara
mengkonsumsinya (Admin, 2012).
Upaya untuk menanggulangi permasalah tersebut perlu diberikan
dukungan kepada ibu hamil dengan cara memberikan motivasi. Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar dan motivasi merupakan suatu
dorongan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu, dan juga sebagai
pemberi arah dalam tingkah lakunya, salah satunya dengan dorongan
seseorang untuk belajar (Dimyanti, 2009).

2. Strategi Promosi Kesehatan Anemia Pada Ibu Hamil

Tempat : Di masyarakat

STRATEGI SASARAN KEGIATAN HASIL


UTAMA

ADVOKASI Sasaran - Advokasi Dukungan dan fasilitas


(Advocacy) tersier : lewat media
- Seminar
- Bupati Sehari
- Kepala
lurah/desa

BINA Sasaran - Pemasa Kemitraan


SUASANA sekunder : ran
(Social sosial
- PKK
Support) - KIE
- LSM

PEMBER Sasaran KIE Sharing atau diskusi


DAYAAN primer :
(Empowerm - Seluruh ibu
ent) rumah
tangga

3. Analisis Strategi Promosi Kesehatan Anemia Pada Ibu Hamil

Strategi promosi kesehatan pada ibu hamil sangatlah penting karena


hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya anemia
pada ibu hamil. Karena jika anemia pada ibu hamil tidak ditangani dengan
baik akan berdampak buruk pada sang ibu dan bayi yang dikandungnya.

Menurut penelitian tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan


anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena
sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil,
anemia meningkatkan frekuaensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah,
dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post
partum lebih sering di jumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering
berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan
darah.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat


ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus
immatur atau prematur), gangguan proses persalinan (atonia, partus lama,
perdarahan), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi, stress, dan produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian periinatal, dll) (Yeyeh, 2010).

Untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil maka perlu


dilakukan strategi promo kesehatan di masyarakat khususnya pada ibu-ibu
remah tangga, strategi tersebut yaitu seperti strategi advokasi dengan sasaran
tersier yaitu Bupati dan kepala lurah/desa yang merupakan penentu kebijakan.
Strategi ini bisa dijalankan dengan cara membuat advokasi melalui media atau
seminar sehari. Hasil dari strategi advokasi ini yaitu bisa berupa dukungan dan
fasilitas dari penentu kebijakan tersebut kepada masyarakatnya.
Strategi yang selanjutnya yaitu strategi bina suasana dengan sasaran sekunder
yaitu LSM atau PKK. Strategi ini bisa dilakukan dengan cara pemasaran sosial
dan KIE sehingga nanti menghasilkan kemitraan atau kerja sama yang baik
antara pihak-pihak yang bersangkutan. Dan strategi yang terakhir yaitu strategi
pemberdayaan dengan sasaran primer yaitu seluruh ibu rumah tangga di
masyarakat tersebut. Strategi ini dilakukan dengan cara KIE sehingga dapat
menciptakan sebuah kegiatan saling sharing dan diskusi antara pihak yang
bersangkutan.

Dari strategi-strategi tersebut juga bisa diadakan kegiatan penyuluhan


tentang penanggulangan anemia pada ibu hamil. Penanggulangan anemia pada
ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi serta peningkatan
kualitas makanan sehari-hari. Ibu hamil biasanya tidak hanya mendapat
preparat besi tetapi juga asam folat. Dosis pemberian asam folat sebanyak
500µg dan zat besi sebanyak 120mg. Pemberian zat besi sebanyak 30gram per
hari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gram/minggu atau
dalam 10 hari. Berikut upaya pencegahan dan penaggulangan anemia
(Sulistyoningsih,2011) :

1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan


yang banyak mengandung besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan,
ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe). perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan
yang banyak mengandung vitamin C(daun katuk, daun singkong, bayam,
jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan
penyerapan zat besi dalam usus. Makanan yang berasal dari nabati meskipun
kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh
usus.

2) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet


tambah darah (tablet besi/tablet tambah darah).Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :
a. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu dan
kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh
sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
b. Kadang-kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan
seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan
tinja berwarna hitam.
c. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan
malam, menjelang tidur. Akan lebih baik bila setelah minum tablet besi
disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.
d. Simpanlah tablet besi di tempat yang kering, terhindar dari sinar
matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka
harus ditutup kembali dengan rapat. tablet besi yang telah berubah
warna sebaiknya tidak diminum.
e. Tablet besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kebanyakan
darah.

Anda mungkin juga menyukai