Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi,
dan psikis yakni antara usia 10 sampai 19 tahun yang merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi dan sering disebut dengan masa pubertas. Pada masa ini
merupakan periode peralihan dari masa anak- anak ke masa dewasa (Widyastuti 2011).
Sehingga pada masa ini remaja rentan mengalami masalah gizi seperti anemia khusunsnya
pada remaja putri. Remaja putri rentan terhadap anemia karena terjadinya perdarahan saat
menstruasi sehingga kehilangan zat besi sekitar 12,5-15 mg/bulan atau 0,4-0,5 mg/hari,
meningkatnya kebutuhan zat besi karena pertumbuhan yang cepat (growth spurt),
membatasi konsumsi makanan, makan tidak teratur, pola makan tidak baik serta jenis
bahan makanan yang kurang bervariasi (Masthalina 2015), (Suryani et al. 2017).
Anemia defisiensi besi salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang cukup
menonjol pada anak-anak sekolah khususnya pada remaja putri. Menurut data World
Health Organization (WHO), angka kejadian anemia pada remaja putri sekitar 53,7%
dari semua remaja putri di Negara berkembang (WHO 2014). Di Asia Tenggara angka
anemia pada remaja putri 25-40% dengan tingkat anemia ringan dan berat
(Kemenkes RI 2018b)
. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 prevalensi anemia di Indonesia pada
wanita 27,3% lebih tinggi dibandingkan laki-laki 20,3% (Kemenkes RI 2018a).
Pada kelompok umur 15-24 tahun mengalami proporsi anemia sebesar 32% dan
umur 5-14 tahun sebesar 26,8%, serta kurang lebih dari 21 juta jumlah remaja putri,
terdapat 4,8 juta mengalami kekurangan sel darah merah
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2018)
. Menurut Dinkes Provinsi Kalimatan Barat kejadian
anemia pada remaja putri di Kalbar pada tahun 2017 sebesar 18,30% dan pada tahun
2018 sebesar 23,8%. Remaja putri yang mendapatkan tablet tambah darah di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Pontianak adalah sebanyak 55,74% dari 23 Puskesmas di
Kota Pontianak (Dinkes Kalbar 2018) . Dari data tersebut wanita usia reproduksi,
terutama remaja putri paling banyak mengalami anemia.
Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin
(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga
pengiriman O2 ke jaringan menurun (Meiliana. Vinna 2018) . Penyebab anemia terdiri
atas: faktor zat gizi dan non zat gizi. Penyebab anemia berdasarkan faktor zat gizi antara
lain defisiensi protein, asam folat, vitamin B12, Vitamin A, tembaga, selenium, dan
lainnya. Sedangkan anemia berdasarkan faktor non gizi antara lain: malabsorbsi akibat
diare, peningkatan kebutuhan zat besi selama masa bayi, remaja, ibu hamil dan
menyusui, dan peningkatan ekskresi karena pengeluaran darah menstruasi yang
berlebihan (Briawan 2013).
Dampak anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi belajar, pertumbuhan
dan perkembangan terganggu, kemampuan fisik dan aktivitas kerja menurun serta
mempengaruhi sistem pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskular serta sistem
imunitas. Apabila anemia pada remaja putri tidak mendapat penanganan akan mengalami
dampak lebih lanjut, karena remaja putri merupakan calon ibu yang akan hamil dan
melahirkan, sehingga memperbesar risiko terjadinya abortus, partus prematurus, partus
lama, perdarahan postpartum, syok dan bahkan kematian ibu dan bayi (Briawan 2013),
(Prawirohardjo 2014)
.
Upaya Pemerintah dalam mengatasi anemia pada remaja putri dengan
menjalankan Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB)
melalui pemberian suplementasi tablet tambah darah pada siswi SMP dan SMA. Program
ini salah satu upaya untuk mendukung 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), karena
prevalensi anemia pada ibu hamil masih tinggi. Status gizi remaja putri sebelum
pernikahan memiliki dampak bagi kesehatan dan keselamatan kehamilan serta persalinan
apabila akan menjadi seorang ibu. Maka harus dilakukan penanganan dini untuk
menghindari risiko anemia saat kehamilan, karena intervensi yang dilakukan pada saat
hamil tidak dapat mengatasi masalah anemia secara optimal
(Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2013)
.
Program pemerintah ini mengalami kendala karena beberapa faktor yang
mempengaruhi masalah anemia pada remaja diantaranya pengetahuan dan kesadaran
dalam mencukupi kebutuhan zat gizi individu. Pengetahuan perpengaruh terhadap sikap
dan perilaku dalam pemilihan makanan, penggunaan suplemen tablet tambah yang akan
berpengaruh terhadap keadaan gizi individu (Wahyuningsih and Rohmawati 2019) .
Pengetahuan yang dimiliki dapat berpengaruh terhadap pola pikir remaja putri dalam
menentukan sikap dan perilaku untuk pemilihan makanan yang dikonsumsi. Remaja
putri yang memiliki kurang pengetahuan mengenai anemia seperti gejala, dampak, dan
pencegahannya, maka makanan yang dikonsumsinya cendurung lebih rendah kandungan
zat besinya sehingga kebutuhan zat besi remaja putri tidak terpenuhi
(Hamidiyah, Rohmani, and Zahro 2019)
. Faktor -faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja putri
tentang anemia adalah umur, informasi baik formal maupun informal. Semakin sering
seseorang diberikan informasi akan terjadi perubahan perilaku yang bersifat tetap
(Damayanti, Saputri, and Ratnasari 2021).
Beradasarkan penelitian Nurbaiti (2019) di SMA Negeri 4 Kota Jambi menunjukan
remaja putri yang sebanyak 82% remaja putri kurang terpapar informasi tentang anemia
hingga kurang paham dalam mencegah atau menanggulangi anemia, sedangkan 2,7%
remaja putri sudah terpapar informasi tentang anemia dan mampu dalam mencegah atau
menanggulangi anemia (Nurbaiti 2019). Menurut hasil penelitian Anggoro tahun 2020
didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kejadian anemia
pada siswa SMA kelas X di SMA Negeri 1 Kalibawang yaitu pengetahuan remaja
terhadap kejadian anemia, sikap remaja terhadap kejadian anemia. Pola makan remaja
sehari-hari dan pendapatan keluarga (Anggoro 2020) . Pengetahuan gizi sangat
mempengaruhi kecenderungan remaja putri dalam memilih sumber bahan makanan
dengan nilai gizi yang tinggi zat besi, apabila pengetahuan remaja putri kurang akan
berpengaruh terhadap kadar hemoglin remaja sehingga dapat mengalami anemia.
Anemia pada remaja juga dipengaruhi oleh kepatuhan remaja putri mengkonsumsi
tablet tambah darah. Kepatuhan remaja putri dalam mengkonsumsi tablet tambah darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
pengalaman, tersedia atau tidaknya fasilitas – fasilitas kesehatan seperti obat-obatan serta
sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo 2014). Berdasarkan hasil penelitian
Rianti (2021) menunjukkan bahwa remaja putri yang patuh mengkonsumsi tablet tambah
darah, sebagian besar tidak anemia yaitu sebesar 95,5%, hal ini terjadi karena tablet
tambah darah dapat menunjang kebutuhan Fe sehingga hemoglobin darah terpenuhi
(Rianti, Fatmawati, and Suwarni 2021) . Menurut penelitian Khoirunnabila (2019)
menunjukkan bahwa antara ada pengaruh kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah
terhadap kadar hemoglobin dengan nilai p sebesar 0,018 (p<0,05)
(Khoirunnabila et al. 2019)
. Selain pengetahuan, kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah juga
merupakan faktor utama dalam mengatasi anemia, semakin banyak remaja putri yang
patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe maka peluang anemia semakin rendah. Sebaliknya
jika ketidakpatuhan konsumsi tablet Fe rendah maka peluang kejadian anemia akan terus
meningkat dikalangan remaja putri (Putri, Simanjuntak, and Kusdalinah 2017).
Pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet
tambah darah, karena remaja yang memiliki pengetahuan yang baik akan patuh
mengkonsumsi tablet tambah darah. Hal ini juga sejalan penelitian Wahyuningsih (2019)
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah di SMP N 1 Karangnongko. Uji statistik dengan chi square didapatkan
dengan nilai p value = 0,001 (p<0,05) (Wahyuningsih and Rohmawati 2019).
Berdasarkan Studi Pendahuluan di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecil dengan
melakukan pemeriksaan tanda-tanda anemia pada 10 remaja putri terdapat 7 remaja putri
yang mengalami ciri-ciri anemia seperti konjungtiva pucat, sering pusing, lesu, sering
mengantuk dipagi hari dan terdapat 3 remaja putri yang tidak mengalami ciri-ciri anemia.
Serta pada saat peneliti melakukan wawancara kepada 10 remaja putri mengenai
pengertian anemia, faktor-faktor penyebab anemia dan dampak anemia terdapat 6 remaja
putri yang hanya mengetahui pengertian anemia saja tapi tidak mengetahui faktor dan
dampak pada anemia dan hanya 4 remaja putri yang dapat menjawab dengan baik.
Beradasarkan urian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pada remaja putri mengenai “Gambaran Pengetahuan Tentang Anemia,
Konsumsi Tablet Tambah Darah dan Status Anemia Pada Siswi Kelas XI di SMA
Pelangi Nusantara Punggur Kecil”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari masalah diatas maka peneliti akan rumusan masalah adalah
Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang Anemia, Konsumsi Tablet Tambah Darah
dan Status Anemia Pada Siswi Kelas XI di SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecil?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Gambaran Pengetahuan Tentang Anemia, Konsumsi
Tablet Tambah Darah dan Status Anemia Pada Siswi Kelas XI di SMA Pelangi
Nusantara Punggur Kecil “.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Pada Siswi Kelas XI di
SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecil
b. Mengetahui Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Siswi Kelas XI di
SMA Pelangi Nusantara Punggur Kecil
c. Mengetahui Status Anemia Pada Siswi Kelas XI di SMA Pelangi Nusantara
Punggur Kecil
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan ide, wawasan dan kreativitas dan memberikan
pengalaman langsung bagi peneliti serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep
yang sudah diperoleh selama mengikuti pendidikan dalam bentuk penelitian ilmiah.
2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam praktik kebidanan serta dapat
digunakan sebagai sumber data, referensi dan bahan rujukan bagi peneliti pemula
atau penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan, kepatuhan
dan status anemia pad remaja putri.
3. Manfaat Bagi SMAS Pelangi Nusantara Punggur Kecil
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan informasi bagi SMAS Pelangi
Nusantara Punggur Kecil mengenai gambaran pemberian tablet tambah darah pada
remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan serta kepatuhan remaja dalam
mengkonsumsi tablet tambah darah sehingga dapat tercapainya program perbaikan
gizi pada remaja.

Anda mungkin juga menyukai